BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. relationship conflict (Wibisono, 2005). Relationship conflict merupakan salah

BAB V PENUTUP. organisasi, dan kinerja yang dimiliki oleh auditor internal dilihat dari dua jenis locus

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-1 (UAS)

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-1 (UAS)

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB V SIMPULAN Simpulan. Tujuan melaksanakan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu bidang profesi yang terorganisasi (Jiwo, 2011). kalangan belakangan ini adalah konsultan pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015

I.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia. Gambaran kompetensi perawat..., Rahmika Putri, FKMUI, 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan adalah profesi yang memiliki tujuan fundamental sebagai penyedia

Definisi dan Klasifikasi Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy

KELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA, DAN TIM

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah membawa manusia pada era yang ditandai oleh

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berbagi pengetahuan akan mendorong kinerja tim menjadi lebih baik melalui

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berdampak pada perusahaan yang beroperasi. Perusahaan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaan ekonomi tidak menentu khususnya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya tersebut, akuntan juga dihadapkan pada situasi dilematis terutama

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan atribut seperti seragam atau penggunaan warna tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perumusan strategi merupakan hal penting dalam kegiatan perusahaan.

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

Nama : Burhanudin Indra NIM : Kelas : SI/22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang pesat. Perkembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari

DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK. Bab 9 PERILAKU ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. penting. Sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan yang handal, mampu

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI PEMBAHASAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Dari hasil penelitian ini dapat diambil 2 (dua) kesimpulan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai perpindahan kerja sampai saat ini masih tetap

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang-

Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja yang optimal merupakan tujuan dan cita-cita bagi setiap organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. perbebatan. Munculnya Global Compact, Global Reporting Inisiatives (GRI), dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI GURU MELALUI LESSON STUDY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian

Holistic care and transcultural nursing


BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena sumber daya manusia merupakan pelaku dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terakhir menciptakan sebuah paradigma baru e-commerce yang disebut social

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tim yang komposisinya heterogen saat ini menjadi satu keadaan yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang justru sengaja dilakukan dengan harapan agar kinerja tim dalam organisasi menjadi lebih optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hoffman dan Maier (1961). Menurut penelitian tersebut, grup yang heterogen mampu menghasilkan solusi dengan kualitas yang lebih baik apabila dibandingkan dengan solusi yang dihasilkan oleh grup homogen ketika keduanya dihadapkan pada permasalahan yang sama kompleksnya. Dalam penelitian ini, keanekaragaman mencakup jenis kelamin dan personality measures. Disebutkan bahwa mencampur anggota dengan jenis kelamin serta kepribadian yang berbeda dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan solusi dengan menggunakan kerangka berpikir yang lebih bebas dan terbuka. Hasil yang positif pada penelitian tersebut merujuk pada munculnya konflik dalam tim yang memaksa anggotanya untuk menghasilkan ide-ide baru, baik yang berupa modifikasi ataupun benar-benar baru. Konflik dalam tim juga rupanya mendorong anggota tim untuk secara aktif melakukan critical thinking, sehingga produk dari tim heterogen dinilai memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini terkait pula dengan hilangnya fenomena groupthink yang kerap muncul pada tim dengan 1

komposisi yang cenderung homogen. Selain itu, menurut Mannix dan Neale (2005), dengan pembentukan tim yang memiliki komposisi anggota heterogen, maka kemungkinan untuk terjadinya sharing ilmu pengetahuan antaranggota dalam tim semakin tinggi. Hal inilah yang kemudian mendukung terjadinya peningkatan kualitas kinerja tim dan kreativitas di dalam tim. Allard (2002) menjelaskan bahwa terdapat beberapa keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh oleh organisasi yang menerapkan rekayasa keanekaragaman (diversity engineering) di dalamnya. Hasil yang diharapkan tersebut termasuk pada hal-hal yang tidak tampak (intangible), seperti fresh outlooks, moral yang lebih tinggi, peningkatan fleksibilitas, perspektif yang beragam, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, peningkatan kreativitas, pengurangan ketegangan (tension) dalam tim, serta munculnya peluang pasar yang lebih baik. Namun, Allard juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa kerugian yang berpotensi muncul dalam kelompok dengan komposisi anggota yang beragam. Kesulitan tersebut antara lain adalah sulitnya mencapai kesepakatan dalam tim, munculnya miscommunication, kebingungan, ambiguitas, ketakutan, pertentangan yang menimbulkan reaksi balasan dari kelompok mayoritas dalam tim, ekspektasi yang tidak realistis, tingginya cost ketika muncul perkara hukum, serta kesulitan dalam proses rekruitmen. Meski demikian, ada pula pandangan lain terkait tim heterogen. Menurut perspektif yang cenderung pesimistik (Mannix dan Neale, 2005), tim yang heterogen justru tidak akan mampu bekerja secara efektif karena keanekaragaman yang muncul 2

mengurangi kekohesifan dan integrasi sosial antaranggotanya. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam tim justru akan menimbulkan konflik pribadi antaranggota, sehingga sebagai akibatnya, kinerja tim menjadi tidak maksimal. Pandangan pesimistik terhadap tim yang heterogen ini didukung oleh Social-Identity Theory (Tajfel dan Turner, 1979) yang mengungkapkan bahwa individu akan lebih tertarik pada individu lain yang memiliki kesamaan, serta cenderung mengalami peningkatan kekohesifan dan integrasi sosial pada kelompok yang komposisinya homogen. Menurut Pfeffer (1983) dalam Organizational Demography, komposisi demografi dalam organisasi nantinya dapat menentukan berbagai proses dalam aktivitas operasional organisasi, termasuk proses absensi, turn over, komunikasi, dan kinerja organisasi. Beberapa penelitian terkait komposisi anggota dalam suatu grup telah dilakukan sebelumnya. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian sebelumnya adalah similaritas tim diasosiasikan positif terhadap keefektifan tim dan ketertarikan interpersonal (Hambrick dan Mason, 1984; Tsui et al., 1992). Selain itu, tim yang homogen disebut memiliki anggota dengan tingkat afinitas terhadap tim yang lebih tinggi daripada tim dengan komposisi yang heterogen (Ibarra, 1992). Perbedaan persepsian (perceived dissimilarity) merupakan ukuran subjektif dari perbedaan atau ketidaksamaan, yaitu saat individu menilai seberapa berbeda mereka dari anggota tim lainnya, dalam berbagai hal, termasuk karakteristik. Menurut penelitian yang menggunakan ukuran objektif, diasumsikan bahwa perbedaanperbedaan yang muncul sudah disadari oleh anggota tim dan hal ini berpengaruh terhadap proses yang terjadi dalam tim (Harrison et al., 2000). Studi-studi 3

sebelumnya yang telah dilakukan cenderung lebih berfokus pada diversity dalam lingkup kelompok, sehingga studi terkait perbedaan di level individu dan pengaruhnya terhadap konflik dalam tim masih jarang ditemui. Penelitian terkait dissimilarity dan konflik dalam tim, dikatakan oleh Riordan dan Shore (1997), sebagai satu penelitian yang masih berada dalam tahap awal dan berkembang. Pada konteks kelompok, istilah keanekaragaman kelompok (group diversity) merujuk pada jumlah heterogenitas dalam kelompok atau unit yang terkait pada karakteristik tertentu, misalnya perbedaan informasional (informational diversity) yang meliputi perbedaan latar belakang profesional dan pendidikan, perbedaan yang tampak secara fisik (visible diversity) yang meliputi usia, jenis kelamin, ras, atau etnis, serta perbedaan terkait nilai yang dianut (value diversity), misalnya terkait motivasi kerja. Sedangkan pada konteks individu, istilah perbedaan individu (individual dissimilarity) merujuk pada jumlah perbedaan relatif antara individu dengan anggota tim yang lain, tetapi dengan karakteristik yang berbeda (Jackson, May, dan Whitney, 1995 dalam Hobman et al., 2003). Sehingga, perbedaan individu bisa dikatakan hampir sama dengan keanekaragaman kelompok karena meneliti perbedaan yang ada pada karakteristik yang sama. Akan tetapi, di sisi lain, perbedaan individu berbeda dengan keanekaragaman kelompok karena lebih berfokus untuk mengukur jarak individu dengan anggota yang lain daripada mengukur jumlah keanekaragaman dalam kelompok (Hobman et al., 2003). 4

Perbedaan dalam lingkup antarindividu (dissimilarity), menurut Jackson et al., (1992), merujuk pada sejauh mana beberapa individu berbagi atribut umum, atau sejauh mana atribut individu dibagi dengan anggota tim yang lain. Terdapat tiga jenis perbedaan individu, yaitu informational, visible, dan value dissimilarity (Jehn et al., 1999 dalam Hobman et al., 2003). Menurut Jehn et al., (1999), informational dissimilarity merupakan perbedaan yang bersumber dari latar belakang fungsional, profesional, atau pendidikan. Sedangkan visible dissimilarity merupakan perbedaan latar belakang demografis, baik jenis kelamin, usia, suku, dan etnisitas. Jenis perbedaan yang ketiga, yaitu value dissimilarity, merupakan perbedaan terkait nilai yang dianut oleh masing-masing individu dalam kelompok. Ketiga jenis perbedaan individu ini merupakan pemicu timbulnya konflik yang ada di dalam kelompok. Konflik dalam kelompok merupakan kondisi ketika seseorang merasa kepentingannya di dalam kelompok terancam oleh kepentingan orang lain. Dalam beberapa penelitian, disebutkan bahwa konflik dalam kelompok dapat dikategorisasikan menjadi konflik yang bermanfaat bagi kinerja kelompok (functional conflict) dan konflik yang merusak kinerja kelompok (dysfunctional conflict). Jehn (1997) membedakan konflik dalam kelompok menjadi tiga jenis, yaitu relationship conflict, task conflict, serta process conflict. Relationship conflict merupakan perselisihan yang muncul karena ada permasalahan pribadi antarindividu dalam kelompok. Sementara itu, task conflict timbul terkait dengan tugas yang sedang dihadapi oleh kelompok. Sedangkan jenis konflik yang ketiga, yaitu process conflict, 5

merupakan perselisihan yang timbul karena adanya perbedaan pandangan tentang bagaimana tugas kelompok akan diselesaikan. Perbedaan antarindividu yang ada dalam kelompok heterogen diperkirakan dapat memicu timbulnya intragroup conflict. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jehn et al., (1999) masing-masing jenis perbedaan individu akan memicu munculnya jenis konflik yang berbeda pula dalam kelompok. Misalnya saja informational dissimilarity yang akan meningkatkan intensitas task conflict dalam kelompok, value dissimilarity yang berkorelasi positif dengan munculnya task dan relationship conflict, serta visible dissimilarity yang diduga dapat menimbulkan relationship conflict. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, perusahaan/organisasi kemudian memilih satu pengembangan dari kelompok heterogen, yaitu dengan membentuk kelompok virtual. Kelompok virtual merupakan kelompok yang berkolaborasi tanpa bertatap muka secara langsung. Ekspansi organisasi secara global terkait dengan target pasar, merger dan akuisisi, serta semakin tingginya tuntutan untuk melakukan pengembangan produksi, menyebabkan organisasi kini berlomba-lomba mempersiapkan tim yang anggotanya berasal dari berbagai lokasi, baik jauh, maupun dekat dengan pusat organisasi (Hinds dan Bailey, 2003). Dengan perkembangan teknologi dan informasi, organisasi berharap memperoleh bibit-bibit unggul baru yang dapat menunjang kinerja organisasi (Bergiel,et al, 2008). Dalam kelompok virtual, keberadaan alat komunikasi virtual menjadi begitu penting untuk menunjang kinerja kelompok. 6

Pilihan organisasi untuk membentuk kelompok virtual dengan komposisi anggota yang heterogen akan menyebabkan konflik dalam kelompok lebih mudah muncul. Selain karena keberadaan perbedaan antaranggota, tidak adanya komunikasi secara langsung dengan tatap muka (face to face) juga mendorong semakin mudahnya konflik dalam kelompok terjadi. Tingginya konflik antaranggota dikhawatirkan justru akan berdampak negatif terhadap kinerja dan produktivitas kelompok, sehingga tujuan utama perusahaan meningkatkan efisiensi dan keefektifan tidak tercapai. Buruknya lagi, apabila pengelolaan kelompok tersebut lemah, perusahaan malah akan mengalami kerugian. B. Pertanyaan Penelitian Masalah utama yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu hubungan antara perbedaan-perbedaan yang muncul dalam kelompok terhadap konflik intra-grup apabila dipengaruhi oleh keterbukaan terhadap perbedaan (openness to dissimilarity). Sehingga permasalahan utamanya dari penelitian ini dirumuskan menjadi 1. Apakah perceived visible dissimilarity berkorelasi positif dengan relationship conflict? 2. Apakah perceived informational dissimilarity berkorelasi positif dengan task conflict? 7

3. Apakah perceived value dissimilarity berkorelasi positif dengan relationship conflict? 4. Apakah perceived value dissimilarity berkorelasi positif dengan task conflict? 5. a. Apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived visible dissimilarity dengan relationship conflict? b. Apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived informational dissimilarity dengan task conflict? c. Apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived value dissimilarity dengan relationship conflict? d. Apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived value dissimilarity dengan task conflict? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah 1. Untuk menguji apakah perceived visible dissimilarity berkorelasi positif dengan relationship conflict. 8

2. Untuk menguji apakah perceived informational dissimilarity berkorelasi positif dengan task conflict. 3. Untuk menguji apakah perceived value dissimilarity berkorelasi positif dengan relationship conflict. 4. Untuk menguji apakah perceived value dissimilarity berkorelasi positif dengan task conflict. 5. a. Untuk menguji apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived visible dissimilarity dengan relationship conflict. b. Untuk menguji apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived informational dissimilarity dengan task conflict. c. Untuk menguji apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived value dissimilarity dengan relationship conflict. d. Untuk menguji apakah keterbukaan terhadap perbedaan persepsian (perceived openness to dissimilarity) memengaruhi hubungan antara perceived value dissimilarity dengan task conflict. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Manfaat bagi organisasi atau perusahaan: 9

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi proses pengelolaan tim virtual yang komposisi anggotanya heterogen, terutama komposisi latar belakang demografisnya. Hal ini ditujukan agar konflik yang merugikan tim dapat ditekan dan konflik yang menguntungkan dapat ditingkatkan, sehingga kinerja tim dapat dioptimalkan dengan baik. 2. Manfaat bagi fakultas atau perguruan tinggi: Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan referensi, serta menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pemahaman dan teori yang berkaitan dengan keanekaragaman dalam kelompok kerja serta keterkaitannya dengan kemunculan konflik di dalam kelompok. E. Sistematika Penulisan Bab I. PENDAHULUAN Pada bab ini, dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, serta batasan penelitian. Bab II. LANDASAN TEORI Pada bab ini, dijelaskan telaah teoretis terkait variabel-variabel dependen dan independen dalam penelitian ini. Variabel dependen adalah intragroup-conflict yang terdiri dari task conflict dan relationship conflict. Sementara itu, variabel 10

independen dalam penelitian ini adalah individual dissimilarity yang terdiri dari visible dissimilarity, informational dissimilarity, dan value dissimilarity. Selain itu, pada bab ini disampaikan pula hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti. Bab III. METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan, terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik pengujian instrumen. Bab IV. ANALISIS DATA Pada bab ini, dijelaskan mengenai analisis data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dan uji hipotesis dengan disertai pembahasan hasil pengolahan dan analisis data. Bab V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Pada bab ini disampaikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian disertai keterbatasan dan saran bagi penelitian selanjutnya maupun bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. 11