BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

1 Universitas Indonesia

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran (Kemenkes RI, 2014). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan

Perkembangan Individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB 2 Tinjauan Pustaka

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

Gambaran peran guru..., Dewi Rahmawati, FPsi UI, PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

Transkripsi:

9 BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN MERAWAT DIRI 1. Pengertian Kesiapan Menurut Yusnawati (2007), kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan dengan kematangan fisik, psikologis, spiritual dan skill. Menurut Slameto (2010), kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon. Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan. Hamalik (2008) juga berpendapat bahwa kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah suatu kondisi yang dimiliki oleh seseorang dalam mempersiapkan diri baik secara mental, fisik maupun emosional, sebagai prasyarat untuk menghadapi keadaan yang akan datang. 9

10 2. Faktor-faktor Kesiapan Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan, menurut Darsono (2000) faktor kesiapan meliputi: a. Kondisi fisik yang tidak kondusif Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk melakukan proses merawat diri. b. Kondisi psikologis yang kurang baik Misalnya gelisah, tertekan, dan lain sebagainya. Merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran suatu tugas tertentu. Menurut Djamarah (2002) faktor-faktor kesiapan meliputi: a. Kesiapan fisik, misalnya tubuh tidak sakit. b. Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk merawat diri, memiliki pandangan positif, dan ada motivasi intrinsik. c. Kesiapan Materiil, misalnya memiliki alat bantu yang dapat menunjang proses pelaksanaan tugas. Menurut Soemanto (1998) faktor yang membentuk kesiapan, meliputi: a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual. b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuantujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri

11 3. Prinsip-prinsip Kesiapan Slameto (2010) juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness atau kesiapan yaitu: a. semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). b. kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Menurut Soemanto (1998) prinsip bagi perkembangan readiness meliputi: a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness. b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu. c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah. d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.

12 4. Aspek-aspek Kesiapan Menurut Slameto (dalam Iin dan Wijayanti, 2014) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/ jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidaktidaknya 3 aspek, yaitu : a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai dasar kesiapan adalah kondisi fisik, mental, emosional, motivasi dan pengetahuan. Kondisi fisik yang dimaksud disini misalnya kondisi fisik yang temporer dan permanen (keadaan, cacat tubuh, alat indra). Kondisi mental disini menyangkut kepercayaan diri sendiri dalam melaksanakan tugas-tugas, pandangan tehadap tugas-tugas dan penyesuaian diri. Kondisi emosional disini menyangkut perasaan senang dalam menjalankan tugas, tidak takut menjalankan tugas sendiri dan semangat dalam melaksanakan tugas. Motivasi yang dimaksud disini adalah keinginan dan motif-motif yang mendorong seseorang melakukan tugas. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai tugas-tugas yang diberikan.

13 5. Merawat Diri Merawat diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Menurut Orem dalam penelitian Ramawati (2011), perawatan diri adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraanya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Merawat diri mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, biasanya dinamakan aktivitas kehidupan sehari-hari, namun merawat diri lebih luas dari pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Merawat diri dipelajari sepanjang waktu dan menjadi kebiasaan sepanjang kehidupan. (Carpenito, 2000). Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa merawat diri adalah kegiatan yang dilakukan individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya guna mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis yang mencakup aktivitas kehidupan sehari-hari. 6. Area perawatan diri Menurut Carpenito (2000), area-area perawatan diri terdiri dari: a. Perawatan diri makan Perawatan diri makan adalah perawatan yang berkaitan dengan aktivitas makan seperti memegang sendok, mengambil makan dan lain-lain.

14 b. Perawatan diri mandi/higiene Perawatan diri mandi/hygiene merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri seperti membersihkan organ-organ seks pada saat mandi, gosok gigi dan lain-lain. c. Perawatan diri berpakaian/berdandan Perawatan diri berpakaian merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan aktivitas berpakaian, seperti: memakai dan membedakan baju, mana untuk laki-laki dan mana untuk perempuan, memakai dan membedakan aksesoris, mana untuk laki-laki dan mana untuk perempuan. d. Perawatan diri toileting Perawatan diri toileting merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan aktivitas BAB/BAK, seperti: membersihkan alat kelamin/organ-organ seks sesudah BAB/BAK. e. Perawatan diri instrumental Perawatan diri instrumental merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat. Dalam penelitian ini, peneliti hanya fokus pada 3 area perawatan diri yaitu perawatan diri toileting, perawatan diri mandi dan perawatan diri berpakaian. Peneliti hanya mengambil 3 area dikarenakan ketiga area perawatan diri ini berkaitan dengan hal-hal seksual remaja.

15 7. Dampak kurang perawatan diri Menurut Wartonah (2006) dampak yang bisa timbul adalah: a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya perawatan diri perorangan dengan baik. b. Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri Menurut Hidayat (2008), pemenuhan perawatan diri di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Sedangkan Perry dan Potter (2005) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perawatan diri, yaitu : a. Citra tubuh Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya perawatan diri pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan perawatan diri. Citra tubuh dapat berubah akibat

16 adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan perawatan diri. b. Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri. Selama masa kremajakremaja, kremaja-kremaja mendapatkan praktik perawatan diri dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan diri. c. Status sosio-ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-bahan yang penting (alat-alat yang membantu dalam memelihara perawatan diri dalam lingkungan rumah). d. Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan diri. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. e. Kebudayaan Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan diri. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.

17 f. Pilihan pribadi Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan perawatan diri. g. Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri. 9. Seksual Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan lakilaki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis dan kultural. Seksual dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Sedangkan seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis (dalam penelitian Ari Lestari). Seksualitas menurut Pangkahila dalam Soetjiningsih (2004) adalah suatu proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikoseksual. Sedangkan menurut Amsiamsidar dalam Sahara (2004) mengemukakan bahwa seksualitas adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan seks. Dari pengertian tersebut ada dua aspek dari seksualitas, yaitu:

18 a. Seks dalam arti sempit yang berarti kelamin, adapun yang termasuk kelamin yaitu: 1) Alat kelamin 2) Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan. Misalnya pertumbuhan payudara pada perempuan dan pertumbuhan kumis pada laki-laki. 3) Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin. 4) Hubungan kelamin 5) Proses pembuahan, kehamilan dan melahirkan. b. Seks dalam arti luas berarti hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain: 1) Perbedaan tingkah laku 2) Perbedaan atribut 3) Perbedaan peran dan pekerjaan 4) Hubungan pria dan wanita: tata krama, pegaulan, perkawinan, percintaan dan lain-lain. Dalam penelitian ini, yang dimaksud seksual disini yaitu organorgan seks dan atribut-atribut seks. 10. Kesiapan Merawat Diri Kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga pengetahuan

19 tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Proverawati, dalam Afifah dan Hastuti, 2016). Berdasarkan kajian teori diatas, kesiapan merawat diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang dimiliki oleh seseorang dalam mempersiapkan diri baik secara fisik, mental dan emosional untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dasar dirinya sendiri guna mempertahankan kesehatan yang mencakup aktivitas kehidupan sehari-hari berkaitan dengan hal-hal mengenai seksual. B. REMAJA TUNA GANDA 1. Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk

20 memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Rumini dan Sundari, 2004). Sedangkan menurut Darajat (1990) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003) Berdasarkan beberapa pendapat diatas, remaja adalah masa peralihan antara anak dan dewasa, yang masa ini terjadi antara rentang usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. 2. Pengertian Tunaganda Anak tunaganda adalah anak yang memiliki lebih dari satu kelainan atau masalah jasmani, mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut (www.ditplb.or.id). Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan

21 mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak, bahasa, atau hubungan-pribadi masyarakat (Delphie, 2006). Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998) tunaganda merupakan anak yang menderita dua atau lebih kelainan dalam segi jasmani, keindraan, sosial dan emosi sehingga untuk mencapai perkembangan kemampuan yang optimal diperlukan pelayanan khusus dalalm pendidikan, medis dan sebagainya. Anak tuna ganda membutuhkan dukungan besar pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal mandiri, bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan dan Kaufmann, 2006). Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunaganda merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang menderita lebih dari satu ketunaan dalam segi jasmani, keindraan, mental, sosial, dan emosi. Penelitian ini mengkhususkan ketunaan utamanya adalah tunagrahita dan kombinasinya adalah tunadaksa. 3. Klasifikasi Tunaganda Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998), anak tunaganda dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Anak tunaganda ringan

22 Misalnya tunagrahita ringan kombinasinya dengan tunadaksa ringan. b. Anak tunaganda sedang Misalnya tunagrahita sedang kombinasinya dengan tunadaksa sedang. c. Anak tunaganda berat Misalnya tunagrahita berat kombinasinya dengan tunadaksa berat. 4. Ciri-ciri Anak Tunaganda Anak tunaganda seringkali disertai dengan keterbatasan yang sangat berat ataupun memiliki kombinasi yang sangat kompleks dari berbagai keterbatasan tersebut. Mereka memiliki beberapa kelemahan yang sangat berat diantaranya dalam hal fungsi otak, perkembangan motorik, bicara dan bahasa, tingkah laku penyesuaian diri, funsi penglihatan dan juga pendengaran (Heward & Orlansky, 1988). Menurut Mangunsong dkk (1998), anak tunaganda mempunyai kelainan lebih dari satu macam dengan ciri-ciri fisik seperti gangguan refleks, gangguan perasaan kulit, gangguan fungsi sensoris, gangguan fungsi motorik, gangguan fungsi metabolisme, dan sistem endokrin, gangguan sistem gastrointestial, gangguan fungsi sirkulasi udara, gangguan fungsi pernapasan, dan gangguan pembentukan ekskresi urine. Heward dan Orlansky (1988) menambahkan bahwa anak tunaganda memiliki perkembangan motorik dan fisik yang terbelakang. Sebagian

23 besar mereka mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisik. Mereka tidak mampu berjalan ataupun duduk sendiri dan mereka bergerak lamban. Secara mental, anak tunaganda sering sekali mengalami gangguan dalam kemampuan intelektual, kehidupan emosi dan sosialnya, antara lain adalah gangguan emosional, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, toleransi yang rendah terhadap kekecewaan, berpusat pada diri sendiri, depresi dan cemas (Mangunsong dkk, 1998). Anak tunaganda juga memiliki beberapa masalah tingkah laku seperti amarah yang meledak-ledak dan agresivitas terhadap orang lain (Hallahan dan Kuffman, 2006). Menurut Heward dan Orlansky (1988), seringkali anak tunaganda memiliki tingkah laku yang aneh dan tidak bertujuan seperti menstimulasi atau melukai diri. Mereka juga memiliki keterampilan yang kurang dalam menolong diri sendiri dan mengurus kebutuhan dasar seperti makan, berpakaian, mengontrol buang air besar dan buang air kecil, dan kebersihan diri. Dalam aspek sosial, anak tunaganda juga memiliki hambatan fisik dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, rasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri, hambatan dalam keterampilan kerja dan hambatan dalam melaksanakan kegiatan sosial (Mangunsong dkk, 1998). Heward dan Orlansky (1988) menambahkan bahwa anak tunaganda kurang atau tidak dapat berkomunikasi. Kemampuan mereka sangat terbatas dalam mengekspresikan atau mengerti orang lain. Banyak yang tidak dapat

24 bicara, bila ada komunikasi beberapa anak tunaganda mungkin tidak dapat memberikan respon. Selain itu, anak tunaganda juga jarang menampilkan perilaku dan interaksi yang sifatnya konstruktif. Sangat sulit untuk menimbulkan perhatian pada anak tunaganda atau untuk menimbulkan respon-respon yang dapat di observasi. C. KERANGKA PEMIKIRAN Remaja Tunaganda Ringan Mengalami Keterbatasan Intelektual Kesiapan Merawat Diri Gambar 1. Kerangka berpikir Remaja tunaganda sama seperti remaja normal lainnya yang mengalami siklus perkembangan dalam hidupnya. Pada perkembangan tertentu seperti kognitif, emosi, sosial dan kepribadian remaja tunagrahita memang terdapat perbedaan dengan remaja normal karena keterbatasannya,

25 namun perkembangan seksual mereka sama dengan remaja normal yang memiliki dorongan kebutuhan seksual. Remaja tunaganda ringan juga mengalami perkembangan organ-organ seksual. Karena keterbatasan intelektual dan keterbatasan fisik, munculah permasalahan-permasalahan tentang perawatan diri. Perawatan diri sangat penting bagi remaja tunaganda, karena perawatan diri sebagai cara guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Dalam melakukan perawatan diri, remaja tunaganda ringan harus memiliki kesiapan yang baik. Seperti yang di kemukakan Proverawati (dalam Afifah dan Hastuti, 2016) kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi. Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan. Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan pertanyaan, bagaimana kesiapan remaja tunaganda ringan dalam melakukan perawatan diri. Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan secara kualitatif tentang kesiapan remaja tunaganda ringan dalam merawat diri.