TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

dokumen-dokumen yang mirip
Subdivisi : Angiospermae, Kelas :Monocotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies : Hevea brassiliensis Muell. Arg.

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

PENDAHULUAN. Karet (Heveabrasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini. dari USD 1 menjadi USD 1,25 (Palembang Tribun News, 2016) dan Balai

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENYADAPAN TANAMAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

BISNIS BUDIDAYA KARET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu aplikasi Pada Klon Karet MetabolismeTinggi Terhadap Pemberian Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :


Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau ISSN

II. TINJAUAN TEORITIS. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan tanaman asli dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

PRODUKTIVITAS KLON KARET IRR SERI-100 DAN 200 PADA BERBAGAI AGROKLIMAT DAN SISTEM SADAP

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisi : Angiospermae ; Kelas : Dicotyledonae ; Ordo : Euphorbiales ; Family:

PENYADAPAN TANAMAN KARET

SISTEM EKSPLOITASI OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN TANAMAN KARET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet berbentuk pohon, tinggi m, bercabang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti : Amerika

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS KARET MELALUI PENGGUNAAN BAHAN TANAM, PEMELIHARAAN, SISTEM EKSPLOITASI, DAN PEREMAJAAN TANAMAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 314/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS/KLON IRR.104 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

Warta Perkaretan 2016, 35 (2), KEUNGGULAN KLON KARET IRR 220 dan IRR 230. The Superiority of IRR 220 and IRR 230 Rubber Clone

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BEBERAPA ASPEK PENTING PADA PENYADAPAN PANEL ATAS TANAMAN KARET

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (28):

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Beberapa Klon Tanaman Karet Terhadap Pemberian Berbagai Sumber Hormon Etilen

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Kartasapoetra, 1988) tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

PENENTUAN WAKTU PENYADAPAN PADA HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Oleh HAMZANWADI NIM

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. (Steenis et al., 2005). Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai 40 meter dan mencapai umur 100 tahun. Warna permukaan batangnya abu-abu dan halus (Webster and Paardekooper, 1990 dalam Lizawati, 2002). Syarat Tumbuh Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah antara 15 0 LS dan 15 0 LU. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai 150 Hari hujan/tahun. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet antara 25 0 sampai 30 0 C. Tanamam karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 sampai 600 meter diatas permukaan laut (Siregar, 2012). Tanah Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah

alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik (Anwar, 2006). Klon tanaman Karet Klon adalah tanaman yang didapat dari hasil perbanyakan vegetatif atau aseksual. Kelebihan klon antara lain tumbuhnya tanaman lebih seragam, umur produksinya lebih cepat, dan jumlah lateks yang dihasilkan lebih banyak. Akan tetapi, klon juga memiliki kekurangan seperti daya tahan terhadap hama penyakit tidak sama, serta lingkungan mempengaruhi pertumbuhan klon (Setiawan, 2013). Dengan menggunakan prinsip diagnosis lateks (LD), maka pengelompokan klon di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Hasil pengelompokan tersebut diperoleh 27 klon metabolisme tinggi, 11 klon metabolisme sedang, dan 10 klon metabolisme rendah (Sumarmadji, 2002). Klon metabolisme tinggi yang telah diuji ada 27 klon yaitu PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, RRIM 712, IRR 1, IRR 2, IRR 3, IRR 4, IRR 5, IRR 6, IRR 7, IRR 8, IRR 10, IRR 103, IRR 104, IRR 105, IRR106, IRR 107, IRR 109, IRR 110, IRR 111, IRR 112, IRR 117, IRR 118, IRR 119, DAN IRR 120. Klon metabolisme sedang yang telah diuji ada 11 klon yaitu GT 1, BPM 1, BPM 24, PR 255, PR 261, PR 300, PB 330, RRIC 100, RRIC 110, RRIM 717, dan IRR 9. Adapun klon metabolism rendah yang telah diuji ada 10 klon yaitu AVROS 2037, BPM 107, BPM 109, PB 217, RRIC 102, PR 303, TM 2, TM 6, TM 8, TM 9. Klon lain yang perlu segera diuji adalah IRR 5, IRR 21, IRR 32, IRR 39, dan IRR 42 (Sumarmadji, 2001). Klon metabolisme tinggi tidak memerlukan intensitas eksploitasi yang tinggi, dan sebaliknya klon metabolisme rendah justru memerlukan intensitas eksploitasi

tinggi. Klon metabolisme tinggi seperti PB 260 dan IRR 118 dieksploitasi dengan intensitas rendah tanpa menggunakan kulit pulihan, dan tanpa atau sedikit stimulan (PTP Nusantara III, 2005). Klon PB 260 merupakan klon anjuran komersial penghasil lateks. Klon PB 260 tergolong tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum, dan Oidium), tetapi kurang tahan terhadap angin. Karakteristik klon PB 260 adalah pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan sedang. Potensi produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2107 kg/ha/tahun selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon terhadap stimulan. Lateks berwarna putih kekuningan. Pengembangan tanaman dapat dilakukan pada daerah beriklim sedang dan basah (Woelan, et al,2000). Klon tanaman karet IRR 118 merupakan klon metabolisme tinggi yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Karet Sungai Putih. Klon tersebut merupakan klon yang memiliki respon sedang terhadap stimulan, ketahanan terhadap angin sangat baik, dan ketahanan terhadap penyakit kering alur sadap baik. Klon IRR 118 memiliki pertumbuhan cepat dan produksi karet kering rata- rata 2057 kg/ha/th (Woelan et al, 2006). Penyadapan Karet Terdapat beberapa kriteria dalam pemanenan karet, hal tersebut berhubungan dengan umur tanaman dan pengukuran lilit batang, yaitu tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5-6 tahun. Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian

batang100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi (Balai Penelitian Tanah Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008) Faktor manajemen yang paling berpengaruh terhadap produktivitas klon adalah sistem sadap. Untuk menggali potensi produksi secara optimal, diperlukan dukungan teknologi eksploitasi yang tepat, sesuai dengan karakter fisiologi klon (Kuswanhadi et al., 2009). Penyadapan yang tidak berdasarkan kepada kemampuan fisiologi klon menyebabkan terjadinya penyadapan berlebihan (over exploitation) ataupun kekurangan (under exploitation) karena belum tergalinya potensi produksi (Siregar et al., 2008) Sistem sadap yang sering diterapkan terdiri atas dua yakni perlakuan pertama yang menggunakan sistem sadap setengah lingkaran tanpa stimulan dengan interval penyadapan dua hari sekali (S/2 d2) dan sistem sadap dengan aplikasi stimulan 2,5% setengah lingkaran dengan interval penyadapan tiga hari sekali (S/2 d3.et2.5% 18/y(2w)) ( Junaidi, 2012) Stimulan Etilen Etilen adalah salah satu hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman dan pematangan buah terutama buah yang tergolong klimaterik, respon terhadap cekaman biotik dan abiotik, mempengaruhi proses perkecambahan biji, serta pemanjangan akar tanaman dan mempengaruhi lama aliran lateks pada tanaman karet (Bleecker et al., 2000). Tanaman karet umumnya memiliki respon terhadap pemberian stimulan etefon (CEPA). Ditandai dengan bertambahnya waktu lateks mengalir yang dapat

meningkatkan produksi lateks pada waktu tertentu. Akan tetapi tiap tiap klon karet memiliki respon yang berbeda terhadap stimulan (Siswanto, 2004). Bahan aktif etephon yang biasa dipakai untuk stimulan mengeluarkan gas etilen (C 2 H 4 ) yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya dalam pembuluh lateks. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi dengan derasnya aliran lateks (Setiawan dan Andoko, 2008). Keluarnya lateks adalah dengan adanya tekanan pada pembuluh lateks sebagai akibat adanya tekanan turgor, yaitu tekanan pada dinding sel oleh isi sel.semakin banyak isi sel semakin besar tekanan pada dinding sel atau turgor. Dengan semakin besarnya turgor ini semakin besar tekanan pada pembuluh lateks dan semakin banyak lateks yang keluar melalui pembuluh lateks. (Balai Penelitian Sembawa, 2010). Peningkatan frekuensi stimulan atau konsentrasi stimulan dapat dilakukan dalam upaya merealisasikan produksi optimal, bukan produksi maksimal yang sering kali identik dengan over-tapping. Karena setiap satuan stimulan hanya akan efektif pada klon-klon yang responnya tinggi terhadap stimulan. Pemberian stimulan yang berlebihan tidak akan meningkatkan produksi, bahkan sebaliknya akan merugikan kesehatan tanaman yang ditandai dengan Kering Alur Sadap (KAS) ( Siregar et al.l 2009). Stimulasi lateks umumnya diapliksikan pada tanaman karet yang telah dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet. Pemberian stimulan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama

tanaman yang masih muda. Karenanya tanaman karet hanya bisa dipacu produksinya dengan stimulan jika telah berumur 15 tahun atau 10 tahun jika disadap dengan intensitas rendah (S/2 d3.et2.5% 18/y(2w)) (Sainoi, 2012) Umur Tanaman menentukan efektivitas penggunaan stimulan gas etilen. Tanaman yang masih muda umumnya kurang efektif apabila digunakan stimulan gas etilen. Pengaruh penggunaan stimulan terhadap peningkatan tanaman muda hanya sekitar 10%. Disamping itu, tanaman yang masih muda relative kurang tahan terhadap stimulant gas etilen, sehingga setelah 3 5 tahun penggunaan stimulant gas etilen kekeringan alur sadap (KAS) dapat mencapai 5 kali lipat. Dengan demikian aplikasi stimulant sebaiknya diberikan pada tanaman berumur sekitar 15 tahun (Karyudi, 2006). Aplikasi stimulant gas etilen tidak memberi dampak negatif berupa penurunan produksi apabila prosedur aplikasinya benar dan kesehatan tanaman dijaga. Selain diterapkan secara selektif pada tanaman yang potensial dan sehat, juga diperlukan strategi berupa penerapan sistem sadap yang tepat, prosedur pemasangan aplikator stimulant gas yang benar, dan pemenuhan pupuk sesuai kebutuhan tanaman (Rouf, et.al. 2015) Kenaikan produksi lateks yang tinggi ketika menggunakan stimulan gas etilen tidak selamanya dipandang positif. Hingga saat ini, ada kekhawatiran bahwa peningkatan produksi lateks hanya terjadi sesaat saja, dan pada tahap lanjut dikhawatirkan tanaman mengalami kering alur sadap. Penggunaan stimulan yang tidak sesuai dengan karakter fisiologis tanaman memang dapat menurunkan kesehatan tanaman dan menurunkan produksi lateks tetapi apabila penggunaan

stimulan gas etilen dilakukan sesuai prosedur yang benar dan kesehatan tanaman dijaga maka kesinambungan produksi yang tinggi dapat dipertahankan (Sumarmadji, 2009) Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang Pisang tergolong buah klimaterik, ditandai dengan peningkatan CO 2 secara mendadak, yang dihasilkan selama pematangan. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang khas pada buah-buahan tertentu, dimana selama proses tersebut terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembentukan etilen, hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pematangan (Syarief,1988). Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap yang dihasilkan selama proses masaknya hasil pertanian terutama pada buah-buahan dan sayursayuran. Pada hasil-hasil pertanian klimaterik, produksi etilen sangat efektif selama fase permulaan klimaterik (Hadiwiyo dan soehardi, 1981). Buah klimaterik menghasilkan lebih banyak etilen pada saat matang. Etilen pada buah klimaterik dapat mempercepat proses pematangan serta tingkat kematangan yang seragam. Pada buah-buahan klimaterik, produksi etilen cenderung untuk naik secara bertahap sesudah panen (Sakti, 2008). Produksi etilen selama proses pemasakan pada buah klimaterik naik perlahanlahan sampai mencapai puncak tingkat kematangan. Contohnya pada buah pisang, produksi etilen naik pada enam hari pertama kemudian sedikit menurun sampai tingkat kematang yang optimal ( Wills, 1982 ). Pada buah pisang yang masih hijau, selama pengamatan produksi etilen naik sedikit dan sesudah hari ke tujuh cenderung turun, tetapi sesudah hari ke- 12 naik

sangat tajam dan kemudian turun lagi sesudah hari ke-13. Kenaikan yang tajam kemudian turun lagi mungkin disebabkan karena perubahan suhu dari 23 O ke 27 0 C dan adanya mikroorganisme yang terdapat pada buah. Kedua faktor ini dapat meningkatkan produksi etilen dan akhirnya akan mempercepat proses pemasakan karena hormon tersebut (Nurjanah, 2002). Macam-macam hasil tanaman dengan konsentrasi etilen pada stadiumpertumbuhan /perkembangan yang berbeda Macam Hasil Tanaman Kandungan Etilen (ppm) Buah apel 0,2 1000 Buah alpukat 0,5 500 Buah pisang 0,2 50 Buah lemon (jeruk lemon) 0,11 0,17 Buah mangga 0,04 3,0 Buah jeruk 0,13 0,32 Buah persik 0,9 21 Buah per 0,1 300 Buah nenas 0,16 0,40 Buah prem 0,14 0,23 Buah labu 0,04 2,1 Sumber: Sholihati (2004)