METODE PENELITIAN. Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. BP3K Talang Padang terkait statusnya sebagai CoE harus memiliki kondisi

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Efektivitas merupakan perbandingan antara Output yang sebenarnya

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam

III.METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah suatu yang menjadi titik perhatian dari suatu

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

JIIA, VOLUME 3 No. 2, APRIL 2015

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

BAB III PENDEKATAN LAPANG

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. 1. Variabel independen yang diteliti meliputi :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, Klasifikasi. Batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengadakan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

t (5,1961) > t ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian desktiptif. Sugiyono

KORELASI ANTARA LINGKUNGAN KERJA DENGAN SEMANGAT KERJA PEGAWAI DI KANTOR CAMAT PALARAN KOTA SAMARINDA

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB III. METODOLOGI. hipotesis, maka kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: KETEKUNAN KEMAMPUAN

HUBUNGAN PEMBAGIAN KERJA DENGAN EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI DI BADAN KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi Variabel Batasan definisi operasional ini mencakup semua pengertian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah kerja atau belajar untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya metode berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Definisi metode menurut Sugiyono (2008:2) yaitu:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak yang mengikuti program Hilirisasi

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bermaksud mengadakan. pemeriksaan atau pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu (Fathoni,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT.

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Transkripsi:

26 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Dari beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, batasan operasional yang dapat diuraikan tentang definisi, ukuran dan klasifikasi dari variabel bebas dan variabel terikat adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Umur adalah usia penyuluh yang diukur sejak lahir sampai dengan waktu penelitian dilakukan, dihitung dalam tahun dan diklasifikasi menjadi usia muda, usia sedang dan usia tua, dihitung berdasarkan data lapangan. 2) Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan yang dijalani oleh penyuluh di sekolah formal mulai dari SMA/SPMA, diploma III sampai pendidikan sarjana (Strata 1), yang dihitung dalam tahun dan diklasifikasikan dalam rendah, sedang dan tinggi, dihitung berdasarkan data lapangan. 3) Tingkat pendidikan nonformal adalah jumlah pelatihan, kursus atau diklat yang pernah diikuti penyuluh dalam satu tahun, dihitung dalam hari dan diklasifikasikan menjadi rendah, sedang dan tinggi, dihitung berdasarkan data lapangan.

27 4) Tingkat pendapatan penyuluh adalah jumlah pendapatan yang diperoleh penyuluh karena bekerja sebagai penyuluh yaitu gaji ditambah tunjangan dalam sebulan, dihitung dalam rupiah dan diklasifikasikan dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi, dihitung berdasarkan data lapangan. 5) Tingkat pendapatan keluarga adalah penjumlahan dari seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga penyuluh yang bekerja dalam sebulan di luar pendapatan penyuluh, dihitung dalam rupiah dan diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, tinggi dihitung berdasarkan data lapangan. 6) Lama bertugas penyuluh adalah lama waktu bertugas penyuluh sejak diangkat dan menjalankan tugas sebagai penyuluh, dihitung dalam tahun. dan diklasifikasikan dalam kategori baru, sedang, lama dihitung berdasarkan data lapangan. 7) Jarak tempat tinggal adalah jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari tempat tinggal penyuluh menuju lokasi tempat memberikan penyuluhan atau pada wilayah binaannya, dihitung dalam kilometer (km) dan diklasifikasikan dalam kategori dekat, sedang, dan jauh, dihitung berdasarkan data lapangan. 8) Komitmen penyuluh dalam melaksanakan program rencana kerja tahunan (RKT) di wilayah binaan. Pengertian dari komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas (Robbins, 2002). Dalam hal ini pengertian tugas yaitu program rencana kerja tahunan (RKT) di wilayah binaan. Pengukuran menggunakan pertanyaan yang

28 berjumlah 1 pertanyaan, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 5 dan terendah 1. Skor tersebut diklasifikasikan menjadi rendah, sedang dan tinggi dihitung berdasarkan data lapangan. Secara rinci pengukuran dan definisi operasional kinera penyuluh di BP3K Talang Padang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel. 2 Pengukuran dan definisi operasional kinerja penyuluh di BP3K Talang padang sebagai BP3K Model CoE. No Variabel (X) Definisi Operasional 1 Umur Umur adalah usia penyuluh di ukur sejak lahir sampai dengan waktu penelitian dilakukan. 2 Tingkat Tingkat pendidikan pendidikan formal adalah jenjang formal. pendidikan yang dijalani oleh penyuluh di sekolah formal mulai dari SMA/SPMA, diploma III sampai pendidikan sarjana 3 Tingkat pendidikan nonformal. (Strata 1). Tingkat pendidikan nonformal adalah jumlah pelatihan, kursus atau diklat yang pernah diikuti penyuluh dihitung dalam periode 1 tahun. Indikator Pengukuran Akta Kelahiran penyuluh Ijazah Penyuluh Jumlah kumulatif hari pelatihan yang diikuti. Ukuran Umur penyuluh dihitung dalam tahun. Tingkat pendidikan formal dihitung dalam tahun. Tingkat pendidikan nonformal dihitung dalam hari 4 Tingkat pendapatan penyuluh Tingkat pendapatan penyuluh adalah jumlah pendapatan yang diperoleh penyuluh karena sebagai penyuluh yaitu gaji ditambah tunjangan dalam sebulan, Slip gaji penyuluh. Gaji penyuluh dihitung dalam rupiah.

29 Tabel 2. Lanjutan No Variabel (X) Definisi 5 Tingkat pendapatan keluarga Operasional Tingkat pendapatan keluaga adalah penjumlahan dari seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga penyuluh yang bekerja dalam sebulan di luar pendapatan penyuluh. 6 Lama bertugas Lama bertugas penyuluh adalah adalah lama waktu bertugas penyuluh sejak diangkat dan menjalankan tugas sebagai penyuluh. 7 Jarak tempat tinggal 8 Komitmen penyuluh dalam melaksanakan program rencana kerja tahunan (RKT) di wilayah binaan. Jarak tempat tinggal adalah jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari tempat tinggal penyuluh menuju lokasi tempat memberikan penyuluhan atau pada wilayah binaannya, Komitmen penyuluh dalam melaksanakan program rencana kerja tahunan (RKT) di wilayah binaan. Pengertian dari komitmen adalah sikap kesediaan diri untuk memegang teguh visi, misi serta kemauan untuk mengerahkan seluruh usaha dalam melaksanakan tugas (Robbins,2002). Dalam hal ini pengertian tugas yaitu program rencana kerja tahunan (RKT). Indikator Pengukuran Slip gaji atau surat keterangan pendapatan anggota keluarga. Surat keterangan dari pihak BP3K. Speedometer kendaraan. Terlaksananya program dan hasil kerja. Ukuran Gaji anggota keluarga dihitung dalam rupiah. Lama bertugas dihitung dalam tahun. Jarak tempat tinggal dihitung dalam Kilometer. Komitmen penyuluh dilihat dari sangat mendukung dengan skor 5,,mendukung dengan skor 4, cukup mendukung dengan skor 3, kurang mendukung dengan skor 2, dan tidak mendukung dengan skor 1.

30 2. Variabel Terikat ( Y ) Kinerja penyuluh diukur berdasarkan sembilan indikator dari Departemen pertanian ditambah satu indikator kinerja berdasarkan kerjasama antara pemerintah Provinsi dan Fakultas Pertanian Universitas Lampung berupa penerapan Cyber Extension. Penilaian kinerja penyuluh dilakukan berdasarkan penilaian kinerja penyuluh menurut penyuluh dan penilaian kinerja penyuluh menurut petani. Penilaian kinerja penyuluh menurut petani dilakukan bertujuan untuk menghindari penilaian subjektif dari responden penyuluh dalam menilai kinerjanya. Pengukuran skoring indikator kinerja menggunakan pertanyaan, dengan penjabaran sebagai berikut: 1) Tersusunnya program penyuluhan pertanian ditingkat BPP/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik), 2 (kurang baik), 3 (cukup baik), 4 (baik), 5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. 2) Tersusunnya rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh pertanian di wilayah kerja masing masing diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. 3) Tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5.

31 4) Terdeseminasinya informasi dan tekhnologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani diukur menggunakan 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 30 dan terendah 6. 5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5. 6) Upaya membantu petani/ kelompok tani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengusaha diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. 7) Terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi,sarana produksi,terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan pertanian dan pemasaran diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5. 8) Peningkatan produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masingmasing wilayah kerja diukur menggunakan 2 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10 dan terendah 2.

32 9) Peningkatan pendapatan petani di masing-masing wilyah kerja diukur menggunakan 2 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10 dan terendah 2. 10) Peningkatan penerapan Cyber Extension dalam kegiatan penyuluhan diukur menggunakan 8 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 40 dan terendah 8. Secara rinci pengukuran kinerja penyuluh (Variabel Y) tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran kinerja penyuluh (Variabel Y) di BP3K Talang padang sebagai BP3K Model CoE. No Indikator Pengukuran Ukuran 1 Pernyataan yang terkait dengan tersusunnya program penyuluhan pertanian ditingkat BPP/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani. 2 Pernyataan yang terkait dengan tersusunnya rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh pertanian di wilayah kerja masing masing. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik), 2 (kurang baik), 3 (cukup baik), 4 (baik), 5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. 3 Pernyataan yang terkait dengan tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5 (sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5.

33 Tabel 3. Lanjutan No Indikator Pengukuran Ukuran 4 Pernyataan yang terkait dengan terdeseminasinya informasi dan tekhnologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 6 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 30 dan terendah 6. 5 Pernyataan yang terkait dengan tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani kelompok dan koperasi. 6 Pernyataan yang terkait dengan upaya membantu petani/ kelompok tani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengusaha. 7 Pernyataan yang terkait dengan terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi, terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan pertanian dan pemasaran. 8 Pernyataan yang terkait dengan meningkatkan produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja. 9 Pernyataan yang terkait dengan meningkatkan pendapatan petani di masing-masing wilyah kerja. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 4. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25 dan terendah 5. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 2 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10 dan terendah 2. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan yang berjumlah 2 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10 dan terendah 2 10 Pernyataan yang terkait dengan meningkatnya penerapan Cyber Extension dalam kegiatan penyuluhan. Pengukuran indikator kinerja menggunakan pertanyaan berjumlah 8 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1 (tidak baik)-5(sangat baik), dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 8.

34 3. Efektivitas Model Center of Excellence terhadap tingkat kinerja. Efektivitas merupakan perbandingan antara Output yang sebenarnya dihasilkan dan Output yang diharapkan (Komarudin, 1994). Output dalam penelitian mengenai efektivitas ini adalah kinerja penyuluh. Efektivitas Model CoE diukur berdasarkan perbandingan kinerja penyuluh yang dihasilkan dan kinerja penyuluh yang diharapkan. Kinerja penyuluh yang dihasilkan merupakan nilai rata-rata kinerja penyuluh menurut penyuluh dan kinerja penyuluh menurut petani. Perbandingan dilakukan pada skor nilai kinerja penyuluh yang dicapai dengan skor nilai kinerja tertinggi yang diharapkan berdasarkan sepuluh indikator kinerja. Klasifikasi kinerja penyuluh yang digunakan dalam analisis didasarkan pada nilai rata-rata antara kinerja penyuluh menurut penyuluh dan kinerja penyuluh menurut petani. Dalam penelitian ini pengukuran efektivitas Model CoE terhadap kinerja penyuluh digunakan yaitu: 1) Tersusunnya programa penyuluhan pertanian ditingkat BPP/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 2) Tersususnnya rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh

35 nilai tertinggi 20. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 3) Tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 4) Terdeseminasinya informasi dan tekhnologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani diukur menggunakan 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 30. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 30. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 5) Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.

36 6) Upaya membantu petani/ kelompok tani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengusaha diukur menggunakan 4 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 7) Terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi,sarana produksi, terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan pertanian dan pemasaran diukur menggunakan 5 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 8) Peningkatan produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masingmasing wilayah kerja diukur menggunakan 2 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 10. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 9) Peningkatan pendapatan petani di masing-masing wilyah kerja diukur menggunakan 2 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor

37 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 10. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 10) Peningkatan penerapan Cyber Extension dalam kegiatan penyuluhan diukur menggunakan 8 pertanyaan. Setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 40. Skor yang sebenarnya dihasilkan dibandingkan dengan skor tertinggi yang diharapkan yaitu 40. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. Pengukuran efektivitas Model CoE per indikator terhadap tingkat kinerja penyuluh dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengukuran efektivitas Model CoE per indikator terhadap tingkat kinerja penyuluh di BP3K Talang Padang. No Indikator Pengukuran Ukuran 1 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja tersusunnya programa penyuluhan pertanian. 2 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja tersusunnya rencana kerja tahunan (RKT) penyuluh pertanian di wilayah kerja masing masing. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan berjumlah 4 dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian diperoleh nilai tertinggi 20. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian diperoleh nilai tertinggi 20. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.

38 Tabel 4. Lanjutan No Indikator Pengukuran Ukuran 3 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5.Dengan demikian diperoleh nilai tertinggi 25. Efektifitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 4 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja terdeseminasinya informasi dan tekhnologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani. 5 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani kelompok dan koperasi. 6 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja upaya membantu petani/ kelompok tani menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pengusaha. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 6 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 30. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 30. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 4 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 20. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 20. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.

39 Tabel 4. Lanjutan No Indikator Pengukuran Ukuran 7 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi,sarana produksi,terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan pertanian dan pemasaran. 8 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja dengan meningkatkan produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 25. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 25. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 2 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 10. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%. 9 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja dengan meningkatkan pendapatan petani di masingmasing wilyah kerja. 10 Pengukuran keberhasilan program berdasarkan perbandingan nilai skor yang dicapai dan nilai skor yang diharapkan pada indikator kinerja meningkatnya penerapan Cyber Extension dalam kegiatan penyuluhan. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 2 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 10. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 10. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.. Pengukuran efektivitas menggunakan pertanyaan indikator kinerja yang berjumlah 8 pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi 40. Efektivitas diukur dari perbandingan skor yang sebenarnya dengan skor yang diharapkan yaitu 40. Nilai efektivitas tersebut diklasifikasikan menjadi efektif apabila > 50% dan tidak efektif apabila 50%.

40 B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terdapat di Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan penelitian mengenai kinerja penyuluh dan efektivitas Model CoE belum dilakukan di BP3K Kecamatan Talang. Responden dalam penelitian ini adalah penyuluh yang bekerja di bawah naungan BP3K Kecamatan Talang Padang dan petani binaan penyuluh yang terbagi dalam delapan belas desa. Petani binaan dijadikan responden bertujuan untuk menghindari penilaian subjektif dari responden penyuluh dalam menilai kinerjanya. Sampel penyuluh sebanyak tiga belas orang yang diambil secara sensus dan responden petani binaan penyuluh diambil secara proporsional (Yamane dalam Rahmat 2002) dengan rumus: n = N N(di ) 2 +1 Keterangan : n = besarnya sampel N = populasi di = tingkat ketelitian Berdasarkan data BP3K Kecamatan Talang Padang jumlah petani anggota kelompok tani di Kecamatan Talang Padang sebanyak 2.027 anggota. Dengan mempertimbangkan presisi atau tingkat ketelitian 10% maka diperoleh sampel sebagai berikut : n = 2027 2027 0.1 2 +1 = 96 Petani yang dijadikan responden berdasarkan rumus di atas sebanyak 96 orang. Pengambilan sampel dari masing-masing wilayah binaan penyuluh ditentukan menggunakan Proporsional Random Sampling, sehingga setiap

41 sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah sampel petani masing-masing wilayah binaan ditentukan dengan menggunakan rumus Natsir (1988), yaitu : ni Ni N n Keterangan : ni Ni n N = Jumlah sampel dalam setiap wilayah binaan. = Jumlah populasi masing masing wilayah binaan. = Jumlah seluruh populasi wilayah binaan. = Jumlah sampel secara keseluruhan. Secara rinci sebaran sampel petani di desa binaan BP3K Kecamatan Talang padang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Sampel Petani di Desa binaan BP3K Kecamatan Talang Padang No Wilayah Binaan Petani Binaan Penyuluh (desa) (orang) Sampel 1 Talang Padang Khadafi Gunara, SP 89 4 2 Banding Agung Maya Angalia 145 7 3 Suka Bandung Bruri A, SP 29 2 4 Suka negri Bruri A, SP 17 1 5 Sinar Betung Sugiyanto, S.PKP 20 2 6 Kejayaan Samsudin 121 4 7 Suka bumi Samsudin 190 9 8 Suka Negri Jaya Amat Solihin 37 2 9 Way Halom Amat Solihin 104 5 10 Suka Merindu Kristina Yanti, S. Pt 110 5 11 Talang Sepuh Wellya Sari Dewi, S.P 196 9 12 Kali Bening Alzep Rizam 324 15 13 Sinar Petir Nur Alfamara, SP 76 4 14 Suka Rame Eriyanto MZ, SP 65 3 15 Singo Sari Eriyanto MZ, SP 189 9 16 Negri Agung Nuryono 194 9 17 Sinar Banten Dodi Febrianto, SP 48 2 18 Banjar Sari Dodi Febrianto, SP 73 4 Jumlah 13 2027 96 Sumber : Data Primer yang di olah.

42 C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei. Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) dan pengamatan langsung di lapangan. Data hasil wawancara berupa data tentang tingkat kinerja dan efektivitas Model CoE didasarkan pada sembilan indikator kinerja menurut Departemen Pertanian (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian 2010) dan satu indikator program BP3K Model CoE. Data sepuluh indikator kinerja tersebut berupa data ordinal dengan skor 1-5. Skor tersebut kemudian diolah menggunakan metode tabulasi. Tingkat kinerja penyuluh ditentukan dari modus berdasarkan skor yang dihasilkan dari sepuluh indikator kinerja kemudian diklasifiksikan dalam tiga kelas berdasarkan pada rumus Sturges dalam Dajan (1986) dengan rumus : Z = X Z K Keterangan : Z = Interval kelas X = Nilai Tertinggi Y = Nilai Terendah K = Banyaknya kelas atau kategori Banyaknya kelas (K) dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja yakni sebanyak tiga kelas untuk memudahkan pengklasifikasian yang menggunakan skala. Efektivitas Model CoE diukur berdasarkan perbandingan kinerja penyuluh yang dihasilkan dan kinerja penyuluh yang diharapkan. Kinerja penyuluh

43 yang dihasilkan merupakan nilai rata-rata kinerja penyuluh menurut penyuluh dan kinerja penyuluh menurut petani. Perbandingan dilakukan pada skor nilai kinerja penyuluh yang dicapai dengan skor nilai kinerja tertinggi yang diharapkan berdasarkan sepuluh indikator kinerja. Klasifikasi kinerja penyuluh yang digunakan dalam analisis efektivitas Model CoE didasarkan pada nilai rata-rata antara kinerja penyuluh menurut penyuluh dan kinerja penyuluh menurut petani. Data tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan kinerja penyuluh berupa variabel umur (X 1 ), pendidikan formal (X 2 ), pendidikan nonformal (X 3 ), pendapatan (X 4 ), pendapatan keluarga (X 5 ), lama bertugas (X 6 ), jarak tempat tinggal (X 7 ), komitmen penyuluh (X 8 ). Data rasio pada variabel X diubah menjadi data ordinal untuk keperluan uji korelasi. Data yang digunakan untuk analisis pada faktor- faktor yang berhubungan dengan kinerja penyuluh adalah data ordinal dari variabel X dan variabel Y. Data sekunder diperoleh dari instansi dan lembaga terkait seperti BAKORLUH Provinsi Lampung, BP3K Kecamatan Talang Padang, instansi dan kelembagaan terkait lainnya. D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi dan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui tingkat kinerja penyuluh digunakan analisis deskriptif. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengetahui efektivitas Model CoE digunakan analisis deskriptif. Pengolahan data digunakan perbandingan antara Output yang sebenarnya dihasilkan dan Output yang diharapkan (Komarudin, 1994). Pengukuran efektivitas program

44 CoE terhadap tingkat kinerja diklasifikasikan menjadi efektif apabila nilai efektivitas > 50% dan tidak efektif apabila nilai efektivitas 50%. Tujuan ketiga yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja penyuluh digunakan uji statistic non-parametrik Rank Spearman dua sisi (2- tailed) dengan α = 0.05. Apabila terdapat data Outlier pada kumpulan data maka usaha yang dapat dilakukan adalah membuang atau menghilangkan data pengamatan tersebut. Setelah data dibuang atau dihilangkan maka dilakukan pengujian ulang. Hal ini karena jika data Outlier tidak dihilangkan akan memberikan pengaruh terhadap hasil uji data. Hipotesis Hi dalam bentuk kalimat : 1. ada hubungan nyata antara umur (X 1 ) dengan kinerja penyuluh (Y) 2. ada hubungan nyata antara tingkat pendidikan formal penyuluh (X 2 ) dengan kinerja penyuluh (Y) 3. ada hubungan antara tingkat pendidikan nonformal (X 3 ) penyuluh dengan kinerja penyuluh (Y) 4. ada hubungan antara tingkat pendapatan penyuluh (X 4 ) dengan kinerja penyuluh (Y) 5. ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga penyuluh (X 5 ) dengan kinerja penyuluh (Y) 6. ada hubungan antara lama bertugas penyuluh (X 6 ) dengan kinerja penyuluh (Y) 7. ada hubungan antara jarak tempat tinggal (X 7 ) dengan kinerja (Y) 8. ada hubungan antara komitmen penyuluh (X 8 ) dengan kinerja penyuluh

45 Selanjutnya untuk menguji hipotesis digunakan analisis peringkat Spearman. Menurut Siegel 1986 rumus Rank Spearman adalah ii r s = 6 di 2 i=1 n 2 n Keterangan: r s : Koefisien korelasi Spearman n : Jumlah responden Penyuluh di : Perbedaan antara X dan Y Rumus r s ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian ini akan melihat korelasi (keeratan hubungan) antara variabel bebas dan variabel terikat dari peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu. Untuk menentukan signifikansi nilai r s nya adalah dengan melihat tabel harga-harga kritis r s korelasi rank Spearman (Siegel 1986) Jika terdapat peringkat yang sama atau kembar dalam variabel X maupun Y, maka memerlukan faktor korelasi T (Siegel 1986) dengan rumus sebagai berikut: r s = x 2 + y 2 di 2 2 x 2 y 2 x 2 = n3 n 12 Tx y 2 = n3 n 12 Ty T = t3 t 12 Keterangan : x 2 : Jumlah kuadrat variabel x yang diberi korelasi. y 2 : Jumlah kuadrat variabel y yang diberi korelasi. T : Faktor Korelasi t : Jumlah obsevasi yang mempunyai peringkat sama. Tx : Jumlah faktor korelasi variabel x. Ty : Jumlah faktor variabel y. N : jumlah responden penyuluh.

46 Kriteria pengambilan keputusan : 1. Jika t hitung < t tabel, pada (α) =0,05 maka Hi ditolak atau Ho diterima, berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji. 2. Jika t hitung t tabel, pada (α) =0,05 maka Hi diterima atau Ho ditolak, berarti terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.