ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DIBERLAKUKANYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN PADA APBD

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANGGARAN

EVALUASI REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA TINGKAT KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN DAERAH APBD TAHUN

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KABUPATEN SUMBAWA SKRIPSI

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

Disusun oleh: B

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

BAB VI PENUTUP. 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kupang Ditinjau Dari Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

Disusun Oleh : B

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan. pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut menggunakan rasio keuangan. Antara lain untuk kinerja keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

MACHDANIYATUL AZIZAH B

Analisis kinerja keuangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota depok tahun anggaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB VI PENUTUP adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SERANG (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BREBES PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Simpulan. analisis efektivitas penerimaan pajak reklame dan kontribusinya terhadap

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

Transkripsi:

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD 2009-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta OLEH: HERI TRIYONO B200 090 135 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD 2009-2011 HERI TRIYONO B 200 090 135 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja keuangan daerah Kabupaten Sukoharjo berdasarkan rasio pada APBD tahun 2009-2011. Masalah yang dibahas adalah bagaimana tingkat kinerja keuangan Kabupaten Sukoharjo jika dilihat dari rasio keuangan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data laporan realisasi APBD Kabupaten Sukoharjo tahun anggaran 2009-2011. Sumber data diperoleh langsung dari Kantor DPPKAD Kabupaten Sukoharjo. Metode analisis data yang digunakan adalah rasio kemandirian, rasio efektivitas dan efisiensi, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, dan rasio derajat desentralisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio kemandirian rendah dengan tingkat ketergantungan dari pihak eksternal masih tinggi. Rasio efektivitas yang dicapai tinggi. Rasio efisiensi menunjukkan dalam memungut PAD sudah efisien. Rasio aktivitas pada belanja pembangunan masih rendah. Rasio pertumbuhan menunjukkan hasil yang positif. Rasio derajat desentralisasi rendah. Kata Kunci: Pemerintah Daerah, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan.

A. PENDAHULUAN Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan adanya masa transisi perubahan sistem pemerintah, yang sebelumnya sistem pemerintah bersifat sentralistik diubah menjadi sistem pemerintah yang bersifat desentralistik. Hal ini sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perubahan tersebut diimplementasikan dengan memberikan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk mengelola serta mengatur keuangan dan pembangunan di daerahnya masing-masing. Selain untuk memberi wewenang pembangunan yang lebih luas kepada daerah, tujuan utama ditetapkannya kedua Undang- Undang tersebut adalah untuk efisiensi dan efektivitas sumber daya keuangan, sehingga dapat mendorong pemerintah daerah memberdayakan semua potensi yang ada dalam rangka mengembangkan dan membangun daerahnya. Dengan memaksimalkan sumber potensi yang dimiliki, diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya dan tingkat ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat atau provinsi dapat berkurang. Untuk menilai kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah, maka diperlukan pengukuran kinerja keuangan daerah. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yaitu dengan analisis rasio terhadap realisasi APBD. Analisis rasio terhadap APBD sangat diperlukan untuk menilai efektivitas otonomi daerah, yang seharusnya dengan adanya otonomi daerah pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian, rasio efektifitas dan efisiensi, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, dan rasio derajat desentralisasi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan pada APBD Tahun Anggaran 2009-2011.

B. LANDASAN TEORI 1. Otonomi Daerah Menurut UU. 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5 menjelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Pengukuran Kinerja Menurut Mardiasmo (2002:121) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. 3. Tinjauan Keuangan Daerah Dalam keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006, menyebutkan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 5. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio adalah suatu cara atau proses dalam mengidentifikasi keadaan keuangan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada APBD antara lain:

a. Rasio Kemandirian Rasio kemandirian rasio yang menggambarkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan (Halim, 2008:232). Rasio kemandirian keuangan daerah dirumuskan: Pendapatan Asli Daerah Rasio kemandirian Bantuan Pemerintah Pusat/Provinsi Pinjaman b. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Rasio efektivitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim, 2008:234). Rasio efektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio efektivitas Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Berdasarkan Potensi Rill Daerah Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang telah diterima. Rasio efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut: Biaya yang Dikeluarkan untuk Memungut PAD Rasio e isiensi Realisasi Penerimaan PAD c. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah daerah dapat memprioritaskan alokasi dananya pada belanja pembangunan secara optimal (Halim, 2008:236). Rasio aktivitas dapat dirumuskan: Total Belanja Pembangunan Rasio aktivitas Total APBD d. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya (Halim, 2008:241). Rasio pertumbuhan dapat dirumuskan:

Realisasi penerimaan PAD Xn Xn 1 Rasio pertumbuhan PAD Realisasi penerimaan PAD Xn 1 Rasio pertumbuhan pendapatan Rasio pertumbuhan belanja pembangunan Realisasi penerimaan pendapatan Xn Xn 1 Realisasi penerimaan pendapatan Xn 1 Realisasi belanja pembangunan Xn Xn 1 Realisasi belanja pembangunan Xn 1 Keterangan: Xn = tahun yang dihitung Xn-1 = tahun sebelumnya e. Derajat Desentralisasi Rasio ini dapat menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total pendapatan atau penerimaan daerah (Mahmudi, 2007:126). Rumusnya sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah Derajat Desentralisasi Total Pendapatan Daerah C. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif, karena bertujuan mendapatkan gambaran, melaporkan suatu keadaan, peristiwa atau suatu obyek, dan membandingkan dari tahun ke tahun. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan sumber data diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009-2011 dan gambaran umum Kabupaten Sukoharjo. Metode analisis data menggunakan deskriptif komparatif. Data yang berasal dari realisasi APBD dikumpulkan dan akan dianalisis dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

D. HASIL PENELITIAN 1. Rasio Kemandirian Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio kemandirian dapat diketahui tingkat rasio kemandirian pada tahun 2009 sebesar 7,11% dan mengalami peningkatan sebesar 1,65% pada tahun 2010 dengan kemandirian 8,76%. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,7% dari tahun sebelumnya dengan tingkat kemandirian sebesar 10,46%. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kemandirian Kabupaten Sukoharjo tahun 2009-2011 berada pada tingkat kemandirian dengan interval 0%-25%. Rasio ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo memiliki pola hubungan instruktif dengan tingkat kemandirian yang tergolong rendah sekali. Rendahnya rasio kemandirian di Kabupaten Sukoharjo dapat dikarenakan penerimaan PAD yang masih rendah atau lebih kecil dibandingkan pendapatan daerah dari sumber lain. Pemerintah daerah masih belum mampu mengoptimalkan sumber PAD sehingga ketergantungan pada pemerintah pusat masih sangat tinggi. 2. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui rasio efektivitas pada tahun 2009 sebesar 105,82% dan mengalami penurunan 3,63% pada tahun 2010 dengan persentase sebesar 102,19%. Pada tahun 2011 rasio efektivitas mengalami peningkatan 5,52% dari tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 107,71%. Dari keterangan tersebut dapat diketahui PAD yang dihasilkan telah melebihi target atau anggaran yang telah ditetapkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo dalam mencapai realisasi penerimaan PAD sudah sangat efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan rasio efektivitas dari tahun 2009-2011 sudah mencapai lebih dari 100%. Rasio efisiensi Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 rasio efisiensi sebesar 3,91% dan mengalami peningkatan 0,2% pada tahun 2010 menjadi 4,11%. Pada tahun 2011 rasio efisiensi mengalami peningkatan sebesar 0,15% dari tahun

sebelumnya menjadi 4,26%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo atau kinerja dalam memungut PAD khususnya pajak dan retribusi daerah sudah sangat efisien dengan hasil rasio kurang dari 5%. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan sangat efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 100%. Hasil ini memperlihatkan bahwa pemerintah daerah dalam mengeluarkan biaya untuk pemungutan sudah relatif sedikit, sehingga bisa mendapatkan hasil atau output yang lebih optimal. 3. Rasio Aktivitas Dari hasil perhitungan menunjukkan rasio aktivitas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 rasio aktivitas sebesar 7,10% dan mengalami peningkatan 0,25% pada tahun 2010 dengan persentase sebesar 7,95%. Pada tahun 2011 rasio aktivitas mengalami peningkatan lagi 2,07% dari tahun sebelumnya dengan persentase sebesar 10,02%. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan alokasi untuk dana pembangunan tiap tahun meningkat, akan tetapi rasio aktivitas yang dihasilkan masih rendah. Rasio aktivitas yang rendah berarti dana APBD masih banyak diprioritaskan untuk kegiatan operasional atau belanja rutin daripada belanja modal. 4. Rasio Pertumbuhan Hasil perhitungan dari rasio pertumbuhan menunjukkan rasio pertumbuhan PAD mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 sebesar 31,95% dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 49,22%. Rasio pertumbuhan total pendapatan juga mengalami peningkatan, pada tahun 2010 rasio pertumbuhan total pendapatan sebesar 8,82% dan meningkat pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 27,31%. Rasio pertumbuhan belanja pembangunan juga mengalami kenaikan, pada tahun 2010 sebesar 13,53% meningkat pada tahun 2011 dengan presentase sebesar 56,38%. Rasio pertumbuhan PAD pada tahun 2010-2011 menunjukkan hasil yang positif, hal itu ditunjukkan dengan adanya kenaikan PAD dari tahun

2009-2011. Kenaikan PAD membuktikan bahwa pemerintah daerah telah mampu mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan perolehan PAD yang dicapai dari tahun 2009-2011. Rasio pertumbuhan total pendapatan pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dan menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil dari PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain pendapatan yang sah. Berdasarkan keterangan tersebut berarti Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo sudah baik dalam mencapai anggaran atau target pendapatan daerah dan berhasil meningkatkan dari tahun sebelumnya. Rasio pertumbuhan belanja modal atau pembangunan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 13,53% menjadi 56,38% pada tahun 2011. Peningkatan tersebut menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Hasil yang positif berarti belanja pembangunan yang sudah dialokasikan dari dana APBD mengalami peningkatan. Dengan demikian pembangunan, penyediaan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat telah meningkat dengan baik. 5. Rasio Derajat Desentralisasi Dari hasil perhitungan rasio ini menunjukkan bahwa derajat desentralisasi selalu meningkat. Pada tahun 2009 sebesar 6,66% dan meningkat pada tahun 2010 dengan persentase sebesar 8,08%. Kemudian pada tahun 2011 derajat desentralisasi meningkat lagi dengan persentase sebesar 9,47%. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa tingkat desentralisasi Kabupaten Sukoharjo meskipun mengalami peningkatan namun masih tergolong rendah. Masih rendahnya kontribusi PAD dalam menopang pendapatan daerah menyebabkan rendahnya rasio derajat desentralisasi. Sebenarnya rasio derajat desentralisasi mendukung rasio kemandirian, hanya saja dengan rasio ini ukuran kontribusi PAD pada total pendapatan lebih jelas.

E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan analisis rasio keuangan yang dilakukan pada realisasi APBD Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2011, dapat disimpulkan bahwa rasio kemandirian rendah dengan tingkat ketergantungan dari pihak eksternal masih tinggi. Rasio efektivitas yang dicapai tinggi. Rasio efisiensi menunjukkan dalam memungut PAD sudah efisien. Rasio aktivitas pada belanja pembangunan masih rendah. Rasio pertumbuhan menunjukkan hasil yang positif. Rasio derajat desentralisasi rendah. 2. Saran Dengan adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah obyek penelitian agar dapat dibandingkan antara kinerja daerah yang satu dengan daerah yang lain. 2. Diharapkan peneliti selanjutnya menambah periode tahun dalam penelitiannya dan menambah metode rasio agar hasil analisis yang didapat lebih menyeluruh. 3. Bagi pemerintah daerah seharusnya mengurangi ketergantungan terhadap pihak eksternal dengan cara mengoptimalkan sumber PAD, seperti pajak daerah, retribusi daerah serta hasil kekayaan daerah lainnya. Dalam mengalokasikan dana APBD seharusnya belanja modal lebih ditingkatkan, karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap belum optimalnya pembangunan daerah.

DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL UGM, 1991, Pengukuran Kemampuan Keuangan Daerah Tingkat II Dalam Rangka Otonomi Daerah Yang Nyata Dan Bertanggung Jawab, Jakarta. Bisma, I Dewa Gde dan Hery Susanto. 2010. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007. GaneC Swara Edisi Khusus, Vol. 4 No. 3. Ekawarna, Shita Unjaswati, Iskandar Sam dan Sri Rahayu. 2009. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Cakrawala Akuntansi, Vol. 1 No. 1. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Ketiga, Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi, Yogyakarta: AMP YKPN Harsonowati, Dewi. 2013. Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dilihat Dari Rasio Pendapatan Pada APBD. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indriantoro Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE Yogyakarta, Vol 2 juni. Jusmawati, 2011. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Soppeng Terhadap Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mahsum, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-UGM. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Purwaningsih, Ika Dian. 2013. Analisis Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Rasio Pendapatan Daerah APBD Tahun 2009-2011. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Ronald, Andrean dan Dwi Sarmiyatiningsih. 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 1 No. 1 Sumiyarti dan Akhmad F. Miami. 2005. Analisis Pengaruh Perimbangan Pusat- Daerah Terhadap Perekonomian Kota Depok. Jurnal Media Ekonomi. Vol.11 No.2. Susetya, Didik. 2008. Kinerja APBD Kabupaten/Kota Di Sumatra Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 6 No. 1.

Wahyuni, Nanik. 2007. Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Malang. Jurnal Publikasi. UIN MALIKI Malang. Wijaya, Agung. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kota Yogyakarta Dilihat Rasio Pendapatan Daerah APBD Tahun 2009-2010. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.