DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR ARTIKEL PENELITIAN OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI HUKUM KIRCHOFF DI SMAN 1 MERANTI

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN MULTIMETER ANALOG PADA MATERI ALAT UKUR LISTRIK DI SMA

DASAR PENGUKURAN FISIKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

ANALISIS KESALAHAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PONTIANAK

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lembar Kegiatan Siswa

PENINGKATAN AKTIVITAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS KELAS I SDN I MEMPAWAH HILIR ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

ANALISIS KEMAMPUAN KINERJA SISWA DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIKUM DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 14 PONTIANAK

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

REMEDIASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GAS IDEAL MELALUI METODE LEARNING TOGETHER DI SMA

PENGARUH TEKNIK SURVEY, QUESTION, READING, RECITE, REVIEW, TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

PENGGUNAAN TEROPONG PECAHAN DALAM PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA FLUIDA STATIS UNTUK MEREMEDIASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTEK PEMANGKASAN RAMBUT SISWA JURUSAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH JURNAL

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

UNJUK KERJA PASSING BAWAH BOLAVOLI SISWA KELAS V SD NEGERI NGLERI KECAMATAN PLAYEN GUNUNG KIDUL

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

BAB II PENGUKURAN DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SISWA KELAS II B

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN MELALUI RECIPROCAL TEACHING DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD SABBIHISMA 01 PADANG

Unnes Journal of Mathematics Education

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PBL DENGAN HEURISTIK POLYA UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DINAMIKA ROTASI DI SMA

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL URAIAN POKOK BAHASAN KUBUS

Kata kunci: kemampuan motorik kasar, anak tunagrahita, SLB Negeri Pembina Yogyakarta.. ABSTRACT

PENYEDIAAN BOOKLET UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GERAK LURUS DI MAN

BAB I BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa : a. Pengelolaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada materi

Valeria Christy Octavia, Sulisetijono, dan Masjhudi Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

ISSN Oleh. (I Dewa Made Warnita) Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Selemadeg

REMEDIASI KESALAHAN BELAJAR SISWA TENTANG VEKTOR DENGAN PEMBERIAN BOOKLET DISERTAI UMPAN BALIKKELAS X ARTIKEL PENELITIAN. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

ARTIKEL PENELITIAN. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PEMBELAJARAN PKn DENGAN STRATEGI INDEX CARD MATCH DI SDN 06 KECAMATAN IV JURAI

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 03 KAWAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG ARTIKEL PENELITIAN. Oleh AJUNG NIM F

Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION

ANALISIS HUBUNGAN KETERAMPILAN MATEMATIKA DAN KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL FISIKA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPOSITORY BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 21 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Metode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung. Murniati, Eka Noviyanti

THE DEVELOPMENT OF STUDENTS ACTIVITY PAPER BASED ON THE PROBLEM SOLVING AT SENIOR HIGH SCHOOL IN CHEMISTRY LESSON SUBJECT THERMOCHEMICAL

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH SUSILAWATI F

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

MODUL MATA PELAJARAN IPA

KETERAMPILAN MENULIS RESENSI NOVEL KARYA GOL A. GONG SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

THE USE OF POSITIVE NEGATIVE CARDS TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT OF INTEGERS FOR FOURTH GRADE STUDENTS

OLEH : MUHAMMAD ANDIK SUBRATA NIM.

DEVELOPMENT OF PHYSICS-ORIENTED LEARNING DEVICE INQUIRY APPROACH ON THERMODYNAMIC MATERIALS OF CLASS XI SMA BASED ON CURRICULUM 2013

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

Pengembangan Alat Evaluasi Psikomotor SMP Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA

KARYA ILMIAH OLEH SITI KUMALA SARI A1C110046

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MALANG SEMESTER II DALAM MATERI GETARAN DAN GELOMBANG TAHUN AJARAN 2013/2014

Gambar mengukur menggunakan jengkal

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL TIPE NHT BERBANTUAN LKS PADA MATERI GLB DI SMP

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEPADATAN POPULASI MANUSIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH

Transkripsi:

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR ARTIKEL PENELITIAN OLEH SUCI WULANDHARI F03107002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR ARTIKEL PENELITIAN OLEH SUCI WULANDHARI F03107002 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Stepanus Sahala S NIP. 19600125 198703 1 012 Dra. Haratua Tiur Maria S, M.Pd NIP. 19670222 199101 2 001 Mengetahui, Dekan Ketua Jurusan Dr. Aswandi NIP. 19580513 198603 1 002 Ahmad Yani. T, M.Pd NIP. 19660401 199101 1 001

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR Suci Wulandhari, Stevanus Sahala S, Haratua Tiur Maria S P.FISIKA, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: uci_fisika@yahoo.com Abstract: This reseach was aimed to describe the forms of error made by the students of class X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir in performing measurement using calipers. This type of reseach is survey reseach. Sampling technique used intact group, as many as 33 students. Data collection tool used is the assessment form student performance. It obtained from performance tests to measure the outside diameter, inside diameter, and depth of test tube. From the results of analyzes of the data, obtained by the average percentage of students who either each measurement: (1) outside diameter measurement of the test tube is 43.02% (2) inside diameter measurement of the test tube is 61.95% (3) depth measurement of the test tube is 49.39%. This reseach is expected to help teachers of physics to overcome the mistakes of the student. Keywords: Description, Error, Measurement, Calipers Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Jenis penelitian ini berupa penelitian survei. Pengambilan sampel menggunakan teknik intact group, sebanyak 33 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar penilaian kinerja siswa yang hasil penilaiannya diperoleh dari tes kinerja dalam mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman tabung reaksi. Dari hasil análisis data, diperoleh rata-rata persentase jumlah siswa yang salah tiap pengukuran: (1) pengukuran diameter luar tabung reaksi adalah 43,02% (2) pengukuran diameter dalam tabung reaksi adalah 61,95% (3) pengukuran kedalaman tabung reaksi adalah 49,39%. Hasil temuan dari penelitian ini diharapkan dapat membantu guru fisika untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Kata kunci: Deskripsi, Kesalahan, Pengukuran, Jangka Sorong 1

K eterampilan siswa merupakan salah satu penilaian psikomotor. Penilaian dapat menggunakan pengamatan kinerja, yang bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pasal 26 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Maka dari itu, kemampuan psikomotorik memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pengetahuannya. Salah satu ruang lingkup pembelajaran fisika di SMA/MA menurut BSNP (2006), yaitu mata pelajaran fisika di SMA/MA merupakan pengkhususan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek seperti pengukuran berbagai besaran. Materi pengukuran merupakan salah satu materi pokok yang menjadi dasar untuk belajar pada program penjurusan di kelas XI. Dalam konteks pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Atas (SMA), salah satu kompetensi dasar mata pelajaran fisika SMA kelas X, yaitu mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu). Dalam mengukur besaran panjang, tercantum dalam standar kelulusan ujian nasional, yaitu mengukur besaran panjang menggunakan jangka sorong. Oleh karena itu, siswa diharapkan menguasai materi pengukuran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010) pada salah satu SMA Negeri di Pontianak, keterampilan dan kemampuan siswa dalam menggunakan alat ukur, berupa jangka sorong belum memuaskan yaitu dalam mengkalibrasi 56,25%, menggeser rahang geser ke kanan 46,875%, dan menutup pengunci rahang geser 18,75%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Selain hasil penelitian di atas, penelitian yang sama juga dilakukan oleh Maria (2012) pada siswa SLTP Negeri di Pontianak menemukan bahwa kualitas pemahaman konsep siswa pada materi pengukuran masih tergolong rendah yaitu sebesar 49,25% siswa. Konsep pengukuran yang salah pada siswa di SMP akan berlanjut pada jenjang pendidikan selanjutnya sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2004) pada mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Gorontalo tahun ajaran 2004/2005 dengan sampel sebanyak 38 mahasiswa, dalam melakukan praktikum Fisika Dasar 1 menemukan kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi merangkai alat sebanyak 26 orang atau 68,42%, kesalahan paralaks dan kesalahan penentuan skala masing-masing sebanyak 19 mahasiswa atau 50%, kesalahan titik nol sebanyak 14 mahasiswa atau 36,6%. Materi pengukuran merupakan materi yang termasuk dalam Fisika Dasar 1. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa diakibatkan karena kurangnya pelaksanaan 2

praktikum di sekolah sehingga siswa-siswi lulusan tersebut tidak tahu mengoperasikan alat-alat praktikum pada saat praktikum berlangsung. Ilmu fisika sebagaimana halnya dengan ilmu pengetahuan alam lainnya yang murni maupun terapan bergantung pada pengamatan dan percobaanpercobaan. Pengamatan gejala alamiah dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan dan melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Gejala-gejala alamiah tidak selalu memberikan kesempatan untuk menganalisis berbagai pengaruh begitu pula ada yang jarang terjadi dan berlangsung sangat lambat. Kesukaran ini di atasi dengan melakukan eksperimen di mana berbagai pengaruh dirancang sebelumnya dan keadaan yang diinginkan di kontrol sebaik-baiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir bahwa dalam melakukan pengukuran dengan jangka sorong, masih terdapat sejumlah siswa yang bingung dalam membaca hasil pengukuran sehingga hasil pengukuran yang diperoleh juga salah. Hasil observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran menggunakan jangka sorong di sekolah, siswa hanya mengukur dan menentukan ketebalan buku. Guru juga tidak mengklasifikasi kesalahan yang dilakukan siswa ketika melakukan pengukuran. Guru hanya menekankan pada pembacaan hasil pengukuran. Sementara kegunaan jangka sorong, yaitu mengukur diameter luar, diameter dalam dan kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum melakukan pengukuran diameter dalam dan kedalaman. Karena siswa belum melakukan, maka siswa belum memiliki pengalaman dan keterampilan terhadap hal tersebut sehingga siswa bisa saja melakukan kesalahan dalam mengukur diameter dalam dan kedalaman. Menurut Soejoto (1993: 1), pengamatan suatu gejala pada umumnya belumlah lengkap jika belum memberikan informasi yang kuantitatif. Proses memperoleh informasi yang sedemikian itu memerlukan pengukuran suatu sifat fisis. Lord Kelvin mengatakan bahwa pengetahuan barulah memuaskan hanya jika dapat mengatakannya dalam bilangan. Menurut Poerwadarminta (2003: 228 dan 1012) deskripsi adalah pemaparan sesuatu (seperti istilah) dengan kata-kata secara jelas atau terperinci; salah berarti tidak sebagaimana mestinya, tidak betul, tidak benar, keliru, sedangkan kesalahan berarti keliru, kekhilafan, sesuatu yang salah, perbuatan salah. Dalam penelitian ini yang dimaksud deskripsi kesalahan siswa adalah paparan jumlah siswa yang salah tiap langkah pengukuran menggunakan jangka sorong yang dapat diketahui dari lembar penilaian kinerja siswa dan sebelumnya telah mendapatkan pengajaran dari guru tentang penggunaan jangka sorong. Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur diameter dalam benda, misalnya diameter cincin dan diameter luar sebuah benda, misalnya diameter kelereng (Kanginan, 2007: 3). Jangka sorong memilki skala terkecil 0,1 mm. Namun saat ini, sudah banyak beredar jangka sorong dengan nilai skala terkecil 0,05 mm dan 0,01 mm (Foster, 2004: 28). Pada penelitian ini, jangka sorong yang digunakan memiliki skala terkecil 0,05 mm untuk melakukan pengukuran diameter luar dan dalam tabung reaksi serta kedalamannya. Menurut Soejoto (1993: 1) pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya 3

dengan suatu besaran yang baku yang diterima sebagai satuan. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran panjang, yaitu mengukur diameter luar, diameter dalam serta kedalaman tabung reaksi. Adapun prosedur penggunaan jangka sorong, di antaranya: (1) Membuka rahang jangka dengan mengendorkan sekrup pengunci, (2) Mengkalibrasi alat ukur yaitu: a) Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap, b) Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, (3) Menggeser rahang geser ke kanan, (4) Meletakkan benda yang akan diukur di bagian yang tepat pada jangka sorong, (5) Menggeser rahang geser ke kiri sehingga benda terjepit di antara rahang geser dan rahang tetap, (6) Menutup pengunci rahang geser, (7) Membaca skala utama dan skala nonius yang tertera dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca, (8) Menuliskan skala utama, (9) Menuliskan skala nonius, (10) Menuliskan hasil pengukuran. Pada penelitian ini, siswa dikatakan melakukan kesalahan jika dalam melakukan pengukuran tidak sesuai dengan standarisasi prosedur pengukuran menggunakan jangka sorong. Kategori kesalahannya, diantaranya: (1) Tidak melakukan, dan (2) Melakukan tapi tidak tepat. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk kesalahan-kesalahan siswa dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong di kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, di mana hasilnya nanti diharapkan dapat dijadikan kajian untuk perbaikan pada proses pembelajaran. Masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana deskripsi kesalahan yang dilakukan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Mempawah Hilir dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong METODE Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejalagejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi, atau politik, dari suatu kelompok atau suatu daerah (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:34). Menurut Azwar dan Prihartono (1987: 4) jenis penelitian dapat dibedakan atas tiga, yakni penelitian historikal, penelitian survai, dan penelitian eksperimen. Jenis penelitian yang sesuai untuk deskrispsi kesalahan siswa dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir adalah penelitian survai. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 4

Mempawah Hilir yang diajar oleh guru fisika bersangkutan, yaitu XE, XF, dan XG yang telah mengikuti pelajaran tentang pengukuran pada tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah kelas dipilih secara acak dari 3 kelas X yang diajar oleh guru fisika bersangkutan, yaitu kelas XG. Semua siswa di kelas XG diikutkan dalam penelitian yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati bentuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian kinerja siswa. Penilaian dilakukan dari hasil penilaian kinerja siswa dengan menggunakan tes kinerja (performance assessment) menggunakan jangka sorong sehingga dapat diketahui bentuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan pengukuran diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman tabung reaksi. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan instrumen penelitian yang divalidasi adalah lembar kinerja siswa dan lembar penilaian kinerja siswa. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang diperoleh berupa hasil kinerja siswa yang dianalisis bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Dalam menganalisis hasil kinerja, siswa dikatakan benar jika melakukan dengan tepat prosedur penggunaan jangka sorong dan salah jika tidak melakukan atau melakukan tapi tidak tepat. Berikut analisis bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong: 1. Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Salah Mengukur Diameter Luar Tabung Reaksi Prosedur pengukuran Jumlah siswa yang melakukan kesalahan Membuka pengunci rahang geser 0 0,00 Mengkalibrasi 32 96,96 Menggeser rahang geser ke kanan 0 0,00 Meletakkan tabung reaksi di antara kedua rahang Menggeser rahang geser ke kiri sampai tabung terjepit oleh kedua rahang Persentase (%) 0 0,00 0 0,00 Mengunci sekrup pengunci 18 54,54 Membaca skala utama dan nonius 11 33,33 secara tegak lurus Menuliskan skala utama 33 100,00 Menuliskan skala nonius 15 45,45 Menuliskan hasil pengukuran 33 100,00 Rata-rata persentase kesalahan 43,02 5

Berdasarkan hasil analisis data, tidak terdapat siswa yang melakukan kesalahan membuka pengunci rahang geser, kesalahan menggeser rahang geser ke kanan, kesalahan meletakkan benda di antara kedua rahang, dan kesalahan menggeser rahang geser ke kiri sampai tabung reaksi yang diukur terjepit oleh kedua rahang (0,00%). Sedangkan yang melakukan kesalahan mengkalibrasi 32 siswa (96,96%), kesalahan mengunci sekrup pengunci pada rahang geser ada 18 siswa (54,54%), kesalahan membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus ada 11 siswa (33,33%), 33 siswa salah dalam menuliskan hasil pengukuran (100,00%), kesalahan menuliskan skala utama ada 15 siswa (45,45%), dan 33 siswa salah menuliskan skala nonius (100,00%). Dari cuplikan di atas dapat diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur diameter luar tabung reaksi adalah 43,02%. 2. Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Salah Mengukur Diameter Dalam Tabung Reaksi Prosedur pengukuran Jumlah siswa yang melakukan kesalahan Persentase (%) Membuka pengunci rahang geser 0 0,00 Mengkalibrasi 33 100,00 Meletakkan tabung reaksi sehingga 8 24,24 kedua rahang masuk ke dalam tabung reaksi Menggeser rahang geser ke kanan 8 24,24 hingga menyentuh dinding dalam tabung reaksi Mengunci sekrup pengunci 22 66,66 Membaca skala utama dan nonius 22 66,66 secara tegak lurus Menuliskan skala utama 33 100,00 Menuliskan skala nonius 25 75,75 Menuliskan hasil pengukuran 33 100,00 Rata-rata persentase kesalahan 61,95 Berdasarkan hasil analisis data, tidak terdapat siswa yang melakukan kesalahan membuka pengunci rahang geser. Sedangkan kesalahan mengkalibrasi semua siswa salah karena tidak melakukan (100,00%), kesalahan meletakkan tabung reaksi yang diukur ada 8 siswa (24,24%), kesalahan menggeser rahang geser ke kanan ada 8 siswa (24,24%), kesalahan mengunci sekrup pengunci pada rahang geser ada 22 (66,66%), kesalahan membaca skala utama dan skala nonius 22 siswa (66,66%), kesalahan membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus ada 22 siswa (66,66%), 33 siswa (100,00%) salah dalam menuliskan hasil pengukuran dan menuliskan skala nonius, sedangkan 25 siswa (75,75%) salah dalam menuliskan skala utama. Dari cuplikan di atas dapat diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur diameter dalam tabung reaksi adalah 61,95%.

3. Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Salah Mengukur Kedalaman Tabung Reaksi Prosedur pengukuran Jumlah siswa yang melakukan kesalahan Persentase (%) Membuka pengunci rahang geser 0 0,00 6 Mengkalibrasi 33 100,00 Meletakkan tabung reaksi dalam 5 15,15 posisi tegak Meletakkan ujung jangka sorong ke 2 6,06 permukaan tabung reaksi Menggeser rahang geser ke bawah 3 9,09 hingga menyentuh dasar tabung reaksi Mengunci sekrup pengunci 20 60,60 Membaca skala utama dan nonius 16 48,48 secara tegak lurus Menuliskan skala utama 32 96,96 Menuliskan skala nonius 20 60,60 Menuliskan hasil pengukuran 32 96,96 Rata-rata persentase kesalahan 49,39 Berdasarkan hasil analisis data, tidak terdapat siswa yang melakukan kesalahan membuka pengunci rahang geser. Sedangkan kesalahan mengkalibrasi semua siswa salah karena tidak melakukan (100,00%), kesalahan meletakkan tabung reaksi yang diukur dalam posisi tegak ada 5 siswa (15,15%), kesalahan memutar jangka (posisi tegak) meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung reaksi yang diukur dalamnya 2 siswa (6,06%), kesalahan menggeser rahang geser ke bawah hingga ujung batang jangka sorong menyentuh dasar tabung reaksi ada 3 siswa (9,09%), kesalahan mengunci sekrup pengunci pada rahang geser ada 20 siswa (60,60%), kesalahan membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus ada 16 siswa (48,48%), 32 siswa (96,96%) salah dalam menuliskan hasil pengukuran, 20 siswa salah dalam menuliskan skala utama dan 32 siswa (100%) salah dalam menuliskan skala nonius. Dari Tabel 4.3 dapat diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur kedalaman tabung reaksi adalah 49,39%. Dari cuplikan di atas dapat diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur kedalaman tabung reaksi adalah 49,39 %. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur diameter luar tabung reaksi adalah 43,02%. Kesalahan yang banyak dilakukan oleh siswa yaitu pada prosedur kalibrasi sebesar 96,96%, mengunci sekrup sebesar 54,54%, membaca skala utama dan skala nonius sebesar 33,33%, menuliskan skala utama sebesar 100%, menuliskan skala nonius 45,45%, dan menuliskan hasil pengukuran 100%. Kesalahan pada kalibrasi disebabkan karena dalam proses pembelajaran sebelumnya, siswa tidak melakukan kalibrasi karena guru memilih jangka sorong 7

yang layak digunakan (skala nol tepat). Pada pelaksanaan penelitian, peneliti tidak menjelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong, yaitu dimulai dari kalibrasi hingga menuliskan hasil pengukuran dengan tujuan ingin mengamati bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa. Penjelasan di atas menjadi penyebab bahwa hampir semua siswa tidak melakukan kalibrasi. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010), bahwa 18 siswa (56,25%) dari 32 siswa memiliki keterampilan sangat kurang dalam mengkalibrasi jangka sorong. mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebanyak 54,54%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebanyak 54,54%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 45,46%. Hal ini disebabkan karena setelah siswa menjepitkan tabung reaksi pada rahangnya, siswa tergesa-gesa menuliskan hasil pengukuran dan tidak mengunci sekrup terlebih dahulu. Seharusnya setelah menjepitkan benda pada rahang jangka sorong, harus dikunci terlebih dahulu agar rahang tidak bergeser. Jika rahang bergeser, tentulah akan mempengaruhi hasil pengukuran sehingga tidak tepat. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010), bahwa 6 siswa (18,75%) dari 32 siswa memiliki keterampilan sangat kurang dan 2 siswa (6,25%) dari 32 siswa memiliki keterampilan kurang dalam mengunci rahang geser. membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 33,33%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 33,33%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 66,67%. Hal ini disebabkan karena dalam membaca skala, siswa meletakkan jangka sorong dalam posisi miring terhadap jangka sorong. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010), bahwa 3 siswa (9,38%) dari 32 siswa memiliki keterampilan sangat kurang dan 1 siswa (3,13%) memiliki keterampilan kurang dalam membaca skala utama membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus. Dari hasil penelitian diperoleh semua dari 33 siswa melakukan kesalahan dalam menuliskan hasil pengukuran sebesar 100%; 45,45% salah menuliskan skala utama dan 100% salah menuliskan skala nonius. Hal ini disebabkan karena: (a) Siswa tidak mengalikan skala nonius dengan nilai skala terkecil jangka sorong yang digunakan yaitu 0,05 mm. Beberapa siswa mengalikan dengan 0,1 mm. Siswa beranggapan bahwa nilai skala terkecil tiap jangka sorong itu sama dan buku ajar dipakai kebanyakan menggunakan 0,1 mm, (b) Siswa tidak teliti membaca tabel hasil pengamatan yang terdapat pada lembar kinerja sehingga ada yang menuliskan skala utama pada kolom skala nonius, menuliskan hasil pengukuran diameter luar pada tabel diameter dalam, (c) Salah dalam membaca skala nonius, contohnya ada yang menuliskan skala nonius 18 cm, sementara skala nonius yang terdapat pada jangka sorong tersebut hanya ada 10 skala, (d) Salah dalam meletakkan posisi jangka sorong ketika membaca skala sehingga mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian 8

yang dilakukan oleh Mora (2010) bahwa 5 siswa (15,63%) dari 32 siswa memiliki keterampilan sangat kurang dan 5 siswa (15,63%) dari 32 siswa memiliki keterampilan kurang dalam membaca hasil pengukuran. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010) bahwa 5 siswa (15,63%) dari 32 siswa memiliki keterampilan sangat kurang dan 5 siswa (15,63%) dari 32 siswa memiliki keterampilan kurang dalam membaca hasil pengukuran. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur diameter dalam tabung reaksi adalah 61,95%. meletakkan tabung reaksi yang diukur sedemikian sehingga kedua rahang masuk ke dalam tabung reaksi sebesar 24,24%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan meletakkan tabung reaksi yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang masuk ke dalam tabung reaksi sebesar 24,24%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 75,76%. Hal ini disebabkan rahang pengukur diameter luar digunakan untuk mengukur diameter dalam, rahang pengukur diameter dalam dijepitkan di dinding tabung reaksi, dan ada juga siswa yang memang tidak tahu bagian yang digunakan untuk mengukur diameter dalam. menggeser rahang geser ke kanan sehingga menyentuh dinding dalam tabung reaksi sebesar 24,24%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan menggeser rahang geser ke kanan sehingga menyentuh dinding dalam tabung reaksi sebesar 24,24%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 75,76%. Hal ini disebabkan karena siswa salah dalam meletakkan posisi rahang jangka sorong ketika mengukur diameter dalam. Misalnya rahang pengukur diameter dalam dijepitkan di dinding tabung reaksi, sehingga untuk menjepitkan rahang dan tabung reaksi digeser ke kiri. Yang seharusnya adalah rahang jangka digeser ke kanan sehingga menyentuh dinding dalam tabung reaksi. mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebesar 66,66%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebesar 66,66,%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 33,34%. Penyebab kesalahan ini sama pada pengukuran diameter luar tabung reaksi yaitu setelah siswa menjepitkan tabung reaksi pada rahangnya, siswa tergesa-gesa menuliskan hasil pengukuran dan tidak mengunci sekrup terlebih dahulu. Seharusnya, setelah menjepitkan benda pada rahang jangka sorong, harus dikunci terlebih dahulu agar rahang tidak bergeser. Jika rahang bergeser, tentulah akan mempengaruhi hasil pengukuran sehingga tidak tepat. Hasil temuan ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Mora (2010) bahwa 8 siswa (25%) dari 32 siswa tidak memiliki keterampilan baik dalam mengunci rahang geser. membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 66,66%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 66,66%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 33,34%. Hal ini disebabkan karena dalam 9

membaca skala, siswa meletakkan jangka sorong dalam posisi miring terhadap jangka. menentukan hasil pengukuran sebesar 100%, 75,75% salah menuliskan skala utama, dan 100% salah menuliskan skala nonius. Penyebab kesalahan ini sama pada pengukuran diameter luar tabung reaksi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rata-rata persentase jumlah siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur kedalaman tabung reaksi adalah 49,39%. Dari hasil penelitian diperoleh siswa yang mengalami kesalahan dalam melakukan kalibrasi sebanyak 100%. Dari ketiga pengukuran ini, kesalahan yang banyak siswa lakukan adalah kalibrasi. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran guru telah mengkondisikan semua jangka sorong dalam keadaan terkalibrasi sehingga bagi siswa tidak menjadi suatu keharusan untuk mengkalibrasi. mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebesar 60,60%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebesar 60,60%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 39,4%. Hal ini disebabkan karena setelah siswa menjepitkan tabung reaksi pada rahangnya, siswa tergesa-gesa menuliskan hasil pengukuran dan tidak mengunci sekrup terlebih dahulu. Seharusnya setelah menjepitkan benda pada rahang jangka sorong, harus dikunci terlebih dahulu agar rahang tidak bergeser. Jika rahang bergeser, tentulah akan mempengaruhi hasil pengukuran sehingga tidak tepat. membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 48,48%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam dalam membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus sebanyak 48,48%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 51,52%. Hal ini disebabkan karena dalam membaca skala, siswa meletakkan jangka sorong dalam posisi miring terhadap jangka. menentukan hasil pengukuran sebesar 96,96%. Jika dari 100% yang melakukan kesalahan dalam mengunci sekrup pengunci pada rahang geser sebesar 96,96%, maka yang tidak melakukan kesalahan sebanyak 3,04%. Sebesar 60,60% siswa juga salah menuliskan skala utama dan 96,96% salah menuliskan skala nonius. Penyebab kesalahan ini sama pada pengukuran diameter luar dan diameter dalam tabung reaksi. Penelitian yang dilakukan oleh Kristantiniati di SMA Negeri 1 Pegandon Kabupaten Kendal Jawa Tengah, juga menemukan empat siswa dari 42 siswa (9,5%) kelas X.6 yang mencapai KKM pada materi besaran dan pengukurannya. Kristianti melakukan penelitian dengan menggunakan metode STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menggunakan alat-alat laboraturium seperti mikrometer sekrup, jangka sorong, dan neraca. Siswa mengukur tebal buku, diameter pensil dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup, serta mengukur masssa pensil dengan neraca. Sebelum diberikan perlakuan, nilai ratarata keterampilan siswa adalah 69,6. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 10

beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam penggunaan alat-alat sehingga siswa mengalami kesalahan dalam melakukan pengukuran. Berdasarkan hasil analisis data, setiap siswa melakukan kesalahan dalam prosedur pengukuran diameter luar, diameter dalam dan kedalaman tabung reaksi. Hal ini terlihat dari beberapa kesalahan yang dilakukan siswa dalam prosedur penggunaan jangka sorong, yaitu mengkalibrasi sampai menuliskan hasil pengukuran. Secara umum, kesalahan yang banyak dilakukan siswa dalam melakukan pengukuran diameter luar, diameter dalam dan kedalaman tabung reaksi adalah kalibrasi; mengunci sekrup pengunci pada rahang geser; membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala; menentukan hasil pengukuran; menuliskan skala utama; dan menuliskan skala nonius. Pada pengukuran diameter dalam dan kedalaman tabung reaksi terjadi peningkatan persentase kesalahan. Hali ini disebabkan karena pada proses pembelajaran pengukuran menggunakan jangka sorong sebelumnya, siswa hanya mengukur ketebalan buku. Cara mengukur ketebalan buku sama dengan mengukur diameter luar. Hal ini mengakibatkan pada pelaksanaan penelitian banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam mengukur diameter dalam dan kedalaman tabung reaksi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Mempawah Hilir. Adapun masing-masing rata-rata persentase jumlah siswa yang salah tiap pengukuran: (1) pengukuran diameter luar tabung reaksi adalah 43,02% (2) pengukuran diameter dalam tabung reaksi adalah 61,95% (3) pengukuran diameter dalam tabung reaksi adalah 49,39%. Saran Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: (1) Untuk mengatasi kesalahan siswa dalam melakukan pengukuran, guru memberikan penjelasanan secara detail kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran, media, pendekatan, metode dan disertai dengan umpan balik. (2) Penelitian sebaiknya dilakukan minimal satu minggu setelah penyampaian, agar jumlah kesalahan siswa dapat diminimalkan hasilnya. (3) Jika ada penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini, observer telah diberikan penjelasan dengan tujuan menyamakan persepsi terhadap aspekaspek yang akan diamati supaya hasil kesalahan siswa dalam pengukuran diperoleh hasil yang lebih akurat. 11

DAFTAR RUJUKAN Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono. 1987. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam: Binarupa Aksara. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.(Online).(ftp://ftp.unm.ac.id/website/PP%20Nomor%2019%20 Tahun%202005%20tentang%20Standar%20Nasional%20Pendidikan.pdf, diakses 6 Agustus 2012). Foster, Bob. 2004. Terpadu Fisika SMA untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga Masyhuri dan Zainuddin. 2009. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama. Mora, Andreas. 2010. Deskripsi Keterampilan Siswa Kelas X dalam Menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup di SMA Negeri 3 Pontianak. Skripsi. Pontianak: FKIP Untan. Poerwadarminta. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Soejoto dan Evis Sustini. 1993. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Yusuf, A.M. 2004. Identifikasi Kesalahan Mahasiswa dalam Melaksanakan Praktikum Fisika Dasar I. (Online).(http://journal.ung.ac.id/filejurnal/MSVol3No2/MSVol3No2_4.p df, dikunjungi 29 November 2012). 12