Bab 3. Praktek Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI Pecangaan. musik gerejawi yang ada di Gereja Kristen Muria Indonesia Pecangaan berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Gereja Menyediakan Persekutuan

Bab 2 Nyanyian dan Musik Gerejawi dalam Ibadah Kristen

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

Minggu, 19 November 2017

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Tugas Akhir Desain Komunikasi Visual 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

Di Dalam Tuhan Jerih Lelah Kita Tidak Sia-sia

BAND SEBAGAI MUSIK PENGIRING IBADAH DI GEREJA BAPTIS INDONESIA NGADINEGARAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB Ι PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman musik Kristiani di Indonesia kian lama juga

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah.

BAB IV PENUTUP. mempunyai kepercayaan agama. Agama apapun mengajarkan bahwa kita harus

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

Liturgi Minggu. Jadilah Penurut-Penurut Allah. GKI Bintaro Utama 9 Agustus 2015 Pukul 06.30, 09.00, dan WIB

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

MEREFLEKSIKAN KEHIDUPAN KELUARGA BERSAMA YUSUF DAN MARIA

TIDAK ADA BAB 5 BAB I. Pendahuluan. I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

Tata Ibadah Umum I & II GKI Soka Salatiga Minggu, 17 September 2017 Pukul & WIB MELEPAS MAAF

KENAIKAN YESUS : PERTUNJUKAN DAN PERUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan

GPIB Immanuel Depok Minggu, 12 Februari 2017

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

GPIB Immanuel Depok Minggu, 08 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Arransemen adalah usaha yang dilakukan terhadap sebuah karya musik untuk

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. (Mazmur 124 : 8) Umat A - MIN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Tata Ibadah Umum I GKI Soka Salatiga Minggu,17 Juni 2018 Pukul WIB USIA INDAH JEMAAT BERHIMPUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA GEREJA PEMBUKAAN

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017

GPIB Immanuel Depok Minggu, 04 September 2016 NYANYIAN UMAT : GB. 36 DI KAKI SALIB YESUS (1 = Kantoria

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEOLOGIS DAN REPERTOAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERMASALAHAN GKPB JEMAAT PHILIA DI AMLAPURA

BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Nopember 2016

Minggu, 27 Oktober 2013

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Mei 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 03 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) SAHABAT UNTUK MANUSIA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 28 Mei 2017

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Bab 3 Praktek Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI Pecangaan 3.1. Pendahuluan Pada bab ini, penulis akan mengulas bentuk-bentuk nyanyian dan penerapan musik gerejawi yang ada di Gereja Kristen Muria Indonesia Pecangaan berdasarkan penelitian yang dilakukan selama periode 21-30 Juli 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pendeta jemaat, musisi gerejawi, majelis dan jemaat yang ada, serta menjadi partisipan dalam ibadah yang dilaksanakan. Tulisan ini dimulai dengan ibadah yang terasa sebagai rutinitas belaka tanpa adanya rasa keterlibatan penuh dari jemaat, ibadah yang tidak bervariasi atau monoton, sampai pada nyanyian dan musik gerejawi yang dipahami hanya sebagai pelengkap ibadah dalam mempersiapkan diri untuk mencapai klimaks ibadah yaitu pemberitaan firman. Pada akhir bab ini, penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang akan digunakan pada bab selanjutnya, yaitu tinjauan kritis praktek nyanyian dan musik di GKMI Pecangaan berdasarkan teori yang ada. 3.2. Sekilas mengenai GKMI Pecangaan Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI Pecangaan) terletak di Kabupaten Jepara, tepatnya di Kecamatan Pecangaan. Gereja ini berdomisili di Jalan Waluyo No. 52 Pecangaan Kulon, tepat di belakang PT. Dasaplast Pecangaan yang dulunya merupakan Pabrik Karung Goni. GKMI Pecangaan merupakan GKMI tertua kedua di wilayah Persekutuan Gereja Muria Wilayah (PGMW) IV setelah GKMI Jepara. Gereja ini dirintis oleh GKMI Jepara di bawah pimpinan Sie Giok Gian dan Sie Lian

Ing yang mampu mengumpulkan masyarakat etnis Tiong Hoa di daerah Pecangan untuk percaya kepada Kristus. Selain itu ada seseorang yang berpengaruh dalam perkembangan umat Kristen di wilayah Pecangaan bernama Samilin. Ia merupakan seorang mantri di Puskesmas Pecangaan yang memimpin persekutuan Kristen dengan anggota orang-orang pribumi. Ia berpikir bahwa kelompok etnis Tiong Hoa pun perlu mendapatkan pengenalan akan Kristus, sehingga kemudian ia menghubungi Gombak Sugeng atau Sie Giok Gian pendiri GKMI Jepara untuk mengabarkan Injil kepada masyarakat Tiong Hoa di Pecangaan. 1 Satu peristiwa penting yang mempengaruhi orang-orang Tiong Hoa di Pecangaan untuk beralih kepercayaan menjadi Kristen adalah ketika seorang jemaat bernama Tan King Ling terkena serangan asma di tengah-tengah peribadatan yang dipimpin Gombak Sugeng. Seketika itu juga Tan King Ling sembuh setelah mendapatkan pertolongan Bapak Samilin dan didoakan oleh Gombak Sugeng. Peristiwa yang begitu mengherankan ini membawa banyak jiwa untuk percaya kepada Kristus, sehingga akhirnya tujuh orang percaya dibaptiskan dan dilantik sebagai pengurus dan gereja dewasa bernama GKMI Pecangaan di Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwe Kudus pada tanggal 3 Desember 1950. Peribadatan yang ada di GKMI Pecangaan pada awalnya dilaksanakan dari rumah ke rumah jemaat, sampai pada akhirnya pindah ke rumah Bapak Samilin. Karena tidak dapat menampung jemaat yang semakin bertambah, maka diputuskan untuk menyewa gedung tembakau dan baru di tahun 1966 GKMI Pecangaan membangun sebuah gedung gereja yang mengalami renovasi beberapa kali. 2 1 Lawrence M. Yoder, The Muria Story: A History of the Chinese Mennotie Churches of Indonesia, (Ontario: Pandora Press, 2006), 174. 2 Panitia HUT, Berakar, Bertumbuh, Dibangun dan Berbuah di dalam Kristus: Kebaktian Penahbisan Gedung dan HUT ke-55 GKMI Pecangaan, (Pecangaan: GKMI Pecangaan, 2005), 21.

Terakhir di tahun 2005, GKMI Pecangaan kembali membangun sebuah gedung gereja baru tepat di samping gedung gereja lama, yang kini telah menjadi lahan parkir. Dalam perjalanannya, GKMI Pecangaan membutuhkan pendeta untuk memimpin dan menggembalakan jemaatnya. Sampai saat ini sudah lima orang yang melayani di tempat ini, antara lain Bapak Oei Djan Hwe, Pdt. Hartono Sayit, S.Th, Pdt. Joko Priyatno, M.Si, Sdr. Eddy Sumartono, S.Th, dan Pdt. Kornelius Suratman, S.Si yang masih melayani sampai sekarang. GKMI Pecangaan memiliki lima komisi, terdiri dari Komisi Anak, Komisi Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Wanita, dan Komisi Lansia. Kebaktian Umum hanya diadakan satu kali di hari Minggu pukul 07.00 WIB mengingat jumlah anggota jemaat hanya berkisar tiga ratus orang, selebihnya adalah Ibadah Kategorial, Doa dan Puasa pada setiap hari Selasa dan Jumat pukul 19.00 WIB, serta Persekutuan Doa pada hari Rabu pukul 18.30 Dalam hal liturgi, nyanyian, dan musik gereja, GKMI Pecangaan kemungkinan besar dipengaruhi oleh GKMI Jepara sebagai gereja perintis. Liturgi yang digunakan merupakan liturgi yang diberikan oleh Sinode GKMI dan dibuat oleh seorang Pendeta dari GKMI Jepara. Demikian pula nyanyian dan musik yang digunakan, tidak jauh berbeda dengan kondisi GKMI Jepara. GKMI Pecangaan pada awalnya menggunakan dua buku nyanyian dalam peribadatan mereka, yaitu Pujipujian Rohani (PPR) 1 dan Puji-pujian Rohani 2 sama dengan buku nyanyian yang digunakan oleh GKMI Jepara dan GKMI pada umumnya. Menurut penulis, penggunaan solo electone sampai pada musik band untuk ibadah juga banyak dipengaruhi oleh GKMI Jepara, meskipun dalam prakteknya GKMI Jepara tidak menggunakan musik band untuk mengiringi Kebaktian Umum di hari Minggu.

3.3. Ibadah yang Menjadi Rutinitas Belaka Pada bab sebelumnya disampaikan bahwa ibadah merupakan bentuk pertemuan umat percaya yang di dalamnya terdapat dua peristiwa, yaitu penyataan kasih Allah dan tanggapan umat atas penyataan tersebut. 3 Klimaks ibadah bagi umat Kristen adalah pelayanan Firman 4, namun bukan berarti liturgi, nyanyian dan musik dapat dipandang sebelah mata. Keterlibatan jemaat dalam menghasilkan sebuah persembahan ibadah bagi Tuhan merupakan sebuah tuntutan. Dengan kata lain, bukan pihak gereja saja yang mempersiapkan liturgi dan pengkhotbah tetapi jemaat mempersiapkan hati untuk menyambut Firman melalui pujian dan penyembahan itu. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan, ibadah yang ada di GKMI Pecangaan belum bisa menjadi bentuk tanggapan umat atas penyataan Allah. Beberapa anggota jemaat menyampaikan bahwa ibadah yang mereka alami tidak menyentuh, kurang bermakna, tidak ada rasa keterlibatan, bahkan membosankan. 5 Tanggapan atas kasih Allah diwujudkan melalui bentuk keterlibatan seluruh anggota jemaat dalam ibadah yang diselenggarakan. Keterlibatan ini bukan dimaknai dengan pemberian tugas bagi anggota jemaat sebagai pendoa, pengedar kantong kolekte, pemimpin pujian, singers, atau penata ruang. Namun pada prakteknya, ibadah terasa sebagai sebuah pertunjukan yang dibintangi oleh musisi, liturgos, pemimpin pujian dan pendeta sedangkan jemaat bertindak sebagai penonton. 6 Kurangnya keterlibatan jemaat dalam penyelenggaraan ibadah berimplikasi pada munculnya kesan ibadah hanyalah sebuah rutinitas yang dilaksanakan tiap hari 3 White, Pengantar Ibadah Kristen, 7. 4 Marianne H. Micks, The Joy of Worship, (Philadelphia: The Westminster Press, 1982), 58. 5 Wawancara dengan Sdri. PNS Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Sdri. MY Sabtu 28 Juli 2012; Wawancara kepada Ibu V, Ibu T, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Bapak S, Bapak SS, Bapak AP, Sdr. HA, Sdr. SDH, Sdri. MPS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. 6 Wawancara dengan Sdri. PNS, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 21.40

Minggu. Jemaat yang datang dengan membawa harapan bahwa segala kepenatan dan masalah yang ada akan dipulihkan melalui penguatan dalam nyanyian dan firman, pulang dengan perasaan yang sama. 7 Mengenai hal ini penulis berpendapat, anggota jemaat kurang menikmati ibadah atau ibadah yang diselenggarakan tidak mengena. Mengena maksudnya ada menginspirasi jemaat melalui nyanyian, musik atau Firman. 8 3.4. Sifat Monoton Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah yang dilaksanakan di GKMI Pecangaan adalah liturgi yang monoton. 9 Sinode GKMI menyediakan lebih dari satu liturgi (lihat lampiran) yang dapat digunakan dan dikreasikan oleh gereja lokal 10, tetapi GKMI Pecangaan hanya menggunakan satu liturgi dari Minggu I sampai Minggu V. Tidak adanya variasi liturgi yang digunakan membuat anggota jemaat merasa jenuh. Di samping itu, liturgi yang digunakan belum mewakili sebuah liturgi yang autentik atau kontekstual. Liturgi yang ada masih berdasarkan buku panduan liturgi yang diterbitkan oleh Sinode GKMI. Ketiadaan variasi tidak hanya terdapat pada liturgi, tetapi pada praktek musik gereja yang ada. Hampir setiap Minggu, ibadah hanya menggunakan iringan solo synthesizer meskipun tim musik telah terjadwal. Beberapa anggota jemaat mengungkapkan bahwa mereka sangat menikmati nyanyian yang diiringi oleh tim 7 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012, pukul 20.13 8 Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 9 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13 10 BPH Sinode GKMI, Tata Dasar dan Tata Laksana Sinode GKMI, (Semarang: Sinode GKMI, 2001), 27.

keroncong pada sebuah ibadah. 11 Ini menyatakan bahwa Jemaat membutuhkan suatu variasi penggunaan alat musik dalam sebuah ibadah, sehingga ibadah benar-benar inspiratif dan menyegarkan. 3.5. Pengharapan dalam Nyanyian dan Musik Nyanyian jemaat sebagai ekspresi iman orang percaya menjadi bagian yang penting dalam ibadah Kristen. Melalui nyanyian, jemaat diberi kesempatan untuk mengekspresikan kerinduannya untuk memuji Tuhan, mengungkapkan syukur, dan merefleksikan pengalaman hidup, oleh karena itu pemilihan nyanyian untuk peribadatan tidak seharusnya dipandang sebelah mata, sama seperti yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Dalam hal pemilihan nyanyian untuk ibadah di GKMI Pecangaan, Pendeta Jemaat lebih mendominasi daripada Komisi Kesenian atau Tim Musik. 12 Pemilihan nyanyian dilandaskan pada tema ibadah. 13 Tetapi seorang anggota jemaat berpendapat, beberapa terjadi ketidakcocokan antara nyanyian dengan unsur liturgi, contohnya adalah nyanyian yang dipilih untuk mengiringi pemberian persembahan dirasa tidak mewakili ungkapan syukur. 14 Untuk hal ini penulis berpendapat bahwa nyanyian tematik merupakan ide yang baik untuk memperkuat pelayanan Firman, sehingga biasa dinyanyikan sebelum atau sesudah pelayan Firman. Tetapi menggunakan nyanyian tematik pada sebuah unsur liturgi yang tidak tepat akan mengganggu penghayatan jemaat terhadap unsur liturgi yang dilalui. 11 Wawancara dengan Ibu DPA, Ibu Y, Bapak W, Bapak S, Bapak AS, Bapak SH, Sdri. MY, Sdr. H, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. 12 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 13 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 14 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13

Kondisi ini ditambah dengan musisi yang hanya dibekali pelatihan musik dan latihan mandiri atau otodidak. 15 Tim Musik yang kurang memahami nyanyian yang diiringi, cenderung menggunakan intuisi untuk menentukan irama. Di samping itu Tim Musik tidak melaksanakan tugasnya sesuai jadwal yang telah disusun. Menurut seorang musisi gerejawi, Tim Senior bertugas di Minggu I dan III sedangkan Tim Junior pada Minggu II dan IV. 16 Namun pada kenyataannya iringan untuk ibadah didominasi permainan solo synthesizer. Tim Musik yang seharusnya berada di bawah koordinasi Komisi Kesenian tidak dapat bertugas sesuai jadwal dengan alasan kesibukan pekerjaan. 17 Komisi Kesenian sendiri tidak dapat melaksanakan tugasnya karena ketua komisi yang sedang dalam masa penggembalaan. 18 Kondisi ini membuat jemaat merindukan pelayanan musik yang lebih baik di masa yang akan datang. Pelayanan musik yang dipersiapkan dengan benar, sehingga tidak terkesan sebagai musisi yang ditunjuk mendadak untuk mengiringi ibadah. Sebagian anggota jemaat menyatakan bahwa nyanyian menjadi satu bagian penting dalam ibadah untuk mengantar mereka dalam suasana peribadatan. 19 Nyanyian menjadi sarana mempersiapkan hati untuk menyambut kehadiran Allah dalam ibadah dan firmannya yang disampaikan pengkhotbah. Nyanyian dalam ibadah juga membantu jemaat untuk merefleksikan hidup mereka melalui ajaran Kekristenan, maksudnya melalui nyanyian, mereka dapat melihat apakah hidup 15 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 16 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 17 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 WIB dan PK majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 18 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 19 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, 21 Juli 2012; Sdri. MY, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012.

mereka telah sesuai dengan nilai-nilai Kekristenan atau sebaliknya. Melalui nyanyian mereka dibantu untuk menyatakan syukur dan mengakui perbuatan dosa mereka setelah beraktivitas enam hari lamanya. Nyanyian yang berpadu dengan musik pengiring menjadi satu kesatuan untuk membangun suasana beribadah yang diharapkan tiap unsur liturgi. Tetapi sayangnya, musisi gereja yang ada hanya menganggap bahwa nyanyian dan musik hanya menjadi pelengkap dalam sebuah ibadah, sehingga nyanyian dan musik tidak perlu dipandang sebagai bagian yang penting selain pelayanan Firman. GKMI Pecangaan menggunakan tiga buku nyanyian dalam peribadatan mereka, yaitu PPR 1, PPR 2, dan Pujian bagi Kristus. PPR 1 merupakan buku nyanyian jenis himne yang diterbitkan oleh Sinode Muria sejak tahun 1974 dan telah dicetak sebanyak sepuluh kali. Di tahun 2011, Sinode Muria menerbitkan PPR 1 yang terbaru dengan berbagai revisi dalam lirik dan notasinya, sehingga lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami liriknya. PPR 2 menghadirkan himne dengan bentuk yang lebih kontemporer dan kontekstual karena struktur melodi yang lebih bernuansa pop dan etnik. PPR 2 diterbitkan oleh Sinode Muria tahun 1994 dan telah mengalami revisi sebanyak dua kali dengan harapan membantu mengakomodasi kebutuhan nyanyian bagi kaum muda akan lagu-lagu yang bersifat kekinian. Menyadari bahwa kehadiran PPR 1, PPR 2, dan PBK belum cukup memenuhi kebutuhan jemaat dalam memuji Tuhan, maka pada tahun 2009 dalam Rapat Majelis Pelaksana Lengkap (MPL) 20 diputuskan untuk membuat suatu buku nyanyian baru yang berisi lagu-lagu rohani kontemporer berjudul Pujian bagi Kristus (PBK) untuk 20 Rapat MPL merupakan rapat majelis jemaat bersama seluruh pengurus komisi dan perwakilan anggota kelompok di GKMI Pecangaan yang diselenggarakan tiga kali selama satu tahun. Rapat di bulan Januari biasa diselenggarakan untuk membicarakan program kerja komisi, kelompok dan gereja selama satu tahun. Di dalamnya akan diperoleh keputusan yang disepakati oleh seluruh anggota rapat.

memenuhi kebutuhan tersebut. 21 Buku ini dicetak secara mandiri oleh GKMI Pecangaan dengan meminjam buku dari GKMI Jepara sebagai contoh. Di setiap Ibadah Minggu, GKMI Pecangaan memadukan PPR 1, PPR 2 dan PBK dalam memilih nyanyiannya, dengan harapan baik kaum muda maupun tua sama-sama mendapatkan bagian untuk bernyanyi. Itu pun belum cukup, sehingga tak jarang pendeta jemaat yang memilih nyanyian untuk ibadah memilih lagu kontemporer rohani yang ada di luar PBK sebagai nyanyian jemaat dengan dalih asal sesuai dengan tema. 22 Jemaat tidak memiliki keberatan atas pemilihan himne dan lagu kotemporer rohani sebagai nyanyian jemaat dalam peribadatan sejauh nyanyian itu dirasa sesuai dan tepat. Tepat maksudnya adalah dapat membangun ibadah menjadi lebih inspiratif, relevan dengan unsur liturgi atau sesuai dengan tema yang diangkat. Pengalaman yang banyak disampaikan adalah sebagian jemaat menyanyikan nyanyian yang dipilih selama ibadah tanpa penghayatan atau tanpa memahami makna dari nyanyian itu sendiri. 23 Mereka menyatakan bahwa mereka bernyanyi dengan sekedar bernyanyi, meskipun lirik atau syair dari nyanyian tersebut mudah dipahami. Mereka berusaha untuk menikmati nyanyian dan musik yang dipilih meskipun pada dasarnya mereka kurang memaknai apa yang sedang mereka nyanyikan. Dalam prakteknya, GKMI Pecangaan tak jarang menggunakan pemimpin pujian atau singers untuk membantu jemaat bernyanyi. Menurut sebagian jemaat, pemimpin pujian dan singers sangat membantu mereka untuk memandu dan 21 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 22 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 23 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Sdri. MY, Anggota GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Ibu LS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Jumat 27 Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012.

memotivasi jemaat untuk bernyanyi. 24 Tetapi bagi sebagian jemaat, kehadiran pemimpin pujian saja sudah lebih dari cukup tanpa perlu menggunakan singers, karena konteks GKMI Pecangaan yang bukan gereja kharismatik. 25 Demikian halnya dengan paduan suara, masih dipahami sebagai aspek musik gereja yang bertugas hanya untuk mempersembahkan pujian. Paduan suara atau grup vokal yang ada di GKMI Pecangaan hanya mendapatkan posisi sebagai pengisi/pelengkap dalam peribadatan. Belum ada kesadaran bahwa paduan suara merupakan salah satu komponen musik gereja yang bertugas membantu dan bernyanyi bersama-sama dengan jemaat. Mengenai praktek musik instrumen pengiring ibadah, sebagian jemaat senior mengaku terganggu dengan penggunaan band dalam ibadah. 26 Mereka menuturkan bahwa permainan drum yang kurang baik justru mengganggu kekhidmatan dalam beribadah. Kebisingan terjadi ketika drum dipukul keras dan suaranya yang dipantulkan oleh dinding gereja yang tinggi menghasilkan gema yang kurang enak didengar. Mereka merindukan pelayanan musik yang tidak terlalu kompleks tetapi benar-benar membantu dalam bernyanyi dan mempersembahkan suara terbaik mereka bagi Tuhan. Jemaat tidak merasa keberatan ketika nyanyian jemaat diiringi oleh musik irama tertentu, selama itu bisa membangun mereka dan tidak membuat mereka untuk berdiam diri. Kendala yang dialami GKMI Pecangaan adalah sulitnya mencari musisi atau sumber daya manusia (SDM) yang memiliki komitmen untuk melayani secara rutin 24 Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012; Wawancara dengan Bapak PK, Musisi Gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Sdri. MY, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Wawancara dengan Sdr. A, Musisi Gerejawi GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012. 25 Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Ibu DPA, Bapak DE, Bapak W, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan Minggu 29 Juli 2012. 26 Wawancara dengan Bapak W, Bapak H, Bapak S, Ibu W, Ibu S, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012.

di GKMI Pecangaan. 27 Rata-rata kaum muda yang mau melayani sebagai musisi gereja hanya memilih instrumen gitar, bass dan drum dengan alasan instrumen yang praktis, yaitu mudah diperoleh dan dimainkan, sedangkan permainan synthesizer diserahkan kepada musisi senior. 28 Bagi mereka, instrumen seperti electone telah ketinggalan zaman dan terlalu sulit untuk dipelajari. Selain itu tim junior yang terdiri dari kaum muda itu lebih tertarik untuk mengiringi lagu-lagu kontemporer rohani daripada himne. Dengan alasan itu pula gereja menjual electone yang mereka miliki dan menggantikannya dengan synthesizer. 29 Pendeta Jemaat yang ada sendiri menuturkan bahwa kaum muda yang ada lebih memilih untuk melayani di tempat lain daripada di gereja asal mereka ketika mereka telah menempuh studi atau bekerja di luar kota. 30 Dalam kondisi yang demikian, jemaat mengharapkan bahwa pada suatu saat nanti musik gereja di GKMI Pecangaan akan berkembang lebih baik. Menemukan orang-orang dalam (anggota jemaat) yang berkomitmen untuk melayani di bidang Musik Gereja dengan kemampuan yang lebih baik pula. Musisi yang mengetahui bagaimana seharusnya memainkan setiap instrumen musik dengan tepat dan musisi yang terus mengembangkan potensi mereka. Lebih dari itu, harapan tentang musisi yang takut akan Tuhan lebih besar daripada harapan yang lain, mengingat proses penggembalaan kepada salah satu musisi sekaligus ketua komisi kesenian masih berjalan sampai saat ini. Jemaat berharap bahwa melalui nyanyian dan musik gereja mereka dibangun untuk beribadah lebih baik lagi, menjadi partisipan aktif dalam 27 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32 28 Wawancara dengan PK, musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 29 Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 30 Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

ibadah, serta ibadah yang ada bersifat inspiratif bagi tiap jemaat dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. 3.6. Penutup Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut, Ibadah yang ada di GKMI Pecangaan belum bisa mewujudkan kerinduan sebagian anggota jemaat untuk beribadah. Ibadah di GKMI Pecangaan masih terkesan sebagai sebuah pertunjukan karena belum dapat membuat jemaat merasa sebagai partisipan aktif untuk menyajikan sebuah ibadah yang indah bagi Tuhan. Ibadah yang ada di GKMI Pecangaan hanya terasa sebagai rutinitas dan tidak ada variasi dalam hal liturgi sehingga membuat anggota jemaat merasa jenuh ketika mengikuti ibadah yang ada. Pendeta Jemaat dan Musisi Gereja memahami nyanyian hanya sebagai pelengkap dalam sebuah ibadah, sehingga persiapan yang diperlukan cukup satu kali selama satu minggu. Nyanyian untuk ibadah secara dominan dipilih oleh pendeta jemaat. Nyanyian di dalam peribadatan GKMI Pecangaan memiliki peran yang beragam, antara lain membangun suasana peribadatan yang tepat, membantu jemaat merefleksikan kehidupan mereka dengan ajaran Kekristenan, dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan Firman. Namun sebagian jemaat belum bisa menghayati nyanyian yang dinyanyikan, sehingga ini membuat jemaat bernyanyi tanpa memahami syair atau liriknya. Meskipun demikian, kelebihan dari jemaat di GKMI Pecangaan adalah jemaat tidak memiliki rasa keberatan atas digunakannya PPR 1, PPR 2 dan PBK maupun lagu kontemporer rohani baru sebagai nyanyian di dalam peribadatan.

Musik Gerejawi yang ada di GKMI Pecangaan berada di taraf cukup baik untuk mengiringi nyanyian jemaat. Musisi yang ada hanya memiliki bekal pelatihan dan otodidak, belum ada yang merupakan lulusan pendidikan formal jurusan musik. Tim musik yang ada di GKMI Pecangaan belum memiliki komitmen yang kuat untuk melayani, karena dari jadwal tugas yang sudah dibuat jarang dilaksanakan. Ada rasa kecewa kepada Komisi Kesenian yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, bahkan ketua komisi yang menjalani masa penggembalaan karena pelanggaran yang diperbuat. Jemaat tidak terkurung dalam pemahaman musik tertentu saja yang bisa digunakan dalam ibadah, tetapi sudah membuka diri terhadap berbagai jenis musik, misalnya musik keroncong. Hambatan perkembangan pelayanan musik gereja di GKMI Pecangaan adalah sulitnya menemukan SDM yang berkomitmen kuat untuk melayani dan memiliki kemampuan yang memadai. Kaum muda yang ada cenderung memilih-milih jenis instrumen dan nyanyian untuk ibadah sehingga potensi mereka tidak berkembang dengan baik. Jemaat merindukan adanya pembaharuan atau variasi pelayanan musik gereja untuk ibadah, sehingga tidak terkesan membosankan.