KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN DUA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATERI BIOSFER DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KISARAN TAHUN AJARAN 2011/2012 Lilis Suriani Sitorus ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT), dan Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Biosfer Di Kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran Tahun Ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpul data berupa nilai tugas individu, nilai tugas kelompok dan tes, kemudian dianalisis dengan analisis statistik kuantitatif. Hasil belajar siswa pembelajaran Number Head Together (NHT) memiliki nilai rata rata 73,53 dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dengan rata rata 75,45. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Biosfer di kelas XI IPS SMA 3 Kisaran T.A. 2011/2012, dengan t hitung (1,5) < t tabel (2,00) dengan dk = 59 pada taraf α = 0,05. Kata Kunci : Komparasi, Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif PENDAHULUAN Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu menjadi penerus dan pelaksana pembangunan disegala bidang. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan inti harus ditingkatkan kualitasnya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan optimal. Permasalahan yang sering ditemukan dan terjadi dalam dunia pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan. Menurut Ahmadi (2003) rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) faktor dana pendidikan yang relative masih kecil, (2) faktor sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai, (3) faktor kurikulum yang sangat kurang menunjang peningkatan mutu pendidikan karena masih terlalu sentralistik, tidak realistis terhadap kondisi siswa, (4) faktor kesembrautan sistem admisistrasi dan manajemen pendidikan, termasuk di dalamnya faktor besarnya campur tangan birokrasi pemerintah dan, (5) faktor rendahnya mutu guru. Dari lima faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yang dikemukakan oleh 1
Ahmadi di atas, faktor guru merupakan faktor yang sangat menentukan, karena gurulah yang berperan secara langsung dalam proses penyampaian materi pembelajaran kepada siswa dan mempengaruhi siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Menghasilkan Sumberdaya Manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru, Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 menyatakan seorang guru dikatakan profesional jika dapat memenuhi empat kompetensi, yaitu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak dengan menguasai empat kompetensi: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional, (Kunandar, 2007) Kompetensi guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar yang maksimal adalah kompetensi pedagogik. Pada proses belajar mengajar guru harus berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk lebih giat belajar. Untuk melakukan hal tersebut guru dituntut untuk mampu mengelola interaksi belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama belajar. Untuk itu guru sebagai pendidik harus selalu memilih model pembelajaran yang tepat yang dipandang lebih efektif untuk mencapai kecakapan dan kompetensi siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu guru geografi di SMA Negeri 3 Kisaran, menyatakan bahwa siswa kelas XI IPS yakni XI IPS 1 dan XI IPS 2 kurang aktif dalam pembelajaran geografi sehingga hasil belajar siswa tersebut rendah, hanya 45% siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tahun pelajaran 2010/2011 pada materi Biosfer, sisanya belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 71. Lebih jauh guru tersebut menjelaskan bahwa selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah bervariasi, yang tentunya tidak mampu memaksimalkan potensi siswa, karena dengan model ini yang aktif adalah guru, sementara siswa hanya menjadi objek pada pembelajaran yang dilakukan, selain itu guru belum pernah menerapkan model pembelajarn kooperatif terutama model kooperatif tipe Number Head Together (NHT)dan tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Nuraini (2003) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni faktor internal atau faktor yang datang dari dalam dan faktor eksternal atau faktor yang datang dari luar. Dilihat dari cara pembelajaran yang dilakukan guru geografi di SMA Negeri 3 Kisaran, dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar geografi adalah faktor eksternal yaitu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam teori belajar, aktivitas belajar mengajar dapat ditingkatkan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif (Arends dalam Trianto, 2007). Pada model 2
pembelajaran kooperatif siswa belajar secara kelompok, siswa diajak untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya dan saling mendiskusikan masalah-masalah yang ada dengan teman-temannya. Dengan demikian kompetensi pembelajaran akan mereka dapatkan melalui berbagai aktivitas kerja kelompok tersebut, sedangkan guru bertindak sebagai mediator dan motivator terlaksananya pembelajaran secara baik. Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchak, dalam Trianto 2007). Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, langsung membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dipilih sesuai dengan materi Biosfer karena kompetensi yang dicapai dalam materi Biosfer adalah menganalisis, dimana didalam menganalsis merupakan pelajaran yang sulit untuk di pahami oleh siswa, dengan demikian dibutuhkan teman yang heterogen untuk bertukar pikiran didalam memecahkan masalah yang terjadi pada materi Biosfer tersebut. Untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi guru geografi, penulis melakukan modifikasi proses pembelajaran dengan menerapkan dua model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Kedua model ini dipilih karena memiliki cara yang kurang lebih sama dalam proses pembelajaran. Selain itu kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan didalam proses belajar mengajar yaitu kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim (2000) adalah sebagai berikut: 1) siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah untuk menentukan konsep yang dikembangkan, 2) dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan kerampilan sosial, 3) setiap siswa memiliki kesiapan belajar, 4) meningkatkan kerampilan berfikir siswa baik secara individual maupun kelompok, 5) melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Ibrahim (2000) yaitu: 1) mengajarkan siswa lebih kreatif dan tanggap, 2) siswa lebih aktif, 3) dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman-teman, 4) memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain, 5) hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena siswa ikut aktif. Kedua model pembelajaran akan dibandingkan untuk mengetahui pendekatan mana yang mampu memberikan hasil belajar lebih baik pada materi biosfer. Identifikasi masalah dalam penelitian ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal (faktor yang datang dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang datang dari luar). Faktor internal 3
meliputi: kematangan untuk belajar, kemampuan dan keterampilan dasar untuk belajar, dorongan untuk berprestasi. Faktor eksternal meliputi: suasana tempat belajar yaitu suasana fisik (misalnya tempat belajar yang rapi, bersih dan menyenangkan), sikap guru selama mengajar dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, pelatihan dan, penguatan (reinforcement). Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran yang diterapkan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD). Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) pada materi biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2011/2012? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2011/2012? 3. Bagaimana komparasi hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran tipe Number Head Together (NHT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 kisaran tahun pelajaran 2011/2012? Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) pada materi biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2011/2012! 2. Mengetahui hasil belajar siswa pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) pada biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2011/2012! 3. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran tipe Number Head Together (NHT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada biosfer di kelas XI SMA Negeri 3 Kisaran tahun pelajaran 2011/2012! METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Kisaran, Jl. S. Parman Kelurahan Bunut Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Sekolah ini dipilih karena di SMA tersebut Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai masih rendah pada materi biosfer yakni masih mencapai 45% dari ketuntasan yang ditetapkan (71), dan belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif pada proses belajar mengajar. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 4
SMA Negeri 3 Kisaran Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 61 orang, dan sekaligus yang menjadi sampel penelitian (Total Sampling). Penentuan kelas untuk penerapan model pembelajaran dilakukan secara random dengan membuat undian. Hasil undian diperoleh kelas XI IPS-1 dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas kontrol NHT (Number Head Together), dan kelas XI IPS-2 dengan jumlah siswa 31 orang sebagai kelas eksperimen STAD (Teams Achievement Division). Sebelum diterapkan kedua model pembelajaran terlebih dahulu dilakukan pretest pada awal pembelajaran pada masing-masing kelas untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selama proses belajar mengajar berlangsung siswa diberi tugas individu dan tugas kelompok dimana tugas-tugas tersebut akan diberi nilai untuk memperoleh nilai akhir bersama-sama dengan nilai postest yang dilakukan pada akhir pelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1) Tahap persiapan meliputi a) Melakukan penelitian pendahuluan ke SMA Negeri 3 Kisaran untuk berdiskusi dengan guru geografi tentang proses belajar mengajar yang dilakukan pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 3, b)menyusun proposal penelitian, c) Melakukan seminar proposal penelitian di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, d) Mengurus ijin penelitian dari Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan, e) Peneliti bersama guru mempersiapkan literatur berkaitan dengan materi biosfer, misalnya alat pembelajaran, tugas yang akan diberikan dan Lembar Kerja Siswa (LKS), f)menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) di kelas XI IPS-1 dan tipe STAD (Teams Achievement Division) di kelas XI IPS-2 SMA Negeri 3 Kisaran, g) Membagi siswa menjadi lima atau enam kelompok dengan masing-masing anggota sebanyak 4-6 orang secara heterogen agar pada waktu proses belajar mengajar berlangsung siswa sudah duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing, h) Memberi tugas individu. 2) Tahap pelaksanaan meliputi pembelajaran dengan tipe NHT a) Memberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, b) Membuka pelajaran. C) Memberikan pertanyaan tentang materi pembelajaran, d) Setiap anggota dalam kelompok memikirkan jawabannya secara mandiri selanjutnya mendiskusikan jawaban bersama kelompok, e) Guru memanggil salah satu nomor dan setiap nomor dari kelompok yang dipanggil harus menyampaikan hasil diskusinya, dan begitu selanjutnya, f) Menutup pelajaran. Pembelajaran dengan tipe STAD a) Memberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, b) Membuka pelajaran, c) Menyajikan materi, d) Membagi lembar kegiatan siswa (LKS) tentang materi pembelajaran yang dikerjakan secara berkelompok, e) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan kelompoknya sebagai pemeriksaan 5
terhadap hasil kegiatan kelompoknya, f)menutup pelajaran Variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel Bebas (X) : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) dan tipe STAD (Teams Achievement Division). Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar siswa pada materi biosfer Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 1) penilaian portopolio (tugas mandiri) dan tugas kelompok (lembar kerja siswa dan aktivitas diskusi), 2) tes hasil belajar yang terdiri dari 30 butir soal dan memiliki lima pilihan jawaban (option) yaitu a, b, c, d, dan e untuk mengetahui hasil belajar siswa, Sebelum melakukan penelitian, instrumen ini terlebih dahulu diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reabilitas, untuk menguji validitas soal digunakan rumus Korelasi Product Moment (Arikunto, 2009) dan untuk menguji reliabilitas soal digunakan rumus KR 20. Ujian dibuka kepada siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 1 Meranti Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan tahun ajaran 2010/2011. Untuk memperoleh nilai akhir masingmasing siswa, terlebih dahulu dilakukan analisis materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran pada materi biosfer. Setelah melakukan pengujian validitas dari 30 soal maka diperoleh 20 soal yang valid atau layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Pengujian reliabilitas tes pada penelitian ini 0,743 setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus KR 20, pengujian ini layak digunakan pada penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, kemudian uji homogenitas dan Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai pre test kelas NHT mempunyai rentang 10-65. Nilai rata rata pre test pada kelas NHT 32,33 dengan simpangan baku 15,63. Bila nilai pre test siswa dihubungkan dengan KKM yang telah ditetapkan (71) maka pada kelas NHT belum ada siswa yang memenuhi nilai KKM. Nilai pre test kelas STAD mempunyai rentang10-65. Nilai rata rata pre test pada kelas STAD 31,93 dengan simpangan baku13,70. Bila nilai pre test siswa dihubungkan dengan KKM yang telah ditetapkan (71) maka pada kelas STAD belum ada siswa yang memenuhi nilai KKM. Dari perhitungan hasil pretest yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 dengan NHT dan dikelas XI IPS 2 dengan STAD memiliki nilai yang relatif hampir sama, NHT dengan rata-rata 32,33 dan STAD dengan rata-rata 31,93. Nilai hasil belajar siswa dapat diperoleh dari nilai tugas individu, LKS/Soal-soal, tugas kelompok dan postes. Hasil belajar siswa pada kelas NHT mempunyai rentang 63-88. Nilai rata rata hasil belajar pada 6
kelas NHT 73,53 dengan simpangan baku 5,62. Bila dihubungkan dengan KKM, 30 % siswa belum bisa mencapai KKM dan 70 % telah memenuhi KKM dan bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) 75% maka hasil belajar siswa pada kelas NHT tidak tuntas untuk materi biosfer. Hasil belajar siswa pada kelas STAD menunjukkan nilai hasil belajar siswa mempunyai rentang 65-85. Nilai rata- rata hasil belajar 75,45 dengan simpangan baku 4,59 Bila dihubungkan dengan KKM 19,35 % siswa yang belum bisa mencapai nilai KKM dan 80,65 % siswa telah memenuhi nilai KKM dan bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) 75%, hasil belajar siswa di kelas STAD pada materi biosfer tuntas. Uji persyaratan analisa data meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data pre test dan data hasil belajar siswa kelas NHT dan kelas STAD. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Kriteria pengujian yaitu menerima sampel berdistribusi normal jika L o < L tabel dan menolak kriteria pengujian jika syarat tidak dipenuhi. Hasil uji normalitas data pre test dan data hasil belajar kelas NHT dan kelas STAD adalah Pretest NHT L 0,1438 < L 0,1616 (Normal), Pretest STAD L 0,1548 < L 0,1596 (Normal), Hasil Belajar NHT L 0,1069 < L 0,1616 (Normal), dan Hasil Belajar STAD L 0,1127 < L 0,1596 (Normal). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok (kelas NHT dan kelas STAD) berasal dari populasi yang sama. Hasil uji homogenitas Pretes NHT dan STAD F 1,28 < F 1,85 (homogen), dan hasil belajar F 1,49 < F 1,85 (homogen) masing-masing data pre test dan hasil belajar untuk kelas kontrol yakni kelas yang diperlakukan dengan model NHT dan kelas eksperimen yakni kelas yang diperlakukan dengan model STAD di peroleh pengujian F hitung < F tabel maka sampel memiliki varians yang homogen. Hasil pemberian pre test pada kelas NHT diperoleh nilai rata rata 32,33 dan pada kelas STAD diperoleh nilai rata- rata 31,93. Bila dihubungkan dengan KKM, hasil pre test siswa pada kelas NHT dan kelas STAD belum ada yang mampu memenuhi nilai KKM yang telah ditetapkan (71). Hal ini berarti bahwa kemampuan awal siswa pada kelas NHT maupun kelas STAD sebelum dilakukan perlakuan adalah sama dan masih rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari perhitungan uji perbedaan nilai rata rata pre test kelas NHT dan kelas STAD diperoleh t hitung (-0,11) < t tabel (2,00) atau Ho diterima, maka dapat dikemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre test pada kelas konvensional dengan kelas STAD. Setelah diberikan perlakuan, nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas NHT 73,53 sedangkan untuk kelas STAD nilai rata rata hasil belajar siswa sebesar 75,45. Bila dihubungkan dengan nilai KKM yang telah ditetapkan pada materi biosfer (71), pada kelas NHT 30% siswa belum bisa mencapai KKM dan 70% siswa yang memenuhi nilai KKM, sementara pada kelas STAD 19,35 % siswa yang belum bisa mencapai nilai KKM dan 80,65 % siswa telah mendapat nilai yang 7
memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang belajar dengan NHT. Dari perhitungan uji perbedaan nilai rata rata hasil belajar kelas NHT dan kelas STAD diperoleh t hitung (1,5) < t tabel (2,00) atau Ha ditolak dan Ho diterima, maka dapat dikemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai hasil belajar pada kedua kelas. Ditolaknya Ha dan diterimanya Ho disebabkan karena aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada kedua model yang diterapkan kurang lebih sama, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa juga relatif sama dengan perbedaan 10,65% dari kedua model tersebut lebih baik hasil belajar yang diperoleh dengan model STAD. Setelah diberikan perlakuan terhadap kedua model pembelajaran kooperatif maka : (1) Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas NHT sebesar 73,53, 30 % siswa belum bisa mencapai KKM. Bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) yang ditetapkan sekolah yaitu 75%, maka hasil belajar siswa dikelas NHT pada materi biosfer tidak tuntas, (2) Nilai rata rata hasil belajar siswa kelas STAD sebesar 75,45, 19,35 % siswa belum mencapai KKM dan 80,65 % siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan pada materi Biosfer (71). Bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) 75% maka hasil belajar siswa dikelas STAD pada materi biosfer tuntas, dan (3) Berdasarkan hasil uji statistik t hitung (1,5) < t tabel (2,00) dengan dk = 59 pada taraf α = 0,05. Maka dinyatakan Ha ditolak, dengan kata lain H 0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa NHT dengan model kooperatif tipe STAD pada materi biosfer di SMA Negeri 3 Kisaran tahun ajaran 2011/2012. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa kedua model pembelajaran kooperatif (NHT dan STAD) memiliki keefektifan yang sama untuk mencapai kompetensi pada materi biosfer. Perbedaan yang signifikan tidak terjadi dalam peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD hal ini disebabkan karena model NHT dan STAD sama-sama menuntut adanya kerja sama yang baik dalam kelompok agar setiap anggota kelompok dapat memahami materi dan dapat menjawab LKS dan soal pertanyaan dengan baik serta dalam proses pembelajaran siswa lebih berani dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan. Namun, di samping beberapa kelebihan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah kondisi kelas yang kurang kondusif dapat terjadi jika guru tidak mempersiapkan kegiatan dengan pembelajaran ini secara matang. Oleh karena itu, harus dilakukan persiapan yang matang dengan memperhitungkan karakteristik siswa dan perlu dilakukan pengawasan yang ketat agar pada saat pembentukan kelompok maupun saat melakukan diskusi kelompok 8
suasana kelas tetap kondusif dan tidak mengganggu kelas lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan kesimpulan yakni: 1. Hasil belajar siswa Pembelajaran Number Head Together (NHT) memiliki nilai rata rata hasil belajar 73,53, 70 % siswa telah memenuhi KKM. Bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) 75% maka hasil belajar siswa dikelas NHT tidak tuntas. 2. Hasil belajar siswa Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) memiliki nilai rata rata hasil belajar 75,45, 80,65 % siswa telah mencapai nilai KKM, bila dihubungkan dengan kriteria ketuntasan klasikal (KKK) 75% maka hasil belajar dikelas NHT tuntas. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD memiliki kemapuan yang sama meningkatkan hasil belajar siswa pada materi biosfer di SMA Negeri 3 Kisaran tahun ajaran 2011/2012. Hal ini terlihat dengan tidak adanya perbedaan signifikan melalui uji t yang dilakukan, dimana t hitung (1,5) < t tabel (2,00) dengan dk = 59 dan taraf α = 0,05. Hal ini berarti bahwa kedua model ini sama Saran baiknya untuk digunakan pada materi biosfer. Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka disarankan kepada: 1. Guru SMA Negeri 3 Kisaran khususnya guru geografi untuk menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada materi Biosfer kelas XI IPS. Walaupun tidak ada perbedaan signifikan, tetapi secara rata-rata hasil belajar menggunakan pembelajaran tipe STAD lebih baik dari pembelajaran menggunakan tipe NHT dengan perbedaan 1.92. 2. Untuk peneliti lainnya diharapkan dapat meneliti dan mengembangkan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD untuk materi lainnya pada mata pelajaran geografi, agar dapat dijadikan studi perbandingan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2003. Psikologi Pendidikan. Edisi Revisi, PT. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Bumi Aksara Br S, Natalia Argina. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Dan Konvensional Pada Materi Pokok Antroposfer Di 9
Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Binjai. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Tidak Diterbitkan Danuharja, Erik. 2010. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan NHT Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Materi Fungsi Konsumsi, Tabungan Dan Investasi Bagi Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM. Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. http://karyailmiah.um.ac.id./index.php/ekon omi pembangunan/article/view/9218. Diakses 17 april 2011 Ibrahim, H. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press Kunandar. 2007 Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada...2008 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kela. Jakarta : Rajawali Pers Magor, Yohanes Cervatius. 2010. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) Dan NHT (Numbered Heads Together) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ekonomi Kelas VII pada Pokok Bahasan Kegiatan Pokok Ekonomi Manusia di SMP Negeri I Singosari. Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. http://karyailmiah.um.ac.id./index.php/ekon omi/article/view/960. Diakses 17 april 2011 Nababan, Lian Y G. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Konvensional Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Biosfer Kelas XI IS SMA Negeri 1 Pancur Batu. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Tidak Diterbitkan Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Nuraini. 2003. Strategi Pembelajaran. Edisi Ke-1 Jakarta: Universitas Terbuka Sardiman. 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, N. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya...2005. Metode Statistik. Bandung: Penerbit Tarsito Sunarya, Yaya. 2003. Pengembangan Penilaian Berbasis Fortopolio. UPI: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (http://upi.edu/direktori/a-fip/jurpsikologi-pend-danbimbingan/yaya- 10
sunarya/portofolio/format.pdf). Diakses 3 april 2011 Tim Dosen. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Geografi. Medan: UNIMED Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Predana Media Group Usman, M.U. 2010. Menjadi Guru Progesional. Bandung: PT. Rosda Karya Winkel. 1998. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Zuhdan. K (dkk). 2007. Pengembangan perangkat penilaian Berbasis taksonomi pendidikan sains dalam Program pengalaman lapangan (ppl) Untuk meningkatkan profesionalisme Mahasiswa pendidikan fisika. Skripsi, Jurusan Pendidikan FisikaFakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas NegeriYogyakarta. (http://repository.upi.edu/operator/up load/s_fis_0605604_chapter3.pd f). Diakses pada tanggal 23 September 2011. 11