PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan serta tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat. Lingkungan rumah sakit pasti dan selalu berkontak dengan manusia, seperti petugas rumah sakit, pasien bahkan pengunjung yang secara langsung atau tidak langsung dengan salah satu perantara yaitu udara. Pasien yang berada di ICU (intensive care unit) mempunyai daya tahan tubuh yang menurun yang bahkan dapat berpotensi lebih lebih besar mengalami infeksi yang di akibatkan oleh bakteri yang resisten. Salah satu infeksi yang dapat di temukan pada ruang ICU adalah infeksi nosokomial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengerahui angka kuman udara pada ruang ICU di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Deskriptif Laboratorium untuk mengetahui angka kuman udara.. berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat dari gambar 4 pemeriksaan angka kuman pada hari Selasa pagi menunjukan bahwa nilai rata-rata angka kuman udara 506,67 CFU/m 3 dan pemeriksaan pada sore hari menunjukan nilai rata-rata angka kuman udara 237 CFU/m 3 selanjutnya pemeriksaan pada hari Kamis pagi dengan nilai rata-rata angka kuman udara 307 CFU/m 3 dan pemeriksaan pada sore hari dengan rata-rata angka kuman 246,67 CFU/m 3 menunjukan angka kuman udara tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada pemeriksaan pada hari Rabu pagi menujukan nilai rata-rata angka kuman 194 CFU/m 3 dan pengambilan sore hari dengan nilai rata-rata 177,67 CFU/m 3 menunjukan angka kuman memenuhi syarat. Terdapat angka kuman udara tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat pada ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado. Kata Kunci : Angka Kuman, Udara, Rumah Sakit, ICU ABSTRACT Hospital is a health care facility as well as a place where, either they are patients or not, are gathered. It s an absolute that people that s on the hospital s sphere, such as hospital s staffs, patients, and visitors are either directly or indirectly contacted by one of the aids, such as air. Patients who are in ICU (Intensive Care Unit) have a decreased immune system that even have a huge chance of got infected that caused by the resistant bacteria. One of the infections that could be found on the ICU is nosocomial infection (or as known as the hospital-acquired infection). The aim of this study was to determine the number of airborne germs in the ICU at the Bhayangkara Level III Hospital, Manado. This study was conducted using the Descriptive Laboratory method to determine the number of airborne germs. This study was conducted during June 2017. Based on the results of laboratory tests obtained the results of the Monday s laboratory tests with an average of 506,67 CFU/m 3 and in the afternoon s sampling with an average of 237 CFU/m 3 and then Thursday morning s sampling with an average of 307 CFU/m 3 and also the afternoon s sampling with an average of 246,67 CFU/m 3 with the 4 different times and days of sampling, the germ s rate is not eligible. While on Wednesday morning s sampling with an average of 194 CFU/m 3 and the afternoon s sampling with an average of 177,67 CFU/m 3 with the 2 different times on the same day, the germ rate is eligible. There are numbers of airborne germs that are not eligible and eligible in the ICU of Bhayangkara Level III Hospital, Manado. Keywords: The number of germs, Airborne, Hospital, ICU. 1
PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Kemenkes 2004). Pasienpasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) mempunyai pertahanan tubuh yang menurun, secara invasive dilakukan monitoring keadaan, terpapar oleh antibiotik dan terjadi kolonisasi oleh bakteri yang resisten mempunyai potensi lebih besar mengalami infeksi (Londok 2015). Infeksi yang dapat ditemukan pada perawatan di ruang ICU yaitu infeksi nosokomial karena terkontaminasi sengan sumber pathogen (Londok 2015). Penyebab utama tingginya kematian dan angka kesakitan didunia adalah infeksi dimana infeksi ini adalah infeksi nosokomial. Sekitar 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia karena di sebabkan oleh infeksi ini. Di Indonesia, infeksi nosokomial mencapai 15,74 % jauh di atas negara maju yang berkisar 4,8-15,5%. Di rumah sakit Yogyakarta insidensi terjadi infeksi nosokomial secara umum sebesar 5,9%. Di rumah sakit DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan tidak menunjukan gejala infeksi saat masuk rumah sakit (Baharutan 2015). Lingkungan rumah sakit yang selalu dan pasti berkontak dengan manusia, seperti petugas rumah sakit atau penderita yang baik secara kontak langsung atau tidak langsung dengan beberapa perantara misalnya udara (Baharautan 2015). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dalam indeks angka kuman menurut fungsi ruang atau unit dalam satuan Colony Forming Unit (CFU/m 3 ) pada ruang ICU, ruang perawatan bayi dan ruang perawatan prematur sebesar 200 CFU/m 3. Hal ini menujukan nilai normal dari angka kuman ruangan tersebut harus dibawah 200 CFU/m 3 sehingga bisa dikategorikan aman dari mikroorganisme penyebab infeksi (Kemenkes, 2004). Setelah melihat hasil temuan diatas, peneliti menilai bahwa kegiatan pemeriksaan angka kuman udara ruang ICU sangat penting dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu cara tansmisi terjadinya infeksi nosokomial melalui udara (airborne). Mengingat sampai saat ini belum ada penelitian tentang angka kuman udara ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado, maka penulis tertarik melakukan penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Deskriptif untuk mengetahui jumlah 2
angka kuman udara pada ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat. III Manado. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni 2017 Kemudian dilakukan pemeriksaan sampel di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas 1 Manado. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pemeriksaan angka kuman udara pada ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado pada bulan Juni 2017 kemudian dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan angka kuman. Di dapatkan hasil sebagai berikut : Gambar 4. Pengukuran Indeks Angka Kuman Pada Ruang ICU Rumah Sakit Bhayangakara Tingkat III Manado 600 400 200 0 506.67 berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat dari gambar 4 pemeriksaan angka kuman pada hari Selasa pagi menunjukan bahwa nilai rata-rata angka kuman udara 506,67 CFU/m 3 237 194 177.67 307 246.67 200 Selasa Rabu Kamis Indeks Angka Kuman Jam 10:00 Pagi Jam 14:30 Sore Udara dan pemeriksaan pada sore hari menunjukan nilai rata-rata angka kuman udara 237 CFU/m 3 selanjutnya pemeriksaan pada hari Kamis pagi dengan nilai rata-rata angka kuman udara 307 CFU/m 3 dan pemeriksaan pada sore hari dengan rata-rata angka kuman 246,67 CFU/m 3 menunjukan angka kuman udara tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada pemeriksaan pada hari Rabu pagi menujukan nilai rata-rata angka kuman 194 CFU/m 3 dan pengambilan sore hari dengan nilai rata-rata 177,67 CFU/m 3 menunjukan angka kuman memenuhi syarat.. Perhitungan angka kuman yang melebihi dari standar yang telah ditetapkan akan mengindikasi adanya pencemaran yang tinggi pada suatu ruangan, dan akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi nosokomial pada rumah sakit. (Depkes, 2001) Angka kuman udara harus memenuhi syarat karena lingkungan rumah sakit juga bisa menyebabkan infeksi nosokomial apabila ruang perawatan tidak memenuhi syarat, dimana udara tersebut berbahaya bagi pasien yang sedang dirawat dirumah sakit. (soedarto 2016) Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil selama 3 hari pengambilan sampel udara, pada hari pertama dan hari ketiga yaitu hari Selasa dan Kamis terdapat 4 waktu dimana 2 waktu pagi dan 2 waktu sore tidak memenuhi syarat dan terdapat 1 hari yaitu hari Rabu merupakan kedua dimana 2 waktu pagi dan sore memenuhi syarat. Pengamatan selanjutnya, dilakukan pada hari pertama angka kuman udara tinggi dikarenakan selama beberapa hari sebelum dilakukan pengambilan sampel terdapat beberapa pasien yang dirawat didalam ruang ICU serta faktor dari aktifitas pasien dan pengunjung seperti berbicara saat ada pasien didalam ruangan, sehingga angka kuman udara tinggi pada hari Selasa. Petugas 3
medis yang masuk keruangan saat melakukan pemeriksaan pada pasien tidak melepas alas kaki, yang dapat menyebabkan lantai kotor dan menjadi penyebab adanya kuman udara. Pintu yang menjadi tempat keluar masuk ruang ICU menjadi salah satu titik tertinggi saat pemeriksaan, dikarenakan pintu merupakan tempat keluar masuk yang langsung berkontak langsung dengan banyaknya aktifitas petugas medis yang ada di luar ICU. Menurut (Baharuddin 2002 ) Penularan mikroorganisme kepada manusia dapat terjadi melalui dengan tiupan angin, tetesan air atu droplet, percikan batuk atau bersin, percakapan dan kontak dengan permukaan. Pada hari Rabu, yang angka kuman tidak melebih indeks angka kuman ruang dan unit atau angka kuman memenuhi syarat. Pada hari kedua adanya aktifitas pembersihan ruangan oleh petugas kebersihan dan kurangnya aktifitas didalam ruang ICU. Pembersihan ruangan yang dilakukan oleh petugas kebersihan dengan mengepel lantai terlebih dahulu dengan disinfektan dapat mengurangi angka kuman udara yang ada dilantai dimana merupakan salah satu perantara adanya kuman di udara. Namun walaupun tergolong memenuhi syarat tetapi angka kuman hampir mendekati angka tidak memenuhi syarat. Kebersihan ruangan yang dijaga dengan baik melalui kegiatan pembersihan. Meskipun indeks angka kuman memenuhi syarat tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya infeksi nosokomial mengingat kondisi pasien yang dirawat di ruang tersebut rentan terjadinya infeksi karena sistem imun yang masih lemah. (Windi Wulandari, dkk 2015) Sedangkan pada hari Kamis angka kuman tinggi disebabkan oleh tidak ada aktifitas proses pembersihan ruangan yang tidak dilakukan dan adanya pasien yang masuk. Angka kuman tinggi juga dapat dipengaruhi karena kurangnya aktifitas proses pembersihan ruangan yang tidak baik atau sesuai dengan standart maka akan mempengaruhi jumlah koloni kuman yang ada ruangan tersebut. Selain aktfitas pembersihan ruangan yang tidak dilakukan, aktifitas adanya pasien didalam ruangan juga dapat membuat angka kuman udara semakin tinggi. Aktifitas seperti keluar masuk ICU dengan pintu yang selalu terbuka tertutup dapat membawa kuman dari luar ruangan untuk masuk kedalam ruang ICU. Sterilisasi dan desinfeksi sebelum masuk ruangan perlu dilakukan untuk meminimalisir tingginya angka kuman udara. Aktifitas lainnya yang dilakukan yaitu seperti petugas medis tidak melepas alas kaki ketika masuk kedalam ruang ICU menjadi penyebab angka kuman yang tinggi. Jika pemeriksaan dilakukan setelah pembersihan ruangan dan pengepelan, dimungkinkan kuman di lantai sudah mati dikarekan dilakukan pengepelan menggunakan disinfektan. Menurut (Soleha dkk, 2014) Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung organisme. 4
Mikroorganisme udara dapat ditemukan pada luar udara maupun udara dalam ruangan. Udara merupakan sesuatu yang kompleks dimana intesitas untuk kontak langsung dengan manusia lebih banyak dibandingkan dengan lantai dan dinding. (Indah, dkk 2016) Hasil ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui jenis kuman dalam ruangan tersebut karena perlu diteliti dari seluruh bagian sehingga bisa didapatkan hasil yang maksimal. Mengenai keterangan ini peneliti tidak meniliti jenis bakteri dalam ruang ICU yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Tingat III Manado dikarekan keterbatasan biaya, maka dari itu ada penelitian yang berlanjut agar dapat memaparkan jenis kuman yang ada di dalam ruangan selain hasil angka kuman yang didapatkan. Hasil perhitungan angka kuman yang tinggi sangat tidak menutup kemungkinan akan terjadinya infeksi nosokomial oleh bakteribakteri tersebut. Banyak tidaknya jumlah koloni ditentukan oleh paparan udara dari luar serta kurangnya kesadaran kebersihan tenaga medis dalam melakukan tindakan terhadap pasien. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa angka kuman udara di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Manado tidak baik karena memiliki angka kuman yang tinggi yaitu dengan hasil Setelah dihitung rata-rata sesuai dengan jam pengambilan sampel sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1204/Menkes/SK/X/2004 dimana batas angka kuman udara ruang ICU adalah 200 CFU/m 3 pada hari tersebut didapatkan hasil: 1. Pada hari pertama pengambilan pada pagi hari menunjukan nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 506,67 CFU/m 3 dan pengambilan pada sore hari menunjukan nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 237 CFU/m 3 angka kuman tidak memenuhi syarat. 2. Pada hari kedua dan pengmbilan sampel pagi hari menujukan nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 194 CFU/m 3 dan pengambilan sore hari nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 177,67 CFU/m 3 angka kuman memenuhi syarat. 3. Pada hari ketiga pada pagi hari nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 307 CFU/m 3 serta pengambilan pada sore hari dengan menujukan nilai rata-rata angka kuman udara yaitu 246,67 CFU/m 3 angka kuman udara yang tidak memenuhi syarat. SARAN Saran Teoritis 1. Bagi peneliti lain, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui kuman yang terdapat dalam ruangan tersebut. Jenis kuman yang ditemui di dalam ruangan merupakan angka kumannya tinggi salah satu nya yaitu Staphylococcus aureus, dapat ditemui didalam ruangan perawatan di rumah sakit kuman ini terdapat pada kulit dan dapat menyebar melalui darah yang dapat menyebakan penyakit infeksi nosokomial. 5
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian pemeriksaan jenis kuman yang ada didalam ruangan agar dapat memperoleh hasil lebih lanjut lagi. Soedarto. 2016. Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Jakarta: CV.Sagung Seto. Saran Praktis 1. Bagi tenaga kesehatan untuk dapat menjaga kebersihan diri dan ruangan ICU agar tidak terjadi peningkatan angka kuman. 2. Bagi instansi perlu ditingkatkan perawatan ruangan dan bangunan serta peraturan dalam ruangan ICU agar kebersihan ruangan tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Baharutan,Anastasia. 2015.Pola bakteri penyebab infeksi nosokomial pada ruang perawatan intensif anak Di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou manado, Vol. 3 No1 Keputusam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/ MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar /Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Kiki Ayu Pratiwi, Rachmaniyah, Erna Triastuti. 2013. Kualitas Mikrobiologis Udara Ruang Rawat Inap Penyakit Menula Di Rumah Sakit Paru Surabaya, Vol. X No. 1 Londok,Prilly.V.2015. Pola bakteri aerob yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial di ruang ICU BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou manado, Vol.3 no 1 6