Toleransi& Implementasinya

dokumen-dokumen yang mirip
PERTEMUAN 12 TOLERANSI LINIER DAN TOLERANSI SUDUT

TOLERANSI LINIER Basori

SUAIAN Basori. Untuk ketiga macam suaian tersebut, dapat kita lihat pada diagram toleransi (daerah toleransinya), seperti tampak gambar berikut.

TOLERANSI. Istilah dalam Toleransi Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan berikut ini.

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

MAKALAH KONFIGURASI PERMUKAAN DAN TOLERANSI SEMESTER GENAP 2015

PEMBERIAN UKURAN DIMENSI

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MENGGAMBAR TEKNIK (T.INDUSTRI /S1) KODE / SKS KD /2 SKS

dengan toleransi batas suaian* toleransi c. Ukuran d. Ukuran Suaian Suaian Suaian halus sedang Sampai dengann 3 6 kasar ±

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Menentukan Persyaratan Kerja

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

ATURAN-ATURAN DASAR UNTUK MEMBERI UKURAN

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

GAMBAR TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

PERTEMUAN 5. Gambar potongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat.

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

MESIN BOR. Gambar Chamfer

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

MODUL TUGAS BESAR MENGGAMBAR MESIN

PERTEMUAN 7 ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Menentukan Persyaratan Kerja

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

commit to user BAB II DASAR TEORI

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

ATURAN DASAR MEMBERI UKURAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

HANDOUT GAMBAR TEKNIK

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

BAB VI POROS DAN PASAK

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILABUS. Pengalaman Belajar. Materi Pokok

IV. PENDEKATAN DESAIN

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PERTEMUAN 4 ATURAN PENYAJIAN GAMBAR

Gambar Teknik Mesin i

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Persiapan Kerja Bubut

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Untuk dapat mengetahui penyimpangan titik nol jig pada mesin CNC

TRANSMISI RANTAI ROL

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MENGGAMBAR BAGIAN MESIN SECARA TERPERINCI

MACAM MACAM SAMBUNGAN

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III. Metode Rancang Bangun

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7)

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III Mesin Milling I

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

MENGGAMBAR POTONGAN BENDA KERJA

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INSTRUMEN TES PADA RANAH KOGNITIF PENELITIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PADA MATA PELAJARAN MEMBACA GAMBAR TEKNIK DASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Toleransi& Implementasinya

Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi Umum... 12 d) Daerah Toleransi... 17 e) Tingkatan Suaian... 24 f) Menghitung Ukuran Maksimum, Minimum, dan Toleransi... 27 g) Penulisan Toleransi Pada Gambar Kerja... 27 3) Penulisan Toleransi dengan Simbol ISO... 28 4) Satuan dan Urutan Penyimpangan... 29 h) Penulisan Toleransi pada Gambar Susunan... 29 2. Toleransi Geometri... 29 i) Simbol-simbol Toleransi Geometri... 30 j) Penempatan Toleransi Geometri... 31 k) Penunjukan Sistem Basis... 32 DAFTAR PUSTAKA... 35

1. Toleransi Linier Toleransi adalah suatu penyimpangan ukuran yang diperbolehkan atau diijinkan. Karena penyimpangan ini, benda yang dibuat dengan memakai toleransi masih dapat dipasang atau diasembling. Bagian-bagian atau peralatan dari suatu mesin dibuat oleh operator atau pekerja dalam suatu perusahaan sudah barang tentu dikerjakan dengan ukuran-ukuran yang bertoleransi. Kadang-kadang seorang pekerja hanya mengerjakan bagian mesin yang tertentu saja. Sedangkan pekerja yang lain mengerjakan bagian yang lainnya. Jika kita akan membuat produk/benda kerja, baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit, terlebih dahulu kita harus menggambarkannya dalam bentuk gambar kerja. Untuk mencapai ukuran yang tepat, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, tidaklah mudah karena banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya : faktor alat (alat potong) faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan) faktor alat ukur faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran dari benda kerja tersebut. Selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. Sebaliknya, jika penyimpangan ukuran di luar kategori memenuhi syarat, maka produk tersebut tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran yang diminta. Sebagaimana batasan kategori memenuhi syarat kita harus memberikan dua batasan ukuran yang diperbolehkan yaitu : 1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan. 2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan/diizinkan. Job atau gambar kerja yang dibuat harus dicantumkan toleransinya. Hal ini untuk memudahkan operator dalam menentukan batasan ukuran minimum dan ukuran maksimum yang diijinkan. Poros yang dipasang pada bantalannya (dalam keadaan fungsi longgar), dan blok silinder yang dipasang pada blok mesin dengan jalan dipress (kaku), maka toleransinya berbeda. Pada umumnya toleransi yang harus diberikan/dicantumkan pada gambar kerja ada dua macam :

1. Toleransi untuk poros, yang meliputi benda-benda padat bulat, segiempat, dan bentuk-bentuk prisma lainnya. 2. Toleransi untuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada bantalan, alat pasak, rongga-rongga pada blok mesin, celah antara dua bidang (alur pasak), dan semacamnya. Oleh karena itu, harus ada standar ketepatan ukuran yang harus dipatuhi dan dipakai sebagai pedoman dalam mengerjakan sesuatu benda agar bagian-bagian mesin itu dapat dipasang, bahkan ditukar dengan bagian lain yang sejenis. ISO merupakan suatu badan internasional yang menentukan masalah standardisasi, telah mengembangkan dan menentukan suatu standar toleransi yang diikuti oleh negaranegara industri di seluruh dunia. Gambar 1. Kedudukan Daerah Toleransi Poros dan Lubang Pada gambar 1 garis O adalah garis batas dasar, bagian yang diarsir menunjukkan daerah toleransi lubang. Di bawah garis dasar pada daerah yang diarsir adalah daerah toleransi poros. Bila ukuran poros adalah minimum dan lubang maksimum maka kelonggarannya adalah maksimum. Bila ukuran poros maksimum dan ukuran lubang minimum maka akan terjadi kelonggaran yang minimum. Pada prinsipnya pembatasan-pembatasan ukuran dalam toleransi poros dan lubang ditunjukkan seperti pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Batasan Ukuran dan Toleransi Poros dan Lubang Keterangan Gambar 2 : 1. Ukuran Nominal (uk.nom) Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas-batas ukuran yang diizinkan. Ukuran nominal adalah ukuran yang tertulis pada gambar kerja. 2. Ukuran Minimum (terkecil) (uk.min.) Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 3. Ukuran maksimum (uk.maks.) Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 4. Penyimpangan Membesar Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran maksimumnya yang diizinkannya (baik untuk poros maupun untuk lubang). 5. Penyimpangan Mengecil Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran minimum yang diizinkannya (baik untuk poros maupun untuk lubang)

6. Toleransi Umum Untuk gambar-gambar dengan ukuran tanpa persyaratan ketelitian khusus, atauukuran tanpa keterangan dan kita dapat memberikan catatan secara umum, nilainilaipenyimpangan yang diizinkannya disebut toleransi umum. Sesuai dengan ISO 2768,ukuran-ukuran tanpa keterangan terikat oleh toleransi umum. a) Suaian-suaian (Fits) Dengan adanya toleransi akan terjadi perbedaan-perbedaan ukuran dari bagian yang selesai dikerjakan dan akan dipasang. Tetapi perbedaan-perbedaan ini masingmasing dijamin untuk bisa dipasang dengan bagian yang menjadi pasangannya. Bila bagian itu dipasang atau digabungkan maka akan terjadi satu keadaan tertentu yang merupakan hasil dari gabungan atau pasangan itu. Keadaan hasil pasangan tersebut dinamakan suaian (fits). b) Jenis jenis Suaian Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah toleransi dari poros, maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Kemungkinan- kemungkinan jenis toleransi adalah sebagai berikut. 1) Suaian longgar (Clearance fits), yaitu bila bagian yang berpasangan pada waktu dipasang mempunyai kelonggaran yang pasti. 2) Suaian transisi (Transition fits) ini akan terjadi dua kemungkinan, yaitu bisa terjadi kesesakan kecil maupun kelonggaran kecil. 3) Suaian sesak (Interfereance fits) pada pemasangan iniselalu dalam keadaan sesak. c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum 1) Toleransi Khusus Untuk gambar-gambar yang memerlukan ketelitian khusus, dalam pencantuman ukurannya harus diberi toleransi khusus sesuai dengan standar ISO/R286 (ISO System of Limits and Fits-Sitem ISO untuk Limits dan Suaian). Toleransi ini disebut juga toleransi Standar Internasional (IT). i. Simbol Kualitas Toleransi Standar Dalam sistem Toleransi Standar Internasional (IT), kualitas toleransi dibagi menjadi 16 macam kualitas, yaitu: IT 01;IT 00;IT 1;IT 2;IT 3;.;.;IT 16. Kualitas toleransi tersebut meliputi toleransi untuk pekerjaan yang sangat teliti,

ii. misalnya pekerjaan-pekerjaan pada instrumen, alat ukur, optik, dan semacamnya. Pada pekerjaan seperti ini dipakai kualitas IT 01, sampai dengan IT 4. Untuk IT 5 sampai dengan IT 11 adalah kualitas toleransi untuk pekerjaan-pekerjaan pemesinan yang sangat teliti, teliti, dan biasa serta untuk pekerjaan-pekerjaan mampu tukar, dipasang satu sama lain (dirakit). Sedangkan IT 12 sampai dengan IT 16 diperuntukkan bagi pekerjaan-pekerjaan yang kasar seperti pekerjaan pengecoran, pemotongan dengan gas, dan pekerjaan kasar sejenisnya. Simbol Toleransi Lubang dan Poros Ada dua cara dalam menentukan besarnya toleransi yang dikehendaki, yaitu dengan sistem basis lubang dan sistem basis poros. Kedua cara ini bisa dipakai dalam menentukan toleransi ukuran. Pada sistem basis lubang, semua lubang diseragamkan pembuatannya dengan toleransi H sebagai dasar, sedangkan ukuran poros berubah-ubah menurut macam suaian. Pada sistem basis poros, ukuran poros sebagai dasar dengan toleransi "h" dan ukuran lubang berubah-ubah. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa toleransi ada dua macam, yaitu toleransi untuk lubang dan toleransi untuk poros. Untuk membedakan, kedua macam toleransi tersebut diberi simbol masing-masing dengan huruf besar untuk lubang dan huruf kecil untuk poros. 1. Sistem Basis Lubang Suaian dengan sistem basis lubang ini banyak dipakai. Suaian yang dikehendaki dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam hal ini ukuran batas terkecil dari lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam basis lubang ini akan didapatkan keadaan suaian-suaian sebagai berikut. a) Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H dan daerah toleransi poros dari a sampai h. b) Suaian transisi dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerahdaerah toleransi poros dari j sampai n. c) Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi poros dari p sampai z. d) Sistem basis lubang ini biasanya dipakai dalam pembuatan bagianbagian dari suatu mesin perkakas,motor, kereta api, pesawat terbang, dan sebagainya.

2. Sistem Basis Poros Dalam suaian dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan "h". Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal. Pemilihan suaian yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran lubang. Sistem basis poros kurang disukai orang karena merubah ukuran lubang lebih sulit daripada merubah ukuran poros. Dalam sistem basis poros juga akan didapatkan keadaan suaian yang sama dengan suaian dalam sistem basis lubang dengan demikian dikenal juga: a) suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah toleransi lubang A sampai H, b) suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah toleransi lubang J sampai H, c) suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah untuk lubang P sampai Z. d) Sistem basis poros banyak digunakan dalam pembuatan bagian alat-alat pemindah, motor-motor listrik, pesawat angkat, dan sebagainya.

Angka nominal diikuti huruf besar beserta angka kualitasnya ini menunjukkan besarnya lubang dengan toleransinya, sedangkan angka nominal yang diikuti huruf kecil beserta angka kualitasnya menunjukkan besarnya poros dengan toleransinya. Contoh : 1) Ø 40 H7, artinya suatu lubang (H-nya huruf besar) dengan daerah toleransi H dan kualitasnya 7 2) Ø 40 h7, artinya suatu poros (h-nya huruf kecil) dengan daerah toleransi h dan kualitasnya 7 Huruf toleransi menunjukkan kedudukan daerah-daerah toleransi terhadap garis dasar. Untuk toleransi lubang digunakan huruf besar, sedangkan untuk poros

digunakan huruf kecil. Untuk menghindari kekeliruan dalam membaca antara huruf dan angka maka ada beberapa huruf yang dihilangkan, yaitu huruf I, L, O, Q, dan W. Contoh lain penulisan toleransi adalah sebagai berikut. iii. Nilai Toleransi Khusus Untuk nilai ini dibuat suatu standar secara internasional (IT). Besarnya nilai IT tersebut ditetapkan pada ISO 286. Besarnya nilai toleransi disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran, baik lubang maupun poros seperi terlihat pada tabel berikut. Tabel 1.1 Nilai Toleransi Sifat/Penggunaan Toleransi KW. Besarnya toleransi IT (micron) Untuk Alat Ukur Optik Instrumen (untuk pekerjaan-pekerjaan sangat teliti) Untuk pekerjaan pemesinan IT 5 Pekerjaan sangat teliti, teliti, dan biasa Untuk pekerjaan-pekerjaan kasar, misalnya pemotongan, pengecoran, dan IT 01 0,3 + 0,8.D IT 00 0,5 + 0,012.D IT 1 0,8 + 0,020.D IT 2 Antara IT 1 sampai dengan IT 3 IT 5 (Lihat Tabel 1.2) IT 4 IT 5 7.i Harga I dapat IT 6 10.i dihitung dengan IT 7 16.i rumus IT 8 25.i IT 9 40.i IT 10 64.i IT 11 100.i IT 12 160.i IT 13 250.i

semacamnya IT 14 400.i IT 15 640.i IT 16 1000.i Contoh Soal 1: Suatu pekerjaan instrumen dikerjakan dengan kualitas IT 1. Berapakah toleransinya jikad = 10 mm? Jawab: Untuk IT = 0,8 + 0,020. D (lihat tabel) = 0,8 + 0,020. 10 = 1 micron Jadi, toleransinya = 1 micron = 0,001 mm. Tabel 1.2 Nilai Toleransi IT 2, IT 3, dan IT 4 Kualitas Toleransi IT 2 IT 3 IT 4 3 s.d 6 1,2 2 3 3 1,5 2,5 4 6-10 1,5 2,5 4 10-18 2 3 5 18-30 2,5 4 6 30-50 2,5 4 7 50-80 3 5 8 80-120 4 6 10 120-180 5 8 12 180-250 7 10 14 250-315 8 12 16 315-400 9 13 18 400-500 10 15 20

2) Toleransi Umum Jika ukuran tanpa keterangan maka ukuran tersebut terikat oleh toleransi umum. Besarnya toleransi umum ini merupakan tanggung jawab perencanaan dan dapat kita pilih salah satu macam variasi dari tabel dibawah ini. Toleransi khususnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.3 Variasi Penyimpangan Umum (dalam mm)

Tabel 1.4 Penyimpangan Lubang (dalam mm)

Tabel 1.5 Penyimpangan Lubang (dalam mm)

Tabel 1.6 Penyimpangan Poros (dalam mm)

Tabel 1.7 Penyimpangan Poros (dalam mm)

Tabel 1.8 Nilai Toleransi Standar (Metrik) d) Daerah Toleransi Daerah toleransi adalah selisih antara ukuran maksimum dan minimum yang diizinkan dari suatu lubang maupun poros dalam harga mutlak. Gambar 3 Penunjukan Daerah Toleransi Positif-Negatif Gambar 4 Penunjukan Daerah Minimum-Maksimum

Gambar 3 menunjukkan sebuah segi empat yang mempunyai toleransi ± 0,5 pada masing-masing ukuran, yaitu pada ukuran panjang dan ukuran lebar. Pada Gambar 4 menunjukkan hasil ukuran yang mungkin terjadi karena adanya toleransi. Oleh karena itu dalam gambar tersebut ditunjukkan juga daerah toleransinya. Harga toleransi ± 0,5 mm, artinya penyimpangannya adalah +0,5 mm dan -0,5 mm. Tanda + berarti letak daerahnya ada di atas garis batas dasar (garis O) dan tanda - (negatif) berarti daerahnya terletak di bawah garis batas dasar. Penyimpangan ukuran +0,5 mm adalah penyimpangan membesar atau disebut penyimpangan atas, pada umumnya ditulis simbol ES yang merupakan singkatan dari kata Ecart Superieur (bahasa Prancis). Penyimpangan -0,5 mm adalah penyimpangan mengecil, disebut juga penyimpangan bawah, biasanya diberi simbol El yang merupakan singkatan dari Ecart Inferieur. Ukuran maksimum sisi panjangnya adalah 25 + (+0,5) = 25,5 mm. Ukuran minimum dari sisi panjangnya adalah 25 + (-0,5) = 24,5 mm. Dengan demikian daerah toleransinya, yaitu ukuran maksimum ukuran minimum = 25,5-24,5 = 1 mm. Sedangkan daerah kedudukan toleransi lubang dan poros dapat dilihat pada gambar berikut. Tabel 1.6 adalah tabel harga-harga toleransi dari lubang dan poros yang sudah berpasangan menurut tingkatan dan menurut keadaan. 1. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah A, B, C, D, E, dan G, maka daerah toleransi berada di atas ukuran nominalnya dan toleransinya adalah positif (+)

Contoh. Ø 40 D 9, artinya: Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm. D 9 = Daerah toleransi lubang pada kualitas 9. Lihat Tabel 1.6! Untuk Ø 40 D 9, besar penyimpangannya adalah: 40 +0,142 Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar berikut. 2. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi H, maka ukuran minimum lubang adalah sama dengan ukuran nominalnya, dan toleransinya bertanda (0) dan (+). Contoh. Ø 40 H 9, artinya: Ø 40 = ukuran nominal lubang 40 mm. H 9 = daerah toleransi lubang H pada kualitas 9., Lihat Tabel 1.6! Untuk Ø 40 H 9 penyimpangannya adalah : 40, Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar berikut.

3. Jika daerah toleransi berada pada daerah toleransi JS maka daerah toleransinyasimetris (penyimpangan atas sama dengan penyimpangan bawahnya), dan toleransinya bertanda (±). Contoh. Ø 40 JS 7, artinya: Ø 40 = ukurannominal lubang 40 mm. JS7 = daerah toleransi lubang JS pada kualitas 7. Lihat Tabel 1.6! Untuk Ø 40 H 9 penyimpangannya adalah : 40 ±0,0125 Daerah toleransinya seperti tampak pada gambar berikut. 4. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi K, maka penyimpangan atasnya bertanda (+) dan penyimpangan bawahnya bertanda (-). Misalnya Ø 6 K

5 mempunyai penyimpangan atas 0 dan penyimpangan bawahnya 5 micron; sedangkan untuk 40 K 5, penyimpangan atas bertanda (+) yaitu +2 micron dan penyimpangan bawahnya bertanda (-) yaitu 9 micron. lihat tabel 1.5! kedudukan daerah toleransi lubang K adalah berada di antara (+) dan (-). 5. Jika daerah toleransi lubang berada pada daerah toleransi M, N, P, R, S, T, U, V, X, Y, Z, maka daerah toleransinya berada dibawah ukuran nominalnya. Oleh karena itu, penyimpangannya bertanda negatif (-). Contoh. Ø 40 N 7, artinya: Ø 40 = ukurannominal lubang 40 mm. N7 = daerah toleransi lubang N pada kualitas 7., Lihat Tabel 2.11! Untuk Ø 40 H 9 penyimpangannya adalah : 40, 6. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi a, b, c, d, e, f dan g, maka daerah toleransinya berada di bawah ukuran nominalnya dan penyimpangannya bertanda negatif (-). 7. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi h maka ukuran maksimumnya sama dengan ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan atas bertanda (0) dan penyimpangan bawah bertanda (-). 8. Jika daerah toleransi poros berada pada daerah toleransi js maka daerah toleransinya adalah simetris, sehingga tanda penyimpangannya bertanda (±).

9. Jika toleransi poros berada pada daerah toleransi k, m, n, p, r, s, t, u, v, x dan z, maka daerah toleransinya berada di atas ukuran nominalnya, sehingga penyimpangan bertanda positif (+). Contoh. Diketahui ukuran-ukuran poros sebagai berikut. Ø40 d 8; Ø 40 h 7; Ø 40 js 7; dan Ø 40 p 6. Lihat tabel 2.11! Untuk ukuran-ukuran tersebut di atas, penyimpangannya adalah :, Ø40 d 8 = Ø 40,, Ø 40 h 7 = Ø 40, Ø 40 js 7 = 40 ±0,0125, Ø 40 p 6 = Ø 40, Daerah toleransi dari keempat ukuran diatas dapat dilihat pada gambar berikut. Di samping itu, menentukan harga toleransi juga dapat menggunakan Tabel Berikut (Daftar untuk Setiap Macam Tingkatan Suaian)

Keterangan: Satuan toleransi, dalam micronmeter (mikron) Biasanya ditulis dalam simbol µm. 1 µm = 0,001 mm. Komponen-komponen yang termasuk dalam golongan lubang adalah dudukan-dudukan dari pasak poros, bantalan-bantalan, lubang poros roda gigi, lubang poros bubungan, dan sebagainya. Komponen-komponen yang termasuk golongan poros adalah poros-poros, pasak-pasak, baut-baut, sekrup-sekrup, senter, ring torak, pena torak, dan sebagainya. Tabel di atas adalah tabel harga-harga toleransi dari lubang dan poros yang sudah berpasangan

menurut tingkatan dan menurut keadaan suaian. Sebagai contoh kita harus menentukan harga toleransi dari suatu suaian sangat luas untuk ukuran suatu lubang 20 H 11. Untuk mengetahui toleransi dari H11, lihat pada lajur ukuran nominal paling kiri. Di baris terdapat angka 18-30 mm, cari kolom H11 dari atas sehingga didapat angka... Nm (mikronmeter)., Karena 1 Nm= 0,001 m, maka harga toleransinya adalah 40, mm (milimeter) Untuk selanjutnya agar pembacaan oleh pekerja di bengkel lebih jelas maka ditulis, 20H11,. Dalam menentukan harga toleransi, kita tidak terikat oleh tingkatan, suaiannya, misalnya dari contoh di atas tidak harus memberi harga 40, mm, tetapi bila menghendaki dalam perencanaan kurang dari harga tersebut, tentu saja, diperbolehkan, misalnya 20H, Dalam hal ini, pemberian dimensi dari toleransi merupakan tanggung jawab moral perencana. Bila akan mencari harga toleransi dari ukuran nominal lubang dengan ukuran 30 mm maka lajur yang dipakai adalah lajur untuk diameter 18-30 mm bukan lajur 30-40 mm. Misalnya untuk lubang 0 30 H9 maka harga toleransinya dicari pada lajur mendatar dari, 0 18-30 mm, yaitu 40, Nm dan ditulis 0 30 H9 ( e) Tingkatan Suaian,, ) Dalam penggunaannya, suaian-suaian longgar, transisi, maupun sesak masih harus dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang lebih terperinci. Dengan demikian dapat diten tukan jenis suaian yang tepat untuk suatu komponen menurut penggunaan dari kom - ponen yang akan dibuat. Tingkatan suaian dari masing-masing keadaan suaian untuk basis lubang dapat dilihat pada Tabel 3.1. 1. Suaian Longgar a. Suaian Sangat Luas Suaian yang sangat longgar merupakan hasil pasangan dari H11-c11; H9d10; dan H9- e9. Tingkatan suaian ini digunakan untuk bagian-bagian yang mudah berputar, mudah dipasang dan dibongkar tanpa paksa, misalnya dipakai pada poros roda gigi, poros hubungan, dan bantalan dengan kelonggaran yang pasti. b. Suaian luas

Suaian H8-f7 dan H7-g6. Suaian ini biasanya dipakai pada peralatan yang berputar terus-menerus, misalnya dipakai pada bantalan yang mempunyai kelonggaran biasa, yaitu bantalan jurnal. c. Suaian geser Suaian H7h6. Suaian ini banyak dipakai pada peralatan yang tidak berputar, misalnya senter kepala lepas, sarung senter, dan poros spindel. 2. Suaian Transisi Suaian ini merupakan hasil gabungan antara lubang dan poros yang akan menghasilkan suatu keadaan kemungkinan longgar dan sesak, hal ini tergantung dari daerah toleransi yang dipakai yang termasuk dalam suaian transisi adalah sebagai berikut. a. Suaian Puntir Suaian H7-k6. Suaian ini digunakan apabila pasangannya memerlukan kesesakan dan dengan jalan dipuntir waktu melepas maupun memasang, misalnya sebuah metal dengan tempat duduknya. b. Suaian Paksa Suaian H7-n6. Pada suaian ini akan terjadi kesesakan permukaan yang dipasang agak panjang. Contoh pemakaiannya pada plat pembawa dalam mesin bubut, kopling, dan sebagainya.suaian H8-f7 dan H7-g6. 3. Suaian Sesak a. Suaian Kempa Ringan Suaian H7-p6. Pasangan dalam suaian ini harus ditekan atau dipukui dengan menggunakan palu plastik atau palu kulit. Pengunaan suaian ini misalnya pada busbus bantalan dan pelak roda gigi. b. Suaian Kempa Berat Suaian H7-p6. Pemasangan suaian ini harus ditekan dengan gaya yang agak berat dan suatu ketika harus menggunakan mesin penekan. Suaian ini digunakan pada kopling atau pada gelang tekan. Untuk basis poros: 1. Suaian Longgar a. Suaian sangat luas Suaian h11-c11; h9-d10; dan h9-e9. Penggunaannya adalah pada bantalan-bantalan yang mudah dipasang dan dilepas dengan poros.

b. Suaian luas Suaian h7-f8 dan h6-g7. Contoh penggunaannya pada bantalan jurnal dan peralatan yang tidak berputar. c. Suaian geser Suaian h6-h7. Penggunaan pada peralatan yang tidak berputar. 2. Suaian Transisi a. Suaian puntir Suaian h6-k7. Suaian ini dipakai pada peralatan yang pemasangannya harus mengalami penekanan dan dipuntir. b. Suaian paksa Suaian h6-n7. Pada sistem ini juga terjadi kesesakan yang pasti. 3. Suaian Sesak a. Suaian kempa ringan Suaian h6-p7. Pemasangan komponen dalam suaian ini harus ditekan. b. Suaian kempa berat Suaian h6-s7. Pemasangan komponen ini harus ditekan dengan gaya yang lebih berat. Tabel 3.1 Suaian Basis Lubang

Tabel 3.2 Suaian Basis Poros f) Menghitung Ukuran Maksimum, Minimum, dan Toleransi Ukuran maksimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan penyimpangan atas (baik untuk poros maupun untuk lubang). Ukuran minimum sama dengan ukuran nominal ditambah dengan lubang). Contoh., Ø 40 H 9 = 40, Ukuran maksimum 40 + 0,062 = 40,062 mm Ukuran minimum 40 + 0 = 40 mm Toleransinya adalah = 0,062 mm g) Penulisan Toleransi Pada Gambar Kerja penyimpangan bawah (baik untuk poros maupun untuk Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi adalah komponen yang mempunyai fungsi dan kualitas tertentu, lihat gambar berikut (penulisan dengan sistem ISO)!

Komponen yang diberi ukuran Ø 40 h 7 adalah: ukuran nominal poros 40 mm, berada pada daerah toleransi h dengan kualitas 7. Lihat tabel 1.8! 3) Penulisan Toleransi dengan Simbol ISO Hal yang perlu diperhatikan untuk mencantumkan atau menuliskan toleransi pada gambar kerja dengan simbol ISO, antara lain: Ukuran dasar (nominal) Lambang (poros atau lubang) dan daerah toleransi. Kualitas toleransi. Lihat gambar berikut! Penulisan toleransi dapat pula diikuti dengan besar penyimpangannya, lihat gambar dibawah ini. Toleransi ditulis pada ukuran nominal dan penyimpangannya, lihat gambar dibawah ini! Penulisan toleransi simetris, lihat gambar dibawah ini! Penulisan toleransi dengan mencantumkan ukuran maksimum dan ukuran minimum, dapat dilihat pada gambar berikut.

4) Satuan dan Urutan Penyimpangan Satuan penyimpangan harus sama dengan satuan ukuran nominal (dasar)-nya. Jika satuan nominal dalam mm maka penyimpangannya harus dalam mm. Penyimpangan atas dan penyimpangan bawah harus mempunyai desimal yang sama, kecuali salah satu penyimpangan mempunyai nilai 0 (nol). Penyimpangan atas mempunyai nilai lebih besar daripada penyimpangan bawahnya, dan diurutkan dari nilai penyimpangan atas kemudian (di bawahnya) penyimpangan bawah. h) Penulisan Toleransi pada Gambar Susunan Untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan dapat dilaksanakan sebagai berikut. Hal yang perlu diperhatikan untuk menuliskan toleransi pada gambar susunan, antara lain lambang toleransi lubang ditempatkan di depan atau di atas lambang toleransi poros. 2. Toleransi Geometri Pada linier yang telah dibicarakan, dimana pengertian toleransi pada ukuran panjang. Sehingga sangat berbeda sekali dengan "Toleransi Geometri". Sebelum membicarakan masalah toleransi geometri lebih jauh, perlu sekali harus tahu dan mengerti tentang apa yang dimaksud dengan toleransi geometri. Toleransi geometri atau toleransi bentuk adalah batas penyimpangan yang diizinkan, dari dua buah garis yang sejajar, atau dua buah bidang yang sejajar bila bidang itu tidak berbentuk sudut. Untuk bidang yang membentuk sudut maka daerah toleransinya adalah batas yang diizinkan dari dua buah bidang yang sejajar membentuk sudut terhadap bidang basisnya.

Dengan demikian bila suatu benda kerja yang harus diselesaikan dengan hasil yang baik maka dalam gambar kerjanya harus di berikan suatu informasi yang jelas pula. Dengan sendirinya benda ini akan mahal harganya. Karena dalam penyelesaiannya memerlukan ketelitian yang tinggi dan juga waktunya lama. Oleh karena itu didalam memberikan tanda-tanda toleransi geometri, harus ditempatkan pada daerah, atau benda yang betul-betul sangat penting. Tidak pula setiap permukaan bidang dari benda kerja harus diberikan tanda toleransi geometri. Toleransi geometri mempunyai pengertian agar supaya bentuk daripada benda pekerjaan itu tidak akan mempunyai penyimpangan-penyimpangan yang terlalu besar, sehingga benda kerja itu tidak dapat dipakai. Untuk mengontrol benda atau permukaan dari suatu benda maka pada permukaan dalam gambar harus diberikan tanda toleransi geometri. i) Simbol-simbol Toleransi Geometri Jenis jenis karakteristik geometri yang dapat di kontrol dengan suatu toleransi geometri dan simbolnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Lambang untuk Sifat yang Diberi Toleransi

j) Penempatan Toleransi Geometri Untuk Toleransi Geometri pada gambar kerja harus ditempatkan pada ruangan yang berbentuk empat persegi panjang. Ruangan ini dibagi dalam beberapa bagian, misalnya dua bagian, tiga bagian atau lebih, ditunjukan pada gambar dibawah ini, Bentuk segi empat ini digambar dengan garis tipis. Kotak-kotak atau ruangan-ruangan dalam segi empat ini sudah tertentu, dalam pemakaiannya. Kotak pertama atau yang di sebelah kiri adalah untuk tempat meletakkan simbol toleransi, sedang kotak kedua berikutnya adalah tempat meletakkan besarnya harga toleransi geometri. Gambar 1. Bila segi empat itu mempunyai tiga buah ruangan maka untuk kotak ketiga adalah untuk meletakkan tanda basisnya lihat Gambar 2. Demikian pula bila kotak segi empat mempunyai empat kotak adalah tempat penunjukan basis pula lihat Gambar 3. Penunjukan tanda basis adalah ditunjukkan dengan meng gunakan huruf besar yang diawali dari huruf A sesuai dengan urutan huruf abjad. Untuk mengecek toleransi ini dihubungkan dengan sebuah garis tipis kerangka toleransi, salah satu ujung garis tersebut diberi anak panah yang menunjuk ke objek, yang dapat ditunjukkan sebagai berikut : 1. Dapat ditunjukan pada garis benda, atau pada garis bantu penunjukan ukuran, tetapi tidak boleh ditempatkan pada garis ukuran lihat Gambar 4. 2. Dapat ditunjukkan pada tempat segaris dengan garis penunjukan ukuran, lihat Gambar 5 dan 6. 3. Dapat ditempatkan pada garis sumbu atau garis pertengahan dalam bidang, atau sumbu mendatar lihat gambar 7, 8 dan 9.

k) Penunjukan Sistem Basis Penunjukan sistem basis untuk toleransi geometri sangat penting sekali, karena dengan adanya basis ini orang lain akan lebih mudah mengerti maksud dari perencana atau pemesan. Penunjukan ini diberikan dari kotak segi empat dengan garis tipis, pada ujungnya diberi tanda segi tiga yang dihitamkan ( ) sebagai dasar yang harus diikuti. Tanda-tanda basis ini dapat ditempatkan sebagai berikut : 1. Ditempatkan pada garis permukaan dari suatu bidang. 2. Ditempatkan pada garis bantu penunjukkan ukuran. 3. Ditempatkan pada garis sumbu, garis yang membagi dua suatu benda sama besar.

Jika kotak toleransi geometri tidak dapat dihubungkan ke basis, hal ini dapat ditunjukkan dengan cara yang lain, yaitu dengan menentukan salah satu bidang sebagai basisnya yang di tetapkan sebagai basisnya dengan diberi huruf abjad besar. Misalnya A, B, C dan seterusnya lihat gambar. Adakalanya kotak toleransi geometri terdiri lebih dari 3 kotak, maka perlu dimengerti bahwa kotak yang ke 3 ke 4, dan seterusnya, dihitung dari kiri ke kanan adalah tempat penunjukan basisnya.

DAFTAR PUSTAKA "Bahan Pembelajaran 5: Tanda Toleransi Linier" [online], (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/materi%205%20toleransi%20linier.pdfdiaksesta nggal30juni 2012) "Bahan Pembelajaran 6: Membaca Tanda Toleransi Geometri" [online], (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/materi%206%20tolgeometri.pdfdiaksestanggal30juni 2012) "Toleransi Linier" [online], (http://ariefz45.blog.uns.ac.id/files/2009/09/toleransi_linier.pdfdiaksestanggal30juni 2012)