BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Belanja idealnya dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan


BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Perilaku KonsumtifBarang Bermerek Terkenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SEPATU BERMEREK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS PADA PRODUK DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA BARU

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

GALUH ENDANG PERGIWATI 1. Kata kunci : konformitas, perilaku konsumtif dan status sosial ekonomi ke bawah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB V PEMBAHASAN. pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel perilaku konsumtif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

2014 S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

HUBUNGAN KONFORMITAS PADA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPULSIVE BUYING PADA REMAJA PUTRI YANG BERBELANJA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent)

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan

PENDAHULUAN STUDI KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kemandirian dalam pengambilan keputusan Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan kebutuhan yang dipentingkan (Partanto & Barry, 2001) Konsumtifisme adalah tindakan membeli dan mengkonsumsi telah menjadi tujuan irasional dan kompulsif, karena tujuannya terletak pada membeli dan sandaran trend itu sendiri, tanpa adanya hubungan sedikit pun dengan manfaatnya atau kesenangan dalam membeli dan mengkonsumsi barangbarang (Al-Ahsyar, 2003) Perilaku konsumtif menurut Sumartono (dalam Rombe, 2014) adalah tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas yang artinya bahwa belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek yang lain atau membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak yang menggunakan produk tersebut. Perilaku konsumtif diartikan sebagai perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan atas pertimbangan secara rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan serta ditandai oleh adanya 13

14 kebutuhan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang paling mewah memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik (Triyaningsih, 2011). Dari beberapa penjelasan mengenai perilaku konsumtif diatas, maka dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud perilaku konsumtif dalam kontek penelitian ini adalah perilaku membeli dan menggunakan barang yang berdasarkan pada faktor keinginan tanpa mempertimbangkan manfaat dari barang tersebut yang bertujuan untuk memberikan kepuasan dalam dirinya. 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Menurut Suyasa dan Fransisca (dalam Triyaningsih, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah : a. Hadirnya iklan merupakan pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan pada khalayak melalui media massa yang bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. b. Konformitas terjadi disebabkan karena keinginan yang kuat pada individu untuk tampil menarik dan tidak berbeda dari kelompoknya serta dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya. c. Gaya hidup merupakan salah satu faktor utama yang munculnya perilaku konsumtif. Gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup yang meniru orang luar negri yang memakai produk mewah dari luar negri yang dianggap meningkatkan status sosial seseorang. d. Kartu kredit digunakan oleh pengguna tanpa takut tidak mempunyai uang untuk berbelanja.

15 3. Aspek-aspek perilaku konsumtif Aspek-aspek perilaku konsumtif menurut Lina dan Rosyid (dalam Imawati dkk, 2013) adalah: a. Pembelian Impulsif (Impulsive buying) Aspek ini menunjukkan bahwa seorang berperilaku membeli sematamata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba / keinginan sesaat, dilakukan tanpa terlebih dahulu mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan biasanya bersifat emosional b. Pemborosan (Wasteful buying) Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku yang menghambur hamburkan banyak dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang jelas serta perilaku membeli yang tidak hanya satu barang tapi lebih dari satu barang c. Mencari kesenangan (Non rational buying) Suatu perilaku dimana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan semata mata untuk mencari kesenangan dan kepuasan serta konsumen membeli karena faktor hobi. B. Konformitas 1. Pengertian Konformitas Menurut Sears (2009) Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Menurut Santrock (2003) konformitas dapat terjadi dalam

16 beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan, konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh tiap individu. Sedangkan menurut Sarwono (2005) konformitas adalah perilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Menurut Kisler dan Kisler (1969), konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan (Rakhmat, 1991). Menurut Taylor (2009) Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Menurut Baron (2005) konformitas (conformity) adalah bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat. Tekanan untuk melakukan konformitas sangat sulit untuk ditolak. Konformitas adalah fakta dasar dari kehidupan sosial, keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi benar dan untuk memiliki pemahaman yang tepat mengenai dunia sosial. Sumber konformitas dikenal sebagai pengaruh sosial normatif karena pengaruh sosial tersebut merubah tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain. Konformitas juga akan meningkat jika seseorang tersebut ingin disukai oleh orang lain dan adanya rasa takut akan penolakan orang lain.pengaruh sosial yang didasarkan pada keinginan individu untuk menjadi benar dan untuk memiliki persepsi yang tepat di dunia sosial disebut sebagai pengaruh

17 sosial informasional karena kecenderungan untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial. Pengaruh sosial informasional merupakan sumber konformitas yang sangat kuat. Dari beberapa pengertian konformitas yang di paparkan diatas, dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan konformitas dalam kontek penelitian ini adalah perilaku mengubah tingkah laku untuk menyesuaikan diri pada perilaku orang lain agar dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat yang sesuai dengan dengan norma sosial yang ada yang didorong oleh keinginannya sendiri. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas Menurut Sears (1991) faktor yang mempengaruhi konformitas adalah : a. Kurangnya informasi : orang yang melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang lain karena orang lain mempunyai informasi yang tidak mereka miliki. Tingkat konformitas yang didasarkan pada informasi ditentukan oleh dua aspek situasi yaitu sejauh mana mutu informasi yang dimiliki orang lain tentang apa yang benar dan sejauh mana kepercayaan diri terhadap penilaian kita sendiri. b. Kepercayaan terhadap kelompok : dalam situasi konformitas individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya mengandung pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang

18 benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila orang bahwa kelompok selalu benar, orang akan mengikuti apapun yang dilakukan kelompok tanpa memperdulikan pendapatnya sendiri. Bila kelompok mempunyai informasi penting yang belum dimiliki individu konformitas akan semakin meningkat. c. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri : salah satu faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kecakapannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin sulit penilaian tersebut semakin rendah rasa percaya yang dimiliki individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti penilaian orang lain. d. Rasa takut terhadap celaan sosial : alasan utama konformitas yang kedua adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari celaan kelompok. e. Rasa takut terhadap penyimpangan : rasa takut akan dipandang sebagai orang yang menyimpang ini diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku menyimpang. Orang yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku didalam kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidak menyenangkan.

19 Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas menurut Baron&Byrne (2005) : a. Kohesivitas yaitu derajat ketertarikan yang dirasa individu terhadap suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, ketika suka dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu melakukan konformitas yang bertambah besar sedangkan kebalikannya ketika kohesivitas rendah tekanan terhadap konformitas juga rendah, buat apa kita mengubah tingkah laku yang tidak benar benar kita sukai. b. Ukuran kelompok dimana konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok maka semakin besar pula kecenderungan untuk ikut serta meskipun mernerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang sebenarnya diinginkan. c. Norma deskriptif dan norma injungtif dimana norma deskrptif adalah norma yang hanya mendiskripsikan apa yang sebagaian besar orang lakukan pada situasi tertentu sedangkan norma injungtif menetapkan apa yang harus dilakukan tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Kedua norma tersebut dapat memberikan pengaruh yang kuat pada tingkah laku. 3. Aspek-Aspek Konformitas Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa seseorang konform terhadap kelompoknya jika perilaku individu didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat.

20 Dasar-dasar yang menyebabkannya adalah : a. Pengaruh sosial normatif Pengaruh sosial yang didasarkan pada keinginan individu untuk disukai atau diterima oleh orang lain dan agar terhindar dari penolakan. Pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain. Pengaruh normatif terjadi ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial. b. Pengaruh sosial informasional Pengaruh sosial yang didasarkan pada keinginan individu untuk menjadi benar. Kecenderungan untuk bergantung dengan orang lain sebagai sumber informasi dan percaya pada opini kelompok C. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan atas pertimbangan secara rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kebutuhan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang paling mewah memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik (Triyaningsih, 2011). Sedangkan konformitas menurut Baron (2005) adalah bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat. Tekanan untuk melakukan konformitas sangat sulit untuk ditolak. Konformitas adalah fakta dasar dari kehidupan sosial, keinginan untuk

21 disukai atau diterima oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi benar dan untuk memiliki pemahaman yang tepat mengenai dunia sosial. Menurut Sears (2009) Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Ratna Akhiroyani Pratiwi, Munawir Yusuf, dan Salmah Lilik mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara konsep diri dan konformitas dengan perilaku merokok pada remaja. Penelitian Ratna dkk terjadi karena kesamaan perilaku seseorang dengan perilaku orang lain dengan norma yang ada. Remaja yang konform akan cenderung mudah mengikuti tuntunan kelompok sehingga apabila perokok berperilaku merokok maka remaja akan berperilaku tersebut. Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh Lee & Park (2008) bahwa orang lain penting seperti kelompok sebaya dan teman-teman mungkin sering memiliki pengaruh yang signifikan dan memberikan informasi dalam tahap perhatian mengarahkan dalam pembelian barang. Hubungan positif antara anggota dan konformitas dalam komunitas virtual berarti bahwa konsumen memiliki lebih tinggi konformitasnya ketika mereka merasakan anggota dalam komunitas virtual. Hasil penelitian yang dilakukan juga oleh Sufrihana Rombe (2014) pada siswa SMAN 5 Samarinda bahwa siswa membeli barang karena subjek tidak mau dianggap kurang update yang dapat menyebabkan subjek akan merasa gengsi diantara teman-teman pergaulannya, itu sebabnya subjek akan selalu berusaha untuk tetap mengikuti dan menggunakan barang-barang yang sedang

22 trandy. Adanya perasaan gengsi yang timbul dalam diri remaja tersebut serta perasaan takut dianggap kurang update tersebut merupakan faktor konformitas yang dialami pada remaja putri. Hal tersebut terjadi karena keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tampil menarik, tidak berbeda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Berdasarkan uraian diatas terlihat adanya keterkaitan antara perilaku konsumtif dengan konformitas. Perilaku konsumtif tidak terlepas dari pengaruh konformitas. Dimana konformitas terjadi karena individu ingin menyesuaikan diri dengan kelompoknya agar bisa diterima dalam sebuah kelompok, selain itu juga konformitas karena agar individu tidak merasa menyimpang dalam kelompoknya. Seperti halnya mahasiswi membeli barang atau berperilaku konformitas karena dalam kelompoknya banyak yang memiliki barang dan karena ikutikutan dengan teman atau kelompoknya dan dalam kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial, yang merupakan suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok, karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada. D. Landasan Teoritis Perilaku konsumtif menurut Sumartono (dalam Rombe, 2014) adalah tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas yang artinya bahwa belum habis suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek yang lain atau membeli barang karena adanya hadiah

23 yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak yang menggunakan produk tersebut. Sedangkan menurut Sari (Shohibulana, 2014) menggambarkan perilaku konsumtif sebagai adanya ketegangan antara kebutuhan dan keinginan manusia, jadi secara garis besar perilaku konsumtif merupakan perilaku sesorang yang melakukan pembelian barang yang berlebihan tanpa melihat penting atau tidaknya barang tersebut. Konformitas menurut Baron & Byrne (2005) adalah bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat. Tekanan untuk melakukan konformitas sangat sulit untuk ditolak. Konformitas adalah fakta dasar dari kehidupan sosial, keinginan untuk disukai atau diterima oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi benar dan untuk memiliki pemahaman yang tepat mengenai dunia sosial. Menurut Taylor (2009) Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Menurut Sutisna (2002) dalam suatu kelompok terdapat norma-norma yang disepakati bersama. Suatu kelompok akan berusaha mempengaruhi anggotanya atau yang bukan anggota untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang ada. Pengaruh normatif pada konsumen ketika norma bisa mempengaruhi perilaku dan ada juga pengaruh informasional dimana pengaruh ini terjadi ketika kelompok dapat berinteraksi dengan orang lain saling memberikan informasi terhadap pembelian. Persesuaian (conformity) didefinisikan sebagai perubahan dalam perilaku terhadap kelompok dari tekanan. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi dalam setiap keputusan dalam pembelian.

24 Penelitian yang dilakukan Andita Ayu Sartika, Endang Sri Indrawati, dan Dian Ratna Sawitri (2009) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan intensi merokok pada remaja perempuan di SMA Kesatrian 1 Semarang, pada penelitian ini terungkap bahwa pengaruh teman sebaya merupakan pemicu kuat timbulnya intensi merokok remaja. Pengaruh teman sebaya dalam hal ini merupakan tekanan yang diterima dari teman sebaya untuk merokok yang mendorong remaja berperilaku sama dengan mereka. Kecenderungan remaja untuk menyamakan perilaku dengan teman sebaya ini disebut dengan konformitas. Penelitian Venkatestan (1966) bahwa pengaruh sosial ditunjukkan pada kondisi konformitas, bahwa pembeli menerima informasi yang diberikan oleh kelompok teman sebaya pada kualitas produk. Kelompok norma yang berlaku mengarahkan anggotanya dengan gaya baru dari produk. Selain itu juga dalam penelitian ini menemukan bahwa kelompok teman sebaya menjadi sumber utama untuk memberikan informasi dalam tahap mengarahkan perhatian pada pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Sufrihana Rombe (2014) pada siswa SMAN 5 Samarinda bahwa siswa membeli barang karena subjek tidak mau dianggap kurang update yang dapat menyebabkan subjek akan merasa gengsi diantara teman-teman pergaulannya, itu sebabnya subjek akan selalu berusaha untuk tetap mengikuti dan menggunakan barang-barang yang sedang trandy. Adanya perasaan gengsi yang timbul dalam diri remaja tersebut serta perasaan

25 takut dianggap kurang update tersebut merupakan faktor konformitas yang dialami pada remaja putri. Hal tersebut terjadi karena keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tampil menarik, tidak berbeda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Dari pengertian dan hasil penelitian diatas ada hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas, dimana munculnya perilaku konsumtif ini disebabkan karena adanya faktor konformitas yang muncul pada individu. Individu ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan dan menyesuaikan diri untuk berperilaku sama dengan lingkungan sekitar. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya menyebabkan untuk mengikuti barang atau produk yang sedang trend. Hubungan perilaku konsumtif dengan konformitas dapat divisualkan sebagai berikut : Konformitas Perilaku Konsumtif E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian dapat diajukan bahwa ada hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya