KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI FLY ASH DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS PADA MANUFACTURE KERAMIK LANTAI. Dosen Jurusan Teknik Mesin

Analisis Sifat Mekanis Komposit Barium Hexaferrit dengan Penguat Silika

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.3 Tahun 2014: ISSN X

PENGARUH PROSES WET PRESSING DAN SUHU SINTER TERHADAP DENSITAS DAN KEKERASAN VICKERS PADA MANUFACTUR KERAMIK LANTAI. Abstrak

PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN SUHU SINTERING TERHADAP KEKERASAN KERAMIK LUMPUR LAPINDO. Muh amin 1), Bagus Irawan 2)

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

JENIS JENIS REFRAKTORI JENIS REFRAKTORI

PENGARUH PERSENTASE ZEOLIT ALAM TERHADAP SHRINKAGE MATRIK ALUMINA ZEOLIT ALAM KERAMIK KOMPOSIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

INVESTIGASI TEKANAN OPTIMAL PADA PROSES PRESSURED SINTERING KOMPOSIT PLASTIK HDPE-KARET

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

Pemanfaatan Limbah Abu Terbang Sebagai Penguat Aluminium Matrix Composite

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN MG PADA KOMPOSIT MATRIK ALUMINIUM REMELTING

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

Pengembangan Material Komposit Keramik Berpori dari Bahan Clay yang diperkuat Bahan Kuningan dengan Menggunakan Metode Ekstrusi

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK LOGAM/NON-LOGAM TERHADAP KEKUATAN DAN PERILAKU RAMBAT RETAK PADA SAMBUNGAN LEM EPOXY

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR CURING DAN POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK TEKAN KOMPOSIT EPOXY - HOLLOW GLASS MICROSPHERES IM30K

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN CU PADA MATRIKS KOMPOSIT ALUMINIUM REMELTING

I. PENDAHULUAN. kekakuan, ketahan terhadap korosi dan lain-lain, sehingga mengurangi. konsumsi bahan kimia maupun gangguan lingkungan hidup.

BAB II STUDI PUSTAKA

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS HARGA FRACTURE TOUGHNESS DENGAN METODE INDENTASI KEKERASAN VICKERS PADA KERAMIK KAOLIN. Muh Amin *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA SIFAT MEKANIK POLIMER MATRIKS KOMPOSIT BERPENGUAT FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN KAMPAS REM

Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Densitas dan Kekuatan Komposit Plastik - Karet

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PRESSURELESES SINTERING KOMPOSIT AL-KAOLIN TERHADAP DENSITAS, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO. Sigit Budihartono 1. Abstrak

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK SILIKA PADA MATRIK ALUMINIUM TERHADAP FRACTURE TUOGHNESS

BAB 7 KERAMIK Part 2

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

PENGARUH KADAR CLAY PADA KOMPOSIT SERBUK AL-SI/CLAY

Material Refraktori Pertemuan 2. Page 1

SKRIPSI KARAKTERISASI KEAUSAN KAMPAS REM BERBASIS HYBRID KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISC. Oleh :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR SINTER TERHADAP DENSITAS DAN POROSITAS KOMPOSIT ALUMINIUM YANG DIPERKUAT LIMBAH GEOTHERMAL

PENYELIDIKAN KEKUATAN TEKAN DAN LAJU KEAUSAN KOMPOSIT DENGAN FILLER PALM SLAG SEBAGAI BAHAN PENYUSUN KANVAS REM SEPEDA MOTOR

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

PENGARUH PEMADATAN DAN KANDUNGAN BINDER TERHADAP POROSITAS KAOLIN TEKNIS

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

KOMPOSIT BERBASIS POLYMER DENGAN MATRIK EPOXY YANG DIPERKUAT SERBUK ALUMINA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

Transkripsi:

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK (1) Muhammad Sadat Hamzah, (2) Alimuddin Sam (1)(2) Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Palu Email : Sadathamzah99@yahoo.com Abstract This study aims to utilize clay obtained from the Central Sulawesi which has 27.445 % Al2O3 composition ; SiO2 50.251 %, 9.331 % Fe2O3 ; Na2O 4.041 %, 3.263 % CaO ; K2O 3.733 %, MgO 2.40 %, 0.168 % TiO2 as a matrix clay -reinforced alumina composite. Alumina powder is a ceramic material that is hard and resistant to high temperatures. Alumina powder as much as 0, 15, 30, 45, and 60 % weight fraction of powder mixed with clay that has been calcined at a temperature of 800 C for 30 minutes ( size 74 lm ). Each mixture was stirred using a mixer brands Stuart Scientific for 2 hours. A mixture of clay and alumina powders were uniaxial dikompaksi with 50 MPa pressure and then sintered at atmospheric environment with a temperature of 1000 C. 1100 C, 1200 C and 1300 C. Testing is done is the density and bending strength. The test results showed that with increasing weight fraction of alumina and sintering temperature will increase the relative density and bending strength, but if the increase is not accompanied by the weight fraction of alumina sintering temperature rise will decrease the value of the relative density and bending strength. Value of the relative density and bending strength of the composite obtained at the highest weight fraction of 60 % alumina and sintering temperature of 1300 C, respectively, 72.28 % and 62.14 MPa. Keyword: clay, alumina, kompaksi uniaksial,sintering. PENDAHULUAN Clay sebagai salah satu bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat, pemakaian hasilnya yang sangat luas dan ramah lingkungan. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang merupakan sumber clay (Ariwahjoedi, 2003).Clay dapat digunakan pada industri seperti industri kertas, karet, tinta, kulit, kelapa sawit dan refraktori (Jalaluddin dan Jamaluddin, 2005). Material keramik merupakan bahan refraktori yang mampu dipergunakan pada temperatur yang tinggi tanpa terjadi perubahan bentuk maupun struktur kristalnya, ini banyak 403 dijumpai didunia industri utamanya untuk keperluan perlengkapan tungku pembakaran. Di Indonesia terdapat bahan mentah lokal yang potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri seperti clay, batu kapur, bauksit, alumina dan dolomit (Sukandarrumidi, 2009). Bahan baku tersebut belum dimanfaatkan secara baik, seperti yang terlihat di Sulawesi Tengah sekitar 60% lahannya merupakan clay, selama ini belum diolah secara baiksehingga sangat potensial untuk dikembangkanmenjadi keramik refraktori. Clay banyak diaplikasikan sebagai bahan refraktori untuk dinding dapur peleburan yang telah diterapkan sejak lama, menunjukkan kinerja cukup baik, meskipun demikian terkadang terjadi keretakan pada dinding dapur,

Kekuatan Bending Komposit Clay Diperkuat Dengan Alumina Untuk Aplikasi Fire Brick (Muhammad Sadat Hamzah, Alimuddin Sam) karenanya masih dibutuhkan upaya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik dari bahan penyusunnya. Dalam penelitian ini sebagai langkah awal dilakukan pengujian komposisi terhadap clay yang diperoleh dari desa Kalukubula Sulawesi Tengah yang mempunyai kandungan alumina 19,6%, silica 57,27% dan 23,13% oksida lain. Kandungan alumina yang dipersyaratkan pada bahan refraktory berkisar 25,4 41,9% (Charles, 2004). Pada clay Kalukubula menunjukkan bahwa komposisi alumina pada clay tersebut belum memenuhi standar untuk bahan refraktori.seiring dengan kemajuan teknologi di bidang material maka berbagai upaya penelitian dilakukan untuk mendapatkan material yang sesuai dengan aplikasi tertentu, salah satu di antaranya clay dikembangkan dalam pembuatan komposit misalnya dalam pembuatan refraktori dengan menambahkan sejumlah kadar alumina untuk mengatasi kelemahan yang ada pada produk clay. Sebagai bahan penambah alumina merupakan salah satu material yang sangat penting dalam industri keramik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan alumina dan suhu sintering terhadap kekuatan bending komposit clay alumina untuk aplikasi fire brick. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk clay yang diperoleh dari Sulawesi Tengah dantelah dikalsinasi pada suhu 800 C selama 30 menit, yang dijadikan sebagai matrik dan serbuk alumina buatan Nippon Light Metal sebagai penguat. Serbuk claykalsinasi yang digunakan telah diuji komposisi dan discreening. Alumina dan clay kalsinasi yang digunakan dengan ukuran serbuk 74 µm, serbuk alumina dengan variasi fraksi berat 0%, 15%; 30%, 45% dan 60% dicampur dengan serbuk clay menggunakan mixermerk Stuart Scientific selama 2 jam. Sebelum dicampur, serbuk ditambahkan alkohol agar terjadi campuran homogen,campuran serbuk clay dan alumina kemudian dibuat green bodydengan ukuran 55 mm x 8mm x 7 mm, dikompaksi secara uniaksial pada tekanan 50 MPa. Proses kompaksi uniaksial ditunjukan pada Gambar 1. Setelah itu green body disinter di lingkungan atmosfer dengan temperatur 1000, 1100, 1200 dan1300 C. Benda uji hasil sinter diuji densitas relatif dan kekuatan bending yang dilakukan di Laboratorium Bahan Teknik Mesin UGM. Tabel 1. Data hasil Uji komposisi clay kalsinasi dan alumina Komposisi (% berat) Al 2O 3 CaO Fe 2 O 3 MgO Na 2 O K 2 O SiO 2 TiO 2 H 2 O LOI Clay kalsinasi 27,45 3,26 9,33 2,40 4,04 3,73 50,25 0,17 - - Alumina 99,7-0.009-0,03-0,01-0,26 0,03 404

P Punch washer Dies Serbuk Punch Gambar 1. Kompaksi Uniaksial Prinsip Archimedes digunakan untuk mengukur densitas, yaitu dengan cara menimbang benda uji di dalam fluida dan di udara. Densitas benda uji dapat dihitung sebagai berikut (Barsoum, 1997): ( ) Dalam hal ini :... (1) = berat jenis spesimen (g.cm -3 ) = berat jenis fluida (g.cm -3 ) = berat spesiman di udara (g) = berat spesimen di fluida (g) Berat jenis relatif diukur dengan membandingkan antara berat jenis hasil pengujian dengan berat jenis teoritis.... (2) Dalam hal ini : = berat jenis relatif (g.cm -3 ) = berat jenis hasil pengujian (g.cm -3 ) = berat jenis teoritis (g.cm -3 ) Pengujian bending menggunakan metode four point bending JIS 1601. Skema pengujian dapat dilihat pada Gambar 2. Tegangan maksimum terhadap beban bending dinyatakan sebagai modulus of rupture ( ) (Barsoum 1997 ):.. (3) Keterangan: = beban bending maksimum (N) = Jarak antar tumpuan (mm) = Jarak antar beban (mm) B = Lebar spesimen (mm) W = Tebal spesimen (mm) 405

Kekuatan Bending Komposit Clay Diperkuat Dengan Alumina Untuk Aplikasi Fire Brick (Muhammad Sadat Hamzah, Alimuddin Sam) S2 a W S1 B Gambar 2. Skema Uji Bending (four point bending test) standar JIS R1601 HASIL DAN DISKUSI Gambar 3. menunjukkan pengaruh fraksi berat alumina terhadap densitas relatif komposit. Densitas relatif semakin meningkat dengan meningkatnya fraksi berat alumina dan temperatur sinter, namun pada suhu sinter 1000 o C dengan penambahan fraksi berat alumina densitas relatif menurun. Pengaruh tersebut disebabkan ikatan antar serbuk belum terikat sempurna pada saat disinter, namun pada komposisi alumina lebih rendah dengan temperatur sinter yang tinggi terjadi over sintering. Penyebab lain menurunnya densitas dengan bertambahnya jumlah alumina adalah antar partikel alumina yang bersentuhan tidak memungkinkan terjadinya sinter pada suhu rendah. Temperatur sinter dalam penelitian ini adalah 1000 C, 1100 C, 1200 C dan 1300 C sedang untuk terjadinya sinter antar partikel alumina diperlukan temperatur yang lebih tinggi lagi (>1640 C)( Barsoum, 1997). Gambar 3. Pengaruh temperatur sinter terhadap densitas relatif komposit clay/alumina 406

Dalam penelitian digunakan beberapa sampel dengan fraksi berat dan suhu sinter berbeda. pada suhu 1000 o C fraksi berat 0%, 1100 o C fraksi berat 15%, 1200 o C fraksi berat 30 o C dan 45% serta 1300 o C fraksi berat 60% alumina seperti pada Gambar 4. Hasil pengujian bending menggunakan metode four point bending test menunjukkan secara umum bahwa kekuatan bending komposit meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi berat alumina dan suhu sinter. Peningkatan maksimum terjadi pada persentase alumina 60% yaitu sebesar 62,14 MPa pada suhu 1300 o C. Peningkatan kekuatan bending ini disebabkan karena partikel serbuk telah terikat dengan lebih baik akibat suhu sinter yang tinggi. Gambar 4. Pengaruh fraksi berat Al 2 O 3 dan temperatur sinter terhadap kekuatan bending komposit clay/alumina Ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai kekuatan bending, salah satunya adalah material mengalami cacat berupa porositas, butiran yang besar dari matriknya. Cacat dalam material dapat diminimalkan maka kekuatan bending akan dapat dicapai (Barsoum, 1997). Untuk spesimen dengan fraksi berat 45% alumina dan suhu sinter 1200 o C terjadi penurunan kekuatan bending kemungkinan disebabkan pada fraksi berat 45% alumina dengan suhu sinter 1200 o C bukanlah suhu yang optimum, sehingga ikatan antar serbuk belum sempurna dan menimbulkan porositas lebih banyak. Dimana porositas merupakan cacat yang dapat menyebabkan terjadinya kosentrasi tegangan sehingga kekuatan akan turun. Selain itu perbedaan koefisien muai panas antara partikel alumina dengan clay menyebabkan terjadinya tegangan 407 sisa tekan pada permukaan interface antara penguat dengan matrik sehingga menurunkan kekuatan komposit, koefisien muai termal alumina 8,6 o C -1 x 10-6 (Johan, 2009) dan clay besarnya berkisar 2,8 o C -1 x 10-6 sampai dengan 5,9 o C -1 x10-6 (Charles, 2004). Kekerasan partikel penguat yang tinggi mengakibatkan sifat komposit clay alumina menjadi cenderung getas. Hal ini dibuktikan oleh pola perpatahan yang ditunjukkan oleh spesimen uji bending pada Gambar 5. Perbedaan struktur mikro pada spesimen yang telah disinter antara clay tanpa penguat dengan komposit paduan clay alumina dapat dilihat pada Gambar 5.a dan 5.b. Pada Gambar 5.a dapat dilihat bahwa batas antar partikel clay dan alumina tidak terlihat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa sinter telah sepenuhnya terjadi. Pada spesimen tanpa penguat (Gambar 5.a) dapat dilihat bahwa terdapat porous

Kekuatan Bending Komposit Clay Diperkuat Dengan Alumina Untuk Aplikasi Fire Brick (Muhammad Sadat Hamzah, Alimuddin Sam) berukuran besar tetapi jumlahnya relatif banyak Sedangkan pada spesimen dengan penguat (Gambar 5.b) terlihat bahwa porous berukuran kecil tetapi jumlah relatif lebih sedikit. Hal itu menunjukkan bahwa sinter pada spesimen dengan penambahan penguat bahan tidak sepenuhnya sempurna ini disebabkan ketika partikel alumina berkumpul bersama ikatannya partikel akan lemah sehingga membentuk porous. Berdasarkan tahapan proses sinter, sinter yang terjadi masih berada pada tahap intermediate stage, dimana terjadi penyusutan porous. Sinter yang terjadi pada komposisi tanpa penguat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan adanya penguat. Sehingga agar dapat dicapai sinter yang lebih baik perlu dilakukan sinter dengan waktu yang lebih lama dan temperatur yang lebih tinggi. Proses sinter antar partikel yang tidak berlangsung dengan baik/sempurna, akan berpengaruh terhadap sifat mekanik komposit yang dihasilkan (Wang dkk, 2008). Gambar 5. Foto mikro komposit clay alumina pembesaran 1000x (pada saat pengambilan gambar) KESIMPULAN Serbuk alumina dapat digunakan sebagai penguat pada clay dengan suhu sinter lebih tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya fraksi berat alumina dan temperatur sinter akan meningkatkan densitas relatif dan kekuatan bending. Jika kenaikan fraksi berat alumina tidak diiringi kenaikan suhu sinter akan menurunkan nilai kekuatan bending. Nilai kekuatan bending tertinggi diperoleh pada komposit dengan fraksi berat 60% alumina dan suhu sinter 1300 C adalah 62,14 Mpa. DAFTAR PUSTAKA Alamaireh, 2009, Production of Fire- Clay Refractory Produced from Local Materials Tafila Technical University. Ariwahjoedi, B., 2003, Kimia Fisik Material Berbasis Lempung dan Retrospeksi Potensi Lempung Nasional dalam Pengembangan Industri Bahan Kimia Khusus. Prosiding, Pada Seminar Upaya Membina Kemandirian Bangsa Melalui Sains dan Teknologi Material, I T B, Bandung. Barsoum, M.W., 1997, Fundamental of Ceramics, Mc Graw-Hill Book Co New York. 408

Carniglia,S.C. dan Barna,G.L., 1992, Handbook of Industrial Refractories Technology, Noyes Publications, USA. Charles A.S., 2004, Refractories Handbook, Marcel Dekker, New York. Jalaluddin dan Jamaluddin T.,2005 Pemanfaatan Kaolin sebagai bahan baku pembuatan aluminium sulfat dengan metode adsorps Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 Johan, A,. 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori α-al2 O3 Pengaruh Penambahan TiO 2, Thesis Program Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin USU. Sukandarrumidi., 2009, Bahan Galian Industri, Gadjah Madah University, Yokyakarta. Wang, H., Rui Z., Xing H., Chang-An W., dan Yong H., 2008, Characterization of a powder metallurgy SiC/Cu-Al composite, Journal of Materials Processing Technology Vol. 197 : p43-48 409