MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
Meristik, morphometric, FISH GROWTH PATTERNS AND PEARL Sepat (Trichogaster leeri). Abstract


KARAKTERISTIK MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG DAN SUNGAI SIAK

Keywords: Kampar rivers, Ompok sp, relative growth, Siak rivers

MORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU

Abstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Abstract. Keywords : Thynnichthys thynnoides, Pinang Luar Oxbow Lake, morphometric, meristic, growth patterns

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 1851) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Abstrak. notopterus, Sungai Sail, morfometrik, meristik, pola. Abstract

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

DESKRIPSI IKAN FAMILI MUGILIDAE DI LIMA MUARA SUNGAI DI SULAWESI UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

Reproductive Biology of Featherback Fish (Notopterus notopterus Pallas, 1769) from the Sail River, Pekanbaru Regency, Riau Province

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

By Siti Muryati 1, Ridwan Manda Putra 2, Deni Efizon 2 Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

INVENTARISASI JENIS-JENIS IKAN CYPRINIFORMES DI SUNGAI ROKAN KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Reproductive Biology of Trichogaster pectoralis From Flood Plane captured in the Tangkerang Barat District and Delima District.

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

ANALISIS UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI KOTA PADANG PADA JENIS KELAMIN BERBEDA

3. METODE PENELITIAN

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

BAB III METODE PENELITIAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Status taksonomi ikan laut lokal Tarakan, Kalimantan Utara sebagai langkah awal upaya konservasi

3. METODE PENELITIAN

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

INVENTARISASI JENIS-JENIS IKAN BUNTAL (FAMILI TETRAODONTIDAE) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS, KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

Jenis Jenis Ikan Arus Deras di Hulu Sungai Mentuka Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Hubungan Panjang Berat,...Mirna Dwirastina dan Makri,...Sainmatika,...Volume 10,...No.2,...Desember 2013,

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Identifikasi Ikan. Pengantar umum tentang ikan dan hal utama yang digunakan dalam identifikasi di lapangan

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

HUBUNGAN PANJANG-BERAT DAN FAKTOR KONDISI WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULONPROGO

4. METODA PENELITIAN. 4.1 Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni - Oktober 2008 yang dilaksanakan di su

Reproductive Biology of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake Tobasa Regency Province North Sumatra.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SEPATUNG, Pristolepis grootii Blkr (NANDIDAE) DI SUNGAI MUSI

3. METODE PENELITIAN

Ichtyofauna in the Sok-sok Holbung, Aek Isa small river, Simarpinggan Village, Sipoholon District, North Tapanuli Regency, North Sumatera Province.

J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

Pertanian, Univeritas Sumatera Utara, ( Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

Identification of fish in the downstream of the Umban Sari River, Pekanbaru. *

ASPEK REPRODUKSI IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU

Deskripsi ikan pantau janggut, Esomus metallicus Ahl 1924 (Cyprinidae) dari anak Sungai Siak dan kanal-kanal di Provinsi Riau

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

Reproductive Biology of the Tenualosa ilisha in Labuhanbatu Regency, Sumatra Utara Province. Abstract

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Analisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

Aquatic Plant and Fish Assosiation in the Parit Belanda River, Meranti Pandak Village, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru Regency, Riau Province By:

BAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

KEPADATAN POPULASI DAN REPRODUKSI IKAN BELANAK (Mugil dussumieri) DI PERAIRAN BELAWAN, SUMATERA UTARA TESIS OLEH ALI RAMADHAN /BIO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MORFOMETRI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus) STRAIN GIFT DI EMPAT BALAI BENIH IKAN SKRIPSI. Oleh Heny Tri Wijayanti NIM.

Transkripsi:

1 MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU By: Sri Rezeki 1), Ridwan Manda Putra 2) and Windarti 3) Faculty of Fisheries and Marine Sciience, University of Riau Abstract A study aims to understand the morphological and meristical characteristics, relative growth and condition factor of Trichogaster leeri has been conducted on April to Juni 2012. Fourty fishes (55-83 mm TL and 3,11-6,47 gr) from the Tapung River and 27 fishes (62-95 mm TL and 5,34-11,35 gr) from the Faperika Dam were collected and measured. There were 13 meristical and 25 morphological characteristics have been studied. Meristical characteristics of the fins of the Tapung s fish were as follows: D.V-VIII, P.9-14, A.XI-XIV.28-40, C.16-21 and those of the dam fish were as follow D.VI-VIII.7-9, P.8-13, A.X-XIII. 27-35, C.16-20. The number of scales in the frontal area of the dorsal fin was 22-27, in the lateral line was 32-41, above the lateral line was 11-14, below the lateral line was 14-16, around the body was 46-64 and around the base of the tail was 24. There were 5 types of relative growth patterns of the morphological characteristic measured from the Tapung s fish and that of the FAPERIKA Dam was 6 types. Length-weight relationship of Trichogaster leeri from both sampling sites were negative allometric (in the Tapung fish, male b= 0.8786 and female b= 1,2899 and in the dam fish, male, b=1,3658 and female b=1,8358). There was sexual dimorphism, as dorsal fin height, anal fin height and caudal fin height of the females were higher than that of the males. Key words: Trichogaster leeri, flood areas, Tapung River, morphological characteristic, meristical characteristic 1 Student of the Faculty of Fishery and Marine Science, Riau University 2 Lacturers of the Faculty of Fishery and Marine Science, Riau University

2 Pendahuluan Ikan sepat mutiara termasuk kedalam Family Anabantidae. Ikan sepat mutiara ini dikenal sebagai ikan hias bukan ikan untuk konsumsi karena keindahan tubuhnya menjadikan ikan ini istimewa dibandingkan ikan sepat lainnya. Di Sumatera, tepatnya di Provinsi Riau merupakan kawasan dataran rendah yang memiliki banyak rawa-rawa dan lahan gambut terdapat berbagai jenis organisme akuatik termasuk ikan. Ikan sepat mutiara ini merupakan penghuni rawa-rawa dataran rendah yang sedikit asam. Ikan ini biasanya senang berada dekat permukaan hingga setengah kedalaman air misalnya di rawa banjiran Sungai Tapung dan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Rawa banjiran di Sungai Tapung pada saat musim hujan kedalaman airnya meningkat dan air menjadi keruh. Hal ini terjadi karena semakin tingginya substrat berpasir dan berlumpur yang terdapat di rawa banjiran tersebut. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman air menurun. Kondisi tersebut menyebabkan organisme khususnya ikan sepat mutiara yang hidup di rawa banjiran Sungai Tapung terganggu kehidupannya sehingga ikan sepat mutiara mulai sulit didapatkan. Berbeda dengan kondisi perairan yang terdapat di waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Di waduk, pada saat musim hujan kondisi perairannya relatif tetap stabil walaupun saat ini musim tidak menentu namun kedalaman perairan dan warna air di waduk masih relatif stabil tidak ada perubahan yang terlalu signifikan. Di sekeliling waduk terdapat pohon-pohon yang rindang dan adanya tumbuhan air di waduk menyebabkan kehidupan organsime khususnya ikan sepat mutiara yang hidup di dalamnya tidak terganggu namun ikan sepat mutiara sulit didapatkan. Perbedaan kondisi perairan yang terdapat di kedua tempat tersebut yakni di rawa banjiran Sungai Tapung dan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau memberikan pengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup didalamnya khususnya ikan sepat mutiara. Belum diketahui pasti penyebab berkurangnya jumlah ikan sepat mutiara di rawa banjiran Sungai Tapung dan di waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Jika penyebabnya adalah overfishing, maka tidak ada perbedaan morfometrik. Jika penyebabnya adalah faktor lingkungan maka akan terlihat perbedaan morfometrik, meristik, dan pola petumbuhan ikan sepat mutiara di kedua tempat tersebut. Terbatasnya informasi tentang perbandingan morfometrik, meristik, dan pola pertumbuhan ikan sepat mutiara serta tidak adanya penelitian yang membahas tentang perbedaan morfologi ikan sepat mutiara di kedua tempat tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul tentang Studi komparatif morfometrik, meristik dan pola pertumbuhan ikan sepat mutiara (Trichogaster leeri) dari rawa banjiran Sungai Tapung dan Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana rawa banjiran Sungai Tapung dan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dijadikan lokasi penelitian. Dalam hal ini ikan sepat mutiara dijadikan sebagai objek penelitian. Untuk mendapatkan data morfometrik dan meristik, maka data yang dikumpulkan berupa data primer yang didapat dari pengukuran terhadap ikan sampel di laboratorium.

3 Pengukuran ini mengacu pada data pengukuran morfometrik di Tabel 3 dan mengikuti petunjuk Bandyopadhyay (1997) dalam (Chan, 2001). Panjang total, panjang standar, tinggi badan, tinggi sirip punggung dan tinggi sirip ekor mengikut petunjuk Waston dan Balon (1984) untuk tinggi kepala, tinggi batang ekor, lebar badan, panjang sirip ekor dan tinggi sirip ekor mengikut petunjuk Wood dan Bain (1995) dalam (Chan, 2001) untuk tinggi batang ekor, diameter mata dan panjang batang ekor mengikut petunjuk Gatz (1979) dalam (Chan, 2001). Untuk panjang kepala, jarak mulut ke pangkal sirip pungung, panjang dasar sirip dada dan panjang dasar sirip anus. Sedangkan data morfometrik lain diambil berpedoman pada buku Saanin (1984). Setelah dilakukan pengukuran morfometrik maka dilakukan perhitungan meristik ikan sepat mutiara. Perhitungan meristik dilakukan berdasarkan buku Kottelat et al (1993). Hasil dan Pembahasan Jumlah total ikan yang tertangkap pada penelitian ini adalah 47 ekor dari rawa banjiran Sungai Tapung dan 20 ekor dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Kisaran panjang total (PT) 55-83 mm dengan kisaran berat ikan 3,11-6,47 gram dari rawa banjiran Sungai Tapung sedangkan dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dengan kisaran panjang total 62-95 mm dengan kisaran berat ikan 5,34-11,35 gram. ciri morfologi ikan sepat mutiara adalah mulut ikan sepat mutiara ini dapat disembulkan (protactile), dengan ukuran mulut yang sempit dan posisi mulut berada tepat di ujung hidung (terminal). Kepala ikan jantan terlihat agak pipih sedangkan kepala ikan betina agak lebih cembung. Bentuk tubuh pipih (compressed) dan bilateral simetris. Ikan sepat mutiara memiliki gurat sisi (linea lateralis) berbentuk lurus dengan susunan lengkap dan sempurna dan terdapat satu bintik hitam tepat pada ujung batang ekor. Tubuh diliputi sisik mulai dari ujung mulut hingga pangkal ekor. Ikan sepat mutiara ini memiliki sirip yang sempurna yaitu mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut yang bermodifikasi seperti cambuk, sirip anal dan sirip ekor yang berlekuk tunggal. Ikan sepat mutiara berwarna abuabu dengan pola butir-butir berwarna kehijauan atau keperakan seperti mutiara. Di tengah sisi tubuhnya terdapat bintikbintik hitam menyerupai pita berwarna gelap, mulai dari ujung moncong melewati mata sampai kepangkal ekor. Ikan jantan memiliki warna agak kemerahan di bagian belakang tutup insang sampai ke sirip analnya sedangkan pada ikan betina warna tubuhnya tidak seindah warna tubuh ikan jantan. Ikan jantan memiliki ciri berupa sirip punggung yang panjang dan lancip, tubuh ramping, warna tubuh yang lebih menarik dibandingkan dengan ikan betina sirip punggungnya lebih pendek dan melengkung, tubuhnya lebih lebar dan tidak terdapat warna merah di sekitar leher dan perutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Manurung, 2011) yang menyatakan bahwa perubahan kedewasaan atau jenis kelamin pada ikan dapat dilihat dengan ciri-ciri sekunder ikan seperti perubahan bentuk morfologi maupun meristik pada ikan. Ikan sepat mutiara yang terdapat di rawa banjiran dan waduk tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Panjang total ikan di rawa banjiran Sungai Tapung sedikit lebih kecil yaitu 55 83 mm dibandingkan ikan di waduk Faperika UR yang ukurannya sedikit lebih besar yaitu 62 95 mm. Ikan di rawa banjiran memiliki berat tubuh yang lebih ringan yaitu 3,11 6,47 gr dibandingkan ikan di waduk yang memiliki berat tubuh sedikit lebih berat yaitu 5,34 11,35 gr.

4 Ikan sepat mutiara memiliki sisik ctenoid. Sisik ikan di rawa banjiran Sungai Tapung memiliki sisik yang berwarna sedikit gelap dibandingkan sisik ikan yang terdapat di Waduk Faperika UR. Hal tersebut terjadi karena kondisi perairan yang terdapat di rawa banjiran Sungai Tapung dan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau berbeda yaitu tingkat kecerahan di rawa banjiran Sungai Tapung lebih rendah yaitu 40 50 cm di bandingkan dengan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau yaitu 60 80 cm, tingkat kecerahan yang berbeda dari kedua tempat tersebut mempengaruhi warna sisik ikan sepat mutiara yang hidup di rawa banjiran dan di waduk. Karakteristik morfometrik ikan yang diukur pada penelitian ini ada 25 karakter (termasuk panjang total). Panjang total dipilih untuk dijadikan reference/acuan. Hasil pengukuran ke 25 karakter lainnya dibandingkan dengan Panjang total. Sedangkan ukuran minimum dan maksimum dari karakter morfometrik lainnya yang diukur disajikan dalam Tabel 5. Tabel 6. Ukuran Minimum dan Maksimum Ikan Trichogaster leeri Ukuran (mm) Ukuran (mm) di rawa di Waduk No. Uraian Morfometrik Simbol banjiran Faperika UR sungai Tapung Min Maks Min Maks 1. Panjang total PT 55 83 62 95 2. Panjang standar PS 42 71 53 71 3. Panjang kepala PK 12 19 14 20 4. Tinggi kepala TK 12 18 13 18 5. Tinggi badan TB 22 26 23 32 6. Tinggi batang ekor TBE 7 9 7 11 7. Lebar badan LB 3 5 2 4 8. Jarak mulut ke pangkal sirip JMkpSD 31 35 32 44 punggung 9. Jarak mulut ke mata JMkM 3 5 3 5 10. Jarak mulut ke pangkal sirip dada JMkpSP 13 24 16 26 11. Jarak mulut ke pangkal sirip perut JMkpSV 17 24 19 27 12. Jarak sirip punggung ke pangkal sirip JSDkpS 15 22 16 23 ekor C 13. Diameter mata DM 4 6 3 5 14. Jarak mulut ke tutup insang JMkTI 7 14 9 12 15. Jarak sirip perut ke pangkal sirip JSVkpSA 2 3 3 5 anus 16. Jarak sirip anus ke pangkal sirip ekor JSAkpSC 2 3 2 3 17. Panjang dasar sirip punggung PDSD 9 18 13 25 18. Tinggi sirip punggung TSD 10 14 11 18 19. Panjang dasar sirip dada PDSP 12 16 13 19 20. Tinggi sirip dada TSP 2 5 3 5 21. Panjang dasar sirip anus PDSA 34 49 37 53 22. Tinggi sirip anus TSA 8 15 13 21 23. Panjang dasar sirip perut PDSV 50 68 73 83 24. Panjang dasar sirip ekor PDSC 12 20 12 19 25. Tinggi sirip ekor TSC 6 16 10 16

PDSD/PT (%) 5 Setiap karakter morfometrik ikan dihitung proporsinya terhadap PT. Pola sebaran data proporsi morfometrik seiring dengan pertambahan panjang total (PT) ikan sepat mutiara dari rawa banjiran Sungai Tapung memiliki 5 kelompok sedangkan dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau memiliki 6 kelompok pola sebaran data proporsi morfometrik seiring pertambahan panjang total (PT). Kelompok pola sebaran data morfometrik ikan sepat mutiara terhadap PT di rawa banjiran Sungai Tapung sebagi berikut: Kelompok 1: Pola proporsi jantan mengalami peningkatan dan pada sepat mutiara betina mengalami penurunan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : panjang dasar sirip dorsa (PDSD) Kelompok 2: Pola proporsi karakter morfometrik sama antara ikan jantan dan betina dari rawa banjiran Sungai Tapung mengalami penurunan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : diameter mata (DM) Kelompok 3: Pola proporsi jantan da betina. Pada ikan sepat mutiara jantan mengalami penurunan dan pada betina mengalami peningkatan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : lebar badan (LB) Kelompok 4: Pola proporsi jantan mengalami penurunan dan pada ikan betina tidak berubah atau tetap seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : panjang dasar sirip dada (PDSP) Kelompok 5 : Pola proporsi karakter morfometrik ikan sepat mutiara jantan dan betina sama. Pada ikan sepat mutiara jantan dan betina mengalami peningkatan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : panjang standar (PSD) 3 2 2 1 1 y = -0.0022x + 0.1868 R² = 0.6776 y = 0.0045x + 0.1798 R² = 0.381 PDSD/PTbt Tapung 0 10 20 30 40 PDSD/PTjt Tapung A. Grafik PDSD

PDSP/PT (%) LB/PT (%) DM/PT (%) 6 9.0% 8.0% 7.0% 6.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0 10 20 30 40 B. Grafik DM y = -0.0002x + 0.0646 R² = 0.0383 y = -0.0009x + 0.0672 R² = 0.1274 DM/PTbt Tapung DM/PTjt Tapung 8.0% 7.0% 6.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0 10 20 30 40 y = 0.0002x + 0.051 R² = 0.0488 y = -0.0012x + 0.0534 R² = 0.7011 LB/PTbt Tapung LB/PTjt Tapung C. Grafik LB 2 2 1 1 0 10 20 30 40 D. Grafik PDSP y = -0.0002x + 0.1954 R² = 0.0087 y = -0.0019x + 0.1962 R² = 0.0909 PDSP/PTbt Tapung PDSP/PTjt Tapung

PSD/PT (%) 7 10 8 6 y = 0.0021x + 0.7702 R² = 0.2709 y = 0.0065x + 0.7694 R² = 0.4471 4 2 0 10 20 30 40 E. Grafik PSD PSD/PTbt Tapung PSD/PTjt Tapung Sedangkan pola sebaran data proporsi karakter morfometrik ikan sepat mutiara dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau memiliki 6 kelompok, sebagai berikut : Kelompok 1: Pola proporsi jantan mengalami penurunan dan pada sepat mutiara betina mengalami peningkatan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : lebar badan (LB) Kelompok 2: Pola proporsi jantan mengalami penurunan dan pada sepat mutiara betina tetap atau tidak berubah seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : jarak mulut kepangkal sirip pectoral/dada (JMkpSP) Kelompok 3: Pola proporsi karakter morfometrik sama antara ikan jantan dan betina dari waduk mengalami penurunan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : jarak mulut kepangkal sirip ventral/perut (JMkpSV) Kelompok 4: Pola proporsi jantan mengalami peningkatan dan pada ikan betina penurunan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : panjang dasar sirip caudal/ekor (PDSC) Kelompok 5 : Pola proporsi karakter morfometrik ikan sepat mutiara jantan dan betina sama. Pada ikan sepat mutiara jantan dan betina mengalami peningkatan seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : tinggi kepala (TK) Kelompok 6 : Pola proporsi jantan mengalami peningkatan dan pada sepat mutiara betina tetap atau tidak berubah seiring pertambahan panjang total (PT) misalnya : panjang kepala (PK)

JMkpSV/PT (%) JMkpSP/PT (%) LB/PT (%) 8 6.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0 5 10 15 20 y = 0.0009x + 0.0327 R² = 0.3274 y = -0.0019x + 0.0362 R² = 0.894 LB/PTbt waduk LB/PTjt waduk F. Grafik LB 3 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 0 5 10 15 20 G. Grafik JMkpSP 0 5 10 15 20 y = -0.0002x + 0.2546 R² = 0.0046 y = -0.0096x + 0.287 R² = 0.4145 JMkpSP/PTbt waduk JMkpSP/PTjt waduk y = -0.0008x + 0.2869 R² = 0.0288 y = -0.0035x + 0.2888 R² = 0.262 JMkpSV/PTbt waduk JMkpSV/PTjt waduk H. Grafik JMkpSV

TK/PT (%) PK/PT (%) PDSC/PT (%) 9 3 2 2 1 1 y = -0.0009x + 0.2198 R² = 0.0426 y = 0.0084x + 0.1841 R² = 0.7723 PDSC/PTbt waduk PDSC/PTjt waduk 0 5 10 15 20 I. Grafik PDSC 2 2 1 1 0 5 10 15 20 y = 0.0002x + 0.1935 R² = 0.0013 y = 0.0067x + 0.1834 R² = 0.4777 PK/PTbt waduk PK/PTjt waduk J. Grafik PK 2 2 1 1 y = 0.0008x + 0.1821 R² = 0.0445 y = 0.0074x + 0.17 R² = 0.8135 TK/PTbt waduk TK/PTjt waduk 0 5 10 15 20 K. Grafik TK

10 Berdasarkan hasil penelitian jumlah meristik ikan sepat mutiara dari rawa banjiran dan waduk menunjukkan bahwa ikan Trichogaster leeri ini memiliki sirip jari-jari lemah dan jari-jari keras. Karakter meristik ikan Trichogaster leeri dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9 sebagai berikut: Tabel 8. Hasil perhitungan data meristik ikan Trichogaster leeri di rawa banjiran Sungai Tapung No Jenis Karakter meristik Jumlah N 1 Jumlah sisik Di pipi 5-7 47 Di depan sirip punggung 22-27 47 Di linea lateralis 32-41 47 Di atas linea lateralis 14-16 47 Di bawah linea lateralis 11-14 47 Keliling badan 46-64 47 Keliling batang ekor 16-28 47 2 Jari-jari sirip ekor Lemah 16-21 47 3 Jari-jari sirip dada Lemah 9-14 47 4 Jari-jari sirip punggung Lemah 7-9 47 Keras 5-8 47 5 Jari-jari sirip anal Lemah 28-40 47 Keras 11-14 47 Keterangan: n = jumlah ikan yang dihitung dari karakter meristik Tabel 9. Hasil perhitungan data meristik ikan Trichogaster leeri di Waduk Faperika UR No Jenis Karakter meristik Jumlah N 1 Jumlah sisik Di pipi 5-7 20 Di depan sirip punggung 22-27 20 Di linea lateralis 32-41 20 Di atas linea lateralis 14-16 20 Di bawah linea lateralis 11-13 20 Keliling badan 48-62 20 Keliling batang ekor 16-26 20 2 Jari-jari sirip ekor Lemah 16-20 20 3 Jari-jari sirip dada Lemah 8-13 20 4 Jari-jari sirip punggung Lemah 7-9 20 Keras 6-8 20 5 Jari-jari sirip anal Lemah 27-35 20 Keras 10-13 20 Keterangan: n = jumlah ikan yang dihitung dari karakter meristik

BT (gram) BT (gram) Untuk melihat hubungan panjang dan berat pada ikan sepat mutiara darai rawa banjiran Sungai Tapung dan waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dapat dilihat pada gambar 13 dan 14, sebagai berikut : 11 7 6 5 4 3 2 1 0 0 20 40 60 80 100 y = 0.0181x 1.2899 R² = 0.3337 y = 0.1043x 0.8786 R² = 0.3347 BTBt Tapung BTJt Tapung Gambar 13. Grafik hubungan antara panjang total dan berat ikan Trichogaster leeri di rawa banjiran Sungai Tapung 12 10 8 6 y = 0.0027x 1.8358 R² = 0.9501 y = 0.0207x 1.3658 R² = 0.991 BTBt Waduk 4 2 BTJt Waduk 0 0 20 40 60 80 100 Gambar 14. Grafik hubungan antara panjang total dan berat ikan Trichogaster leeri di Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan Universitas Riau Nilai b dari persamaan panjang berat adalah 1,2899 untuk ikan betina dan 0.8786 untuk ikan jantan Trichogaster leeri di rawa banjiran Sungai Tapung sedangkan 1,8358 untuk ikan betina dan 1,3658 untuk ikan jantan Trichogaster leeri di Waduk Faperika UR. Dimana dengan nilai b yang didapatkan lebih kecil

12 dari 3, atau disebut juga Allometrik negatif. Artinya ikan yang terdapat di rawa banjiran Sungai Tapung dan di Waduk Faperika sama-sama memiliki pertumbuhan atau pertambahan berat ikan lebih lambat dari pada pertambahan panjang ikan. Hal itu terjadi bisa Kesimpulan Jumlah meristik pada sirip ikan T. leeri (D.V-VIII. 7-9, P.9-14, A.XI- XIV.28-40, C.16-21). Jumlah sisik di bagian badan adalah sebagai berikut: di depan sirip punggung 22-27, sisik di pipi 5-7, di linea lateralis 32-41, di atas linea lateralis 14-16, di bawah linea lateralis 11-14, keliling badan 46-64 dan keliling batang ekor 16-28 sisik dari rawa banjiran Sungai Tapung. Sedangkan jumlah meristik ikan T. leeri dari waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau adalah sebagai berikut : (D.VI- VIII.7-9, P.8-13, A.X-XIII. 27-35, C.16-20). Sisik di depan sirip punggung 22-27, sisik di pipi 5-7, di linea lateralis 32-41, di atas linea lateralis 14-16, di bawah linea lateralis 11-13, keliling badan 48-62 dan keliling batang ekor 16-26 sisik. Pola Daftar Pustaka Chan, M. D. 2001. Fish Ecomorphology : Predicting Habitat Preference Of Stream Fishes From Their Body Shape, PhD Dissertation, Virginia Polytechnic Institute And State Univ. Blackburg, V. A. Kottelat, M. A., Whitten, S. N., Kartikasari dan S. Wirjoatmoko. 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Jakarta. 239 hal Manurung, L. 2011. Studi morfometrik, meristik dan pola pertumbuhan ikan pantau janggut di rawa banjiran sungai tapung provinsi riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya misalnya sebagai berikut : Kondisi perairannya, jenis makanan, tingkat kematangan gonad (TKG), tingkat kedewasaan ikan, musim waktu dan penangkapan (Saputra, 2010). sebaran data morfometrik ikan sepat mutiara dari rawa banjiran Sungai Tapung terdapat 5 kelompok pola pertumbuhan morfometrik sedangkan di waduk FAPERIKA UR terdapat 6 kelompok pola pertumbuhan morfometrik ikan sepat mutiara. Hubungan panjang dan berat ikan sepat mutiara di kedua tempat penelitian adalah allometrik negatif dan sisik ikan sepat mutiara adalah sisik ctenoid. Perbedaan morfologi ikan sepat mutiara jantan dan betina dapat dilihat melalui keindahan warna tubuh ikan, bentuk kepala, tinggi sirip punggung, panjang sirip punggung, panjang sirip perut, lebar badan dan tinggi badan. Ikan sepat mutiara yang hidup di rawa banjiran dan waduk memiliki sedikit perbedaan namun ikan ini tetap satu spesies yaitu Trichogaster leeri. Saputra, 2010. Studi Komparatif Morfometrik dan Pola pertumbuhan Ikan Tabingal (Puntioplites bulu) di Perairan Sungai Siak dan Sungai Kampar Provinsi Riau. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi I dan II. Penerbit Bina Cipta. Bogor. 508 hal Watson, D. J. dan E. K. Balon. 1984. Ecomorphologycal Analysis Of Fish Taxocenes In Rainforest Streams Of Nortern Borneo. Fepartement Of Zoologi. Universitas Of Guelph Ontario. Canada. J. Fish Biologi (1984). 25.371-384