IMPLEMENTASI TOLERANSI KEBHINNEKAAN PADA MASYARAKAT MAJEMUK DI DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

TOLERANSI UMAT ISLAM TERHADAP UPACARA AGAMA HINDU DI CANDI CETHO DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

PLEASE BE PATIENT!!!

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

III. METODE PENELITIAN

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PELAKSANAAN SAMBATAN UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

IMPLEMENTASI NORMA KESOPANAN PADA PERILAKU MAHASISWA PENDATANG DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

PERAN KAUM URBAN DALAM MENJAGA KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN (Studi Kasus: Buntarejo, RT 01/04, Kadokan, Grogol, Sukoharjo Tahun 2017)

LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

MEMBANGUN INTEGRASI NASIONAL DENGAN BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MEMBANGUN JIWA PERSATUAN DAN KESATUAN (Studi Kasus Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PEMBUKAAN PEKAN BUDAYA BLITAR TAHUN 2012 SELASA, 06 NOVEMBER 2012

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rosania Mega Fibriana, 2014 Perkembangan nila-nilai kerukunan ummat beragama pada masyarakat majemeuk

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

FIS42 (2) (2015) FORUM ILMU SOSIAL.

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

IMPLEMENTASI SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Hak dan kewajiban manusia sering

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN LATIHAN 5

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

Artikel Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

11MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara. .Drs. Sugeng Baskoro, M.M.

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

Oleh: ANYTA FAJAR TRISETYANINGSIH A

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

Transkripsi:

IMPLEMENTASI TOLERANSI KEBHINNEKAAN PADA MASYARAKAT MAJEMUK DI DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: AJI WIBOWO A220110108 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Januari, 2017

i

ii

iii

IMPLEMENTASI TOLERANSI KEBHINNEKAAN PADA MASYARAKAT MAJEMUK DI DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARNGANYAR Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi, hambatan dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara, observasi, dan dokumen. Teknik analisis data dengan menerapkan model interaktif melalui pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dalam penelitian ini dengan cara triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat Dusun Cetho tercermin dari sikap menghargai perbedaan agama.; 2) Hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar yaitu adanya pernikahan yang berbeda agama dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang berpolitik yang benar; 3). Usaha yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar yaitu bermusyawarah dan sosialisasi tentang cara berpolitik yang benar. Kata kunci: implementasi, toleransi kebhinnekaan, masyarakat majemuk. Abstract This research aims to describe the implementation, the constrains and effort in the implementation of tolerance for diversity in a pluralistic society in the hamlet village Cehto Gumeng Jenawi district of Karanganyar. Collecting data in this research with interview, observation, and documents. Data analysis techniques by apolying interview models through data collection, and drawing conclution. Test the validity of the data in this research by mean of triangulation techniques and resources. This result show that 1). Implementation of tolerance for diversity in society is reflected Cetho hamlet of respect for religious differences; 2). Barriers to Iimplementation tolerance of diversity in a pluralistic society in the hamlet village Cetho Gumeng Jenawi Distric of Karanganyar that his marriage of different religious and a lack of public understanding of the political right; 3). community efforts to overcome obsracles in the implementation of tolerance in pluralistic society in the hamlet village Cetho Gumeng Jenawi Karanganyar Subdistrict hamely deliberation and socialization of politics right way. Keyword: Implementation, tolerance of diversity, pluralistic society. 1

1. PENDAHULUAN Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis. Masyarakat majemuk memiliki kedudukan yang setara tidak ada prioritas antar suku, ras, etnis, maupun agama walaupun mereka memiliki budaya dan aspirasi yang berbeda-beda. Manusia dikodratkan menjadi makhluk yang harmoni. Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat seharusnya menjadi alasan untuk menjalani kehdupan yang menjunjung tinggi toleransi. Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan modal yang sangat menentukan terwujudnya sebuah bangsa yang Bhinneka tunggal ika. Menurut Setiadi (2006: 153-154), segala bentuk kesenjangan harus didekatkan, segala keanekaragaman dipandang sebagai kekayaan bangsa milik bersama. Kemajemukan masyarakat seharusnya dapat menjadikan rakyat indonesia hidup dalam keharmonisan, namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Secara relatif sering terjadi konflik antar kelompok satu sama lain. Realitas ini harus diterima dengan sikap keterbukaan dan kedewasaan agar konflik tersebut tidak menggoyahkan persatuan Indonesia. Salah satu penyumbang kontribusi dalam keberagaman di Indonesia adalah Agama. Menurut Setiadi (2006: 148), agama mengandung arti ikatan yang haus dipegang dan dipatuhi manusia. Menurut Thouless sebagaimana dikutip Setiadi (2006: 149), agama terpusat pada Tuhan atau Dewa sebagai ukuran untuk menentukan yang tak boleh diabaikan. Agama merupakan hal yang penting di indonesia, terbukti dengan adanya berbagai agama yang diakui di Indonesia. Diskriminasi tidak terjadi begitu saja, namun ada beberapa faktor penyebabnya. Menurut Setiadi (2006: 155), faktor yang mempengaruhi terjadinya diskriminasi adalah persaingan yang ketat dalam bidang ekonomi, tekanan dan intimidasi dari 2

kelompok yang dominan, ketidakberdayaan masyarakat kecil atas intimidasi yang mereka dapatkan. Penyebab lain terjadinya berbagai konflik adalah problematika diskriminasi dalam masyarakat. Menurut Setiadi (2006: 154), diskriminasi adalah tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau kelompo, golonga, status sosial,agama, kondisi fisik, dan lain-lain. Hal ini bertentangan dengan prinsip HAM yang memandang secara universal dan tidak membeda-bedakan. Pasal 281 ayat (2) UUD 1945 telah menegaskan bahwa: Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Permasalahan lain yang terjadi adalah adanya disintegrasi bangsa. Menurut Setiadi (2006: 156), faktor yang mendorong terjadinya disintegrasi bangsa adalah kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang parah dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, penurunan moral para aparat penegak hukum, dam investasi asing. Konstitusi menjamin setiap warga negara untuk memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 yang menyatakan: negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Berdasarkan uraian tersebut sudah jelas Indonesia menjamin secara yuridis setiap warganya untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan masingmasing. Kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk harus ada sikap toleransi. Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi untuk memecahkan permasalahan masyarakat Indonesia yang majemuk adalah Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Setiadi (2006: 157), Bhinneka tunggal ika merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia majemuk dan heterogen. Bhinneka Tunggal Ika menekankan aspek persatuan dalam segala bidang tanpa membeda-bedakan. Terwujudnya Bhinneka tunggal ika tidak lepas dari kesadaran masyarakat akan hidup 3

berdampingan dan memahami makna Bhinnekat Tunggal Ika agar menjadi pedoman dalam berbangsa dan bernegara. Besarnya sikap toleransi dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika mengharuskan tiap induvidu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Penanaman rasa toleransi untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika ditanamkan pada anak sejak usia dini melalui pendidikan berbasis multikultural. Menurut Mahfud (2011: 185), dalam menghadapi pluralisme diperlukan paradigma baru yang lebih toleran yaitu paradigma pendidikan multikultural. Hal ini penting dilakukan untuk mengarahkan anak didik bersikap toleran terhadap masyarakat yang beragam. Pemerintah menyusun kurikulum mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan memasukkan materi Bhinneka Tunggal Ika agar peserta didik dapat belajar menghargai perbedaan sejak dini. Dusun Cetho merupakan daerah yang tingkat kemajemukan masyarakatnya cukup tinggi, terutama dalam hal perbedaan agama. Desa tersebut mayoritas masyarakatnya memeluk agama Budha, mereka menggunakan candi sebagai tempat pemujaan, tetapi ada juga warga yang memeluk agama lain misalnya Islam dan Nasrani. Masyarakat yang beragama Islam merayakan Idhul Fitri dan Idhul Adha dengan lancar, begitu pula dengan umat Nasrani yang merayakan Natal. Kemajemukan masyarakat Dusun Cetho tersebut harus disertai rasa toleransi yang tinggi, agar tidak terjadi konflik antar umat beragama. Toleransi masyarakat Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dari kehidupan mereka sehari hari, walaupun mereka berbeda agama namun tidak mempengaruhi hak dan kewajiban masing-masing sebagai warga negara Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat beralasan untuk diadakan penelitian tentang Implementasi Toleransi Kebhinnekaan pada Masyarakat Majemuk di Dusun Cetho Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut: 4

1. Bagaimana implementasi toleransi kebhinnekaan di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar? 2. Hambatan apa saja yang dihadapi terkait implementasi toleransi kebhinnekaan di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar? 3. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar? 2. METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Rahap-tahap pelakssanaan dalam penelitian ini dimulai dari persiapan sampai dengan penulisan laporan kurang lebih 4 bulan, mulai bulan Agustus sampai dengan Bulan November 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena data penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan, perilaku dari orang-orang yang diamati, juga data tertulis dari dokumen. Kasus dalam penelitian ini adalah implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, hambatan dalam mengimplementasikan toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar, dan usaha yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawan-cara, dan dokumentasi atau arsip.teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah model interaktif. Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2010: 338), proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang 5

tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Temuan penelitian implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar: Toleransi Kebhinnekaan pada masyarakat majemuk merupakan sikap menghargai perbedaan suku, ras, agama, gender, kebudayaan, dan ekonomi untuk menciptakan masyarakat yang Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan sekaligus pedoman bagi bangsa Indonesia yang hidup ditengah banyaknya perbedaan tersebut. Implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk paling kompleks. Banyak sekali perbedaan dalam lapisan masyarakat antara daerah satu dengan lainnya, misalnya perbedaan suku, ras, agama, gaya bahasa, dan kebudayaan. Kondisi negara Indonesia yang tergolong masyarakat majemuk dapat saja menimbulkan konflik. Hal ini nampaknya sudah menjadi pemikiran sejak zaman dahulu. Terbukti para tokoh bangsa terdahulu menggagas bagaimana cara mempersatukan negara Indonesia. Salah satu cara tersebut ialah membuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu cara yang dianggap dapat menjaga persatuan dan kesatuan negara republik indonesia. Makna Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua, yang berarti walaupun hidup dalam berbagai perbedaan namun kita tetap satu yaitu bangsa Indonesia. Toleransi dapat terwujud dari sikap menghargai perbedaan agama atau kepercayaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi 6

Kabupaten Karanganyar. Masyarakat Dusun Cetho menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama. Mayoritas penduduk beragama Hindu, namun umat Islam dan Nasranai pun juga ada. Mereka menjalankan ajaran agama masing-masing dengan aman tanpa mengganggu satu sama lain. Perbedaan agama tidak mempengaruhi mereka untuk hidup bersosial dan bergotong royong, sebagai contoh pada acara bersih dusun yang diadakan dua kali dalam setahun, mereka melakukan kondangan di Candi Cetho. Baik umat Islam, Hindu, dan Nasrani semua mengikuti acara dengan khitmat dan berdoa untuk kemakmuran Dusun Cetho. Implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar: toleransi Kebhinnekaan merupakan sikap saling menghargai perbedaan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Yaitu berbeda-berbeda namun tetap satu jua. Toleransi kebhinnekaan terwujud dari salah satu contoh daerah yang memiliki perbedaan agama dan kebudayaan yang begitu kental. Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu, Islam, dan Nasrasi. Mayarakat Dusun Cetho hidup rukun dan tidak terlalu membeda-bedakan keagamaan dan kepercayaan mereka. Sebagai contoh pada perayaan hari kemerdekaan RI mereka bersatu untuk memeriahkan, Saling menghormati dan memberi selamat pada saat hari raya masing-masing. Setiap dua tahun sekali diadakan acara bersih Dusun yang diikuti semua masyarakat Cetho, mereka berdoa menurut keyakinan masing-masing demi kemakmuran. Hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar seperti pernikahan yang berbeda agama dan kesadaran berpolitik yang rendah menjadi penyebab terhambatnya penerapan rasa toleransi. Pernikahan berbeda agama ini biasanya bisa memicu konflik antar keluarga bahkan sampai ke ranah hukum. Biasanya masalah 7

membagi warisan, harta gono-gini, harta benda, dan akidah. Kesadaran berpolitik yang benar dalam artian masyarakat masih menyangkut pautkan dengan agama. Pemilihan pemimpin memang menjadi dilema tersendiri dalam masyarakat. Terkadang yang seagama kinerja tidak terlalu bagus namun yang berlainan kepercayaan justru memberi kontribusi yang menonjol. Solusi yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah bermusyawarah dengan warga untuk memecahkan masalah. Musyawarah atau diskusi merupakan salah satu alternatif terbaik untuk mencari solusi dengan mendengarkan pendapat semua orang. Hal ini juga menuntuk semua orang untuk bersikap toleran dengan menghargai pendapat orang lain. Kepala Desa sebagai fasilitator akan menambah kondusif sekaligus dapat memberi saran dan masukan untuk tercapainya kesepakatan. Sosialisasi berpolitik juga menjadi solusi agar masyarakat bisa mengetahui mengenai cara berpolitik secara demokratis. Agama bukanlah segalanya dalam menentukan pemimpin, namun hasil kerja sekaligus tingkah laku orang tersebut lebih diutamakan. Kebanyakan masyarakat Indonesia masih terlalu kukuh dengan pendirian memilih pemimpin harus seagama dan tidak melihat faktor lain, kalau sudah begini politik di Indonesia tidak akan berjalan secara demokratis. 4. Penutup 4.1 SIMPULAN Implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar tercermin dari sikap masyarakat yang menghargai perbedaan agama yang sangat kental. Masyarakat Dusun Cetho mayoritas memeluk agama Hindu, sebagian yang lain Islam dan Nasrani, namun semua hidup secara rukun dan jarang terjadi konflik. Hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar 8

yaitu adanya pernikahan berbeda agama serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang berpolitik yang benar. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam mengimplementasikan toleransi kebhinnekaan pada masyarakat majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar yaitu pertama dengan bermusyawarah dengan semua lapisan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan jika ada pernikahan berbeda agama agar tidak terjadi konflik yang dapat memecah belah kerukunan antar umat. Kedua untuk mengatasi masalah masyarakat yang kurang memahami cara berpolitik maka diadakan sosialisasi dari aparat Desa. Masyarakat perlu diberi pengertian agar dapat memilih sesuai hati nurani tanpa terpengaruh suku, ras, agama, dan budaya. 4.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Warga Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar hendaknya bisa meningkatkan rasa toleransi, lebih menghargai peraturan atau akidah dalam agama masing-masing, dan lebih menjaga kerukunan dan kekompakan antar umat beragama. 2. Kepala Desa merupakan orang yang menjadi contoh baik dalam berperilaku bagi para warganya, sehingga sangat diharapkan berpartisipasi untuk memberikan pengarahan terhadap warga desa akan pentingnya implementasi toleransi kebhinnekaan. 3. Peneliti berikutnya diharapkan mengambil tema yang lain supaya lebih inovatif sekaligus menambah wawasan. Semoga hasil penelitian ini mempunyai manfaat dan mampu memberikan sumbangan pemikiran serta peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan dengan mengkaji lebih dalam lagi mengenai nilai-nilai persatuan dan kemanusiaan. Peneliti berikutnya disarankan agar mencari solusi yang lain atas kendala yang telah ditemukan dalam penelitian ini. 9

DAFTAR PUSTAKA Mahfud, Choirul.2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen I-IV. Yogyakarta: Pustaka Yustisia Setiadi, Elly dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 10