BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar

dokumen-dokumen yang mirip
Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah proses peningkatan pengetahuan siswa dari tidak tahu

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

Transkripsi:

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sanjaya belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan namun proses mental yang terjadi pada diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. 7 Berbeda dengan pengertian belajar, hasil belajar sangat berkaitan dengan akhir dari proses belajar untuk mengetahui tercapai atau tidaknya sebuah tujuan dari pembelajaran. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana baik tes tulis maupun tes lisan maupun tes perbuatan. 8 Hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Belajar dengan model yang tepat dapat membuat siswa mudah memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 7 Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2006), Hal. 110 8 Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algasindo) hal. 20 15

16 b. Macam-macam Hasil Belajar Macam-macam hasil belajar menurut Bloom dalam sistem pendidikan nasional mengklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu: 9 1. Ranah kognitif. Berkaitan dengan hasil belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, sintesis, analisis, aplikasi dan evaluasi. Hasil belajar dapat diambil dari lembar kerja siswa dan hasil evaluasi akhir. Pada ranah kognitif ini dengan materi gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda dalam aspek pengetahuan siswa dapat mengetahui gaya apa sajakah yang dapat mengubah gerak dan bentuk pada suatu benda. Pada aspek pemahaman siswa mampu memahami gaya-gaya yang mempengaruhi gerak dan bentuk benda. Pada aspek sintesis siswa dapat menirukan contoh yang diperagakan oleh guru dalam pengamatannya. Pada aspek analisis siswa mampu menganalisa perubahan yang terjadi pada gerak dan bentuk suatu benda akibat pengaruh gaya Pada aspek aplikasi siswa dapat menerapkan materi yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari-harinya, sedang dalam aspek evaluasi siswa dapat mengerjakan lembar kerja maupun soal-soal yang diberikan oleh guru. 9 Ibid

17 2. Ranah psikomotor. Berkaitan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Pada ranah psikomotor ini dengan materi gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda siswa dapat terampil dan mampu melakukan pengamatan dalam mengolah bahan percobaan dengan baik dan sesuai prosedur. 3. Ranah Afektif Hasil belajar dapat diambil dari kedisplinan atau ketepatan dalam menyelesaikan tugas, keberanian mengemukakan pendapat, kejujuran, keterbukaan dalam menerima pendapat dan memiliki rasa ingin tahu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ranah kognitif karena ranah tersebut penting diterapkan pada strategi pembelajaran aktif (active learning) seperti strategi pembelajaran konstektual. Dengan penerapan ranah tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan baik dan buruknya suatu hasil belajar setelah melakukan aktivitas belajar. Menurut Sunarto terdapat faktor-faktor yang mempenaruhi hasil belajar diantaranya adalah sebagai berikut: 10 10 Sunarto dalam Apriyanto diakses dari ilmu-matematika.blogspot./2013/03/faktor-faktor-yangmempengaruhi-hasil.html/ tanggal 20 Desember 2012 pukul 14.30

18 1. Fakktor intern Faktor intern merupakan faktor-faktor yang terdapat dari dalam diri sendiri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Terdapat macam-macam faktor intern yaitu: a) Kecerdasan b) Bakat c) Minat d) Motivasi 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang akibat dari lingkungan sekitarnya. Terdapat macam-macam faktor ekstern yaitu a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat B. Tinjauan Tentang Materi Pembelajaran IPA a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejalagejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pada standar isi (Permendiknas nomor 22 tahun 2006) juga disebutkan bahwa IPA

19 berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hal ini menunjukkan dalam pembelajaran IPA bukan hanya diperlukan hafalan ilmu pengetahuan saja akan tetapi juga diperlukan pengalaman langsung. b. Manfaat Pembelajaran IPA Pengajaran IPA disekolah dasar ditujukkan untuk meningkatkan keterampilan IPA agar dapat memajukan teknologi dimasa yang akan datang. Pembelajaran IPA di MI sangatlah bermanfaat apabila didasari melalui proses berfikir secara sistematis dan ditekankan pada pengalaman belajar langsung melalui percobaan dan pengamatan. Oleh karena itu materi pembelajaran IPA di MI haruslah dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Dari uraian di atas menunjukkan dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di MI adalah untuk memberikan pengalaman belajar langsung supaya siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sehingga dapat membantu siswa memahami alam sekitarnya.

20 c. Materi Pelajaran IPA Tentang Perubahan Bentuk dan Gerak pada Suatu Benda Akibat Pengaruh Gaya Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mempengaruhi benda baik posisi ataupun bentuknya. 11 Satuan gaya adalah newton (N). Dalam kehidupan kita dapat menemui macam-macam gaya. Misalkan gaya otot, gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet, gaya pegas, gaya sentuh, dll. Gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk benda. 1. Gaya Dapat Mempengaruhi Gerak Benda Gaya sesungguhnya tidak dapat dilihat, tetapi akibat gaya pada benda dapat kita lihat dan rasakan. Gaya dapat mempengaruhi bentuk dan gerak pada suatu benda. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali contoh gaya yang dapat mempengaruhi gerak benda misalnya mobil mogok akan bergerak maju jika didorong, kelereng akan menggelinding apabila disentil, bola akan bergerak bila ditendang, tukang bakso mendorong gerobaknya, membuka dan menutup pintu rumah. Untuk membuat benda diam menjadi bergerak dibutuhkan besar gaya yang cukup atau bahkan lebih dari yang dibutuhkan. Jika gaya yang diberikan tidak cukup, benda diam tidak dapat bergerak. Misalnya, seorang anak kecil tidak dapat menggerakkan bus yang sedang mogok walaupun ia telah berusaha sekuat 11 Rahmah, Macam-macam Gaya dan Pengaruhnya diakses dari http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/03/macam-macam-gaya-dan-pengaruhnya.html/ tanggal 4 April 2013 pukul 21.03

21 tenaga. Bus mogok tersebut dapat bergerak apabila didorong beberapa orang dewasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya gaya sama sekali dan tanpa adanya gaya yang cukup, benda tidak dapat bergerak. Benda bergerak juga dapat bergerak makin cepat jika mendapat tambahan gaya. Misalkan, mobil yang mogok. Ketika yang mendorong hanya tiga orang mobil tersebut dapat bergerak namun lambat, ketika mobil tersebut ditambah gaya oleh tiga orang lagi maka yang terjadi adalah gaya yang didapat semakin banyak, ini menyebabkan mobil bergerak lebih cepat. Gaya dapat menyebabkan benda bergerak menjadi diam, bergerak makin cepat, berubah arah. 12 Dalam kehidupan seharihari dapat dijumpai contoh benda bergerak menjadi diam misalkan sepeda yang direm akan berhenti akibat gaya gesek yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Saat mengayuh perahu menggunakan dayung dan yang menggerakkan hanya dua orang saja perahu dapat bergerak namun lambat, perahu akan bergerak lebih cepat dengan bertambahnya gaya yaitu dengan menambah dua orang lagi atau lebih untuk membantu mendayungnya. Ini menunjukkan bahwa benda yang bergerak dapat bergerak semakin cepat akibat bertambahnya gaya. Sedangkan pada contoh benda bergerak dapat berubah arah dalam kehidupan sehari-hari 12 Haryanto, Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas IV (Jakarta: Erlangga, 2007), Hal 141

22 dapat diambil contoh misalnya saat anak menendang bola ke dinding, bola tersebut memantul dan berubah arah berlawanan saat anak tersebut menendangnya. 2. Gaya Dapat Mempengaruhi Bentuk Benda Gaya tidak hanya dapat membuat benda bergerak, akan tetapi juga gaya dapat mempengaruhi bentuk suatu benda. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali contoh gaya yang dapat merubah bentuk suatu benda. Misalkan botol aqua ketika diinjak oleh kaki maka akan gepeng atau penyok ini terjadi karena adanya tekanan dari gaya otot. Ketika anak-anak bermain plastisin, mereka dapat berkreasi merubah bentuk yang sesuai dengan keinginan ini terjadi akibat adanya gaya sentuh. Berbagai kegiatan sehari-hari tersebut menunjukkan bahwa gaya dapat merubah bentuk suatu benda saat mendapat gaya yang cukup. Makin besar gaya yang dikeluarkan, maka semakin besar pula perubahan yang terjadi pada benda. Misalkan kaleng yang dipukul dengan palu apabila pelan, kaleng hanya mengalami sedikit bengkokan saja namun apabila dipukul dengan keras maka kaleng akan penyok atau gepeng. Contoh lainnya telur yang dipecahkan dengan perlahan hanya akan menimbulkan retak saja, namun ketika gaya yang diberikan lebih besar maka telur tersebut akan pecah.

23 C. Pembelajaran Konstektual a. Pengertian Pembelajaran Konstektual Menurut Sanjaya pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa menerapkannya dalam kehidupan sehari harinya. 13 Menurut pendapat tersebut pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa dalam keterlibatannya selama proses pembelajaran untuk dapat menemukan sendiri konsep dari materi pembelajaran yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari harinya. b. Prinsip yang Melandasi Pembelajaran Konstektual Setiap model pembelajaran selalu memiliki prinsip yang melandasinya. Salah satunya pembelajaran konstektual yang memiliki tujuh aspek sebagai prinsip yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kostektual. Ketujuh aspek tersebut menurut Muslich adalah sebagai berikut: 14 1. Aspek Inkuiri Inkuiri adalah bagian dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Inkuiri merupakan proses pengetahuan dan ketrampilan menemukan 13 Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), Hal. 253 14 Muslich, Pembelajaran berbasis kompetensi dan kostektual. (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Hal. 44

24 sendiri fakta fakta yang didapat dengan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan penngamatan dari pertanyaan yang muncul. Pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun dugaan, menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan lebih jauh dan menyusun teori serta konsep ynag berdasar pada data dan pengetahuan. Didalam pembelajara inkuiri siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis bukti, mengevaluasi ide-ide atau teori untuk mendapatkan konsep. Dalam pembelajaran inkuiri guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Diawali dengan kegiatan pengamatan kemudian dilanjutkan dengan bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik secara individu maupun secara berkelompok. 2. Aspek Bertanya ( Questioning ) Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan ketrampilan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Kegiatan bertanya merupakan dasar penting dalam aspek yang berlandaskan inkuiri yaitu : menggali infomasi, mengkonfirmasikan apa yang telah diketahui dan mengarahkan perhatian siswa pada aspek yang belum diketahui. Bagi guru kegiatan bertanya digunakan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berfikir siswa lebih baik dari sekedar member informasi untuk memperdalam pemahamanan siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang

25 fenomena, belajar dari bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji dan belajar untuk bertanya tentang bukti, interpretasi dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa 3.Aspek Masyarakat Belajar (learning community ) Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terkait dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagai ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat dan bekerja sama untuk membangun pengetahuan dengan teman didalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pad aide bahwa belajar bersama lebih baik dari pada belajar secara individual. Aspek masyarakat belajar ini menekankan bahwa hasil belajar diperoleh dengan kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing antar teman dan antar kelompok. Cara learning community dapat diperoleh dengan berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain, juga bekerja sama dengan orang lain dalam pembelajaran sehingga hasil yang didapat lebih baik daripada belajar sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual guru disarankan melaksanakan kegiatan belajar dalam kelompok kelompok belajar yang anggotanya heterogen. Kelompok siswa bisa bervariasi dalam bentuk, jumlah anggota maupun keanggotaan. 4. Konstruktivisme

26 Konstruktivisme adalah teori belajar yang mengatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalamanpengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Teori ini menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keaktifan dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar diwarnai student centered dan berbasis pada aktivitas siswa. Aspek konstruktivisme diperoleh dengan cara membangun pemahaman oleh diri sendiri melauli penglaman pengalaman baru yang diperoleh dari pengalaman pengalaman lama. Pemahaman yang diperoleh siswa dikembangkan melalui pengalaman pengalaman belajar bermakna. 5. Aspek Penilaian otentik Penilaian otentik adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasiyang dapat ditemui didalam dunia nyata diluar lingkungan sekolah. Penilaian otentik juga merupakan proses pengumpulan berbagai data yang menggambarkan perkembangan belajar siswa. Hal ini dilakukan supaya guru dapat memastikan bahwa siswa telah melalui proses belajar yang benar. Penilaian tidak hanya dilakukan di akhir pembelajaran namun juga sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini seharusnya dapat menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar.

27 6. Refleksi ( Reflection ) Refleksi merupakan cara cara berfikir tentang apa yang kita pelajari dan bagaimana kita mersepon kejadian atau aktivitas sebuah pembelajaran. Refleksi dapat dilakukan dengan mencatat apa saja yang telah dipelajari tentang bagaimana kita merasakan ide ide baru. Refleksi dapat berupa jurnal, diskusi maupun hasil karya seni. Refleksi memungkinkan cara berfikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Didalam refleksi siswa menelaah suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman serta berfikir tentang apa yang telah dipelajarinya, bagaimana siswa merasakan dan bagaimana siswa menggunakan imajinasinya dalam pengetahuan barunya tersebut Dalam pembelajaran guru dapat memberikan proses akhir pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menafsirkan sendiri pengetahuan yang diperolehnya sehingga siswa dapat membuat kesimpulan sendiri. 7. Pemodelan ( Modelling ) Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir, bekerja, dan belajar. Aspek ini merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Melalui modelling siswa dapat terhindarkan dari teori yang bersifat abstrak dan verbalisme. Aspek ini dapat dilakukan dengan cara mendemonstrasikan bagaiaman seorang guru menginginkan siswa belajar. Pemodelan ini tidak jarang memerlukan siswa untuk berfikir dengan

28 mengeluarkan suara yang keras dan mendemostrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, guru sering memodelkan bagaimana agar siswa belajar, guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing yang menjadikannya khas. Termasuk juga pembelajaran konstektual yang memiliki karaterter tertentu. Menurut Muslich karakter-karakter tersebut adalah: 15 a. Pembelajaran dilaksanakan pada konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan pada konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkunganyang alamiah (learning in real life setting). b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningfull learning). c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing). d. Pembelajaran dilakukan dengan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in group). 15 Muslich, Pembelajaran berbasis kompetensi dan kostektual. (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Hal. 42

29 e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatkan rasa kebersamaan, bekerja sama dan saling memahami antara satu dengan yang lainnya secara mendalam (learning to know each other deeply). f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). g. Pembelajaran dilaksanakan pada situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). Menurut akhmad sudrajat terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontesktual: 16 1. Dalam pembelajaran konstektual merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh 16 Sudrajat, Pembelajaran konstektual,jakarta: 2008 diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/ pada tanggal 14 april 2013 pukul 21.05

30 dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. d. Langkah langkah Pembelajaran Kontekstual Adapun langkah langkah dalam penerapan pembelajaran kontekstual antara lain: 17 1. Kembangkan pemikiran anak agar belajar menjadi lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri atau kelompok, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilannya. 2. Laksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa untuk bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar. 17 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007) Hal. 106

31 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kostektual Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan saat penerapannya. Salah satunya pembelajaran kostektual. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan pembelajaran kostektual diantaranya; a) Kelebihan Pembelajaran Konstektual 1. Membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran 2. Memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran karena media yang digunakan tidak abstrak 3. Memberikan kesempatan pada siswa agar lebih kreatif saat proses pembelajaran berlangsung 4. Menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan karena menggunakan metode yang bermacam-macam misalkan diskusi dan tanya jawab. b) Kekurangan Pembelajaran Konstektual 1. Membutuhkan waktu yang lama saat proses pembelajaran berlangsung 2. Guru tidak lagi menjadi sumber pengetahuan, sehingga siswa harus mencari sendiri konsep dari materi yang diajarkan

32 Dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran konstektual, lebih banyak kelebihannya sehingga dapat dijadikan model pembelajaran yang tepat untuk siswa khususnya tingkat MI yang masih banyak memerlukan keterampilan agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajarannya. D. Peningkatan hasil belajar IPA dengan Pembelajaran Konstektual Dalam pendidikan dan pengajaran proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh pada hasil belajar nantinya. Misalkan pembelajaran yang tidak maksimal akan menyebabkan hasil belajar yang tidak masksimal pula. Tidak maksimalnya belajar salah satunya dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang kurang tepat. Guru harus terampil dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajarannya. Misalkan dalam pembelajaran IPA, pembelajaran konstektual sangatlah cocok dan sesuai. Pembelajaran konstektual dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena pembelajaran konstektual melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajarannya sehingga siswa dapat mencari tahu tentang yang dipelajarinya melalui pengalaman sendiri dan tidak hanya pada teori saja.