BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
EI 30 = 6,119 R 1,21 D -0,47 M 0,53 Tabel IV.1 Nilai Indeks Erosivitas Hujan (R)

BAB III GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

BAB V ARAHAN RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB IV ANALISIS PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor-faktor Penyebab Penurunan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Ummi Kalsum 1, Yuswar Yunus 1, T. Ferijal 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian eksisting, analisis tingkat kehilangan tanah erosi eksisting dan analisis kesesuaian lahan eksisting terhadap rencana pola ruang pertanian di Kecamatan Pasirjambu. Maka dapat disimpulkan dalam jenis guna lahan berpotensi untuk pertanian dan melihat kesesuaian lahan terhadap rencana pola ruang peruntukan jenis pertanian pangan di Kecamatan Pasirjambu sebagian besar lahannya diarahkan untuk menjadi kawasan pertanian. Oleh karena itu perlu ditinjau mengenai lahan pertanian yang memiliki tingkat kehilangan tanahnya. Karena kehilangan tanah ini mempengaruhi terhadap kesuburan lahan dan memberikan ancaman terhadap lingkungan akibat tanah yang tererosi. 5.1 Kesimpulan Berikut kesimpulan yang lebih rinci mengenail peneliatan ini : 1. Dalam melihat faktor faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah di Kecamatan Pasirjambu terhadap kehilangan tanah suatu lahan. Faktor yang berpengaruh terdiri dari 4 (empat) yaitu a. Data curah hujan yang menghasilkan Indeks Erosivitas lahan atau air larian terhadap jumlah hujan. Curah hujan terbesar sebesar 4000 4500 mm/tahun yang memiliki indeks erosivitas 1184,66 ton/tahun. Dan terendah dari curah hujan 2000 2500 mm/tahun memiliki indeks erosivitas 495,71 ton/tahun. Dapat disimpulkan bahwa curah hujan yang semakin tinggi akan sangat mempengaruhi suatu lahan dalam kemampuan lahan pertanian untuk mengolah antara kekuatan menerima dan melimpaskan air yang jatuh dari jumlah intensitas hujan tersebut. 128

129 b. Data jenis tanah yang menghasilkan indeks erodibilitas tanah yang memiliki tingkat pengaruh hilang tanah pada jenis tanah tertentu yang memiliki komposisi tekstur tanahnya masing - masing. Maka semakin tinggi nilai indeks erodibilitas tanah akan semakin mudah terpengaruh terhadap kekuatan aliran hujan yang jatuh dengan kekuatan arusnya dari kemiringan yang semakin curam. Namun semakin rendahnya indeks erodibilitas tanah disimpulkan bahwa pengaruh air membawa tanah semakin rendah. Dari hasil indeks jenis tanah terbesar itu alluvial dengan nilai 0,29 sedangkan nilai terendah jenis tanah podsol merah kuning dengan nilai 0,20. c. Data kemiringan lereng menghasilkan Indeks Kemiringan yang melihat kecepatan jatuhnya dari tingkat kemiringan eksisting. nilai indeks kemiringan datar (0,4), landai (1,4), agak curam (3,1), curam (6,8) dan sangat curam (9,5). Bentuk kemiringan ini mempengaruhi kekuatan arus air hujan yang jatuh dengan nilai yang semakin tinggi pada indeks kemiringannya. d. Data guna lahan pertanian yang menghasilkan indeks pengelolaan tanaman yang menghitung jenis guna lahan dengan komoditas tertentu yang memiliki daya ikat terhadap tanahnya. Maka nilai indeks pengelolaan tanaman di Kecamatan Pasirjambu dengan jenis guna lahan sawah (0,02), rumput/ilalang (0,06), perkebunan (0,06), semak/belukar (0,1), kebun (0,2) dan ladang/tegalan (0,28). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai indeks pengelolaan tanaman akan semakin rendah kekuatan tanaman dalam menahan atau mengikat tanah dengan sifatnya terhadap kekuatan hujan pada bentuk kemiringan yang dimiliki Kecamatan Pasirjambu. 2. Maka nilai dibagi kedalam 5 interval yaitu dengan tingkat sangat ringan, ringan, sedang, berat dan sangat berat. Presentase lahan sangat ringan (61,89%), ringan (30,78%), sedang (3,39%), berat (1,74%) dan sangat berat (2,2%) di kawasan budidaya pertanian pangan Kecamatan Pasirjambu. Maka tingkat kehilangan tanah erosi yang belum memberikan

130 ancaman masih dominan dengan 92,67%. Nilai kehilangan tanah sedang, berat dan sangat berat disimpulkan memberikan ancaman terhadap kehilangan tanahnya atau memerlukan perhatian dari segi pengelolaannya dengan 7,33% kecuali Desa Mekarmaju dan Pasirjambu. Dapat disimpulkan bahwa Desa Mekarmaju dan Desa Pasirjambu memiliki potensi pengembangan kawasan pertanian pangan yang baik dalam keterjagaan konservasi tanah dan keberlanjutan pertaniannya. 3. Ketersediaan rencana dalam kawasan pertanian pangan di Kecamatan Pasirjambu di dominasi oleh peruntukan tanaman tahunan 6828,6 ha (63%), pertanian lahan basah 2089,93 ha (20%) dan pertanian lahan kering 1865,65 ha (17%). Tingkat kehilangan tanah dan rencana di kawasan tanaman tahunan yang perlu diperhatikan secara vegetatif, mekanis dan kimiawi pada lahan yang belum sesuai sebesar 658,76 ha (9,65%). Sedangkan pertanian lahan basah dengan kondisi belum sesuai sebesar 534,79 ha (25,59%). Lahan pertanian lahan kering di Kecamatan Pasirjambu belum sesuai sebesar 51,45 ha (2,75%). 5.2 Rekomendasi Dari kesimpulan hasil penelitian, dapat penulis rekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan lokasi kawasan pertanian pangan sebagai masukan, baik bagi masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta (investor), yaitu : 1. Lahan yang memiliki tingkat kehilangan tanah sedang, berat dan sangat berat ini menjadikan suatu ancaman dan perhatian yang penanganannya perlu di prioritaskan. Kehilangan tanah erosi sedang, berat dan sangat berat ini sebagian besar berada di Desa Margamulya, Sugihmukti dan Tenjolaya. Hal ini juga menjadikan suatu cara Pemda untuk melakukan pengawasan dan sosialisasi bagi para petani sekitar Kecamatan Pasirjambu dalam mengelola lahan untuk tanaman pertanian pangannya harus diikuti dengan teknologi yang perlu diterapkan dalam mempertimbangkan konservasi tanahnya.

131 2. Yang mengalami ancaman tingkat kehilangan tanah erosi sedang, berat dan sangat berat di Kecamatan Pasirjambu memiliki guna lahan kebun, ladang dan belukar yang berada di kemiringan 25 - >40% dan pada jenis tanah podsol merah kuning dan latosol serta pada curah hujan antara 3000 4500 mm/tahun. Sebaiknya pada karakteristik ini diperlukannya penanganan yang diprioritaskan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya dengan metode mekanis, vegetatif dan kimiawi. 3. Lahan peruntukan pertanian pangan dengan komoditas pertanian tanaman tahunan, lahan basah dan lahan kering yang sudah ditentukan sesuai Rencana Pola Ruang Kabupaten Bandung 2007 2027 pada kenyataannya masih banyak yang belum sesuai dengan rencana arahannya. Hal ini membuat suatu penggunaan lahan yang memiliki jenis komoditas nilai ekonomi tinggi akan terus menjamur dan mulai merambah kawasan konservasi. Maka perlu pemafaatan lahan sekitar kawasan konservasi dengan penggunaan lahan pertanian pangan yang memiliki fungsi penyangga seperti penanaman kebun kopi, kebun karet, kebun buah, atau tanaman yang memiliki akar dalam atau dalam kata lain menggunakan metode vegetatif. Namun untuk kawasan pertanian pangan dengan lahan basah yang belum sesuai perlu menggunakan metode mekanis dan penetapan metode vegetatif pertanian lahan basah. Untuk kawasan pertanian lahan kering yang belum sesuai perlu menggunakan metode vegetatif, mekanis kimiawi pertanian lahan kering. 4. Rencana penggunaan lahan yang telah ditetapkan Pemda setempat yang tersebar akan menimbulkan perambahan lahan yang tidak sesuai fungsinya menimbulkan suatu ancaman kerusakan lingkungan dan konservasi tanah (baik dari nilai kesuburan ataupun ketersediaan air) maka perlunya pengawasan secara insentif dan disinsentif dalam pengelolaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat atau oleh stakeholdernya.

132 5. Semakin banyaknya lahan pertanian pangan tanpa pengendalian secara mekanis, vegatatif ataupun kimiawi secara eksisting yang tidak terkendali mengakibatkan air limpasan yang terjadi saat intesitas hujan tinggi semakin besar, yang menyebabkan jaringan jalan akan mudah mengalami kerusakan. Selain itu sistem drainase yang masih belum bisa menampung kapasitas air limpasan dari hulu akan mudah mengalami kerusakan baik bagi sistem jaringan drainase ataupun jalan. 6. Air limpasan yang mengikis tanah pada guna lahan yang tidak sesuai peruntukannya akan menyebakan tanah terbawa dari hulu ke hilir atau kawasan bawahnya yang menyebabkan sumbatan pada saluran air untuk pertanian ataupun kebutuhan masyarakat. Air limpasan yang terjadi saat intensitas hujan tinggi pun menyebabkan sekitar kawasan pertanian yang tidak sesuai peruntukannya akan mudah mengalami bencana erosi. Selain itu saat musim kemarau, ketersediaan air sebagai kebutuhan pertanian dan masyarakat akan sulit didapatkan, karena guna lahan kawasan atas Kecamatan Pasirjambu sudah digunakan untuk lahan pertanian ladang dan kebun pekarangan yang membutuhkan air tinggi namun memiliki resapan air rendah. 7. Tingkat kesuburan lahan yang menurun menyebabkan semakin bertambah luasannya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai rencana pola ruang pertanian pangan, serta lahan akan mudah cepat beralih fungsi menjadi kawasan terbangun jika tidak segera dilakukan pengendalian dan pemanfaatan serta ketegasan dari Pemda setempat dalam mengatasi permasalahan perambahan kawasan konservasi dan penyangga secara bijak. 8. Lahan yang memiliki potensi kesuburan tanah yang tinggi telah menjadi suatu perhatian dalam pengembangan pertanian pangan oleh pihak pihak tertentu yang memilki kepentingan. Hal ini menyebabkan lahan yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi menjadi terhimpit oleh pihak yang mengatasnamakan kepentingan hajat hidup manusia dengan merambah kawasan yang memiliki fungsi

133 lindung atau konservasi dan fungsi penyangga sebagai potensi pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan masa panen singkat. 9. Lahan yang memiliki nilai kelas sedang ada 3,39%, kelas berat ada 1,74% dan kelas sangat berat ada 2,2% dari jumlah luas lahan kawasan pertanian pangan di Kecamatan pasirjambu yang perlu diperhatikan pengelolaannya. 10. Sebaiknya diberikan arahan atau penyuluhan kepada masyarakat mengenai komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun memiliki manfaat sebagai konservasi tanah yang baik dan manfaat dalam jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungannya. 11. Sebaiknya pemerintah mulai memperhatikan dan merumuskan dalam arahan rencana pemanfaatan lahan di Kecamatan Pasirjambu sebagai keterjagaan ketersediaan sumber tanah dan air untuk kebutuhan permukiman dan pertanian sebagai kebutuhan hajat hidup manusia dalam segi mata pencaharian ataupun kebutuhan sehari hari. 12. Dalam mempertimbangkan konservasi tanah dan air yang semakin kritis untuk kebutuhan pertanian dan kebutuhan sehari hari masyarakat Kecamatan Pasirjambu, maka diperlukannya ketersediaan folder folder penampung air dan tanah untuk meningkatkan ketersediaan air sebagai sumber asupan pertanian dan kebutuhan masyarakat. 13. Pengembangan kawasan pertanian pangan yang potensial atau belum terkelola secara optimal berupa guna lahan dari semak/belukar dan rumput baik untuk pertanian tanaman tahunan sebesar 1229,01 Ha (57,33%), pertanian lahan basah 10,27 Ha (0,48%) dan pertanian lahan kering 904,43 Ha (42,19%).

135 No. Desa Arahan Pola Ruang Luas (Ha) Kesesuaian Pola Ruang Pertanian (Ha) Sesuai Belum Sesuai 1. Cibodas 219,93 152,02 63,62 2. Cikoneng 206,52 206,52 0 3. Cisondari 107,84 85,48 14,26 4. Cukanggenteng 122,54 103,4 19,11 5. Margamulya Tanaman Tahunan 25,89 17,23 8,65 6. Mekarmaju 0,09 0,09 0 7. Mekarsari 277,46 217,28 57,80 8. Pasirjambu 22,06 22,05 0 9. Sugihmukti 4871,65 4463,48 382,44 10. Tenjolaya 974,62 858,74 113,18 1. Cibodas 156,16 120,58 35,59 2. Cikoneng 81,21 3,71 76,7 3. Cisondari 691,06 552,58 127,66 4. Cukanggenteng 114,25 33,88 78,16 5. Margamulya 213,99 152,51 60,11 Pertanian Lahan Basah 6. Mekarmaju 64,45 26,79 37,5 7. Mekarsari 81,19 4,06 46,57 8. Pasirjambu 70,95 63,08 7,87 9. Sugihmukti 346,34 311,08 30,36 10. Tenjolaya 270,33 235,74 30,55 1. Cibodas 207,13 163,71 43,36 2. Cikoneng 28,83 15,92 10,19 3. Cisondari 506,76 501 2,73 4. Cukanggenteng 191,12 157,5 31,93 5. Margamulya 292,62 281,62 10,95 Pertanian Lahan Kering 6. Mekarmaju 0 0 0 7. Mekarsari 153,57 122,82 7,92 8. Pasirjambu 0 0 0 9. Sugihmukti 260,54 258,5 1,31 10. Tenjolaya 225,08 212,31 12,23 Tabel V.1 Rekomendasi Lahan Yang Tidak Sesuai Dengan Rencana Pola Ruang Upaya Pemanfaatan Lahan 1) Sesuai Jenis guna lahan kebun tingkat kehilangan tanah erosi sedang dan guna lahan belukar dan rumput tingkat kehilangan tanah erosi ringan. 2) Belum Sesuai Guna lahan belukar dan rumput dengan nilai kehilangan tanah erosi sedang, jenis guna lahan kebun dengan tingkat kehilangan tanah berat dan terbentuk oleh manusia diluar lahan kebun perlu pengelolaan lahan dan pengendalian dengan metoda vegetatif, kimiawi dan mekanis agar sesuai rencana atau mengurangi tingkat kehilangan tanah erosinya. 1) Sesuai Jenis guna lahan sawah tingkat kehilangan tanah erosi ringan dan guna lahan belukar dan rumput tingkat kehilangan tanah erosi ringan. 2) Belum Sesuai Guna lahan belukar dan rumput dengan nilai kehilangan tanah erosi sedang, jenis guna lahan sawah dengan tingkat kehilangan tanah sedang dan diluar lahan sawah perlu pengelolaan lahan dan pengendalian dengan metoda vegetatif, kimiawi dan mekanis agar sesuai rencana atau mengurangi tingkat kehilangan tanah erosinya. 1) Sesuai a. Jenis guna lahan ladang/tegalan tingkat kehilangan tanah erosi sedang jenis guna lahan belukar dan rumput tingkat kehilangan tanah erosi ringan. 2) Belum Sesuai Guna lahan belukar dan rumput dengan nilai kehilangan tanah erosi sedang, jenis guna lahan ladang/tegalan dengan tingkat kehilangan tanah berat diluar lahan ladang/tegalan perlu pengelolaan lahan dan pengendalian dengan metoda vegetatif, kimiawi dan mekanis agar sesuai rencana atau mengurangi tingkat kehilangan tanah erosinya.

136 No. Desa Arahan Pola Ruang Luas (Ha) Kesesuaian Pola Ruang Pertanian (Ha) Sesuai Belum Sesuai Tanaman Tahunan 6828,60 6126,29 658,76 Jumlah Pertanian Lahan Basah 2089,93 1504,01 534,79 Pertanian Lahan Kering 1865,65 1782,55 51,45 Jumlah 10784,18 10657,84 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2016. Upaya Pemanfaatan Lahan Luas lahan yang belum sesuai perlu dilakukan upaya dalam mengurangi tingkat kehilangan tanahnya dengan metode vegetatif, mekanis dan kimiawi. Hal ini dilakukan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah yang bisa terjaga dan dapat di manfaatkan secara berkelanjutan atau jangka panjang. Lahan yang belum sesuai terdapat 534,79 Ha yang tersebar di setiap desa. Kondisi eksisting yang belum sesuai ini berupa pertanian lahan kering dan komoditas tanaman tahunan. Namun kehilangan tanah masih bisa di terima untuk komoditas tanaman tahunan karena merupakan salah satu cara dalam metode vegetasi. Jika untuk komoditas pertanian lahan kering untuk mengurangi tanah tererosi dengan menggunakan metode mekanis atau vegetatif. Pertanian lahan kering yang belum sesuai ini memiliki tingkat kehilangan tanah berat untuk karakteristik komoditas pertanian lahan kering. Maka upaya dalam mengurangi tingkat kehilangan tanahnya perlu menggunakan metode vegetatif, mekanis dan kimiawi. Selisih dari jumlah lahan rencana pola ruang lebih besar dari lahan eksisting. Hal ini karena guna lahan eksisting yang termasuk dalam pola ruang kawasan pertanian sebagiannya memiliki fungsi diluar kawasan budidaya pertanian. Maka tidak dapat dianalisis oleh penulis sebagai batasan bagi penelitian kawasan pertanian. Luas lahan yang tidak dapat di identifikasi seluas 126,34 (Ha).

137 5.3 Keterbaatasan Studi Penelitian evaluasi komoditas pertanian pangan ini ternyata masih banyak kekurangan, menyakut keterbatasan metode analisis dan keterbatasan materi yang dikaji. Dengan menyadari akan kekurangan dalam studi ini, maka kiranya perlu dilakukan studi studi lain yang dapat melengkapi sehingga yang dilakukan dalam studi ini dapat mendorong perkembangan wilayah dengan potensi yang dimilikinya. Adapun saran untuk studi studi lanjutan yang dapat dilakukan adalah sebagi berikut : 1. Masih banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi kehilangan tanah erosi yang belum tercakup kedalam penelitian ini. Oleh sebab itu demi kesempurnaan hasil penelitian dan nilai manfaat bagi masyarakat, pemerintah dan pengembangan ilmu pengetahuan, maka penelitian ini dapat dilanjutkan secara komprehensif dengan memasukan faktor yang mempengaruhi kehilangan tanah erosi dan variabel lainnya pada lokasi pertanian pangan. 2. Dalam penelitian ini hanya terfokus terhadap faktor yang mempengaruhi kehilangan tanah secara makro. Penelitian ini tidak memiliki informasi kriteria kesesuaian lahan komoditas pertanian pangan secara mendetail hingga tingkat resapan air suatu lahan dengan karakteristik yang dimilikinya secara terinci. 3. Peneletian ini hanya terfokus kepada tingkat kehilangan tanah terhadap penggunaan lahan eksisting pertanian pangan. 4. Peneliti hanya terfokus kepada variabel fisik, sedangkan variabel lain terkait ekonomi, sosial, budaya, di kaji sebatas gambaran umum atau identifikasi umum wilayah kajian saja. 5. Peneliti tidak mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi secara mendalam hingga melakukan uji lab, namun hanya sebatas keterbatasan data yang tersedia yang dapat dijadikan olahan dalam menghasilkan analisa kehilangan tanah erosi di Kecamatan Pasirjambu.