AKTIVITAS RITUAL PEMBENTUK TERITORI RUANG PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

AKTIVITAS RITUAL PEMBENTUK TERITORI RUANG PADA PURA LINGSAR LOMBOK

TERITORI RUANG RITUAL PADA PURA LUHUR DWIJAWARSA MALANG

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

yang masih dipertahankan di suku Jawa adalah Ritual Bulan suro.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibahas, kemudian ditarik kesimpulan secara umum. 1 Penelitian ini juga

TRADISI ZIARAH KUBUR KE MAKAM KERAMAT RADEN AYU SITI KHOTIJAH DI DESA PEMECUTAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT, KOTA DENPASAR BAGI UMAT HINDU DAN ISLAM

Ruang Personal Pemustaka di Ruang Baca Perpustakaan Umum Kota Malang

TUJUAN DAN PERILAKU PEZIARAH KE PADEPOKAN EYANG DJOEGO BLITAR VISITOR PURPOSE AND BEHAVIOR TO EYANG DJOEGO BLITAR RESIDENCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Tatanan Alun-alun Terhadap Pola Ruang Spasial Masjid Jami Kota Malang

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

Wita Widyandini, Atik Suprapti, dan R. Siti Rukayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

NASKAH PUBLIKASI OBYEK WISATA RELIGIUS MAKAM RADEN NGABEHI YOSODIPURO DESA PENGGING KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berakal, masa adalah kadar kelanjutan wujud. Sebagai mana titik bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

POLA RUANG DALAM BANUA TONGKONAN DAN BANUA BARUNG- BARUNG DI DUSUN TONGA, KELURAHAN PANTA'NAKAN LOLO, TORAJA UTARA

TRADISI ZIARAH MAKAM SEBAGAI PENGEMBANGAN

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH SUCI PRATIWI

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

ABSTRACT. Keywords : scheduling, labors, days off, algorithm. ix Universitas Kristen Maranatha

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

PEMERINTAH KOTA BLITAR

ABSTRAK. Kata kunci : aksesibilitas, kenyamanan spasial, area publik, pengunjung.

PEMENUHAN ASPEK KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN PADA LINGKUNGAN PUSAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

ETNOMATEMATIKA PADA PENANGGALAN JAWA TERKAIT ARITMETIKA DI DESA YOSOMULYO. Leni Ofta Agustina 1, Sunardi 2, Susanto 3

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS

RITUAL NGALAP BERKAH DALAM KARYA TARI DEWANDARU Indah Umiyanti Proboretno Pembimbing : DR.Setyo Yanuartuti, M.

JOSHUA ( ) Kata kunci : perjanjian jasa layanan pendidikan, perlindungan konsumen. Universitas Kristen Maranatha

BATHOK BOLU DAN TRADISI MASYARAKAT SAMBIROTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA PERSPEKTIF AGAMA DAN BUDAYA 1. Oleh: Marzuki 2

TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

RITUAL NGALAP BERKAH GUNUNG KEMUKUS DALAM PERSPEKTIF KEJAWEN

KATA PENGANTAR. Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Penelitian kualitatif, cafe, supervisor, dan sumber daya manusia

Reprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

ABSTRAK. Kata Kunci: Schwartz s Values, Dayak, Budaya. v Universitas Kristen Maranatha

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

Keberadaan Fungsi Bangunan Sekitar dalam Membentuk Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan di Pusat Kota Pasuruan

MAKNA TRADISI JUMAT PAHING DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

BAB V PENUTUP. maupun kewajiban mereka didalam Pasar Beringharjo. Sikap ini meliputi sikap

PERENCANAAN PAKET WISATA SPIRITUAL DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA PUTUS SEKOLAH TERHADAP BAHAYA MEROKOK. Oleh : MEISYARAH KHAIRANI

kepada para hadirin yang hadir.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

POLA KOMUNIKASI DALAM RITUAL HAUL HABIB ALI AL HABSYI DI MASJID AR-RIYADH, PASAR KLIWON, SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS KALIMAT INTRANSITIF PADA NOVEL IF TOMORROW COMES KARYA SIDNEY SHELDON SATU KAJIAN SINTAKTIS-SEMANTIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. A. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pohon, Jembatan dan Makam Keramat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam wilayah yang sangat luas, hukum adat tumbuh, dianut, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

TANGGUNG JAWAB SEWA MENYEWA RUMAH KONTRAKAN

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

TUGAS SARJANA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI KUALITAS MINYAK PELUMAS DENGAN METODE GESESKAN

PERSEPSI TOKOH DAN ANGGOTA KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA TERHADAP ORGANISASI MASSA ISLAM MAJELIS TAFSIR AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

PERANCANGAN FOTOGRAFI DOKUMENTASI KLENTENG KONGHUCU DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU.

BAB 1 PENDAHULUAN. utara Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri dari 1. dengan luas wilayah sekitar 340,78 km atau 8,77%. Daerah ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

POLA PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN WISATA RELIGI KH. ABDURRAHMAN WAHID

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

Transkripsi:

Aktivitas Ritual Pembentuk Teritori Ruang pada Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang (Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M Ridjal) AKTIVITAS RITUAL PEMBENTUK TERITORI RUANG PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 167 Malang 65145 dhindayu@gmail.com ABSTRAK. Salah satu bentuk kebudayaan yang ada pada kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk aktivitas. Salah satu aktivitas yang menjadi tradisi pada masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa adalah berkunjung atau ziarah ke makam tokoh-tokoh yang dianggap penting atau berjasa, seperti yang terjadi pada Pesarean Gunung Kawi. Pengunjung tidak hanya dapat melakukan satu jenis ritual karena pada Pesarean Gunung Kawi terdapat beberapa ritual yang diadakan sebagai peringatan hari-hari tertentu yang dianggap penting. Selain banyaknya jenis ritual yang dilaksanakan, keberagaman juga terdapat pada pelaku ritual yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok muslim, kejawen dan Tridharma. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan teritori ruang pada aktivitas ritual yang ada di Pesarean Gunung Kawi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui teritori ruang yang terbentuk akibat aktivitas ritual pada Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil studi ini menunjukkan bahwa banyaknya aktivitas ritual yang terdapat pada Pesarean Gunung Kawi menimbulkan beragamnya ruang ritual yang terbentuk pada ruang yang sama. Kata kunci: aktivitas, ritual, teritori, ruang. ABSTRACT. One of the types of culture within society is translated into activites. One of the activites within Javanese Society which become a tradition is pilgrimage to the tomb of the figures that are considered as an important or meritorious person. This activity could be seen in Pesarean Gunung Kawi, Kabupaten Malang. The visitors not only could do one kind of ritual because there are some rituals at Pesarean Gunung Kawi that performed as a celebration on certain days that considered important. Therefor many kinds of rituals that could be performed, diversity is also found in the ritual actors that can be divided into three groups, there are moslem, kejawen and Tridharma. It would cause differences of space territory in Pesarean Gunung Kawi. The purpose of this study is to determine space territory that made by ritual activities at Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang. The method has been used in this study is a qualitative descriptive research. The result of this study has shown that many kinds of rituals in Pesarean Gunung Kawi cause the diversity of the ritual space which formed in the same space. Keywords: activity, ritual, territory, space. PENDAHULUAN Kebudayaan yang dimilliki masing-masing daerah di Indonesia telah ada sejak zaman manusia menganut kepercayaan animisme (percaya pada roh leluhur) dan dinamisme (percaya pada kekuatan benda-benda nonfisik), atau disebut juga sebagai religion magis. Hal tersebut tidak hilang begitu saja meskipun ajaran agama telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Salah satu aktivitas yang berhubungan dengan religion magis yang menjadi tradisi hingga saat ini adalah ritual yang diwujudkan dengan mengunjungi makam tokoh yang dihormati, seperti yang terjadi pada Pesarean Gunung Kawi. Tempat tersebut telah menjadi objek wisata ritual yang banyak dikunjungi oleh banyak masyarakat dari berbagai daerah dan dengan latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda. Secara garis besar peziarah yang mengunjungi Pesarean Gunung Kawi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok muslim, kejawen dan Tridharma. Hal tersebut menyebabkan munculnya beberapa aktivitas ritual yang dilakukan oleh para peziarah dengan latar belakang tujuan yang berbeda atau polychrome person (Hall 1966). Aktivitas ritual yang dilakukan oleh berbagai kelompok tersebut dapat dilakukan pada tempat dan waktu yang bersamaan, sehingga 13

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 1 Januari 2015: 13-20 muncul beberapa teritori ruang ritual pada satu tempat yang sama. METODE PENELITAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Selanjutnya untuk mengetahui penggunaan ruang ritual dilakukan dengan melakukan pengamatan, sedangkan untuk mengetahui latar belakang dilaksanakannya suatu ritual dilakukan dengan wawancara. Studi ini secara sistematis mengamati masyarakat sebagai pengunjung Pesarean Gunung Kawi dalam melakukan ritual pada suatu ruang dengan pelaku ritual lain yang berbeda. Pada proses pengamatan, menurut Moelong (2007), aktivitas pelaku harus sesuai dengan kebiasaan atau berlangsung secara alamiah. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pelaksanaan ritual, terdapat beberapa tujuan dilaksanakannya ritual atau selamatan, yaitu selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, bersih desa, peringatan hari besar dalam Islam, serta peringatan acara-acara yang tidak tertentu seperti menolak bahaya (ruwatan), menempati rumah baru dan memenuhi janji (Koentjaraningrat 1990). Namun ritual yang dilakukan pada Pesarean Gunung Kawi lebih banyak pada peringatan daur hidup seseorang, terlebih peringatan hari kematian kedua tokoh yang dimakamkan di sana, yakni Eyang Djoego dan R.M Iman Soedjono. Aktivitas ritual yang ada pada Pesarean Gunung Kawi, yakni peringatan 1 Suro, peringatan haul R.M Iman Soedjono, peringatan hari wafatnya Eyang Djoego, peringatan hari dimakamkannya Eyang Djoego, dan selamatan. Ritual-ritual tersebut dilakukan pada beberapa tempat yang dianggap penting pada Pesarean Gunung Kawi (Gambar 1). PERINGATAN 1 SURO Peringatan tahun baru dalam kalender Jawa ataupun kalender Islam diperingati setiap tanggal 1 Suro atau 1 Muharram. Ritual ini dilakukan sejak malam 1 Suro hingga sore hari tanggal 1 Suro. Peringatan ini terdiri atas beberapa ritual yang dapat dilakukan oleh kelompok muslim, kejawen ataupun Tridharma (Tabel 1). 2 3 1 1. Pendopo Agung Pesarean Kyai Zakaria II dan R.M Iman Soedjono 4 2. Klenteng Kwan Im 3. Kuil Ciam Si 4. Padepokan R.M Imam Soedjono Gambar 1. Lokasi objek penelitian Sumber : Observasi Lapangan, 2014 14

Aktivitas Ritual Pembentuk Teritori Ruang pada Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang (Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M Ridjal) Ritual-ritual tersebut membentuk ruang ritual pada tempat dimana ritual dilaksanakan. Terdapat ritual yang dilaksanakan pada ruang terbuka seperti pagelaran wayang kulit di halaman depan padepokan, pembukaan kirab di terminal Desa Wonosari dan pembakaran sangkala di lahan pengembangan Pesarean Gunung Kawi. Hal tersebut dikarenakan pada ritual tersebut diikuti oleh semua kelompok pengunjung dan agar dapat menampung banyaknya jumlah peserta ritual (Gambar 2). Tabel 1. Aktivitas Ritual Peringatan 1 Suro No Aktivitas Muslim Kejawen Tridharma 1 Penyucian senjata - - 2 Selamatan 3 Pagelaran wayang kulit 4 Pembukaan kirab 5 Sungkem - - 6 Ziarah - - 7 Pembakaran sangkala (Sumber : Analisa, 2014) Pagelaran wayang kulit Pembukaan kirab budaya Pembakaran sangkala Gambar 2. Ritual yang dilakukan di ruang luar. Pada aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan menimbulkan pola ruang yang berbeda pada masing-masing ritual. Selain itu terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan pada ruang yang sama pada waktu yang berbeda, sehingga terdapat beberapa ruang ritual yang terbentuk pada satu ruang yang sama, yakni pada Padepokan R.M Iman Soedjono (Gambar 3). Hal yang berbeda terjadi pada Pendopo Agung karena pada tempat tersebut hanya digunakan untuk melakukan ritual ziarah, sehingga hanya muncul satu ruang ritual (Gambar 4). Pagelaran wayang kulit Selamatan Sungkem dan selamatan Penyucian senjata Gambar 3. Ruang ritual pada peringatan 1 Suro di Padepokan R.M Iman Soedjono. 15

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 1 Januari 2015: 13-20 atas beberapa proses ritual yang dilakukan pada beberapa tempat yang berbeda dalam kompleks Pesarean Gunung Kawi (Tabel 2). Gambar 4. Ruang ritual pada Pendopo Agung. PERINGATAN HAUL R.M IMAN SOEDJONO Ritual ini dilakukan setiap tahun pada tanggal 12 Suro untuk memperingati hari wafatnya Raden Mas Iman Soedjono. Ritual ini merupakan suatu rangkaian acara yang terdiri Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok kejawen mendominasi dalam pelaksanaan ritual. Pada proses pelaksanaan, ritual ini menggunakan ruang publik, sehingga terjadi privatisasi ruang publik melalui mekanisme sinkronisasi oleh pelaku ritual (Scheflen & Ashcraft 1976) (Gambar 5). Privatisasi juga terjadi pada Pendopo Agung dan Padepokan R.M Iman Soedjono karena ritual yang dilaksanakan pada kedua tempat tersebut didominasi oleh kelompok kejawen (Gambar 6). Tabel 2. Aktivitas Ritual Peringatan Haul R.M Iman Soedjono No Aktivitas Muslim Kejawen Tridharma 1 Pembagian angpau 2 Persiapan - 3 Pemberangkatan kirab - - 4 Peletakan sesaji - - 5 Berdoa - 6 Ziarah - - 7 Pengajian - - (Sumber : Analisa, 2014) B A C A. Pembagian angpau dan pemberangkatan kirab B. Persiapan C.Pengajian Gambar 5. Ruang ritual pada ruang luar. Gambar 6. Ruang ritual pada peringatan haul R.M Iman Soedjono. PERINGATAN HARI WAFATNYA EYANG DJOEGO Gambar 6. Ruang ritual pada peringatan haul R.M Iman Soedjono. Ritual ini dilakukan secara rutin setiap malam Senin Pahing. Pada ritual terdapat suatu aturan yang mengatur proses pelaksanaannya, sehingga setiap peziarah pelaku ritual harus mengikuti tata cara yang telah ditetapkan (Tabel 3). 16

Aktivitas Ritual Pembentuk Teritori Ruang pada Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang (Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M Ridjal) Tabel 3. Aktivitas Ritual Peringatan Hari Wafatnya Eyang Djoego No Aktivitas Muslim Kejawen Tridharma 1 Berdoa bersama 2 Pembagian nasi kenduri 3 Persiapan - 4 Arak-arakan - 5 Pembukaan pintu Pendopo - - Agung 6 Berdoa - 7 Penghormatan kepada - - arwah Eyang Djoego dan R.M Iman Soedjono (Sumber : Analisa, 2014) Ritual ini dilakukan pada dua tempat yang dianggap sakral, yakni Padepokan R.M Iman Soedjono dan Pendopo Agung. Pada padepokan muncul dua ruang ritual yang dilakukan secara berurutan, sedangkan pada pendopo muncul dua ruang ritual yang dilakukan pada waktu yang bersamaan (Gambar 7). Gambar 8. Ruang ritual pada koridor jalan menuju Pendopo Agung. PERINGATAN HARI DIMAKAMKANNYA EYANG DJOEGO Gambar 7. Ruang ritual pada peringatan hari wafatnya Eyang Djoego. Selain itu ruang luar berupa koridor jalan di depan gapura atas juga digunakan untuk persiapan arak-arakan menuju pendopo (Gambar 8). Hal tersebut menimbulkan perubahan sifat ruang publik menjadi semi publik karena dominasi yang dilakukan oleh kelompok kejawen. Ritual ini dilakukan setiap malam Jumat Legi dalam kalender Jawa. Pada ritual ini tidak terdapat suatu aturan mengenai proses pelaksanaannya, sehingga setiap peziarah selaku pelaku ritual dapat memiliki proses yang berbeda (Tabel 4). Banyaknya aktivitas dalam pelaksanaan kegiatan ritual membuktikan bahwa ruang-ruang yang tercipta sangat dipengaruhi oleh aktivitas ritual (Mulyadi 2011), sehingga ruang-ruang ritual yang muncul memiliki perbedaan pada setiap ritual. 17

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 1 Januari 2015: 13-20 Tabel 4. Aktivitas Ritual Peringatan Hari Dimakamkannya Eyang Djoego No Aktivitas Muslim Kejawen Tridharma 1 Sembayang - - 2 Berdoa sebelum memasuki pendopo 3 Berdoa 4 Sembayang puter 5 Menunggu jatuhnya buah dewandaru 6 Bermalam - 7 Sembayang - - 8 Berdoa 9 Bermalam - (Sumber : Analisa, 2014) Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ketiga kelompok peziarah melakukan ritual yang cenderung memiliki kesamaan. Perbedaan terletak pada kelompok Tridharma yang melakukan sembahyang sebelum melakukan ritual lain di dalam pendopo maupun padepokan. Ruang ritual yang terbentuk pada dua tempat sakral, Pendopo Agung dan Padepokan R.M Iman Soedjono, memiliki perbedaan pada jumlah ruang ritual pada satu tempat yang sama. Ruang ritual yang muncul pada pendopo lebih banyak daripada padepokan karena pendopo merupakan tempat yang paling disakralkan (Gambar 9). Gambar 9. Ruang ritual pada peringatan hari dimakamkannya Eyang Djoego. namun aktivitas tersebut tidak saling mengganggu. Gambar 10. Ruang ritual pada Klenteng Kwan Im SELAMATAN Selamatan merupakan ritual yang disediakan bagi pengunjung yang memiliki hajat atau nadzar. Waktu pelaksanaan selamatan telah ditentukan oleh pengurus pesarean, yakni tiga kali dalam sehari dan dilakukan setiap hari. Ritual ini dapat dilaksanakan di Pendopo Agung dan Padepokan R.M Iman Soedjono bergantung pada keinginan pemilik hajat. Ruang ritual yang terbentuk pada kedua tempat tersebut memiliki kesamaan, yakni jika ditarik garis imajiner akan berporos pada benda yang disakralkan (Gambar 11). Selain pada kedua tempat yang dianggap sakral ritual juga dilakukan di Klenteng Kwan Im, namun hanya oleh kelompok Tridharma untuk menghormati arwah leluhur. Selain untuk sembahyang klenteng juga digunakan aktivitas non ritual, yakni bermalam oleh peziarah kelompok lain (Gambar 10). Meskipun terdapat dua aktivitas yang berbeda pada satu waktu dan tempat yang sama 18

Aktivitas Ritual Pembentuk Teritori Ruang pada Pesarean Gunung Kawi Kabupaten Malang (Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M Ridjal) Gambar 11. Ruang ritual pada aktivitas selamatan. KESIMPULAN Hasil studi menunjukkan bahwa banyaknya aktivitas ritual yang terdapat pada Pesarean Gunung Kawi menimbulkan beragamnya ruang ritual yang terbentuk pada ruang yang sama. Ruang ritual yang muncul pada ruang publik akan mengubah sifat ruang menjadi semi publik karena adanya dominasi yang dilakukan oleh pelaku ritual. DAFTAR PUSTAKA Aschraft, Norman & Scheflen. (1976). People space : the making and breaking of human boundaries. New York: Anchor Press. Hall, Edward. (1966). The Hidden Dimension. 1966. New York: Anchor Books. Koentjaraningrat. (1990). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyadi, Lalu. (2011). Peran Aktivitas Sosial Budaya Dan Keagamaan Dalam Membentuk Pola Ruang Kota Cakranegara Lombok. Proceeding PESAT IV: 92-99. 19

Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 1 Januari 2015: 13-20 20