I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai kelainan, trauma, maupun penyakit. Jaringan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi sel darah. Karena peranannya ini, kerusakan tulang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

karena itu, beberapa penelitian dikembangkan untuk terus menemukan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan C.albicans dengan memanfaatkan bahanbahan a

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang beriklim tropis yang memiliki beberapa khasiat sebagai obat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi jeruk sebanyak 2 juta ton per tahun (Anonim 1, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

4 Hasil dan Pembahasan

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Teknologi Rekayasa Jaringan (Tissue Engineering)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

3 Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh mengalami kerusakan dan terbuka sehingga menyebabkan sistem pembuluh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. (Munasir, 2001a). Aktivitas sistem imun dapat menurun oleh berbagai faktor,

Sintesis dan Enkapsulasi Partikel Nanomagnetik Nikel dengan Alginat-Kitosan dan Senyawa Aktif Mangosteen

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan metode penyaluran obat seperti topikal, enteral, dan parenteral, atau berdasarkan mekanisme penghantaran yaitu aktif dan pasif. Penghantaran obat secara pasif dikontrol oleh difusi molekul obat dari pembawa menuju target tergantung gradien konsentrasi dan mengambil keuntungan dari fisiologi atau respon alami tubuh. Penghantaran obat secara aktif melibatkan pelepasan trigger yang terkontrol dari molekul terapeutik (obat, gen, atau protein) menggunakan karakteristik kimia dari pembawa atau obat itu sendiri yang responsif terhadap stimulus lingkungan, atau menggunakan respon fisik dari pembawa terhadap stimulasi luar, serta dengan cara mengkombinasikan beberapa mekanisme yang digunakan sebagai pemicu (Arruebo, 2012). Banyak pembawa obat yang dijelaskan dalam literatur, salah satunya yaitu penggunaan polimer terutama polimer alam (Zhang dkk., 2008 a ; Bhattarai dkk., 2010). Polimer merupakan suatu rantai panjang molekul yang terdiri dari pengulangan banyak unit. Polimer dapat diklasifikasikan menjadi polimer alam dan polimer sintetis (Combe, 1992). Polimer alam menjadi perhatian para peneliti untuk digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai keperluan industri saat ini (Noerati dkk., 2007). Kitosan merupakan salah satu polimer alam yang sekarang banyak digunakan dalam farmasi serta bidang lain (Shanmugan dkk., 2005). Sifat 1

2 positif yang dimiliki kitosan membuat kitosan cocok menjadi polimer untuk penghantaran yang sangat baik dari senyawa makromolekul seperti peptida, protein, antigen, oligonukleotida, dan gen (Bhattarai dkk., 2010). Kitosan termasuk polimer yang dapat disintesis dari cangkang krustasea laut seperti udang (Dhewanto dan Kresnowati, 2002). Limbah udang telah dimanfaatkan dalam industri sebagai bahan dasar pembuatan kitosan di berbagai negara maju (Darmawan dkk., 2007). Indonesia sebagai negara maritim dan pengekspor udang memiliki potensi penghasil kitosan sehingga dapat dikembangkan konsep industri untuk mengkonversi limbah cangkang udang menjadi kitosan (Dhewanto dan Kresnowati, 2002). Kitosan (β(1-4)-linked 2-amino-2-deoxy-D-glucan) adalah derivat kitin yang mengalami N-deacetylated(Shanmugan dkk., 2005; Bhuvaneshwari dkk., 2011). Kitin merupakan polimer polisakarida yang banyak ditemukan dalam material eksoskeleton krustasea, arthropoda, jamur, dan ragi (Esti dkk., 2013). Kitosan sudah banyak dikembangkan menjadi tissue engineering scaffold, pembawa obat dengan pelepasan yang terkontrol, dan lain-lain (Krajewska, 2005; Cunha-Reis dkk., 2007). Kitosan saat ini direkomendasikan digunakan dalam aplikasi medis dan farmasi karena memiliki sifat-sifat yang cocok untuk digunakan pada lingkup biomedis, seperti non-toksik, biokompatibilitas, dan biodegradasi (Kumar, 2000; Aranaz dkk., 2009; Bhuvaneswhari dkk., 2011). Salah satu parameter fisik yang mempengaruhi biodegradasi kitosan adalah porositas (Cunha-Reis dkk., 2007). Porositas merupakan keadaan terbentuknya pori yaitu rongga kecil pada benda padat (Depdiknas, 2011). Porositas terbentuk dari ruang yang tertinggal di

3 antara agregat yang kasar (Lian dkk., 2011, sit. Ghafoori dan Dutta, 1995). Hasil penelitian mengenai scaffold atau perancah dari kitosan, menunjukkan bahwa perancah dengan porositas tinggi terdegradasi lebih cepat (Cunha-Reis dkk., 2007). Porositas juga berperan pada sistem penghantaran obat, karena untuk mengontrol pelepasan molekul obat dapat dilakukan pembuatan material dengan pori yang terstruktur. Karakter struktur pori tersebut dapat mengontrol tingkat difusi dari adsorbsi atau enkapsulasi obat, gen, dan protein. Material dengan pori yang terstruktur dapat dikonfigurasi pada sistem nanopartikulasi (Arruebo, 2012). Saat ini kitosan juga telah banyak dikembangkan dalam ukuran nanopartikel (Tiyaboonchai, 2003; Nagpal dkk., 2010). Nanopartikel merupakan partikel molekul dengan diameter 10-1000 nm dan tersusun dari polimer sintestis, alam, atau semi-sintetis (Nagpal dkk., 2010). Keuntungan kitosan dalam ukuran nanopartikel atau nanokitosan terutama dalam penghantaran obat karena mampu untuk meningkatkan enkapsulasi obat, farmakokinetik, bioavailabilitas, dan efektivitas terapi; aman; non-toksik; metode persiapan sederhana dan mudah; mudah dimodifikasi secara kimia; serta mempunyai efek pendukung absorbsi yang meningkatkan waktu kontak antara substrat dan membran sel (Tiyaboonchai, 2003; Kayser dkk., 2005). Material kitosansaat diaplikasikan dapat ditemukandalam bentuk serbuk, flake, dan gel, tetapi paling banyak sebagai gel berupa: bead, membran, coating, kapsul, fiber, hollowfiber, spons, dan perancah(krajewska, 2005). Pembuatan membran merupakan salah satu bidang aplikasi kitosan yang sedang berkembang (Esti dkk., 2013).Kitosandapat direaksikan dengan agen crosslinking seperti

4 natrium sitrat dan natrium tripolifosfat, sehingga dapat membentuk membran artifisial, mikrosfer, bead, pembalut luka, dan nanopartikel (Sharma dkk., 2010). Kitosan juga dapat direaksikan dengan gelatin untuk pembuatan membran, karena gelatin dapat meningkatkan sifat kimia, fisik, dan biologis pada pembuatan membran kitosan. Gelatin juga merupakan polimer alam yang dapat mengalami biodegradasi dan biokompatibilitas (Tabata dan Ikada, 1998; Zhu dkk., 2006). Saat ini aplikasi membran dapat digunakan untuk memodulasi aktivitas pelepasan enkapsulasi obat. Membran permiabel yang membungkus obat dapat melepaskan molekul obat tersebut untuk periode waktu tertentu. Membran membentuk lapisan pembatas yang terbentuk di setiap sisi membran sehingga menjadi barrier difusi bidirectional antara lingkungan sekitar dengan obat di dalam membran. Jika pori yang dihasilkan dari membran semakin kecil, maka akan mencegah molekul yang lebih besar dapat masuk ke dalam membran, namun dapat membiarkan molekul obat yang kecil keluar secara perlahan (Santos dkk., 2008; Zhang dkk., 2008 b ). Porositas pada membran diduga dapat mempengaruhi aktivitas biodegradasi dan kemampuan dalam melepas molekul yang dikandungnya jika digunakan sebagai pembawa (Cunha-Reis dkk., 2007; Li dkk., 2011). Kajian porositas pada membran kitosan menggunakan nanokitosan atau kitosan nanopartikel perlu dilakukan, misalnya dengan perbedaan massa kitosan yang digunakan.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah yaitu: Apakah komposisi massa kitosan berpengaruh terhadap porositas membran nanokitosan-gelatin? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi ataupun komposisi kitosan terhadap membran kitosan pernah dilakukan oleh Rohman dkk. (2009) dengan judul Pengaruh Konsentrasi Kitosan Terhadap Karakter Membran Kitosan tentang kajian sifat mekanik dan morfologi membran kitosan yang dipengaruhi oleh perbedaan pelarut kitosan yang digunakan; serta Esti dkk. (2013) dengan judul Kajian Kapasitansi Membran Akibat Variasi Massa Kitosan tentang kajian kapasitansi membran kitosan yang dipengaruhi oleh perbedaan massa kitosan yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut meliputi: penggunaan kitosan dengan massa yang berbeda sedangkan pada penelitian Rohman dkk. (2009) menggunakan pelarut yang berbeda, penggunaan nanopartikel kitosan, lebih spesifik mengamati objek porositas membran nanokitosan, dan pengambilan data mengenai porositas membran dilakukan dengan metode pengukuran volume atau massa jenis membran sedangkan pada penelitian Rohman dkk. (2009) melalui diameter pori pada membran yang dilihat dari SEM (Scanning Electron Microscopy).

6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi massa kitosan terhadap porositas membran nanokitosan-gelatin. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh komposisi massa kitosan terhadap porositas membran nanokitosangelatin, serta memberikan tambahan pengetahuan di dalam dunia kedokteran dan kedokteran gigi terutama dalam pembuatan membran nanokitosan-gelatin.