BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Laksmana, 2010). Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Sulistyo, 2012). Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal penting dalam menentukan kesehatan organ reproduksi remaja putri, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan benar-benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi dengan baik, terutama pada bagian vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, maka akan menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi, menyebabkan keputihan dan jika keputihan tidak segera diobati dapat menyebabkan infertilitas. Disamping itu, kebersihan diri juga sangat penting untuk membuang racun dari tubuh dan membantu proses penyembuhan. Salah satu aktivitas kebersihan diri diantaranya adalah kebersihan genital dan perineal (perineal care) (Sulistyo, 2012). 1

2 Masa remaja merupakan salah satu periode pertumbuhan yang terjadi antara usia 10-19 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan, baik secara fisiologis, psikologis maupun kognitif di mana seorang anak akan menjadi dewasa muda.kekhawatiran terhadap citra tubuh (body image) merupakan masalah umum yang terjadi selama masa remaja, terutama pada remaja putri. Citra tubuh yaitu persepsi ukuran tubuh (kebenaran mengenai persepsi ukuran tubuh seseorang seperti keyakinan bahwa ukuran tubuhnya lebih besar daripada ukuran tubuhnya yang sebenarnya). Remaja putri yang sudah matang alat reproduksi maupun hormon-hormon dalam tubuhnya akan mengalami menstruasi. Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri. Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Proverawati, 2012). Menstruasi sesungguhnya yang disertai ovulasi sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun (Manuaba, 2010). Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri biasanya terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Terjadinya menarche biasanya pada setiap wanita tidak sama karena ada beberapa faktor yang memengaruhi, antara lain faktor sosial ekonomi, keturunan, kesehatan dan gizi (Andira, 2010). Mengenai umur beberapa anak dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. WHO (World Health Organitation) mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 12-24 tahun. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum menikah. Sedangkan

3 menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) adalah 10-19 tahun (Widiastuti, 2011). Menurut Biro Pusat Statistik (2012) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar49,1% remaja perempuan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2010, remaja Indonesia berjumlah sekitar 20% dari jumlah penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia, dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia. Data demografi menunjukkan sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Penelitian yang pernah dilakukan di Asia Selatan didaerah Bengal Selatan tentang kebersihan organ reproduksi pada saat menstruasi dari 160 anak perempuan didapatkan 32,5% berpengetahuan baik, 67,5% berpengetahuan kurang (Tartylah, 2010). Pengetahuan remajaterhadap kesehatanreproduksi manusia masih sangat rendah. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Indonesia (SKRRI) 2002-2003 `menunjukkan bahwa 21% perempuan tidak mengetahui tanda perubahan fisik apapun dari lawan jenisnya. Kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungandengan tubuh mereka dan cara menghindarinya (Pinem, 2011). Berdasarkan hasil survei BKKBN Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa 83% remaja tidak tahu tentang konsep kesehatan reproduksi yang benar, 61,8% tidak tahu persoalan di sekitar masa subur dan masalah haid, 40,6% tidak tahu risiko kehamilan remaja, dan 42,4% tidak tahu tentang risiko PMS. Perilaku hygienesangat

4 penting dilakukan karena jika tidak diterapkan dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksi. Berdasarkan data WHO tahun 2010, angka prevalensi candidiasis(25-50%), bacterial vaginosis(20-40%) dan trichomoniasis(5-15%). Angka kejadian akibat infeksi alat reproduksi di dunia diperkirakan sekitar 2,3 juta pertahun. 1,2 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 5 juta pertahun dan terdapat di negara berkembang sekitar 3 juta (Berman, 2009). Kesehatan reproduksi merupakan bagian paling penting dari program kesehatan, mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan, sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. Berdasarkan hasil penelitian Indah (2010) pada remaja putri di Desa Kembang Arum Mranggen di dapatkan dari 15 remaja putri hanya 2 remaja putri yang memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan organ genetalia eksterna wanita. Berdasarkan penelitian Zuriati (2011) di SMA Negeri 1 Matur Kabupaten Agam bahwa pemahaman siswa terhadap kesehatan reproduksi remaja masih rendah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja yaitu perkembangan fisik yang berhubungan dengan organ reproduksi pada siswa. Hasil penelitian di SLTP Bogor yang melakukan perawatan genitalia secara benar pada saat tidak menstruasi sebesar 49,6% dan 45,5% pada saat menstruasi dan di SLTP 27 Kota Semarang diperoleh 41,01% yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan benar (Prawono, 2012).Untuk merespon masalah tersebut, Pemerintah (Tim dari BKKBN) telahmelaksanakan dan mengembangkan

5 program kesehatan reproduksi remaja (KRR) yangmerupakan salah satu program pokok pembangunan nasional yang tercantum dalamrencana Pembangunan Jangka Menengah. Hasil penelitian yang dilakukan Puspitaningrum (2012) tentang hubungan dukungan keluarga dengan personal hygiene pada anak SMA Negeri 1 Gambiran Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, didapatkan mendapatkan dukungan keluarga yaitu 20,4%, sedangkan yang kurang mendapat dukungan keluarga yaitu 46,3%. Mengenai perilaku personal hygiene, didapatkan yang kurang sebanyak 42,6%, yang cukup sebanyak 31,5%, yang baik 25,9%. Kurangnya dukungan dari keluarga mengakibatkan kurangnya pengetahuan remaja putri untuk menjaga kebersihan diri saat menstruasi. Menurut Tim Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta (2010) bahwaremaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahapperkembangannya. Oleh karena itu, guru pembimbing perlu memberikan pemahamanterhadap tumbuh kembang remaja dalam menilai keadaannya. Pada masa remaja, sudahmemasuki fase selanjutnya yaitu masa baligh yang ditandai dengan baru berkembangnya organ-organ reproduksi remaja. Untuk itu, siswa harus memahami kesehatan dari reproduksi remaja. Pendidikan mengenai kesehatan reproduksiremaja sudah seharusnya diberikan. Hal ini dilakukan untuk mencegah bias pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan siswa. Di sekolah, pihak guru pembimbing bekerja sama kepada pihak BKKBN untuk memberikan pemahaman

6 kepada siswa dalam menjaga kesehatan reproduksi remaja. Tetapi, hal itu belum dilakukan secara rutin. Dikarenakan sekolah yang akan di datangi oleh Tim BKKBN cukup banyak.kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode ceramah secara umum denganjumlah siswa yang sangat banyak sehingga memungkinkan keefektifan dari kegiatan tersebut masih kurang. Hal ini ditemukan di lapangan berdasarkan pengamatan yang didapatkan di SMA Negeri 1 Padang bahwa kegiatan kesehatan reproduksiremaja telah diadakan di sekolah, tetapi pada saat ini kurang efektif dikarenakan jadwal kegiatan belajar mengajar yang sangat padat sehingga pemberian layanan mengenai kesehatanreproduksi remaja belum optimal. Kenyataannya bahwa layanan informasi sudah pernah diberikan, baik itu dari guru pembimbing maupun melalui BKKBN. Guru pembimbing memberikan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi tidak secara spesifik, melainkan menyangkut materi tugas perkembangan remaja dan BKKBN memberikan layanan informasi mengenai kesehatan reproduksi hanya sekali dalam satu semester. Siswa seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Siswa merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan mengenai kesehatan reproduksi dan kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman dan media massa. Sehingga dapat menyebabkan simpang siur atau pemahaman yang salah karena tidak adanya bimbingan dari orang tua. Problematika yang dihadapi oleh remaja tidak lain

7 bersumber pada kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Dalam masa transisi dari anak menuju dewasa, remaja membutuhkan informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam dirinya, baik secara fisik, mental maupun sosial, yang tidak terlepas dari fungsi, proses dan sistem repro-duksinya. Remaja putri yang tidak paham tentang kesehatan reproduksi, bagaimana pun terkait dengan sistem di lingkungan yang lebih meminggirkan dalam banyak hal. Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi tentang personal hygiene padaremaja putri yang diperoleh dari orang tua maupun sekolah, menyebabkan pengetahuan dan perilaku remaja putri tentang personal hygiene masih sangat kurang. Sehingga masih ada remaja putri yang belum mengetahui cara personal hygiene yang baik dan benar, kapan harus mengganti pembalut, dan cara mencuci pembalut. Perilaku yang kurang dari perawatan hygiene pada saat menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah muncul pada wanita adalah infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat wanita dalam masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut. Upaya memengaruhi derajat kesehatanmelalui masyarakat antara lain denganmembentuk kader kesehatan (Sistiarani, 2013).Dalam mewujudkan remaja sehat, salah satuupaya pemerintah adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit atau sentral-sentraldimana remaja berkumpul seperti mall (Depkes, 2011). Dalam pelaksanaan PKPR dipuskesmas, remaja diberikan pelayanan khusus

8 melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Secara khusus, program PKPR bertujuan untuk meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatanremaja yang berkualitas, meningkatkan pemanfaatan layanan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja dalamperencanaan,pelaksanaan dan evaluasipelayanan kesehatan remaja. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim terbuka sehingga sangat mudah terkena infeksi. Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kita masih kecil. Tetapi, karena orang tua seringkali tidak merasa nyaman membicarakan masalah seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang kita dapatkan dari mereka (Sarwono, 2012). Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 10 siswa remaja putri di SMA Dharma Bakti Medan pada tanggal 27 Januari 2015, didapatkan tiga orang remaja putri mampu menyebutkan bagaimana cara merawat organ genetalia eksternanya selama menstruasi yaitu mengganti pembalut setiap empat jam sekali dan tujuh orang tidak mampumenyebutkan bagaimana cara merawat organ genetalia eksternanya selama menstruasi. Pada sikap didapat empatorang

9 bersikap positif terhadap cara merawat organ genetalia eksternanya selama mestruasi yaitu menyatakan setuju yang dilakukan pertama sekali sebelum membasuh alat kelamin adalah mencuci tangan, dan enam diantaranya bersikap negatif terhadap cara merawat organ genetalia eksternanya selama mestruasi karena menyatakan setuju cara membersihkan atau membasuh alat kelamin wanita dari arah belakang kedepan. Pihak sekolah tidak ada kerjasama dengan lintas sektoral seperti Dinas kesehatan, Puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.akibat dari kurangnya informasi tentang perawatan organ genetalia eksterna selama menstruasi tersebut remaja putri sering mengeluhkan gejala infeksi seperti vaginitis atau peradangan pada vagina, iritasi, gatal-gatal, dan rasa perih. Kebanyakan dari mereka tidak mau mencari informasi tentang cara merawat organ genetalia eksternanya saat menstruasi. Hal ini membuktikan bahwa masih tingginya remaja yang perilaku hygienenya rendah saat menstruasi. Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan di sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan perilaku positif siswa tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukungupaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Selama masa ini siswa harus lebih peka lagi dengan keadaan fisiknya, yang semula kurang mendapatkan perhatian khusus dalam perawatan, maka pada saat ini membutuhkan perhatian khusus dalam perawatannya. Organ-organ yang belum berfungsi secara sempurna ketika usia dini dan setelah usia remaja berfungsikembali. Dengan aktifnya dan berfungsinya organ-

10 organ reproduksi itu siswa perlu memahami bagaimana perkembangan dan pemeliharaan alat dan sistem reproduksi. siswa juga perlu mengetahui bahwa jika sistem reproduksi sudah berfungsi, maka siswa sudah dapat bereproduksi sebagai seorang dewasa normal. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui analisis determinan yang memengaruhipersonal hygieneselama menstruasi pada remaja putri di SMA Dharma Bakti Medan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : bagaimanaanalisis determinanapa yang memengaruhipersonal hygiene selama menstruasi pada remaja putri di SMA Dharma Bakti Medan. 1.3. Tujuan Penelitian Menganalisis determinan yang memengaruhipersonal hygiene selama menstruasi pada remaja putri di SMA Dharma Bakti Medan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah Melakukan pemberdayaan guru-guru melalui pelatihan-pelatihan, menyediakan sarana dan prasarana disekolah untuk mendukung personal hygiene murid.

11 2. Bagi Remaja Putri Remaja putri membuat kelompok-kelompok sadar kesehatan reproduksi dapat mengetahui bagaimana pentingnya personal hygiene selama menstruasi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari agar terhindar dari infeksi atau penyakit. 3. Bagi Orangtua Mengajarkan kepada anak bahwa menjaga kebersihan alat kelamin selamamenstruasi sangat penting agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit.