V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUNINGAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kabupaten Kuningan Letak dan luas Kependudukan Pendidikan dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan Kabupaten Kuningan terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Kuningan terletak pada koordinat 108 0 23-108 0 47 Bujur Timur dan 6 0 47-7 0 12 Lintang Selatan. Luas daerahnya sendiri adalah 1.178,57 Km 2 atau 117.857,55 Ha yang terdiri atas pegunungan dan dataran tinggi (720-266 m) di bagian barat dan selatan serta dataran rendah (222-120 m) di bagian utara dan timur. Beberapa tempat di bagian barat pemandangannya indah, tanahnya subur, serta mengandung banyak sumber air, termasuk sumber mata air panas,dan banyak pula mengandung nilai legendaris dan historis. Potensi alam inilah yang menjadikan Kabupaten Kuningan berkomitmen untuk mengembangkan bidang pertanian dan pariwisata. Letak geografis Kabupaten Kuningan cukup strategis, yaitu berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota Cirebon dengan Wilayah Priangan Timur, serta sebagian jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Tapal batas alamnya berupa Gunung Ciremai disebelah Barat, Sungai Cijolang di selah selatan, Situ Malahayu disebelah timur, serta sungai Cisanggaung dan sebagian jalan Caracas-Sindanglaut disebelah Utara. Sedangkan secara administratif, Kabupaten Kuningan terdiri dari 32 kecamatan, 15 kelurahan dan 361 desa dengan batas-batas administratif sebagai berikut : - Sebelah utara : Kabupaten Cirebon - Sebelah timur : Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah - Sebelah barat : Kabupaten Majalengka - Sebelah selatan : Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis Jawa Barat Kondisi wilayah secara keseluruhan menempatkan Kabupaten Kuningan dalam posisi yang unik dari sisi perannya dalam pembangunan wilayah. Posisinya yang berada di belakang dan lebih tinggi dari wilayah Cirebon yang merupakan pusat kegiatan ekonomi di wilayah Ciayumajakuning 50

menempatkannya sebagai penyokong tumbuh kembangnya perekonomian dan juga menjadi daerah sistem penyangga kehidupan bagi masyarakat di wilayah tersebut, khususnya dalam hal penyediaan sumberdaya air. Basis alam di Kawasan Gunung Ciremai berfungsi sebagai Daerah Tangkapan Air (Catchment Area). Masterplan Agropolitan Kabupaten Kuningan telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 8 Tahun 2005. Berdasarkan berbagai hasil kajian (infrastruktur, potensi wilayah, kesesuaian lahan, agro klimat dan pergerakan eksternal-internal perekonomian) maka Kabupaten Kuningan dibagi dalam 4 Distrik Pengembangan Agropolitan. 1) Distrik Kuningan Distrik Kuningan adalah sebagai sentra produksi sapi perah, rempahrempah, hortikultura dan perikanan. Selain itu, sebagai pusat aneka makanan olahan dan merupakan daerah pengembangan agroindustri melalui optimalisasi aset-aset yang sudah ada. Pusat Primer berada di Kecamatan Kuningan, dengan pusat sekunder di Kecamatan Kadugede dan hinterland-nya di Kecamatan Darma, Nusaherang, Ciniru, Hantara, Salajambe, dan Cigugur. 2) Distrik Cilimus Distrik Cilimus adalah sebagai sentra produksi ubi jalar, domba, ikan, melinjo dan madu serta pengembangan industri berbasis komoditi unggulan melalui pengembangan kerjasama yang menguntungkan antara petani dan industri. Pusat Primer berada di Kecamatan Cilimus, dengan pusat sekunder di Kecamatan Jalaksana dan hinterland-nya di Kecamatan Cipicung, Pasawahan, Pancalang, Kramatmulya, Cigandamekar, dan Mandirancan. 3) Distrik Ciawigebang Distrik Ciawigebang adalah sebagai sentra produksi bawang merah, ubi kayu, buah-buahan dan ayam ras, pusat perdagangan buah-buahan di Kabupaten Kuningan, serta daerah pengembangan industri bawang goreng dan sirup jeruk nipis melalui pengembangan kerjasama yang menguntungkan antara petani dan indusri. Pusat Primer berada di 51

Kecamatan Ciawi Gebang, dengan pusat sekunder di Kecamatan Garawangi dan hinterland-nya di Kecamatan Cidahu, Kalimanggis, Lebakwangi, dan Sindang Agung 4) Distrik Luragung Distrik Luragung adalah sebagai distrik yang unggul dalam pengembangan sapi potong dan aren serta pengembangan industri tape ketan melalui penyediaan bahan baku dari lokal. Pusat Primer berada di Kecamatan Luragung, dengan pusat sekunder di Kecamatan Ciwaru dan hinterlandnya di Kecamatan Subang, Cibeureum, Karangkancana, Maleber, Cilebak, Cibingbin, dan Cimahi. Dalam Keterbatasan pendanaan, maka pengembangan agropolitan di Kabupaten Kuningan dilakukan secara bertahap, dengan menetapkan urutan prioritas pengembangan. Prioritas pengembangan berdasarkan komoditas potensial ekspor, daya saing, jumlah petani yang terlibat, intensitas usahatani, letak geografis, aksesibilitas dengan luar distrik, serta keseuaian terhadap Rencana Pembangunan Daerah (RPD), maka distrik pioritas adalah Distrik Cilimus dengan komoditas andalan ubi jalar (Bappeda Kabupaten Kuningan 2003). 5.2 Gambaran Umum Kecamatan Cilimus 5.2.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Cilimus ditetapkan sebagai Pusat Primer Distrik Pengembangan Ubi Jalar dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan pusat pergerakan internal dan pintu gerbang pergerakan eksternal menuju Cirebon serta memiliki infrastruktur (ekonomi, fisik, dan lembaga pendukung) serta pasar yang sudah berkembang. Kecamatan Cilimus terletak kurang lebih 16 Km kearah utara dari pusat kota Kuningan. Kecamatan Cilimus terdiri dari 13 desa dan 53 dusun dengan batas administratif sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandirancan dan Kecamatan Beber Kabupaten Kuningan, sebelah barat berbatasan dengan Gunung Ciremai dan Kecamatan Mandirancan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cigandamekar, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jalaksana. 52

Luas wilayah Kecamatan Cilimus adalah 59,05 Km 2 atau setara dengan 5.905 ha. menurut penggunaan lahan terdiri atas lahan sawah, pekarangan, kebun, ladang, pengangonan, kolam rakyat, hutan Negara dan perkebunan. Kecamatan Cilimus terletak di daerah dengan tofografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 227 667 m di atas permukaan laut, temperatur berkisar antara 27-30 o C dengan penyinaran mata hari rata-rata 9 jam per hari. Jenis tanah didominasi oleh Assosiasi Latosol Coklat dan Regosol dengan kemasaman tanah (ph) antara 4 6,5. Jumlah curah hujan rata-rata pertahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir tahun 2004 s/d 2009 adalah 2.894,8 mm, sedangkan hari hujan adalah 152,8 pertahun sedangkan jumlah curah hujan tahun terakhir (tahun 2009) rata-rata 146 mm dan 12,16 hari hujan. Berdasarkan klasifikasi SCHMID dan FERGUSON wilayah Kecamatan Cilimus termasuk iklim agak basah (type C) dimana terdapat 3-4 bulan kering (BK) dan 7-8 bulan basah (BS). Sebagai bagian wilayah tropis yang dilalui garis khatulistiwa, daerah Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim angin. Dampaknya, daerah ini hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan (Monografi Kecamatan Cilimus 2009). 5.2.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Karakter sosial ekonomi masyarakat akan mempengaruhi manusia sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Cilimus tahun 2009 sebanyak 46.121 jiwa, terdiri dari 23.662 orang penduduk laki-laki dan 24.517 orang penduduk perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) diwilayah Kecamatan Cilimus tahun 2009 sebanyak 12.105 KK, yang 85,9% nya terdiri dari KK Tani. Hal ini menunjukan bahwa penduduk diwilayah Kecamatan Cilimus menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, sedangkan yang lainnya terdiri dari bidang jasa, perdagangan, pegawai negeri dan lain-lain. Penduduk Kecamatan Cilimus umumnya adalah suku Sunda yang menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya. Mayoritas penduduk Kecamatan Cilimus (sekitar 98 persen) beragama Islam, lainnya beragama Kristen Katolik dan Protestan. Lapangan pekerjaan penduduk Kecamatan Cilimus dikuasai oleh tiga sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, perdagangan dan sektor 53

jasa. Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Luas lahan pertanian mencapai seluas ± 2.037,283 ha. Lahan pertanian tersebut mampu ditanami dua hingga tiga kali tanam dalam setahun, dan memiliki produktivitas sebesar ± 56,86 kwintal/ha (padi sawah). Berdasarkan fungsinya, tanah di daerah Kecamatan Cilimus terdiri atas lahan persawahan (1.117,792 ha), perikanan (9,010 ha), perkebunan (174,369 ha), hutan rakyat (90,365 ha) dan lainlain. Berdasarkan angka luas jenis lahan tersebut tampak bahwa luas lahan persawahan di daerah lokasi penelitian merupakan yang terluas yang mencirikan daerah agraris. Selain itu kecamatan Cilimus juga mempunyai potensi di bidang pariwisata, industri, perdagangan, dan perairan. Industri yang berkembang diantaranya industri pengolahan ubi jalar dengan tujuan ekspor (PT Galih Estetika), industri pengolahan tepung dan makanan ubi jalar, industri bawang goreng, dan industri minyak nilam (Monografi Kecamatan Cilimus 2009). 5.2.3 Keadaan Usahatani Ubi Jalar Kecamatan Cilimus merupakan kecamatan yang luas tanam dan produksi ubi jalarnya terbesar di Kabupaten Kuningan. Desa penghasil ubi jalar terbesar di Kecamatan Cilimus diantaranya Desa Bandorasa Wetan, Bandorasa Kulon, Linggarjati, Linggamekar, Caracas dan Lingga Indah. Banyaknya ubi jalar di Kecamatan Cilimus selain karena budaya masyarakat dan karakteristik lahannya cocok ditanami ubi jalar, juga tidak lepas dari peran PT Galih Estetika yang memproduksi pasti ubi jalar untuk keperluan ekspor ke Jepang dan industri pengolahan tepung ubi jalar milik masyarakat hasil program PPK IPM 2007-2008. Usahatani ubi jalar di pusat distrik Agropolitan Cilimus Kabupaten Kuningan secara umum merupakan milik petani yang dikelola secara tradisional turun temurun. Luas Kepemilikan lahan usahatani ubi jalar berkisar antara 0,14 2 ha per kepala keluarga (UPT P3 Cilimus 2008). Luas tersebut cenderung semakin berkurang sebagai akibat dari fragmentasi lahan sejalan dengan sistem bagi waris yang menjadi budaya. Varietas ubi jalar yang dibudidayakan oleh petani di Kecamatan Cilimus terdiri dari varietas kuningan merah, varietas kuningan putih, varietas ceret, ubi ungu, kriting maja, varietas jepang, varietas 54

bogor, varietas jakarta, dan beberapa varietas lokal lainnya. Pada penelitian ini varietas yang diteliti adalah varietas kuningan putih. Deskripsi lengkap mengenai varietas ini dapat di lihat di Lampiran 1. Pola tanam sebagian besar dilakukan secara monokultur, kecuali di beberapa keluarga petani di Desa Bandorasa Kulon yang mulai melakukan tumpang sari dengan sayuran, jagung, dan kacang tanah. Pola tumpang sari ini dirasakan petani menjadikan pemanfaatan lahan menjadi kurang optimal sehingga produktivitas ubi jalar akan rendah. Petani di lokasi penelitian juga belum optimal dalam menerapkan teknologi budi daya sesuai anjuran dari Dinas Pertanian karena keterbatasan modal dan adanya keengganan disebabkan faktor risiko harga ubi jalar yang tinggi (tidak adanya kepastian harga). Pada periode tahun 2007-2008 usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan menjadi intensif dibudidayakan oleh petani karena didukung oleh Proyek Pendanaan Kompetensi (PPK) IPM dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama dua tahun. Salah satu programnya adalah Pengembangan Agribisnis Ubi Jalar dengan tujuan untuk meningkatkan dan menstabilkan harga ubi jalar di tingkat petani, sehingga ubi jalar layak diusahakan secara ekonomi. Dampaknya terlihat dengan adanya peningkatan harga komoditas ubi jalar dari harga terendah sebesar Rp 300/kg di tahun 2006 menjadi Rp 800-1200/kg di tahun 2007-2008 (Maryati, 2009). Produk usahatani yang dihasilkan di Kecamatan Cilimus masih terbatas pada ubi jalar segar, chips ubi jalar, dan tepung ubi jalar. Pemanfaatan hasil sampingan belum banyak dilakukan oleh petani, sehingga nilai tambah dari usahatani belum diperoleh secara optimal. Petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus menjual hasil taninya kepada pedagang pengumpul untuk varietas lokal sedangkan untuk varietas lainnya seperti varietas jepang biasanya ada kontrak pemasaran dengan pihak PT Galih Estetika. Hasil ubi jalar ini dipasarkan ke pasar Induk Kramat Jati, pasar-pasar lokal di Jawa Barat, industri chip dan tepung ubi jalar, industri pasta (pasar ekspor), industri pembuatan saos dan industri lain yang menggunakan bahan baku ubi jalar. Pola tata niaga ubi jalar di Kabupaten Kuningan dapat dilihat di Lampiran 2. 55

Ubi jalar mempunyai banyak produk turunan, pemanfaatannya mencakup umbi dan daun. Bagian daun dari ubi jalar selain ada yang dimanfaatkan untuk menjadi setek, dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan umbinya dapat diolah menjadi berbagai macam produk turunan seperti ubi segar, ubi beku, ubi jalar parut, ubi oven, dan pati. Analisa pohon industri ubi jalar selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 3. Dukungan kelembagaan seperti Koperasi dan Kelompok Tani belum berjalan secara merata di setiap wilayah Kecamatan Cilimus dalam memenuhi kebutuhan input usahatani dan organisasi. Peran kebijakan pemerintah pun sangat berpengaruh terhadap perkembangan usahatani ubi jalar dan memberdayakan petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus. Program tersebut antara lain : 1) Pemerintah Kabupaten Kuningan telah menyusun Peta Jalan (Road Map) komoditas ubi jalar sampai dengan tahun 2010. Road Map ini memberikan penjelasan bahwa adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani ubi jalar secara terencana. 2) Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan dan BP3K dari sisi budidaya (on farm) mulai intensif memberikan penyuluhan tentang usahatani ubi jalar kepada kelompok tani. Salah satu programnya di tahun 2008 yang mendukung perkembangan usahatani ubi jalar adalah dilepasnya varietas AC Putih dan AC Merah menjadi Kuningan Putih dan Kuningan Merah. Varietas ini merupakan varietas unggul lokal yang berasal dari Kecamatan Cilimus. 3) Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan telah memberikan bantuan alat pengolahan ubi jalar terpadu kepada beberapa kelompok tani dan kelompok industri kecil dan menengah (IKM) dengan harapan dapat memberdayakan masyarakat melalui kegiatan ekonomi riil serta meningkatkan permintaan ubi jalar sehingga risiko harga di tingkat petani dapat berkurang (Maryati, 2009). 56

5.3 Karakteristik Petani Responden Karakteristik petani responden yang akan dijelaskan diklasifikasikan menurut usia, tingkat pendidikan baik formal maupun informal, status usahatani, pengalaman usahatani, status kepemilikan lahan, keanggotaan kelompok tani, luas lahan garapan, jenis lahan, dan musim tanam. Keragaan karakteristik tersebut akan mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan usahatani. Petani yang menjadi responden berusia antara 25-75 tahun. Tabel 8 menunjukan bahwa petani responden lebih banyak didominasi oleh petani dengan usia 35-44 tahun dan 55-64 tahun. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas petani terdiri dari petani usia produktif (60 persen) dan petani yang usianya sudah tidak produktif juga masih aktif dalam berusahatani (40 persen). Kombinasi dari dua generasi ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam berusahatani dan mendukung penyebarluasan ilmu usahatani dari petani senior ke petani yunior, sehingga budaya menanam ubi jalar dapat lestari dari generasi ke generasi. Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Usia Petani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Usia (tahun) Jumlah (orang) % 25-34 2 6,67 35-44 10 33,33 45-54 6 20,00 55-64 9 30,00 65> 3 10,00 Tabel 9 menunjukan tingkat pendidikan formal petani responden mayoritas lulusan SD yakni sebanyak 63,33 persen. Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahatani. Hal ini terkait dengan adopsi teknologi yang baik untuk peningkatan produksi ubi jalar. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani responden maka proses penyerapan teknologi dapat berjalan lebih mudah. 57

Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Pendidikan Formal Jumlah (orang) % Tidak lulus SD 2 6,67 Lulusan SD 19 63,33 Lulusan SMP 3 10,00 Lulusan SMA 5 16,67 Diploma 1 3,33 Sarjana 0 0,00 Berdasarkan Tabel 10 petani responden sebanyak 76,67 persen aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian (UPT P3) dan Balai Penyuluhan Pertanian (UPT BP3K) setempat. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun petani responden pendidikan formalnya mayoritas rendah namun masih memiliki kemauan yang kuat untuk menuntut ilmu. Selain itu, dalam rangka program intensifikasi usahatani ubi jalar di wilayah Kecamatan Cilimus, pemerintah pun melalui BP3K giat mengadakan penyuluhan dan pelatihan terkait usahatani ubi jalar. Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Informal Petani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Pendidikan Informal Jumlah (orang) % Aktif 23 76,67 Tidak aktif 7 23,33 Tabel 11 menunjukan sebanyak 76,67 persen responden petani ubi jalar mengusahakan usahatani sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan sampingan responden bervariasi, mulai dari peternak, pedagang hasil pertanian, buruh tani, pedagang warung, perangkat desa, penggilingan padi, dan wiraswasta. Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi modal usahatani dan manajemen 58

usahatani ubi jalar yang dilakukan petani ubi jalar yang selanjutnya akan mempengaruhi efisiensi usahatani. Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Status Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Status Jumlah (orang) % Utama 23 76,67 Sampingan 7 23,33 Petani responden di daerah lokasi penelitian telah mengusahakan pertanian sebagai cara hidup (way of life) dan merupakan aktivitas yang dilakukan secara turun temurun dari orang tua terdahulu. Sebanyak 40 persen petani responden telah mengusahakan usahatani ubi jalar kuningan putih lebih dari 30 tahun. Pengalaman yang lama tersebut karena mayoritas petani muda memulai usahatani mandirinya sekitar pada usia 17-20 tahun. Dengan belajar dari pengalaman dan praktek-praktek yang mengarah kepada hal-hal yang praktis bagi mereka dan paling menguntungkan secara ekonomi menurut mereka, menyebabkan petani cenderung sulit untuk mempraktikan pengetahuan atau teknologi baru yang mereka rasa sulit dan berisiko untuk dipraktikan.tingkat pengetahuan petani, terutama teknik produksi sudah cukup baik, tetapi dalam hal efisiensi produksi sistem pertanian dinilai kurang efisien. Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Pengalaman (tahun) Jumlah (orang) % 5 3 10,00 6-15 7 23,33 16-30 8 26,67 31 12 40,00 Tabel 13 menunjukan sebaran responden menurut status penguasaan lahan petani responden. Status penguasaan petani responden 50 persen merupakan lahan 59

sewa yakni sebanyak 50 persen responden. Sewa lahan lebih diminati oleh petani karena kurangnya modal untuk membeli tanah. Sedangkan lahan milik hanya dimiliki oleh 23,3 persen responden. Status penguasaan lahan akan mempengaruhi keputusan usahatani ubi jalar, baik dari waktu dan biaya usahatani. Sistem sewa lahan adalah sistem dimana petani membayar uang sewa perluas lahan pertahun, sehingga pengusahaan lahan dipengaruhi waktu sewa lahan. Petani dengan lahan sewa tidak memiliki keleluasan seperti petani dengan lahan milik yang bebas menggunakan lahannya baik dalam pola tanam, waktu bera, maupun penggunaan input usahatani. Sedangkan sakap atau bagi hasil biasanya biaya input seperti benih, pupuk, dan pestisida menjadi tanggungan pemilik, hanya biaya tenaga kerja saja yang ditanggung petani penggarap. Keuntungan yang diperoleh dibagi dua antara petani penggarap dengan pemilik lahan. Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Status Penguasaan Lahan Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Status lahan Jumlah % Milik 7 23,33 Sewa 15 50,00 Sakap 4 13,33 HGP 4 13,33 Pada aspek kelembagaan, petani ubi jalar di lokasi penelitian sebanyak 80 persen responden tergabung dalam kelompok tani. Banyaknya petani yang tergabung dalam kelompok tani didukung oleh berbagai program pengembangan agribisnis ubi jalar di Kecamatan Cilimus dari pemerintah selama lima tahun terakhir. Keikutsertaan petani dalam kelompok tani akan mempengaruhi pengetahuan petani tentang usahatani ubi jalar, baik teknis usahatani, pemasaran, dan keorganisasian melalui forum-forum yang dilaksanakan dalam kegiatan kelompok. Kelompok tani dapat menjadi sarana pemerintah untuk mensosialisasikan program-program dalam pengembangan agribisnis ubi jalar. 60

Dengan semakin aktifnya petani mengikuti kegiatan kelompok tani maka akan semakin besar peluang penyebarluasan teknologi usahatani. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Keanggotaan Kelompok Tani Petani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Keanggotaan Poktan Jumlah (orang) % Anggota 24 80,00 Bukan anggota 6 20,00 Luas lahan yang diusahakan oleh petani responden berkisar antara 0,06 1,5 ha. Sebanyak 86,6 persen responden merupakan petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 ha. Sempitnya luas pengusahaan lahan untuk usahatani ubi jalar sebagian besar disebabkan oleh pembagian warisan lahan (fragmentasi lahan). Lahan usahatani yang sempit akan erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan faktor produksi dari usahatani ubi jalar yang dijalankan. Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Garapan Petani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Luas lahan Jumlah (orang) % < 0,5 ha 26 86,67 0,5-1,0 ha 3 10,00 > 1 ha 1 3,33 Jenis lahan usahatani di lokasi penelitian terdiri dari lahan irigasi dan lahan tadah hujan. Sebanyak 60 persen adalah lahan irigasi, sistem irigasi di lokasi penelitian terdiri dari irigasi semi teknis dan irigasi pedesaan. Pada daerah tadah hujan pun di musim kemarau terdapat irigasi akan tetapi jumlah air tidak sebanding dengan luas lahan yang harus diari sehingga pengairan di lahan tadah hujan satu bulan sekali. Perbedaan jenis lahan ini akan mempengaruhi waktu tanam. Pada lahan irigasi untuk mendapatkan hasil yang tinggi petani menanam ubi jalar pada musim kemarau. Sebaliknya pada lahan tadah hujan, petani 61

menanam ubi jalar pada musim hujan dan pada musim kemarau petani lebih memilih menanam sayuran, palawija, atau padi gogo. Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Jenis Lahan Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Jenis lahan Jumlah (orang) % Irigasi 18 60,00 Tadah hujan 12 40,00 Waktu tanam ubi jalar pada usahatani petani responden di lokasi penelitian lebih banyak menaman ubi jalar pada musim kemarau sebanyak 60 persen, sedangkan 40 persennya memilih untuk menanam di musim hujan. Pemilihan waktu tanam terkait dengan ketersediaan air. Pada musim hujan petani lebih memilih untuk menanam padi di lahan sawahnya. Selain itu produksi ubi jalar pada musim hujan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada musim kemarau. Petani yang menanam ubi jalar pada musim hujan bertujuan untuk mendapatkan harga tinggi di pasar karena jumlah penawaran ubi jalar di pasar berkurang. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Waktu Tanam Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Waktu tanam Jumlah (orang) % MH (Oktober-Maret) 12 40 MK (April-September) 18 60 Total 30 100 Petani yang mempunyai pekerjaan di luar usahatani pada saat musim tanam ubi jalar 2009 sebanyak 83,33 persen, sendangkan sisanya sebesar 16,67 persen hanya melakukan pekerjaan di usahatani (Tabel 18). Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan petani responden diantaranya perangkat desa, pedagang warung, pedagang hasil pertanian, buruh pabrik penggilingan padi, pengolahan ubi jalar, dan wiraswasta. Rata-rata waktu yang digunakan untuk bekerja di luar usahatani adalah 62,06 jam per musim tanam dengan sebaran yang terpusat pada 62

waktu kerja antara 1-100 jam per musim tanam. Satu musim tanam adalah 840 jam, dengan 1 hari kerja 6 jam/hari selama lima bulan tanam. Waktu yang digunakan oleh petani di luar usahatani akan mempengaruhi pengelolaan usahatani. Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Waktu Kerja di Luar Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Waktu kerja (jam/5 bulan) Jumlah (orang) % 0 5 16,67 1-100 23 76,67 100< 2 6,67 Pendapatan rumah tangga petani berasal dari pendapatan usahatani dan pendapatan di luar usahatani. Pendapatan di luar usahatani bisa berasal dari pekerjaan diluar usahatani, pendapatan anggota keluarga lain yang berasal dari luar usahatani, asset di luar usahatani dan lainnya. Rata-rata pendapatan di luar usahatani adalah Rp 5.747.667 per musim tanam ubi jalar, dengan sebaran yang merata. Pendapatan luar usahatani yang di dapat petani selama lima bulan tanam ubi berkisar antara Rp 100.000-1.000.000/5 bulan, pendapatan tambahan tersebut dapat digunakan sebagai modal pembelian input pertanian (Tabel 19). Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Luar Usahatani di Kecamatan Cilimus Tahun 2009 Pendapatan (Rp 000/5 bulan) Jumlah (orang) % 0 2 6,67 100-750 14 46,67 751-1.000 12 40,00 1.000< 2 6,67 63