BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA (DISTARCIP) KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. berkesinambungan agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pemerintahan, hal ini terlihat dari kenyataan bahwa walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam organisasi. Apapun

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. tujuan perusahaan karena masalah yang akhirnya menentukan dan. memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan, strategi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu wadah dimana orang-orang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan memenuhi suatu bentuk persaingan yang semakin kompleks dengan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui potensi yang dimiliki oleh manusia, organisasi dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang harus dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan untuk mewujudkan visi dan misinya sangat tergantung dari peran

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Amelia Nur Fauza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak pula organisasi-organisasi baik yang bersifat sosial maupun formal di. akan mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. maupun secara bersama-sama terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB I PENDAHULUAN. instansi tak dapat melaksanakan aktivitasnya. Dengan pegawai yang terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Robbins & Coulter, (2010) mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM)

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. jasa maupun industri manufaktur, maka perusahaan harus mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Para-Medis Rsia Buah Hati Pamulang Tangerang Selatan)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia tidak diragukan lagi adalah aset utama perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvi Nurlaely, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan dan pengembangan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas perusahaannya baik dalam hal pelayanan, kualitas

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menghadapi perkembangan. menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk bertahan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 154 Tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. Isu sentral yang sering dijadikan kajian berkaitan dengan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. proaktif dan dapat memberikan jasa yang memuaskan kepada nasabahnya agar

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN RSUD KABUPATEN WONOGIRI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi tidak mungkin dapat mencapai tujuan tanpa dukungan anggota

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB III PELAKSANAAAN MAGANG. Systec Medika Jakarta pusat selama 30 hari, terhitung 16 Januari 2017 s/d 24

tugas yang dilakukannya. Sumber Daya Manusia yang disoroti pengembangannya dalam penelitian ini adalah SDM karyawan sebuah perusahaan di Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan dan peran serta masyarakat. organisasi, di antaranya sumberdaya manusia pegawai. Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia merupakan motor penggerak utama dalam pencapaian

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pemberian otonomi daerah yang dirumuskan dalam Undang-

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai mencapai tingkat kepuasan tertentu. Keterbatasan benda-benda yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh seorang pemimpin

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I` PENDAHULUAN. Senada dengan Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008: 1) mengemukakan. bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Demikian pula pertumbuhan ekonomi di kota besar di Indonesia dapat menimbulkan permasalahan yang tidak dapat dihindari lagi. Laju urbanisasi yang cepat merupakan suatu masalah yang membebani kota besar di Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk cukup padat dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat dengan peran dan fungsinya sebagai kota pusat pemerintahan, jasa, pendidikan, perdagangan, perindustrian, pariwisata dan lain sebagainya, maka besarnya jumlah penduduk Kota Bandung dapat dikatakan wajar selama masih mampu melayani kebutuhan masyarakatnya. Namun bila kota sudah sangat terbebani oleh semakin banyaknya jumlah penduduk, maka hal yang tadinya dianggap wajar dapat berubah menjadi masalah yang sangat kompleks. Realitas di lapangan saat ini menunjukkan bahwa umumnya kota besar di Indonesia termasuk Kota Bandung sudah sangat terbebani dengan semakin pesatnya pertambahan jumlah penduduk yang disebabkan oleh urbanisasi dan migrasi penduduk antar daerah. Implikasi yang sangat nyata dengan adanya pertumbuhan penduduk ini adalah semakin meningkatnya 1

kebutuhan pelayanan akan sarana dan prasarana pemukiman kota, termasuk kebutuhan perumahan yang layak bagi penduduknya. Kebutuhan perumahan di Kota Bandung terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kota Bandung sebagai kota Jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk pemukiman pada tahun 2013 maksimal adalah 60% dari luas keseluruhan Kota Bandung atau sekitar 10.037.970 Ha dan ini disiapkan untuk menampung kurang lebih 2.944.860 jiwa (Sumber: Distarcip Kota Bandung). Namun kenyataannya di Kota Bandung terdapat sekitar 200.000 bangunan rumah tidak berizin dari 450.000 total rumah yang ada, data tersebut diungkapkan oleh kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandunng. (Sumber: Pikiran Rakyat, 18 februari 2010). Sementara itu salah satu anggota komisi A DPRD Kota Bandung mengungkapkan bahwa seharusnya bangunan yang diketahui belum memiliki izin harus ditindak tegas, sehingga permasalan pembangunan di kota Bandung tidak akan semakin besar, izin bangunan itu merupakan instrument pengawasan pemerintah jadi semestinya langsung ditindak. (Sumber: Pikiran Rakyat, 18 februari 2010). Sedangkan menurut Denny Zulkaidi seorang pakar Tata Kota dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB), bahwa banyaknya bangunan yang menyalahi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Bandung menunjukan kelemahan Pemkot Bandung dalam mengawasi perizinan yang dikeluarkannya, jika masyarakat 2

mempunyai izin tapi tidak sesuai artinya bangunan itu harus ditertibkan. (Sumber: Pikiran Rakyat, 20 April 2010). Lemahnya pengawasan itu menurut Denny, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kontrol setelah bangunan itu selesai dibangun. Sementara menurut Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, keterbatasan sumber daya manusia menyebabkan pemerintah tidak bisa melakukan pengawasan yang optimal, sehingga masyarakat diharapkan bisa melapor jika ada bangunan yang tidak berizin. Sedangkan ketua komisi A DPRD Kota Bandung mengatakan bahwa pemerintah harus punya keberanian menegakkan aturan. Distarcip haruslah proaktif mencari bangunan mana saja yang tidak mempunyai izin atau menyalahi izin yang telah dikeluarkan. (Sumber: Pikiran Rakyat, 20 April 2010). Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung sebagai sebuah institusi yang berperan mengembangkan kota Bandung dengan mengatur dan mengawasi pembangunan di Kota Bandung terus mengembangkan kinerja pegawainya agar menciptakan pertumbuhan pembangunan di Kota Bandung sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Namun banyaknya bangunan yang melanggar aturan merupakan sebuah pekerjaan yang harus diperbaiki oleh Distarcip. Lemahnya pengawasan yang diungkapkan Denny Zulkaidi menunjukan kinerja Distarcip Kota Bandung belum maksimal, akan tetapi Distarcip sebagai suatu organisasi selalu berusaha memperbaiki kinerjanya demi tertatanya pembangunan Kota Bandung. Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai sejauhmana keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi 3

organisasi. Dalam konteks manajemen, kinerja digunakan sebagai indikator utama untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektivitas operasional suatu organisasi, pembagian tugas dalam organisasi dan pegawai berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kualitas organisasi yang baik diarahkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga diperlukan SDM yang mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan kinerja. Hal ini dikarenakan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat sentral dalam semua kegiatan organisasi. Hal di atas sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:17-18) berikut ini: Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human investment) yang dapat menunjang pertumbuhan organisasi telah semakin mendapat pengakuan. Manusia diposisikan sebagai suatu bentuk kapital (human capital) sebagaimana bentuk kapital lainnya (seperti teknologi, mesin, tanah, uang, dsb.) yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas organisasi. Dengan demikian manusia yang berkualitas baik secara kognitif, afektif, psikomotor, emosi dan spirit insaniah adalah modal utama ketika peradaban makin modern. Terdapat bukti-bukti bahwa suatu organisasi yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas mampu menjadi raja-raja organisasi pada tataran internasional. Sumber daya manusia sebagai penggerak organisasi banyak dipengaruhi oleh perilaku para pegawai suatu organisasi. Keikutsertaan sumber daya manusia dalam organisasi diatur dengan adanya pemberian wewenang dan tanggung jawab. Merumuskan wewenang dan tanggung jawab yang harus dicapai karyawan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. 4

Persoalannya adalah bagaimana mengelola dan mengembangkan pegawai Distarcip Kota Bandung sehingga dapat dicapai tingkat efisiensi, penyesuaian dan prestasi kerja yang tinggi. Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari Distarcip. Dukungan dari atasan atau pejabat yang berupa pengarahan, dukungan sumber daya seperti, memberikan peralatan yang memadai sebagai sarana untuk memudahkan pencapaian tujuan yang ingin dicapai dalam pendampingan, bimbingan, pelatihan serta pengembangan akan lebih mempermudah penilaian kinerja yang obyektif. Berdasarkan studi pendahuluan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dikarenakan lamanya proses membuat IMB yang seharusnya dapat selesai dalam waktu 14 hari pada kenyataannya dari 14 hari sehingga menjadikan masyarakat merasa malas untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Distarcip Kota Bandung. Hal ini tentunya menunjukan kinerja pegawai Distarcip belum optimal dan dapat dinilai masih rendah. Untuk itu Distarcip berusaha meningkatkan kinerja pegawainya agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik terhadap masyarakat sehingga kesadaran masyarakat untuk membuat IMB semakin tinggi. Pembangunan di Kota Bandung yang kurang terawasi dengan banyaknya bangunan yang tidak berizin ini menunjukan kinerja pegawai Distarcip menurun. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung selain disebabkan oleh kurangnya pengawasan terhadap bangunan dan pelayanan terhadap masyarakat dalam mengurus IMB ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja yang sudah berjalan cukup lama, yaitu : 5

1. Tidak adanya reward ataupun bonus tertentu kepada pegawai: Menyebabkan menurunnya motivasi pegawai untuk bekerja, sehingga kinerja pegawai Distarcip pun menurun. 2. Ketidaksesuaian keterampilan kerja: Ketidakcocokan/ketidakmampuan pegawai bekerja sesuai dengan kemampuannya. Dimana terdapat pegawai Distarcip Kota Bandung yang tidak begitu menguasai ilmu dan teknik pekerjaan tata ruang kota yang berhubungan dengan bangunan. 3. Inisiatif dalam bekerja kurang optimal: Efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu pada saat bekerja yang tidak sesuai dengan ketentuan. 4. Kerjasama antar pegawai tampak belum optimal: Ketidakadilan dalam pembagian tugas dan disiplin pegawai yang masih belum optimal. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan kinerja disebabkan karena kurangnya kompetensi dan motivasi pegawai Distarcip, sehingga upaya terus dilakukan oleh Distarcip Kota Bandung untuk meningkatkan kualitas kinerja pegawai dengan pemberian motivasi dan peningkatan kompetensi. Menurut kepala kepegawaian Distarcip Kota Bandung bahwa untuk meningkatkan kinerja pegawai di lingkungan Distarcip Kota Bandung, perlu ditingkatkan kompetensi pegawai dengan melakukan pelatihan, secara rutin Distarcip akan mengutus pegawainya untuk mengikuti pelatihan dan seminar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pegawai Distarcip. Hal ini juga diungkapkan Becker, Huselid and Ulrich (2001:256) dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:22-23) bahwa, Competence refers to an individual s knowledge, skill, abilities or personality characteristic that directly influence his or her job performance. Artinya kompetensi merupakan pengetahuan, kemampuan dan keahlian (keterampilan) 6

atau ciri kepribadian yang dimiliki seseorang yang secara langsung mempengaruhi kinerjanya. Peningkatan kompetensi dilakukan secara berkelanjutan demi meningkatkan kinerja yang efektif sehingga pembangunan di Kota Bandung dapat terawasi dengan baik dan lingkungan di Kota Bandung akan tertata dengan rapi. Kompetensi dapat digunakan sebagai kriteria utama untuk menentukan kinerja seseorang. Misalnya, untuk fungsi profesional, manajerial atau senior manajer. Karyawan yang ditempatkan pada tugas tersebut akan mengetahui kompetensi apa saja yang diperlukan, serta cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai promosi ke jenjang posisi berikutnya. Suatu organisasi hanya akan mempromosikan karyawan yang memenuhi kompetensi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Kompetensi yang dimiliki karyawan dapat menentukan apakah karyawan tersebut telah melakukan pekerjaannya dengan baik berdasarkan standar kriteria yang telah ditentukan. Sehingga kompetensi merupakan faktor kunci yang dikaitkan dengan kemampuan individu (karyawan) untuk melaksanakan pekerjaan atau menampilkan unjuk kerja / kinerja (job performance) yang optimal. Selain kompetensi, peningkatan motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan kinerja pegawai Distarcip Kota Bandung. Perlu diketahui bahwa karyawan tidak terlepas dari adanya kebutuhan. Setiap karyawan yang bekerja pada organisasi pada umumnya memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan yang dimiliki karyawan tersebut tidak hanya terbatas pada kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan lain yang diharapkan dapat diperoleh dari 7

perusahaan/organisasi tempat karyawan tersebut bekerja maupun dari sesama pegawai yang ada dalam perusahaan. Di antara teori motivasi yang berkaitan dengan teori kebutuhan manusia, sebagaimana diungkapkan oleh Maslow, menyatakan bahwa terdapat lima hierarki kebutuhan manusia yang terdiri atas kebutuhan fisologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan tersebut merupakan suatu alat dalam memotivasi setiap karyawan, karena setiap karyawan pada umumnya memiliki keinginan untuk dapat memenuhi kelima kebutuhan tersebut. Dalam rangka memotivasi karyawan, kelima kebutuhan tersebut bisa menjadi alat bagi organisasi dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan harapan perusahaan, yang salah satunya adalah sumber daya manusia yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan dan perusahaan. Dengan adanya loyalitas tersebut, diharapkan setiap karyawan memiliki kinerja yang optimal sesuai dengan tujuan organisasi dalam menciptakan hasil (Output) yang baik. Anwar Prabu Mangkunegara (2003:165) mengungkapkan bahwa Individu yang mempunyai motivasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerja rendah. Oleh karena itu pimpinan organsisasi harus berusaha keras mempengaruhi motivasi seluruh individu organisasi agar memiliki motivasi 8

berprestasi tinggi. Dengan demikian pencapaian kinerja organisasi dapat dicapai secara maksimal. Melihat dari teori di atas jelas bahwa pegawai yang mempunyai tingkat motivasi yang tinggi akan terangsang untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin, sehingga kinerja yang dihasilkannya pun akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang memiliki motivasi rendah. Motivasi merupakan suatu hal yang tidak boleh dilupakan oleh Distarcip Kota Bandung, banyak hal yang bisa mempengaruhi motivasi pegawai. Berbagai usaha dapat dilakukan guna mempertahankan atau bahkan meningkatkan motivasi karyawan dengan memberikan bonus, tawaran kenaikan jabatan, mengadakan training dan lain sebagainya. Itu menandakan bahwa memang motivasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh Distarcip. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merasa untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung adalah masih banyaknya bangunan yang tidak memiliki IMB (izin mendirikan bangunan) sehingga menjadikan pembangunan Kota Bandung semakin tidak tertata, bahkan menurut Denny 9

Zulkaidi seorang pakar Tata Kota dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB) hal ini mengidentifikasikan lemahnya pengawasan dari Distarcip Kota Bandung yang menyebabkan banyaknya bangunan yang tidak memiliki IMB. Kurangnya pengawasan ini menandakan kinerja sumber daya manusia di lingkungan Distarcip Kota Bandung perlu ditingkatkan. Perlu diketahui bahwa sumber daya manusia merupakan aset utama dan merupakan faktor sentral yang mempunyai peranan penting dalam keberadaan suatu organisasi. Aktivitas didalam suatu organisasi selalu ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian suatu organisasi dituntut untuk dapat mengelola organisasi itu sendiri dengan sebaik-baiknya terutama pada bidang sumber daya manusia agar mampu bekerja lebih baik dan efisien karena sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan suatu perusahaan. Lamanya pengurusan IMB menjadi keluhan masyarakat dan menjadikan masyarakat malas untuk mengurus IMB, kinerja pegawai Distarcip terutama dalam pelayanan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan. Untuk itu Distarcip Kota Bandung berusaha meningkatkan kompetensi dan motivasi pegawai seperti melakukan pelatihan secara rutin dan mengutus pegawainya untuk mengikuti seminar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pegawai, selain itu pemberian reward dan punishment diharapkan dapat meningkatkan motivasi agar menghasilkan kinerja yang produktif dan optimal dalam upaya pencapaian visi, misi dan tujuan Distarcip dan Kota Bandung. 10

1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat kompetensi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 3. Bagaimana gambaran tingkat kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 4. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengukur tingkat kompetensi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 2. Untuk mengukur tingkat motivasi pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 3. Untuk mengukur tingkat kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 4. Untuk mengukur pengaruh tingkat kompetensi terhadap tingkat kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 11

5. Untuk mengukur pengaruh tingkat motivasi terhadap tingkat kinerja pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu manajemen khususnya manajemen sumber daya manusia mengenai kompetensi, motivasi serta kinerja karyawan pada suatu organisasi. 1.3.2.2 Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Distarcip Kota Bandung untuk memberikan informasi tambahan dalam mengambil keputusan serta bagi pembuat kebijakan, tentang bagaimana meningkatkan kompetensi dan motivasi pegawai sehingga kinerja pegawai meningkat dan dapat tercapainya visi, misi dan tujuan dari Distarcip juga Kota Bandung. 12