BAB I PENDAHULAUAN. perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, baik dari sektor produk

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak sedikit industri yang bergerak di bidang telekomunikasi berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Market Size No. Industri Telekomunikasi 27% 30%

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. di sektor telekomunikasi, membuat perusahaan lebih cenderung untuk berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah pesat. Sebagai contoh, di Indonesia, perkembangan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

I. PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat di Indonesia. Adanya pembangunan selain. dalam menopang perekonomian masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Harga ponsel atau handphone semakin terjangkau oleh masyarakat. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat kalangan menengah ke atas, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. IM3, Mentari, XL, Axis, 3, Matrix, dll. Masing masing provider telepon seluler

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Market Share Operator Selular GSM Q

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan inovatif perilaku konsumen menuntut perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Chain management, dengan menganalisa dari bab-bah sebelumnya dan

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang di ern

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. dampak pada segala aspek kehidupan manusia. Salah satunya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada jauh dari jangkauan konsumen yang menjadi target market-nya. Untuk UKDW

I. PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat di Indonesia. Adanya pembangunan selain. memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif terutama

MEMINIMASI MANUFACTURING LEAD TIME MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN DAMPAKNYA PADA BULLWHIP EFFECT

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. atau booming yang sangat cepat dan pesat setelah krisis ekonomi melanda

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada konsep komunikasi. Oleh karena merupakan bentuk. merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

Kajian Manajemen Rantai Pasok Terhadap Permintaan Produk Untuk Mengevaluasi Bullwhip Effect

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. target tersebut. Untuk menghasilkan Supply Chain yang efektif dan efisien

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis telekomunikasi berkembang terus menerus dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MANAJEMEN RANTAI PASOK/ SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak adanya globalisasi adalah perkembangan teknologi dibidang

BAB I PENDAHULUAN. raksasa, yaitu PT Telkomsel (Telekomunikasi Seluler) dan PT Satelindo (Satelit

Hakikat Rantai Pasokan

Lampiran 1. Pembobotan dan Peratingan Faktor-Faktor Strategis Internal

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun pertumbuhan perekonomian di Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Perkembangan ekonomi diukur berdasarkan salah satu indikator pertumbuhan yaitu PDB (Pendapatan Domestic Bruto), walaupun indikator ini masih banyak kekurangan yaitu hanya mengukur tingkat pendapatan perkapita penduduk namun masih belum bisa mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itulah perlu indikator-indikator lainnya seperti tingkat pendidikan, kemudahan akses kesehatan. Berdasakan berita resmi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2013) yaitu produk domestik bruto (PDB) tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 10,19 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 1,34 persen. Secara kongkrit kenapa industri telkomunikasi khususnya seluler tetap menjadi andalan yaitu tingkat belanja komunikasi masyarakat yang meningkat hingga 10-15% dari penghasilan perbulan. Hal inilah yang menjadikan industri komunikasi seluler selalu menjadi primadona bisnis di Indonesia. Euforia industri komunikasi seluler di Indonesia diperankan oleh 11 (sebelas) operator telekomunikasi. Yang mana saling bersaing untuk memperebutkan market share dalam sektor industri Ini. Dari 11 (sebelas) operator yang bersaing, ada 3 (tiga) operator selular terbesar yang berperan penting yaitu 1

Telkomsel, Indosat dan XL. Market share dari ketiga operator ini menguasai sebesar 80% dari total industri ini. Market share dihitung berdasar jumlah pelanggan yang dimiliki oleh masing-masing operator. Berdasarkan data yang dirilis oleh masing-masing operator dalam laporan keuangannya di tahun 2013 Telkomsel(2013) memiliki 131,513 juta pelanggan, Indosat(2013) memiliki 59,600 juta pelanggan dan XL(2013) memiliki 60,549 juta pelanggan. Di Industri seluler ini, Telkomsel merupakan market leader dengan porsi market sebesar 52,3%. Dalam perkembangannya, masing-masing operator berlomba-lomba untuk selalu menambah customer base yang dimilikinya dengan tujuan ingin menambah porsi pasarnya dan memperbesar market size-nya agar bisa bertahan. Perlombaan inilah yang menjadikan indutri ini berkembang dan semakin inovatif. Masing-masing ingin menjadi penyedia layanan terbaik dan termurah sehingga terjadilah perang tarif. Perang tarif saja tidak cukup untuk memenangkan perlombaan ini. Ketersedian produk merupakan hal yang perlu diperhatikan, percuma saja perang tarif bila distribusi dan penyebaran barang tidak merata. Pemerataan produk dan percepatan produk sampai di tangan konsumen atau end user sangat diperlukan oleh masing-masing operator. Oleh karena itulah pentingnya manajemen distribusi dan rantai pasok dari operator sampai ke tangan end user-nya. Produk yang dikenal dalam industri seluler yaitu perdana atau SIM-card. SIM-card adalah chip atau kartu komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi melalui network yang telah disediakan oleh operator seluler. SIM-card (Subcriber Identity Module) inilah yang digunakan oleh operator telekomunikasi untuk menambah pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang di sasar tentu semakin 2

banyak SIM-card yang dibutuhkan. Oleh karena itulah perlunya manajemen rantai pasok yang mumpuni untuk mendistribusikan SIM-card ini sampai di tangan konsumen. Manajemen rantai pasok perdana atau SIM-card yang dibutuhkan dalam persaingan bisnis ini tentu harus mengedepankan timeless, ini merupakan strategi kunci. Timeless menunjukan bahwa perkembangan dan inovasi produk yang dimiliki operator, seberapa cepat sampai di tangan end-user. selain itu juga, untuk menjaga agar Telkomsel tetap kompetitif, menurut Annisa (2008) perusahaan harus meningkatkan performansi dengan cara mengurangi biaya produksi dan distribusi serta mengurangi tingkat persediaan di sepanjang rantai pasoknya dan terus menerus meningkatkan pelayanan kepada end user. Dan bagi yang mampu memiliki waktu tercepat dalam mendistribusikan inovasi teknologi (SIM-card) akan produknya tentu akan memiliki momentum yang baik dibandingkan pesaingnya (first mover advantage). Memiliki strategi yang timeless tentu bukan perkara yang mudah. Operator harus memperhatikan layanan atau produk apa yang sedang berkembang dan diminati dengan menyusun perencanaan pengembangan yang tepat, serta time to market yang akurat agar tidak kehilangan momentum untuk mendapatkan pelanggan baru. Oleh sebab itulah, maka operator sangat memerlukan informasi yang akurat dan valid mengenai berapa jumlah produk yang di minta oleh pelanggan?, kapan produk itu dibutuhkan? serta berapa lama produk itu akan sampai ke pasar atau end-user?. Apabila informasi-informasi ini tidak digunakan oleh para operator selular untuk menentukan manajemen rantai pasoknya maka mengakibatkan terjadinya inefficiency distribusi produk dari 3

operator ke konsumen. Salah satu bentuk inefficiency misalnya pada saat tertentu produk terlalu banyak dipasar dan pada waktu tertentu juga produk kekurangan dipasar. Ketidaksesuaian informasi permintaan produk dan jumlah produksi beserta distribusinya menyebabkan bullwhip effect dalam rantai pasok yang dimiliki oleh operator. Semakin banyak informasi yang simpangsiur maka semakin tidak efektif dan efisien dalam bersaing dipasar. Menurut Pujawan (2005), bullwhip effect merupakan distorsi informasi mengenai permintan agreggate dari masing-masing level distribusi yang mana semakin ke hulu permintaanya semakin besar sedangkan permintaan sebenarnya cenderung stabil atau menunjukkan pola yang sebaliknya. Berdasarkan data dari internal management Telkomsel di Magelang tahun 2012, diperoleh bahwa adanya shortage SIM-card sebanyak 33.940 pcs kartu selama bulan Februari, April, Oktober, November, dan Desember. Hal ini menjadi indikasi awal adanya distrosi informasi mengenai jumlah permintaan dan jumlah supply SIM-card yang bisa menyebabkan terjadinya bullwhip effect. Maka dalam tesis ini akan membahas bagaimana mengindentifikasi bullwhip effect yang terjadi dalam supply chain SIM-card dan bagaimana meningkatkan efisiensi supply chain SIM-card agar tepat waktu dan memenuhi permintaan konsumen. Tesis ini akan mengevaluasi dan mengidentifikasi bullwhip effect yang terjadi pada operator Telkomsel di wilayah Magelang. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pengamatan bahwa Telkomsel yang merupakan market leader secara nasional, namun tidak berlaku di cluster Magelang yang mana wilayah ini banyak didominasi oleh pengguna operator seluler Indosat. 4

Dalam model rantai pasoknya, Telkomsel mendistribusikan SIM-card ke cluster melalui pihak ketiga yaitu PT.POS, lalu kemudian dikirimkan kepada autorized distributor di wilayah Magelang. Kemudian didistribusikan ke level dibawahnya yaitu wholesaler dan reseller untuk sampai di tangan end-user. Pada Gambar 1.1 menjelaskan tentang aliran distribusi SIM-card Telkomsel dari mulai proses produksi hingga proses distribusi dan penjualan hingga sampai ke konsumen atau end user. SIM-card HQ Telkomsel Branch Office Sub Branch Office Authorized Ditributor KETERANGAN Aliran SIM-card Aliran informasi Wholesales Batas ruang lingkup Retailer/Outlet Ruang Lingkup Penelitian 12 End-User Gambar 1.1 Aliran produk dan informasi supply chain SIM-card Telkomsel Menurut Chopra dan Meindl (2007) Koordinasi fungsi logistik lintas perusahaan adalah kunci keberhasilan integrasi dalam sistem rantai pasok. 5

Berdasarkan Gambar 1.1 dijelaskan tentang koordinasi antar fungsi logistik dalam rantai pasok SIM-card. Produk SIM-card di produksi di kantor pusat kemudian didistribusikan ke masing-masing wilayah menggunakan jasa pihak ketiga yaitu PT.POS Indonesia. Pengiriman produk dari kantor pusat ke masing-masing wilayah didasarkan pada order atau pesanan dari masing-masing wilayah. Kemudian dari masing-masing wilayah melakukan distribusi ke authorized distributornya. Dan dari authorized distributor kemudian didistribusikan ke level dibawahnya yaitu melalui wholesaler dan juga direct ke reseller. Menurut Santoso.et,al (2009) koordinasi aliran produk antar eselon termasuk pemindahan produk dari satu eselon ke eselon dibawahnya. Pengaturan pemindahan produk atau yang dikenal dengan kebijakan transportasi ini mempengaruhi kebijakan persediaan (kebijakan produksi dan pemesanan) di pabrik dan distributor. Oleh karena itulahlah perlunya integtrasi informasi antara masingmasing level dalam rantai pasok SIM-card supaya tidak terjadi distorsi informasi antara produksi dan pemesanan. Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang akan dibahas yaitu bagaimana distribusi SIM-card dan proses pemesanan yang terjadi di level distributor hingga reseller dijelaskan pada Gambar 1.2 Telkomsel Authorized Ditributor Main Cluster wholesaler Reseller_1 12 End User Reseller_2 Gambar 1.2 Aliran distribusi produk dari Telkomsel ke Reseller 6

Pada Gambar 1.2 diatas dijelaskan bahwa aliran barang mengalir dari kiri ke kanan, namun arus informasi dan uang mengalir dari kanan ke kiri. Pada ruang lingkup inilah yang akan dibahas lebih detail tentang bullwhip effect yang terjadi di rantai pasok SIM-card Telkomsel di cluster Magelang. 1.2 Rumusan Masalah Dalam aktifitas pendistribusian barang yang telah dilakukan oleh Telkomsel melalui authorized distributor-nya hingga sampai ke level reseller belum efektif dan efisien. Hal ini diidentifikasi dengan adanya shortage selama 5 (lima) bulan sebesar 33.940 pcs dan surplus sebesar 100.525 pcs selama 7 (tujuh) bulan di tahun 2012, walaupun secara aggregate surplus sebesar 66.585. Hal ini menjadikan SIMcard menumpuk di salah satu level distribusi tentu, efeknya yaitu ada level yang memang sangat membutuhkan SIM-card namun SIM-card yang didapat tidak sesuai dengan yang dipesan dan disisi lain ada level yang sudah berlebih SIM-card justru memperoleh SIM-card yang lebih pula. Perlu diketahui bahwa SIM-card yang distribusikan tersebut memiliki masa expired. Apabila melebihi masanya maka SIM-card akan mati dan tidak bisa dijual. Tentu hal ini sangat merugikan bagi reseller karena SIM-card tidak bisa dijual. Dan juga efek upstream-nya yaitu Telkomsel sebagai produsen SIM-card sekaligus operator kehilangan kesempatan untuk memperoleh customer base karena aliran SIM-card tidak tepat sasaran (ineffective) dan juga adanya overproduction yang menjadikan beban produksi meningkat (inefficiency). Ketidaktepatan sasaran distribusi inilah diindikasikan 7

adanya distorsi informasi mengenai permintaan SIM-card dengan jumlah SIM-card yang didistribusikan yang secara teori bisa disebut sebagai bullwhip effect. Maka permasalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana meminimalisir terjadinya bullwhip effect pada rantai pasok SIM-card dengan mencari faktor-faktor kunci penyebabnya dan melakukan perbaikan agar rantai pasokan efektif (tepat sasaran dan tepat waktu) dan efisien (jumlah yang diproduksi sesuai dengan jumlah yang dipesan). 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang muncul dari latar belakang diatas yaitu: 1. Seberapa besar bullwhip effect yang terjadi antara permintaan dan pengiriman yang diterima dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di cluster Magelang? 2. Apa faktor yang paling berpengaruh terhadap bullwhip effect dalam rantai pasok distribusi SIM-card Telkomsel di cluster Magelang? 3. Apa alternatif perbaikan yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya bullwhip effect di dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di Magelang? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi bullwhip effect pada rantai pasok SIM-card (Telkomseldistributor-wholesales-reseller) dengan menggunakan koefisien variasi 8

antara supply (pengiriman) dengan demand (permintaan). dan menghitung rasionya pada masing-masing level distribusi. 2. Menentukan pada level mana bullwhip effect itu sering kali terjadi dengan membandingkan nilai BE (bullwhip effect) di tiap-tiap level. 3. Menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya bullwhip effect dan menghitung faktor apa yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya bullwhip effect menggunakan analisa Multiple Regression. 4. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk meminimalisir terjadinya bullwhip effect di dalam rantai pasok SIM-card Telkomsel di Magelang. 1.5 Manfaat Penelitian Memberikan rekomendasi kepada Telkomsel dalam mengelolah rantai pasoknya supaya lebih efektif dan efisien (minimum bullwhip) dengan mengedepankan strategi timeless & accurate agar mampu bersaing di wilayah cluster Magelang. 1.6 Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian 1. Level distribusi yang diukur hanya di wilayah kota Magelang dan kabupaten Magelang. 2. Periode penelitian 1 Januari 2013 sd 31 Desember 2014 9

3. Jumlah level distribusi yang diukur sama (tidak berubah) yaitu ada 1 (satu) distributor, 10 (sepuluh) wholesaler dan 250 (dua ratus lima puluh) reseller. 4. Pengukuran yang dilakukan yaitu membandingkan jumlah permintaan dengan jumlah pengiriman dari level retailer (outlet), wholesaler dan distributor Telkomsel diwilayah Magelang. 5. Produk yang diteliti adalah SIM-card Telkomsel yaitu simpati reguler dan Kartu As reguler seperti pada Gambar 1.3. Dengan asumsi harga jual produk sama Gambar 1.3 Ruang lingkup produk Dalam penelitian ini menganalisa 2 (dua) produk SIM-card dari Telkomsel yaitu Kartu As dan simpati. Dua produk ini adalah produk prepaid (prabayar) yang dimiliki oleh Telkomsel. Dan hanya produk prepaid yang didistribusikan ke authorized distributor. Sedangkan SIM-card postpaid (pasca bayar) dijual langsung oleh Telkomsel kepada pelanggan melalui kantor-kantor pelayanan Telkomsel. Produk prepaid mengkontribusi 80% revenue Telkomsel secara nasional maupun di masing-masing wilayah. 10

1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini ini dibagi menjadi 4 bagian besar yaitu antara lain: 1. Tahap Identifikasi. Tahapan ini berisi tentang rumusan masalah dan tujuan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan dan pengolahan data. Tahapan ini berisi tentang langkah-langkah pengumpulan data penelitian dan metode pengolahan data penelitian. 3. Tahap Analisa data Tahap ini berisi tentang analisa dari hasil pengolahan data penelitian 4. Tahap Kesimpulan Tahap ini berisi hasil penelitan yang dirangkum dalam bentuk simpulan atas temuan penelitian. 11