BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dan manfaat tanaman mahkota dewa. Sistematika tanaman mahkota dewa adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan daun bangun-bangun adalah : Jenis : Coleus amboinicus Lour. (Depkes RI, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari tumbuhan Keladi Tikus adalah sebagai berikut : Spesies : Typhonium flagelliforme (Anonim, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uraian tumbuhan meliputi habitat, morfologi, sistematika tumbuhan,

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

IMUNOLOGI DASAR. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas : Sistem imun nonspesifik ( natural / innate ) Sistem imun spesifik ( adaptive / acquired

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Respon imun adaptif : Respon humoral

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temu giring banyak ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan kecil atau

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

Gambar: Struktur Antibodi

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penggunaan obat-obat kemoterapi seperti doxorubicin memiliki efek

SISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

DASAR-DASAR IMUNOBIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung

BAB II PEMBAHASAN A. MEKANISME SISTEM IMUN

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

Fransiska Ayuningtyas W., M.Sc., Apt

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

Manifestasi penyakit infeksi akibat langsung DARI pathogen mikrobial, DAN interaksinya dengan system imun pejamu. Macam respons imun dan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembentukan Reseptor Antigen

MATURASI SEL LIMFOSIT

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

RESPON IMUN HUMORAL. Definisi Sistem limfoid (imun)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

PATOLOGI SERANGGA (BI5225)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) 2.1.1 Klasifikasi tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman mahkota dewa diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Spesies : Plantae : Spermathophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Thymelaeaceales : Thymelaeaceae : Phaleria : Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Nama Daerah : Simalakama (Melayu), makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu (Jawa Tengah dan Yogyakarta), Raja obat (Banten), dan Pau (etnik Cina) (Winarto, 2003). 2.1.2 Morfologi tumbuhan Mahkota dewa adalah tanaman asli Indonesia. Tumbuhan mahkota dewa merupakan tumbuhan yang hidup di daerah tropis. Pohon ini akan tumbuh dengan baik jika ditanam di tanah yang gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Pohon yang ditanam di kebun atau perkarangan. Perbanyakan pohon ini bisa dilakukan secara vegetative dan generative (Kurniasih, 2010). 6

Tanaman mahkota dewa berbentuk perdu yang berumur tahunan. Tinggi tanaman umumnya 1-3 m, tetapi ada yang bisa mencapai 5 m, Batang berwarna cokelat dan bercabang banyak. Daunnya berbentuk lonjong, langsing memanjang, dan lancip. Buah bulat, terdiri atas kulit, daging, cangkang, dan biji. Kulit ketika buah muda berwarna hijau, dan setelah tua akan menjadi merah marun. Daging berwarna putih dan rasanya sepat agak manis. Cangkang berwarna cokelat dan sangat beracun, sementara bijinya berwarna putih. Bunga mahkota dewa muncul sepanjang tahun dan bergerombol dari ketiak daun (Santoso, 2008). 2.2 Sistem Imun Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja, 2014). Sistem imun berguna sebaga perlindungan terhadap infeksi molekul lain seperti virus, bakteri, protozoa dan parasit (Salmon, 1989). 2.2.1 Komponen sistem imun Sistem imun terdiri dari 2 komponen yaitu komponen humoral dan komponen seluler. 2.2.1.1 Komponen humoral Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan humoral, yaitu komplemen, interferon, antibodi, dan C-Reactive protein (CRP) (Subowo, 2009). 7

a. Komplemen Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan dekstruksi/lisis bakteri dan parasit. b. Interferon Interferon merupakan sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respon terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat anti virus dengan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus (Roitt, 2002). Interferon dihasilkan sel T (interferon-gamma) atau sel darah putih lain (interferon-alfa) atau fibroblas (interferon-beta) (Corwin, 2009). c. C-Reactive Protein (CRP) CRP merupakan zat yang dibentuk oleh tubuh pada saat infeksi. Perannya adalah sebagai opsonin (zat yang dapat meningkatkan proses fagositosis) dan dapat mengaktifkan komplemen (Roitt, 2002). d. Antibodi Antibodi adalah immunoglobulin (Ig) yang merupakan golongan yang dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B akibat adanya kontak dengan antigen. Menurut perbedaan struktur dan aktivitas biologis, antibodi dibedakan menjadi 5 subkelas: 8

Tabel 2.1 Subkelas dari antibodi Struktur Subkelas Keterangan Miu (µ) IgM - Terdapat dalam bentuk pentamer - Merupakan molekul paling besar - Berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respon sel Gamma (γ) IgG - Merupakan immunoglobulin yang paling banyak di dalam serum Epsilon (ε) IgE - Merupakan mediator antibodi untuk respon alergi - Mampu melekat pada sel mastosit atau basofil yang melepaskan mediator histamine, heparin, prostaglandin yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat Alpha (α) IgA - Ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernafasan, dan genitouria, serta dalam air susu dan air mata Delta (δ) IgD - Terdapat di permukaan sel B, tetapi fungsinya masih belum jelas (Sheerwood, 2001) 2.2.1.2 Komponen seluler Dalam komponen seluler (pertahanan seluler) ada beberapa sel yang terlibat dalam menjaga sistem imun yaitu sel fagosit dan sel limfoid. a. Sel fagosit Sel fagosit terdiri dari fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear yang berperan dalam respon imun non spesifik. i. Fagosit mononuklear Fagosit mononuklear dihasilkan oleh sel induk di dalam sumsum tulang dan mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai fagosit professional dengan fungsi utama 9

menghancurkan antigen dan antigen presenting cells (APC) yang fungsinya menyajikan antigen kepada limfosit. Makrofag mempunyai peranan penting dalam sistem imun yaitu sebagai sel efektor, menghancurkan atau mikroorganisme dan benda-benda asing atau fagositosis. ii. Fagosit polimorfonuklear (PMN) PMN merupakan garis pertahanan terdepan dan melindungi tubuh dengan menyingkirkan mikroorganisme yang masuk. Yang termasuk dalam golongan PMN adalah neutrofil, eosinofil dan basofil. Neutrofil memiliki peranan sebagai fagositik (Kresno, 1991). b. Sel limfoid Limfosit menduduki 20% dari leukosit yang ada dalam darah. Kelompok limfoid terutama bertugas untuk mengenali antigen. Sel limfoid terdiri dari limfosit T, limfosit B, dan sel NK (natural killer). Kecuali sel NK, limfosit dilengkapi dengan molekul reseptor yang bertugas untuk mengenali antigen (Subowo, 2009). Sel T (limfosit T) adalah yang bertanggung jawab dalam respon imun selular. Sel T dapat dibedakan sebagai berikut: a. Sel Th (Thelper) Sel Th adalah sel yang membantu meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel T supresor yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel Th dapat dibedakan menjadi sel Th1 dan Th2. Sel Th1 berperan sebagai limfosit yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi, sedangkan sel Th2 berperan dalam memproduksi antibodi dengan menstimulasi sel B menjadi sel plasma (Sheerwood, 2001). 10

b. Sel Ts (Sel Tsuppresor) Sel Ts adalah sel yang berperan dalam membatasi reaksi imun melalui mekanisme check and balance dengan limfosit yang lain. Sel Ts menekan aktivitas sel T lainnya dan sel B. Sel Th dan sel Ts akan berinteraksi dengan adanya metode umpan balik. Sel Th membantu sel Ts beraksi dan sel Ts akan menekan sel T lainnya. Dengan demikian sel Ts dapat menghambat respon imun yang berlebihan dan bersifat antiinflamasi (Sheerwood, 2001) c. Sel Tc (T cytotoxic) Sel Tc mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel alogenik, sel sasaran yang mengandung virus dan sel kanker. Dalam fungsinya, sel Tc memerlukan rangsangan dari sel Th1 (Baratawidjaja, 2012). d. Sel Tdh (delayed hypersensitivity) Sel Tdh adalah sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi lambat. Dalam fungsinya, memerlukan rangsangan dari sel Th1 (Baratawidjaja, 2012). 2.2.2 Respon Imun Respon imun adalah tanggapan sistem imun terhadap zat asing, setelah terjadi proses pengenalan oleh sel-sel pengenal (limfosit) (Subowo, 2009). Secara umum dinyatakan bahwa respon imun seseorang terhadap patogen terdiri atas respon imun alami atau respon imun non spesifik dan respon imun adaptif atau respon imun spesifik (Subowo, 1993). 1. Respon imun alami adalah respon yang dibawa sejak lahir. Komplemen memegang peranan penting dalam mengenal jasad mikroorganisme tertentu dan segera menghancurkannya. 11

2. Respon imun spesifik adalah dimana antibodi memegang peranan utama. Dalam mengenal molekul asing yang masuk ke dalam tubuh reseptor dibentuk dengan cara menyatukan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu resptor yang spesifik untuk molekul tertentu (Handjojo, 2003). 2.2.2.1 Respon imun nonspesifik Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut (Kresno, 2001). Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, tetapi tidak mampu mengenali dan mengingat zat asing tersebut. (Kresno, 2001). 2.2.2.2 Respon imun spesifik Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, sistem tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara komplemen fagosit-antibodi dan antara makrofag-sel T (Baratawidjaja, 2014). 12

Mekanisme dari sistem imun didapat adalah makrofag memproses dan menyajikan antigen bakteri kepada sel B yang spesifik untuk antigen tersebut. Sel B yang telah diaktifkan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori. Sel plasma mengeluarkan antibodi spesifik, yang berikatan dengan bakteri yang masuk, aktivitas sel plasma ditingkatkan oleh IL-1 yang disekresikan oleh makrofag dan sel T-penolong yang telah diaktifkan oleh antigen bakteri sebelumnya. Antibodi berikatan dengan bakteri yang masuk dan meningkatkan aktivitas bawaan sehingga terjadi kehancuran bakteri. Secara spesifik, antibodi bekerja sebagai opsonin untuk meningkatkan aktivitas fagositik, meningkatkan sistem komplemen yang mematikan, dan merangsang sel pemusnah, yang secara langung melisiskan bakteri. Kemudian sel memori menetap dan mampu berespons secara lebih cepat dan lebih kuat seandainya bakteri yang sama kembali dijumpai di masa mendatang (Sherwood, 2011). 2.3 Imunomodulator Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan. Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 2 cara, yaitu malalui: - Imunosupresi - Imunostimulasi Imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation (Baratawidjaja, 2012). 13

A. Imunosupresi Merupakan suatu tindakan untuk menekan respon imun. Kegunaannya di klinik terutama pada transplatasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi. Obat-obat imunosupresi digunakan pada penderita yang akan menjalani transplatasi dan penyakit autoimun oleh karena kemampuannya yang dapat menekan respon imun seperti azatioprin, dan siklofosfamid (Baratawidjaja, 2012). C. Imunostimulasi Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem imun, seperti levamisol, isoprenosin, dan hidrosiklo (Baratawidjaja, 2012). 2.4 Levamisol Levamisol merupakan derivat tetramizol, sejenis obat cacing, yang dapat meningkatkan proliferasi dan sitotoksitas sel T serta mengembalikan anergi pada beberapa penderita dengan kanker (imunostimulasi non-spesifik). Anergi ternayata berhubungan dengan prognosis. Levamisol dapat meningkatkan efek berbagai bahan seperti antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik untuk merangsang limfosit, granulosit dan makrofag. Levamisol telah pula digunakan dalam penanggulangan artritis reumatoid, penyakit virus dan lupus eritematosus sistemik. Levamisol meningkatkan efek fluorourasil sebagai ajuvan pada terapi 14

pasca reseksi kanker kolon. Efek sampingnya berupa mual, muntah, urtikaria dan agranulositosis sehingga pemberiannya harus dihentikan (Baratawidjaja, 2014) 2.5 Metode Pengujian Efek Imunomodulator Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator. Beberapa diantaranya adalah uji respon hipersensitivitas tipe lambat dan pengukuran antibodi (titer antibodi). a. Uji Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek imunomodulator terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas tipe lambat merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi dan meningkkatkan aktivitas makrofag yang ditandai dengan pembengkakakn kaki hewan uji (Roitt, 1990). b. Titer Antibodi Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon imun humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon imun humoral yang melibatkan pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th yang menstimulasi sel B untuk pebentukan antibodi dan peningkatan aktivitas sel b dalam pembentukan antibodi (Roitt, 1990). 15