BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

DASAR ILMU TANAH. Bab 5: Sifat Kimia Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 08: Sifat Kimia (1): ph, KTK, KB

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

2. Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kegiatan Penambangan Batubara 2.2. Reklamasi Lahan Bekas Tambang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanah Gambut

I. PENDAHULUAN. Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN SERESAH DAUN JATI DALAM MENINGKATKAN KADAR HARA DAN SIFAT FISIKA TANAH PADA TANAH KAPUR

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel 2). Terlihat bahwa meningkatnya bahan organik tanah (Tabel 5) belum berpengaruh terhadap granulasi tanah dan bobot isi. Mengingat kandungan bahan organik yang rendah, kontribusi bahan organik secara fisik terhadap penurunan bobot isi tanah sangat kecil. Tabel 2. Bobot isi dan porositas tanah No. Lokasi Kedalaman (cm) Bobot Isi (g/cm3) Porositas Tanah 1 Kathryn 0-30 1.56 41.25 2 30-60 1.30 50.77 3 Harapan 0-30 1.57 40.87 4 30-60 1.01 61.63 Penggunaan alat-alat berat pada saat pengembalian top soil mengakibatkan pemadatan tanah sehingga struktur tanah rusak. Kerusakan stuktur tanah mengakibatkan perubahan distribusi pori dalam tanah dan menghambat pergerakan air, udara, dan pertumbuhan perakaran tanaman. Hal ini tercermin pada nilai bobot isi yang masih tinggi dan porositas tanah yang relatif tidak berubah pada kedalaman 0-30 cm. Tingginya bobot isi menyebabkan penurunan porositas total sehingga tanahnya menjadi padat. 5.1.2. Kemantapan Agregat Pada kedalaman 0-30 cm di lahan bekas ditanami rumput signal (Kathryn) stabilitas agregat terlihat kurang stabil dibandingkan lahan tanpa bahan organik rumput signal yang tercermin pada nilai indeks stabilitasnya yang rendah (Tabel 3).

20 Tabel 3. Kemantapan agregat No. Lokasi Kedalaman (cm) Indeks stabilitas Kelas 1 Kathryn 0-30 47 Kurang Stabil 2 30-60 24 Tidak Stabil 3 Harapan 0-30 56 Agak Stabil 4 30-60 74 Stabil Ketersediaan bahan organik di Kathryn belum dapat mendorong pembentukan dan perkembangan agregat tanah. Diduga hal ini terjadi karena bahan organik tersebut belum terdekomposisi secara sempurna (Gambar Lampiran 1c). Dekomposisi rumput signal yang lambat karena banyak mengandung lignin dan silikat. 5.1.3. Tekstur Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lahan pascatambang Nikel Sorowako di lokasi Kathryn dan Harapan didominasi oleh partikel debu (ukuran 50µ-2µ) dengan tekstur tanah umumnya termasuk lempung berdebu (Tabel 4). No. Tabel 4. Tekstur Tanah Lokasi Kedalaman (cm) Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur 1 Kathryn 0-10 8.05 70.42 21.53 Lempung Berdebu 2 10-20 14.81 51.75 33.44 Lempung Liat Berdebu 3 20-30 12.41 56.00 31.60 Lempung Liat Berdebu 4 30-40 13.62 58.33 28.05 Lempung Liat Berdebu 5 40-50 9.08 66.29 24.63 Lempung Berdebu 6 50-60 14.68 56.54 28.78 Lempung Liat Berdebu 7 Harapan 0-10 12.57 74.03 13.41 Lempung Berdebu 8 10-20 16.08 66.91 17.00 Lempung Berdebu 9 20-30 10.52 74.29 15.19 Lempung Berdebu 10 30-40 11.93 79.66 8.41 Lempung Berdebu 11 40-50 17.52 71.41 11.07 Lempung Berdebu 12 50-60 20.67 71.12 8.21 Lempung Berdebu

21 5.2. Sifat Kimia Tanah dan Tanaman No. Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah dan tanaman disajikan Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Sifat kimia tanah C- N- P- Kedalaman ph DHL organik total tersedia Basa-basa (me/100 g) KTK (me/100 Lokasi (cm) H 2 O KCl (mmhos/cm) (%) (%) (ppm) K Na Mg Ca g) Basabasa (me/100 g) Mg S- terlarut total (me/100 g) (%) 1 Kathryn 0-10 6.80 6.71 0.100 1.51 0.050 4.93 0.26 0.17 3.63 1.64 5.35 5.70 1.23 0.09 2 10-20 6.79 6.72 0.048 1.11 0.010 5.94 0.22 0.15 3.65 0.99 3.57 5.01 1.83 0.12 3 20-30 6.86 6.66 0.080 1.12 0.010 4.55 0.14 0.10 4.27 1.00 5.05 5.51 1.32 0.17 4 30-40 6.92 6.73 0.080 0.96 0.010 5.19 0.24 0.13 5.92 1.01 4.96 7.30 1.62 0.40 5 40-50 6.95 6.94 0.120 0.40 0.020 5.37 0.21 0.13 4.13 0.94 2.31 5.41 3.20 0.13 6 50-60 6.89 6.62 0.090 0.56 0.020 13.36 0.37 0.19 5.17 1.08 5.31 6.81 2.02 0.21 7 Harapan 0-10 6.69 6.68 0.135 0.09 0.020 5.67 0.34 0.20 2.90 1.43 2.49 4.87 1.97 0.08 8 10-20 6.65 6.60 0.140 0.09 0.020 5.87 0.28 0.15 4.12 1.04 3.20 5.59 2.27 0.23 9 20-30 6.58 6.56 0.180 0.35 0.030 4.78 0.26 0.15 4.15 0.73 2.97 5.29 2.18 0.09 10 30-40 6.70 6.58 0.249 0.55 0.030 5.94 0.23 0.09 12.33 0.98 3.32 13.63 4.82 0.19 11 40-50 6.85 6.83 0.183 0.39 0.020 4.73 0.22 0.13 11.50 1.00 4.25 12.85 5.67 0.07 12 50-60 6.75 6.65 0.210 0.90 0.004 6.48 0.23 0.17 11.67 1.02 4.15 13.09 5.73 0.11

22 Tabel 6. Kadar N, P, dan K daun tanaman No. Lokasi Tanaman Pionir N Tanaman (%) P Tanaman (%) K Tanaman (%) 1 Kathryn Johar 2.24 0.90 0.53 2 Kayu Urograndis 1.22 0.50 1.36 3 Kayu Angin 1.28 0.48 0.44 4 Harapan Johar 2.46 0.81 0.58 5 Kayu Urograndis 1.38 0.29 0.38 6 Kayu Angin 1.46 0.41 0.44 No. Tabel 7. Unsur mikro tersedia dan unsur mikro terlarut Lokasi Keadalaman (cm) Unsur Mikro (ppm) Fe Mn Zn Cu Ts Tl Ts Tl Ts Tl Ts Tl 1 Kathryn 0-10 9.50 0.10 10.00 0.10 1.55 0.20 2.00 0.05 2 10-20 7.50 0.10 8.65 0.05 1.25 0.20 1.85 0.10 3 20-30 10.05 0.15 9.25 0.05 0.85 0.20 1.75 0.05 4 30-40 6.45 0.05 8.00 0.05 1.05 0.25 1.45 0.05 5 40-50 8.55 0.15 11.15 0.05 0.80 0.30 3.10 0.05 6 50-60 5.55 0.10 8.20 tr 1.35 0.20 1.50 0.05 7 Harapan 0-10 9.40 0.20 10.35 0.05 1.00 0.25 2.15 0.05 8 10-20 9.40 0.25 9.40 tr 0.95 0.15 3.20 0.05 9 20-30 9.35 0.20 8.65 0.10 0.85 0.60 2.15 0.35 10 30-40 7.15 0.05 8.80 0.05 1.40 0.35 2.20 0.10 11 40-50 6.60 0.25 7.25 tr 1.25 0.35 1.95 0.00 12 50-60 6.15 0.05 7.65 tr 0.80 0.25 1.25 0.10 Keterangan : Ts = tersedia;tl = terlarut;tr = tidak terukur Reaksi tanah adalah derajat kemasaman atau kebasaan tanah yang dinyatakan dengan ph (- log [H + ]). Reaksi tanah (ph H 2 O 1:1) pada lahan yang diteliti tergolong netral (PPT, 1983) dengan ph KCl yang lebih rendah dari ph H 2 O dan daya hantar listrik yang tergolong rendah (Tabel 5). Dari Tabel 5 tampak bahwa nilai ph tanah relatif seragam. Lahan yang ditanami rumput signal (Kathryn) mempunyai ph yang lebih tinggi daripada lahan tanpa rumput signal (Harapan) pada tiap kedalaman terutama pada kedalaman 0-10 cm. Menurut kriteria Richards (1954 dalam Tan, 1982) nilai DHL pada dua lokasi penelitian tergolong rendah, yaitu kurang dari 0.75 mmhos/cm. Kapasitas tukar kation tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk menjerap atau menukarkan kation-kationnya. Tanah-tanah dengan kapasitas tukar kation yang tinggi mempunyai daya menyimpan unsur hara yang tinggi. Tabel 5

23 menunjukkan lokasi Kathryn dan Harapan memiliki KTK yang sangat rendah sampai rendah (PPT, 1983). Rendahnya nilai KTK menunjukkan ion-ion yang ada dalam larutan tanah sedikit yang diadsorpsi liat atau humus sehingga mudah sekali tercuci dan hilang serta masuk ke lapisan-lapisan di bawahnya. Terlihat bahwa sejalan dengan kadar liatnya yang lebih tinggi dan kadar C-organik relatif lebih tinggi, KTK tanah Kathryn lebih tinggi daripada KTK tanah Harapan (Tabel 5). KTK pada kedua lokasi meningkat atau menurun menurut kedalaman dengan tidak teratur. Hal ini terjadi karena pencampuran berbagai lapisan pada saat penaburan tanah pucuk. Tabel 5 juga menunjukkan bahwa nilai C-organik pada kedalaman 0-10 cm di lahan dengan bahan organik rumput signal lebih tinggi dari nilai C-organik di lahan tanpa rumput signal pada kedalaman yang sama. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kandungan C-organik setelah penyemprotan herbisida terhadap rumput signal akibat adanya penumpukan bahan organik dalam tanah. Nilai C-organik di Kathryn tergolong rendah, sedangkan C-organik di Harapan tergolong sangat rendah (PPT, 1983). Rendahnya kadar bahan organik di lahan pascatambang nikel disebabkan oleh pencampuran berbagai lapisan pada saat penaburan tanah pucuk yang juga menyebabkan nilai C-organik meningkat atau menurun dengan tidak teratur menurut kedalaman. Hal ini perlu mendapat perhatian karena bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Selain unsur hara bagi tanaman, pada dekomposisi bahan organik juga dihasilkan humus. Humus mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan (menyimpan) unsur hara akibat tingginya KTK dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus aktif terutama gugus karboksil. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan N-total pada kedua lokasi tergolong sangat rendah (<0.1%) (PPT, 1983) (Tabel 5). Rendahnya kandungan N-total pada kedua lokasi tersebut disebabkan oleh rendahnya kadar bahan organik tanah. Lahan Kathryn pada kedalaman 0-10 cm yang memiliki bahan organik lebih tinggi daripada lahan Harapan kadar N-totalnya lebih tinggi pada kedalaman yang sama.

24 Berdasarkan hasil analisis P tersedia (Tabel 5) didapatkan kandungan P pada kedalaman 0-10 cm pada kedua lokasi tergolong rendah. Hal ini berarti penambahan P yang berasal dari bahan organik rumput signal sebesar 0.36% belum dapat meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Kadar P tersedia yang meningkat atau menurun dengan tidak teratur menurut kedalaman terjadi karena pencampuran berbagai lapisan pada saat penaburan tanah pucuk. Hasil analisis N dalam jaringan daun tanaman menunjukkan bahwa kadar N tanaman pionir di lokasi Kathryn lebih rendah dibandingkan lokasi Harapan (Tabel 6). Hal ini diduga disebabkan oleh sumbangan bahan organik pada lapisan 0-10 cm yang meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah. Mikroorganisme menggunakan nitrogen untuk pembentukan tubuhnya. Hal tersebut menyebabkan peningkatan persaingan antara mikroorganisme dengan tanaman pionir dalam memperoleh N. Hasil analisis P tanaman menunjukkan kandungan P tanaman pionir pada lahan Kathryn lebih tinggi dibandingkan lahan Harapan (Tabel 6). Hasil analisis K tanaman (Tabel 6) menunjukkan tanaman kayu urograndis di Kathryn mengandung K sebesar 1.36%, sedangkan di Harapan sebesar 0.38 %. Sementara itu, kadar K pada tanaman Johar dan Kayu Angin relatif sama. Koloid tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif, sehingga dapat menjerap kation-kation. Sebagian dari kation-kation yang dijerap koloid tanah adalah kation basa, yaitu Ca 2+, Mg 2+, K +, dan Na +. Banyak sedikitnya tempat yang diduduki oleh kation-kation basa tersebut pada koloid tanah menggambarkan kejenuhan basa (KB). Kadar kalium dapat ditukar (K-dd) dan natrium dapat ditukar (Na-dd) pada kedalaman 0-10 cm lahan Kathryn lebih rendah dari lahan Harapan pada kedalaman yang sama (Tabel 5). Hal ini berarti dekomposisi bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum dapat meningkatkan kadar kalium dan natrium. Pada kedua lahan K-dd tergolong sedang, sedangkan Na-dd tergolong rendah (PPT, 1983). Kadar kalium dan natrium yang meningkat atau menurun dengan tidak teratur menurut kedalaman terjadi karena pencampuran berbagai lapisan pada saat penaburan tanah pucuk.

25 Hingga saat ini belum ada kriteria yang jelas mengenai kandungan S dalam tanah. Kandungan S total pada kedua lahan tergolong tinggi berdasarkan perkiraan rata-rata kandungan S di dalam tanah sebesar 700 mg S kg -1 (0.07%) (Lindsay, 1979) (Tabel 5). Sulfat yang ada dalam tanah terikat dengan Mg 2+ menjadi MgSO 4 yang larut. Tabel 5 menunjukkan kadar Mg terlarut dalam aquadest yang tinggi pada kedua lokasi. Kadar Mg yang tinggi merupakan salah satu penyebab tingginya persen kejenuhan basa yaitu melebihi 100% di seluruh lapisan tanah. Faktor penting penyebab tingginya kadar Mg pada tanah bekas tambang nikel PT. INCO adalah batuan induk ultrabasa. Menurut Primanda (2007) bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat. Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Tanah yang terbentuk dari batuan induk peridotit dan serpentinit mengandung kadar magnesium yang tinggi. Kadar Ca dapat ditukar (Ca-dd) pada kedalaman 0-10 cm kedua lokasi berada dalam kisaran sangat rendah (PPT, 1983) (Tabel 5). Hal ini berarti penambahan bahan organik rumput signal belum dapat meningkatkan kadar kalsium dalam tanah. Kadar kalsium yang meningkat atau menurun dengan tidak teratur menurut kedalaman pada kedua lokasi terjadi karena pencampuran berbagai lapisan pada saat penaburan tanah pucuk. Kadar Fe, Mn, Zn, dan Cu tersedia berada dalam kisaran yang cukup bagi pertumbuhan tanaman di kedua lahan (Tabel 7). Hal ini disebabkan oleh kandungan cadangan mineral dari bahan induk yang mengandung unsur-unsur mikro yang tinggi. Rendahnya kelarutan unsur-unsur mikro dalam aquadest disebabkan unsur-unsur tersebut dalam bentuk hidroksida dan oksida yang tidak larut dalam air.

26 5.3. Sifat Biologi Tanah Pada umumnya mikroorganisme tanah tumbuh dengan baik pada lapisan atas tanah. Aktifitas mikrobiologi ini penting bagi kesuburan tanah. Analisis biologi yang meliputi perhitungan total mikrob dan total fungi, respirasi tanah, dan biomassa karbon mikroorganisme disajikan pada Tabel 8. Populasi mikroorganisme total dan fungi pada lahan dengan bahan organik rumput signal (Kathryn) lebih tinggi daripada lahan tanpa bahan organik rumput signal (Harapan) (Tabel 8). Kadar C-organik yang lebih tinggi menyebabkan mikroorganisme tanah meningkat terutama fungi yang bersifat heterotrof. Dengan tersedianya bahan organik yang dapat didekomposisi, maka fungi dapat berkembang biak dengan cepat. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah mikroorganisme total diikuti oleh peningkatan jumlah fungi. Tabel 8. Total mikrob, total fungi, respirasi tanah, dan kandungan Cmic No. Lokasi Total Mikrob Total Fungi Respirasi Tanah Cmic SPK per gram BKM mg CO 2 /Kg tnh/hari µg/g 1 Kathryn 9.41 x 10 7 50.44 x 10 3 5.43 1004.42 2 Harapan 8.3 x 10 7 30.5 x 10 3 4.97 347.16 Total mikroorganisme pada lahan Harapan lebih sedikit dibandingkan pada lahan Kathryn. Keadaan ini terjadi karena lahan ini tidak mendapat tambahan bahan organik rumput signal sehingga kandungan bahan organik tanah tanah yang lebih rendah mengakibatkan lebih rendahnya jumlah mikroorganisme. Pengukuran respirasi mikroorganisme tanah digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Respirasi tanah pada lahan Kathryn mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan Harapan. Tingginya nilai respirasi tanah ini disebabkan tingginya populasi mikroorganisme akibat penambahan bahan organik rumput signal. Menurut Soepardi (1983) CO 2 yang dikeluarkan oleh mikroorganisme lebih berhubungan dengan jumlah bakteri daripada dengan jumlah fungi. Fungi dengan ukuran yang lebih besar dari bakteri, lebih banyak menggunakan C dan N dengan menghasilkan CO 2 lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri.

27 Biomassa karbon mikroorganisme (C mic ) pada lahan dengan bahan organik rumput signal yang lebih tinggi daripada lahan tanpa bahan organik rumput signal tidak terlepas dari pengaruh populasi dan aktifitas mikroorganisme dalam tanah serta ketersediaan bahan organik sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme tanah (Tabel 8).