BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara ekologi menurun. Kondisi tersebut menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor), banjir, intrusi alir laut, kandungan logam berat tanah meningkat, dan menurunnya permukaan air tanah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan perkotaan dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman, sebagaimana di diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. 1
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Kota Medan dengan luas lahan mencapai 26.510 ha dan dengan jumlah penduduk yang 2,1 juta jiwa, dengan kepadatan 80 jiwa/ha, terdiri dari 21 kecamatan. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau sesuai standar UU Nomor 26 Tahun 2007 adalah 30% dari 26.510 Ha, sekitar 7.953 Ha, yang terdiri dari 5.302 Ha RTH Publik dan 2.651 Ha Privat. Kebutuhan Publik saat ini yang menjadi aset Pemko Medan, yaitu RTH (Jalur Hijau) Jaringan Jalan di Kota Medan tidak terdata dan Taman Kota eksisting seluas 220.995 meter² yaitu sekitar 0,08 % sedangkan yang diwajibkan yang harus disediakan 12,5 %. RTH Pemakaman yang menjadi aset Pemko hanya 34,7 Ha atau sekitar 0,44 % selebihnya masih berupa tanah pribadi, wakaf dan yayasan sebesar 73,76 Ha. RTH fungsi tertentu di Kota Medan dalam RTRW Kota Medan seperti Sempadan Sungai, Pantai, Jalur Kereta api, Saluran Umum Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) direncanakan menjadi jalur hijau tetapi kepemilikan lahannya masih dimiliki masyarakat sehingga pada sempadan sungai, pantai, kereta api, SUTET masih penuh dengan bangunan dan rumah penduduk yang sering kali terkena bencana seperti banjir. Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan di luar kawasan lindung (hutan mangrove dan 2
jalur hijau), antara lain: Kawasan Wisata, RTH Hutan Kota, RTH Taman Kota, RTH Tempat Pemakaman Umum, RTH Jalur Hijau Jalan, RTH Ruang Pejalan kaki. Pentingnya ruang terbuka hijau, dapat kita lihat dari fungsi dan manfaat yang dapat diambil darinya. Secara umum Ruang Terbuka Hijau mempunyai atau memiliki fungsi utama (intrinsik) yakni fungsi ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Pemakaman sebagai tempat penguburan, yang selalu didatangi untuk mengenang mereka yang telah mati. Pemakaman yang ada saat ini tidak tertata rapi sehingga pemanfaatan lahannya tidak optimal dalam pengelolaan dan penataannya sehingga menimbulkan kesan angker dan seram sehingga pemakaman merupakan tempat yang selalu dihindari. Padahal Tempat Pemakaman Umum dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari ruang Terbuka Hijau, jika fungsi-fungsi dari ruang terbuka hijau yang terdapat di TPU dapat dioptimalkan dengan baik. Berdasarkan sumber data dari Dinas Pertamanan Kota Medan tahun 2011 Tanah Pemakaman Umum di Kota Medan tersebar di 115 kawasan dengan prakiraan luas areal 1.084.565,80 m2 (108, 46 Ha). Sehingga jika sebagian dari lahan TPU dapat dimanfaatkan menjadi bagian dari RTH Kota Medan maka ketentuan yang dipersyaratkan sebagai RTH Perkotaan akan mendekati jumlah yang dipersyaratkan tersebut. Pemanfaatan TPU sebagai RTH di Kota Medan sangat memungkinkan karena fungsi-fungsi yang ada di dalamnya, seperti fungsi ekologi, fungsi sosial, fungsi estetis dan fungsi ekonomi. 3
Penelitian ini bermaksud menganalisa bagaimana Tempat Pemakaman Umum memberikan kontribusi dalam penambahan kuantitas dan kualitas RTH di Kota Medan. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada pemerintahan Kota Medan betapa pentingnya manfaat Tempat Pemakaman Umum bagi penambahan dan peningkatan luasan RTH yang telah ada, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat umum untuk menjaga, memelihara dan melestarikan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH yang berada di tengah Kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah Dengan melakukan penelitian TPU di kota Medan maka akan didapat permasalahan penting diantaranya adalah : 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH. 2. Bagaimana potensi yang terdapat pada TPU dapat dimanfaatkan sebagai RTH di Kota Medan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Meneliti tingkat persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau. 4
2. Mengidentifikasi potensi yang terdapat pada Tempat Pemakaman Umum agar dapat dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Pemerintah Kota Medan untuk menata Tempat Pemakaman Umum yang dapat bermanfaat sebagai Ruang Terbuka Hijau. 2. Bagi Masyarakat sebagai upaya peningkatan pemahaman, bahwa Tempat Pemakaman Umum tidak hanya sekedar tempat pemakaman tetapi juga sebagai fungsi RTH yang sangat dibutuhkan bagi kelestarian dan keberlanjutan suatu wilayah serta pengembangan potensi ekonomi sekitar Tempat Pemakaman Umum; 3. Sebagai pengembangan ilmu serta bermanfaat bagi dunia pendidikan. 1.5 Kerangka Berfikir Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian bahwa di Pemakaman Umum Kayu Besar Jl. MH. Thamrin,Jl. Sutomo Ujung dan Jl. Abdullah Lubis, dapat difungsikan sebagai ruang terbuka. Untuk mendapatkan indikator yang lebih konkrit dan gambaran yang lebih jelas tentang pemanfaatan tersebut, maka diadakan penelitian deskriptif, seperti dalam Gambar 1.1. 5
LatarBelakangPenelitian Pemanfatan Tempat Pemakaman Ruang Terbuka Hijau RumusanMasalah Bagaimana potensi yang terdapat pada TPU dapat dimanfaatkan sebagai RTH di Kota Medan. Bagaimana tingkat kepuasan, kepentingan dan persetujuan masyarakat terhadap pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai RTH. Tujuan Mengkaji pemanfaatan pemakaman sebagai ruang terbuka Mengkaji persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan TPU sebagai ruang terbuka Variabel Penelitian Fungsi Ekologi Fungsi Sosial Fungsi Estetis Fungsi Ekonomi Pengolahan Data MetodePenelitian Kuesioner Wawancara Deskriptif Menggunakan data primer &Sekunder Kesimpulan dan Saran Gambar 1.1 Kerangka berfikir 1.6 Sistematika Pembahasan Adapun urutan metode-metode pembahasan yang digunakan dan menerangkan tentang sistematika pembahasan adalah sebagai berikut: 6
BAB PERTAMA Merupakan bab Pendahuluan yang berisikan : Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Batasan dan Lingkup Pembahasan, Metode Pembahasan serta Sistematika Pembahasan. BAB KEDUA Merupakan Tinjauan Pustaka yang mengemukakan dasar teori dan pengertianpengertian. BAB KETIGA Merupakan tahap yang menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini. BAB KEEMPAT Merupakan tahap yang menjelaskan tentang gambaran umum kawasan kajian penelitian dan gambaran umum lokasi penelitian. BAB KELIMA Merupakan Hasil dan Pembahasan Pemanfaatan Tempat Pemakaman Umum sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan. BAB KEENAM Merupakan tahap kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahaptahap sebelumnya. 7