BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

PENDAHULUAN. Keadaan pasar kerja yang dualistik dengan kelebihan penawaran tenaga kerja dan

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Beberapa faktor..., Desmiwati, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pasar tenaga kerja maka Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, capital market

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang signifikan. Kemajuan yang ditandai dengan canggihnya

Pemerintah Umumkan Paket Kebijakan Ekonomi Ke-empat Jumat, 16 Oktober 2015

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terpenting yang mampu digunakan menjalankan setiap proses di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (pekerja dan pengusaha). Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, upah

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. karyawan membutuhkan perusahaan sebagai tempat untuk mencari nafkah.

NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENETAPAN UPAH MINIMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. of The Republic of Indonesia. Jakarta, 1992, page 18. Universitas Indonesia. Pengaruh upah minimum..., Gianie, FE UI, 2009

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2008, No Mengingat : 1. c. bahwa pembentukan Kabupaten Pulau Morotai bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan,

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3988/XII/Tahun 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010

PERINGATAN HARI BURUH INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. hukum dari pergerakan Legal Realism dan berbagai reformis sosial. Grup terakhir ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berbadan hukum atau tidak, milik orang perorangan, persekutuan atau badan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi buruh/pekerja yang terpenting adalah upah riil (banyaknya barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

2008, No c. bahwa pembentukan Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyar

IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN

MEMAHAMI BEBERAPA POINT PENTING YANG DIATUR DALAM RPP PENGUPAHAN

2008, No.99 2 c. bahwa pembentukan Kabupaten Lombok Utara bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 1737 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2016 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Minimum Pasal 1 Ayat Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah

2008, No Mengingat: meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaata

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2004 TENTANG DEWAN PENGUPAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92 " 115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah;

2013, No.20 2 di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/51/2007 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

d. bahwa untuk itu, perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA Nomor : Per-01/IVIEN/1999 UPAH MINIMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

I.PENDAHULUAN. Upah masih menjadi salah satu persoalan yang selalu menjadi sorotan terutama di

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan pekerja seperti asuransi kesehatan dan keamanan, upah pada hari libur, pelayanan pendidikan, kesehatan, olahraga, perumahan, perawatan anak, dan sebagainya. Menurut Permenakertrans Nomor 1 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan. Kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan terutama dalam hal pengupahan merupakan kebijakan publik yang penting, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Pada dasarnya, kebijakan upah minimum termasuk protective regulatory policy. Kebijakan tipe ini dicirikan dengan adanya usaha untuk melindungi pihak yang lemah dari tekanan pihak yang kuat, seperti kompetisi yang tidak adil, dan perlakuan pengusaha yang sewenang-wenang terhadap para buruh. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah ketimpangan dan ketidakadilan.

Kebijakan upah minimum di Indonesia merupakan kebijakan yang cukup sensitif. Setiap tahunnya, besaran upah minimum di masing-masing daerah selalu menjadi sorotan baik dari pihak pekerja maupun pengusaha. Jumlah pekerja di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 118,2 juta orang, dengan jumlah pekerja di sektor formal sebesar 47,5 juta orang (BPS, 2015). Di Indonesia, kebijakan pengupahan didasarkan pada konstitusi yakni Undang- Undang Dasar Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi Tiap tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Prinsipnya besar upah haruslah; pertama, mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, kedua, mencerminkan pemberian imbalan atas hasil kerja seseorang dan ketiga, memuat pemberian insentif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan daerah/nasional (Desmiwati, 2010). Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Kepmenakertrans Nomor 226/MEN/2000 tentang Perubahan Beberapa Pasal dalam Permenaketrans Nomor 1 Tahun 1999. Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat propinsi atau di tingkat kabupaten/kota, dimana Gubernur dan Bupati/Walikota menetapkan besaran upah minimum propinsi (UMP) atau upah minimum Kabupaten/Kota (UMK), berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi atau Kab/Kota) dengan mempertimbangkan: (i) kebutuhan hidup pekerja, (ii) indeks harga konsumen, (iii) pertumbuhan ekonomi, (iv) kondisi pasar kerja dan sebagainya. Teori upah menjelaskan bahwa upah ditentukan oleh pertemuan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dari sisi permintaan (pengusaha), faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat upah antara lain karakteristik sektor usaha, tingkat teknologi, organisasi produksi, dan kondisi perusahaan. Sementara dari sisi penawaran (pekerja), faktor yang menentukan tingkat upah berkaitan dengan jumlah dan karakteristik tenaga kerja (Sugiarti, 2002 dalam Hafid, 2014). Dalam menentukan tingkat upah minimum terdapat 4 (empat) pihak yang saling terkait yaitu: (i) pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja, (ii) Dewan Pengupahan Nasional yang merupakan lembaga independen terdiri dari pakar, praktisi dan lain sebagainya yang bertugas memberikan masukan kepada pemerintah, (iii) Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI) sebagai penyalur aspirasi pekerja dan (iv) wakil pengusaha melalui APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Mereka bertugas mengevaluasi tingkat upah minimum yang berlaku pada saat tertentu dan memutuskan apakah tingkat upah tersebut sudah saatnya untuk dinaikkan atau belum. Dewasa ini paling tidak ada 5 (lima) faktor utama yang diperhitungkan pemerintah dalam menetapkan tingkat upah minimum, yaitu: (i) Kebutuhan Hidup Layak (KHL), (ii) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau tingkat inflasi, (iii) Perluasan kesempatan kerja, (iv) Upah pada umumnya yang berlaku secara regional, dan (v) Tingkat perkembangan perekonomian daerah setempat. Pasca dilaksanakannya otonomi daerah pada tahun 1999, penetapan upah minimum ditetapkan oleh gubernur atas rekomendasi dari bupati/walikota. Akibatnya, penetapan upah minimum di satu daerah berbeda dengan daerah lain, yang amat dipengaruhi beragam konteks sosial, ekonomi, politik, dan pertarungan ideologi di daerah. Di daerah yang gerakan buruhnya relatif cukup kuat, upah minimumnya cenderung lebih tinggi. Sebaliknya, di daerah yang gerakan buruhnya lemah, upah

minimumnya pun cenderung lebih rendah. Upah minimum sering kali juga dipengaruhi politik lokal (Tjandra, 2013). Hukum dan regulasi pada dasarnya adalah manifestasi dari pertarungan dan kompromi berbagai kelompok dalam sebuah masyarakat plural. Kebijakan upah minimum pun demikian adanya (Levin-Waldman, 2001). Lingkungan kebijakan mempengaruhi pembuatan kebijakan publik, sehingga suatu kebijakan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dimana kebijakan itu dibuat. Demikian pula pembuatan kebijakan upah minimum tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya (Anderson, 1997). Kebijakan penetapan upah minimum yang merupakan kewenangan dari masing-masing kepala daerah akan memberikan power bagi pemerintah daerah setempat untuk menggunakan upah minimum sebagai alat untuk kepentingan politik. Sebagai contoh, pada tahun 2012, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta terpilih, Joko Widodo, di tahun pertama pemerintahannya menetapkan UMP DKI Jakarta untuk tahun 2013 sebesar 2,2 juta rupiah, atau naik sekitar 44 persen. Kenaikan tersebut terbilang sangat besar dibandingkan upah minimum tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sekitar 18 persen. Kebijakan tersebut sempat mendapat protes dari pihak pengusaha karena dinilai akan memberatkan para pengusaha di DKI Jakarta. Fenomena kenaikan upah minimum DKI Jakarta tersebut menyiratkan bahwa kebijakan upah minimum sangat rentan terhadap kepentingan politik para kepala daerah. Mekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung yang berlaku sejak tahun 2005 memperkuat dugaan kemungkinan adanya kepentingan politik lokal dalam penentuan upah minimum untuk tujuan pencitraan atau menarik simpati publik khususnya buruh. Dikutip dari artikel Kompas tanggal 1 Mei 2013, dengan judul

Politisasi Upah Buruh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di hadapan ratusan peserta Musyawarah Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia menyindir Gubernur DKI Joko Widodo soal upah minimum DKI Jakarta yang naik sebesar 44 persen. Presiden SBY meminta agar persoalan upah buruh tidak dikaitkan dengan kepentingan politik untuk menjadi populis di mata masyarakat. Pada dasarnya yang merisaukan dalam fenomena yang terjadi bukanlah kenaikan upah minimum itu sendiri, tetapi lebih kepada kenaikan upah yang tidak bisa diprediksi serta variabilitasnya yang cukup tinggi. Kondisi ini akan memberikan ketidakpastian bagi pengusaha untuk membuat perencanaan jangka panjang. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Oktober 2015 pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid IV 1. Paket kebijakan ini berfokus pada kesejahteraan pekerja dan pengembangan sektor Usaha Mikro Menengah (UMKM). Beberapa fenomena kenaikan upah minimum di berbagai daerah tersebut memunculkan hipotesis bahwa siklus politik dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan upah minimum daerah, dimana upah minimum cenderung tumbuh lebih tinggi di tahuntahun politik dibanding tahun lainnya. Hipotesis juga mengarah pada pola 1 Beberapa poin dalam paket kebijakan ekonomi IV sebagaimana disampaikan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Ketenagakerjaan Hanif dhakiri, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (www.voaindonesia.com): 1. Upah buruh dipastikan naik setiap tahun 2. Negara hadir untuk membantu buruh mengurangi beban biaya hidupnya dengan jaring pengaman yang diantaranya berbentuk penerbitan Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat 3. Formulasi upah minimum: upah minimum tahun ini ditambah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Tidak berlaku di delapan provinsi yang upah minimumnya saat ini masih ada di bawah nilai KHL. 4. Evaluasi KHL akan dilakukan setiap lima tahun sekali 5. Adanya kewajiban bagi perusahaan untuk menetapkan struktur dan skala upah (masa kerja, kompetensi, pendidikan, prestasi dan kinerja) 6. Terdapat 30 perusahaan yang berpotensi untuk memperoleh kredit modal kerja untuk UMKM produsen barang ekspor,hasil pemetaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

kepemimpinan suatu daerah, yaitu adanya perbedaan pola pertumbuhan upah minimum ketika pemerintah daerah adalah petahana (incumbent) atau pendatang baru. Menurut Persson (1997), Acemoglu dan Robinson (2000 dan 2002), Mulligan dan Tsui (2006), Fiva dan Natvlik (2012), dalam Nairobi (2015), kompetisi politik dapat diartikan sebagai ujian terhadap akuntabilitas incumbent (petahana). Jika petahana bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas atau memberikan manfaat kepada pemilihnya, maka dia akan dipilih kembali. Namun sebaliknya jika dia kurang atau tidak bertanggung jawab maka dia akan disingkirkan dari kekuasaannya. Konsep ini sering disebut sebagai proses political turnover, atau evaluasi pemilih terhadap pemimpin politik. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Siklus Politik dan Kebijakan Upah Minimum di Indonesia: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa Tahun 2006-2013. Penelitian ini mencoba untuk menguji secara empirik hubungan antara siklus politik (pilkada kabupaten/kota) dengan tingkat upah minimum di 67 kabupaten/kota dan 21 daerah industri di Jawa dari tahun 2006 sampai 2013. 1.2 Rumusan Masalah Kebijakan mengenai upah minimum, dewasa ini menjadi hal yang krusial dan sensitif. Upah minimum selalu menjadi perdebatan yang alot di berbagai daerah terutama di daerah dengan jumlah pabrik dan pekerja yang banyak. Suatu kebijakan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga faktor non-ekonomi, seperti sosial, budaya, dan juga politik. Kebijakan upah minimum dapat dikatakan

sebagai kebiijakan yang strategis, karena kebijakan tersebut memberikan dampak tidak hanya bagi pekerja, namun juga dapat berdampak pada pengusaha industri yang kaitannya terhadap biaya produksi dan pertumbuhan industri padat karya, pertumbuhan ekonomi, dan penyerapan tenaga kerja. Peraturan menyebutkan bahwa upah minimum diputuskan oleh pemerintah provinsi (UMP) dan kabupaten/kota (UMK). Hal ini menyebabkan kebijakan upah minimum sangat rentan terhadap politisasi khususnya pada tahun-tahun menjelang pilkada. Fenomena yang terjadi di beberapa daerah seperti DKI Jakarta menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan upah minimum meningkat secara signifikan pada tahuntahun politik. Hal ini memunculkan dugaan bahwa siklus politik dapat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan upah minimum di Indonesia. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas serta melihat beberapa fakta yang terjadi di lapangan mengenai penetapan upah minimum, maka pertanyaan penelitian ini secara umum adalah : Apakah siklus politik di daerah secara umum mempengaruhi tingkat upah minimum? Secara lebih spesifik pertanyaan penelitian di atas adalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat upah minimum di kabupaten/kota yang dipimpin pemerintah petahana (incumbent) meningkat pada: (i) satu tahun sebelum pilkada (t-1), (ii) tahun dilaksanakannya pilkada (t0), (iii) satu tahun setelah pilkada (t+1), dibanding tahun lainnya?

2. Apakah tingkat upah minimum di daerah industri yang dipimpin pemerintah petahana (incumbent) meningkat pada: (i) satu tahun sebelum pilkada (t-1), (ii) tahun dilaksanakannya pilkada (t0), (iii) satu tahun setelah pilkada (t+1), dibanding tahun lainnya? 3. Apakah tingkat pertumbuhan upah minimum di kabupaten/kota yang dipimpin pemerintah pendatang baru meningkat pada satu tahun setelah pilkada (t+1) dibanding tahun lainnya? 4. Apakah tingkat pertumbuhan upah minimum di daerah industri yang dipimpin pemerintah pendatang baru meningkat pada satu tahun setelah pilkada (t+1) dibanding tahun lainnya? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh siklus politik (pilkada kabupaten/kota) terhadap tingkat upah minimum di daerah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tingkat upah minimum sebagai variabel dependen, dan dummy tahun politik dan dummy petahana sebagai variabel independen utama, serta jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, upah riil, IHK dan PDRB perkapita sebagai variabel penjelas lainnya. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat menambah literatur political economy mengenai siklus politik dan kebijakan upah minimum di Indonesia mengingat masih terbatasnya penelitian mengenai topik ini. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya guna mengembangkan penelitian-penelitian lainnya dengan topik yang relevan. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam bab ini tercantum latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas definisi dan peraturan perundangan mengenai upah minimum, teori pasar tenaga kerja, teori upah minimum, Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), kompetisi politik, political business cycle, serta studi empiris mengenai upah minimum dan siklus politik. Bab III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas tentang metodologi yang digunakan, yakni menyangkut teknik pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil analisis estimasi pada variabel independen yang meliputi tingkat upah minimum, terhadap variabel dependen yakni dummy tahun politik, dummy petahana, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, upah riil, dan PDRB.

Bab V. PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini.