IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitan. Urutan

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pada bagian ini dibahas secara teoritis tentang: (1) Belajar dan Pembelajaran,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

Pengaruh Model Pembelajaran The Learning Cell

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan pretest-postes one group

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS IV

*

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

p-issn : e-issn :

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kondisi dan situasi empiris pembelajaran mata kuliah SP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

METODE PENELITIAN. dirancang untuk mencari informasi yang jelas tentang gejala-gejala pada saat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa,

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CD. Ustadiyatun Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENGAJARAN MODEL OLIMPIADE FISIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEDAN

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

Model pembelajaran matematika di sd

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi Guru Dalam Mengembangkan Metode Pembelajaran Untuk. Meningkatkan Motivasi Belajar Akidah Akhlak Siswa MAN Kunir

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

Transkripsi:

122 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bab ini menyajikan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitan. Urutan penyajian data meliputi: (1) hasil pengolahan data dalam bentuk deskripsi data; (2) pengujian hipotesis; (3) pembahasan hasil penelitian; (4) keterbatasan penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian Data penelitian diperoleh dari 60 siswa kelas X SMAN 1 Sumberjaya Lampung Barat tahun pelajaran 2010/2011, dengan mengukur prestasi belajar kimia yang diberi perlakuan pendekatan Pembelajaran Team Teaching dan pendekatan pembelajaran ekspositori terhadap motivasi belajar siswa. Data tentang skor prestasi belajar dikelompokkan menjadi skor pretasi belajar kimia: (1) kelompok pembelajaran team teaching pada siswa bermotivasi belajar tinggi, (2) kelompok pembelajaran team teaching pada siswa bermotivasi belajar rendah, (3) kelompok pembelajaran ekspositori pada siswa bermotivasi belajar tinggi, (4) kelompok pembelajaran ekspositori pada siswa bermotivasi belajar rendah. Data tentang prestasi

123 belajar kimia siswa di peroleh dari masing-masing kelas eksperimen. Untuk melihat gambaran prestasi belajar kimia secara deskriptif dari empat buah kelompok tersebut maka akan dijelaskan satu persatu. 4.1.1.1 Kelas Ekspositori a. Data Prestasi Belajar Data prestasi belajar kimia yang memiliki prestasi tinggi melalui pembelajaran ekspositori dapat dilihat pada berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar melalui pembelajaran ekspositori nilai frekuensi 47 1 50 3 53 11 57 5 60 8 67 2 jumlah 30 Berdasarkan tabel 4.1, banyaknya siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori adalah 30 siswa, nilai terendah 47 dan nilai tertinggi 67, dengan rentang nilai sebesar 20,00. Pada pembelajaran ekspositori, ada 1 siswa yang

124 mendapat nilai 47, 3 siswa mendapat nilai 50, 11 siswa mendapat nilai 53, 5 siswa mendapat nilai 57. 8 siswa yang mendapat nilai 60 dan 2 siswa mendapat nilai 67. b. Data Motivasi Belajar Data skala motivasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan ekspositori dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar pada Kelas Ekspositori No Skala Frekuensi 1 72 9 2 76 1 3 79 3 4 84 1 5 92 1 6 96 1 7 97 1 8 98 1 9 99 1 10 103 1 11 105 1 12 108 1 13 110 1 14 113 1 15 116 1 16 117 1 17 118 1 18 127 1 19 141 1 20 145 1 jumlah 30 Berdasarkan tabel 4.2, banyaknya siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori adalah 30 siswa, skala terendah 72 dan skala tertinggi 145, dengan rentang skala sebesar 73.

125 4.1.1.2 Kelas Team Teaching a. Data Prestasi Belajar Data prestasi belajar kimia melalui pembelajaran team teaching dapat dilihat pada berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar melalui pembelajaran team teaching No Nilai Frekuensi 1 57 2 2 60 5 3 63 4 4 65 1 5 67 9 6 73 9 jumlah 30 Berdasarkan tabel 4.1, banyaknya siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching adalah 30 siswa, nilai terendah 57 dan nilai tertinggi 73, dengan rentang nilai sebesar 16. Pada pembelajaran ekspositori, ada 2 siswa yang mendapat nilai 57, 5 siswa mendapat nilai 60, 4 siswa mendapat nilai 63, 1 siswa mendapat nilai 65. 9 siswa yang mendapat nilai 67 dan 9 siswa mendapat nilai 73.

126 b. Data Motivasi Belajar Data motivasi belajar siswa dengan team teaching dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Kelas Team Teaching No Skala Frekuensi 1 96 1 2 100 1 3 106 1 4 108 2 5 111 1 6 112 1 7 113 1 8 117 2 9 119 2 10 123 2 11 124 2 12 125 1 13 130 2 14 131 1 15 132 1 16 133 2 17 136 1 18 137 1 19 140 1 20 142 1 21 145 3 Jumlah 30 Berdasarkan tabel 4.4, banyaknya siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching adalah 30 siswa, skala terendah 96 dan skala tertinggi 145, dengan rentang nilai sebesar 49.

127 4.1.3 Analisis Data 4.1.3.1 Analisis Tabel Tunggal 1. Sebaran Motivasi Siswa yang pembelajarannya Ekspositori Dari hasil penelitian diperoleh data sebaran motivasi belajar pada kelompok ekspositori seperti yang ada pada tabel berikut: Tabel 4.5 Sebaran Motivasi Belajar dengan pembelajaran Ekspositori No Kategori motivasi f % keterangan 1 Tinggi 12 40 2 Rendah 18 60 Motivasi belajar tinggi dengan pembelajaran ekspositori Motivasi belajar rendah dengan pembelajaran ekspositori Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 4.5, dapat dinyatakan bahwa pada pembelajaran ekspositori siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 12 orang, yang berarti pada kelas pembelajaran ekspositori terdapat 40% siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori sebanyak 18 orang atau terdapat 60% siswa yang memiliki motivasi rendah. Dan dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih sedikit dibanding siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

128 1. Sebaran Motivasi Siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran Team Teaching Tabel 4.6 sebaran motivasi belajar siswa dengan pembelajaran team teaching No Kategori motivasi f % ket 1 Tinggi 20 67 2 Rendah 10 33 Motivasi belajar tinggi dengan pembelajaran team teaching Motivasi belajar rendah dengan pembelajaran team teaching Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 4.6, dapat dinyatakan bahwa pada pembelajaran team teaching siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 20 orang, yang berarti pada kelas pembelajaran team teaching terdapat 67% siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching sebanyak 10 orang atau terdapat 33% siswa yang memiliki motivasi rendah. Dan dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching siswa yang memiliki motivasi tinggi lebih banyak dibanding siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

129 4.1.3.2 Analisis Tabel Silang Selanjutnya data yang telah diperoleh pada tabel tunggal disilangkan. 1. Silang antara pembelajaran team teaching dengan motivasi belajar Tabel 4.7 Tabel silang team teaching terhadap motivasi belajar Team Teaching Prestasi Tinggi Rendah Jumlah Tinggi 15 0 15 Motivasi Rendah 5 10 15 Jumlah 20 10 30 Berdasarkan tabel 4.7, dapat dinyatakan bahwa pada pembelajaran team teaching siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan prestasi yang tinggi sebanyak 15 orang. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching dan memiliki prestasi tinggi sebanyak 5 orang. Dan dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi tinggi, tetapi siswa yang memiliki prestasi rendah dengan motivasi rendah sebayak 10 orang siswa Dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran team teaching siswa yang memiliki motivasi tinggi dan prestasi tinggi lebih banyak dibanding siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

130 Tabel 4.8 Tabel silang ekspositori terhadap motivasi belajar Ekspositori Prestasi Tinggi Rendah Jumlah Tinggi 5 10 15 Motivasi Rendah 7 8 15 Jumlah 12 18 30 Berdasarkan tabel 4.8, dapat dinyatakan bahwa pada pembelajaran ekspositori siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan prestasi yang tinggi sebanyak 5 orang. Sementara siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan ekspositori dan memiliki prestasi tinggi sebanyak 5 orang. Dan dari tabel tersebut diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi tinggi sebanyak 10 orang, dan siswa yang memiliki prestasi rendah dengan motivasi rendah sebayak 8 orang siswa Dari tabel diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori siswa yang memiliki motivasi tinggi dan prestasi tinggi lebih sedikit dibanding siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah.

131 4.2.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah menggunakan uji t. 4.1.3.1 Hipotesis Pertama Ho = tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia H 1 = terdapat interaksi antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia Pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika nilai F hitung < F tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia 2. Jika nilai F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat interaksi antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama F hitung F tabel Kesimpulan keterangan 16,100 4,012 Ho ditolak dan H 1 diterima Ada perbedaan antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia

132 Hasil pengujian hipotesis pertama dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2 : Perbedaan antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia 4.1.3.2 Hipotesis Kedua Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho = tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. H 1 = terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

133 Pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan pembelajaran ekspositori. 2. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Perbedaan rata-rata (t hitung) t tabel Kesimpulan keterangan 2,348 2,001 H 0 ditolak dan H 1 diterima terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. 4.1.3.3 Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho = tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

134 H 1 = terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. Pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. 2. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga Perbedaan rata-rata (t hitung) t tabel Kesimpulan Keterangan 5,00 2,048 Ho ditolak dan H 1 diterima terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

135 4.1.3.4 Hipotesis Keempat Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho = tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. H 1 = terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. Pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. 2. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

136 Tabel 4.12 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat Perbedaan rata-rata t tabel Kesimpulan keterangan (t hitung ) 2,63 2,04 Ho ditolak dan H 1 diterima terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama Hasil pembuktian terhadap hipotesis pertama menunjukkan terdapat interaksi antara pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tertuang dalam tabel 4.9, diperoleh nilai F hitung = 16,100 dan nilai F tabel = 4,012. Hasil ini menunjukka F hitung > F tabel sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara motivasi dengan pembelajaran. Hasil pembuktian ini menunjukkan juga bahwa pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran kimia memiliki perbedaan dengan kelompok siswa dengan motivasi yang berbeda dan keduanya dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia. Dengan pemilihan pendekatan yang tepat prestasi belajar pebelajar dapat ditingkatkan. Guru/pendidik memiliki tugas yang dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

137 Guru sangat berperan dalam keberhasilan pebelajar, oleh karena itu pembelajaran yang terjadi dalam kelas sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pebelajarnya dalam meraih prestasi belajar. Suyuti (2010: 7) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Sudjana (1990: 22) prestasi belajar adalah kemapuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar sering diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku dan perubahan pribadi seseorang setelah proses pembelajaran berlangsung. Prestasi belajar dalam bidang akademik diartikan prestasi pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Thorndike dalam Djaali (2001: 20) berpendapat bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan ada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Alat ukur dapat berbentuk tes karangan atau tes obyektif untuk tujuan instruksional dalam kawasan kognitif. Jadi jelas bahwa prestasi belajar digunakan untuk mengambil keputusan apakah seseorang berprestasi atau tidak dalam belajarnya. Hamalik (2001: 146) menyatakan assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai prestasi dari suatu program instruksional. Jadi untuk mengukur prestasi belajar dapat diberikan assessment.

138 Pada penelitian ini menunjukan adanya perbedaan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan pendekatan team teaching dengan ekspositori, ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang terjadi dikleas team teaching pebelajar merasa lebih nyaman karena dipandu oleh dua orang guru yang siap melayani kesulitan dalam pemecahan kesulitan belajar terutama pada mata pelajaran kimia. Pada pembelajaran ekspositori, siswa merasa jenuh karena dikelas ini guru cenderung otoriter yang membuat pebelajar kurang nyaman. Dari hasil pembuktian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan pembelajaran harus disesuiakan dengan karekteristik siswa dan materi pelajaran yang akan disampaikan. Penggunaan pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran memungkinkan siswa saling berinteraksi baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya sehingga dapat meningkatkan prestasinya. 4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesisi yang kedua membuktikan bahwa prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran team teaching lebih tinggi daripada pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil perhitngan diperoleh perbedaan rata-rata 2,348 dan t tabel 2,001. Karena t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

139 Dalam penelitian ini pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran team teaching dan pembelajaran ekspositori. Darmojo dalam Sunarto (2009: 4) mengatakan bahwa pada pembelajaran ekspositori, guru bertindak selaku pelaksana proses pembelajaran dengan mengharapkan siswa siap mental untuk mengikutinya. Umumnya yang dilakukan oleh guru adalah memberi ceramah, mendemonstrasikan sesuatu, memperlihatkan film video, slide, mengundang nara sumber, mendiskusikan apa yang telah dilihat atau didengar. Dari uarain diatas maka diambil secara garis besar bahwa pendekatan pembelajaran yang tekanannya pada guru, sedangkan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran dan selalu beroriantasi produk. Sardiman, (2004:78) pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pembelajar. Hakekat membelajarkan menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada pebelajar. Pebelajar dipandang sebagai obyek yang menerima apa yang diberikan guru. Sebagian besar materi pelajaran dijelaskan dengan metode ceramah. Pembelajaran ini dimana siswa adalah peneriman informasi secara pasif, siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal), rumus direangkan sampai paham, kemudian dilatihkan. Kebanyakan pertanyaan yang di dengar di dalam kelas diajukan oleh guru. Kesempatan untuk merencanakan dan melakukan kegiatan yang menjadi minat siswa kecil sekali.

140 Siswa sendiri merasa bahwa pendapatnya sehubungan dengan isi pelajaran yang akan dipelajari tidak mendapat perhatian. Para siswa merasa tidak mempunyai pilihan bagaiman cara belajar, siswa mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dan guru selalu berpedoman pada buku teks. Belajar bagi siswa cenderung identik dengan menghapal konsep-konsep, defenisi, bukan sebagai proses pemahaman. Kadang kala metode ini dapat membuat siswa merasa jenuh, bosan dan kurang bergairah untuk belajar kemudian materi pelajaran yang diterimannya akan cepat hilang dari ingatannya dan akhirnya, menimbulkan kesulitankesulitan baginya dalam mengembangkan prestasi belajarnya. Sedangkan pada team teaching merupakan pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Definisi ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Martiningsih (2007: 6) bahwa pembelajaran team teaching adalah suatu pembelajaran dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Lebih lanjut Ahmadi (1991: 38) menyatakan bahwa Team teaching (pembelajaran beregu) adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pembelajaran atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode beregu ini menyajikan bahan pembelajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

141 hasil belajar siswa. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi panel. Pembelajaran ekspositori cenderung dikuasai oleh guru atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran ekspositori cenderung merupakan pembelajaran yang otoriter. Oleh sebab itu dicoba pembelajaran yang diharapkan mampu melayani pebelajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran team teaching berbeda dengan prestasi belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran ekspositori. Hal ini berarti pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran kimia memberikan prestasi belajar yang berbeda atau pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia. 4.2.3 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga Hasil pengujian perbedaan dua nilai rata-rata untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa jika t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan nilai rata-rata. Dari hasil pengujian pada tabel 4.11 di atas diperoleh perbedaan rata-rata 5,000 dan t tabel 2,048 sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan antara prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai motivasi rendah dan dibelajarkan menggunakan pembelajaran team teaching dan ekspositori.

142 Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar kimia dengan motivasi rendah terhadap pembelajaran team teaching dan ekspositori. Hasil pembuktian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia siswa mempunyai motivasi rendah dan dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran team teaching masih lebih tinggi daripada yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individual, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, menurut Uno (2008: 27) yaitu: 1. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar: motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan,dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal hal yang pernah dilaluinya. 2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar: peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar.anak akan tertarik belajar sesuatu,jika yang di pelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. 3. Motivasi Menentukan ketekunan belajar:seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,dengan harapan memper oleh hasil yang baik.dalam hal itu,tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

143 Jadi motivasi dalam proses belajar membelajarkan mempunyai peranan yang sangat penting. Motivasi yang merupakan proses pengerahan dan penguatan motif yang harus diaktualisasikan dalam perbuatan nyata,dalam kaitannya dengan belajar maka jika prestasi belajar anak itu rendah hal ini disebabkan oleh motivasi belajarnya yang kurang.artinya,anak itu kurang mampu menjelmakan kekuatan yang dimilikinya secara potensial menjadi perbuatan belajar. Hasil penelitian ini memberikan gambaran untuk siswa dengan motivasi rendah ada perbedaan dan pembelajaran team teaching lebih efektif diterapkan untuk siswa bermotivasi rendah karena dalam pembelajaran team teaching siswa dan guru saling berkolaborasi untuk saling melengkapi. Dalam pembelajaran team teaching kelas menjadi lebih hidup karena dipandu oleh dua orang guru yang senantiasa dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkan masalah yang terdapat dalam pelajaran kimia. Tes individu yang dilakukan setelah pembelajaran team teaching juga memberikan motivasi bagi siswa untuk memdapatkan nilai yang lebih baik khususnya untuk siswa yang bermotivasi rendah. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran team teaching dapat dikatakan lebih berhasil dalam mata pelajaran kimia siswa yang bermotivasi rendah. 4.2.4 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Keempat Hasil pengujian perbedaan dua nilai rata-rata untuk hipotesis keempat menunjukkan bahwa jika t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan nilai rata-rata. Dari hasil pengujian

144 pada tabel 4.12 di atas diperoleh perbedaan rata-rata 2,63 dan t tabel 2,048 sehingga Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar kimia siswa dengan motivasi belajar tinggi terhadap pembelajaran team teaching dan ekspositori. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai ratarata yang signifikan antara prestasi belajar kimia dengan motivasi tinggi terhadap pembelajaran team teaching dan ekspositori. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Hamzah, 2006; 1). Dorongan ini berada pada seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Hasil pembuktian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia siswa mempunyai motivasi tinggi dan dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran team teaching memberikan prestasi yang berbeda.

145 4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan metode dan prosedur penelitian yang sesuai dengan kaidah keilmuan guna mendapatkan hasil yang lebih valid dan objektif. Namun, disadari bahwa hasil yang diperoleh juga tidak luput dari kekurangan akibat keterbatasan yang ada sehingga menimbulkan hasil yang kurang sesuai seperti yang diharapkan. Keterbatasan yang diamati dan mungkin terjadi selama berlangsungnya eksperimen ini antara lain: 1. Kelemahan dalam penyusunan kerangka teori. Dalam hal ini peneliti banyak mengalami kesulitan dalam mencari berbagai sumber (literature) yang relevan terutama yang berkaitan dengan kajian pustaka. 2. Keterbatasan peneliti sebagai pemberi perlakuan penelitian, baik dalam mendesaian pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran team teaching dan pendekatan pembelajaran ekspositori 3. Instrumen motivasi yang diberikan dalam bentuk skala menyebabkan jawaban yang diberikan siswa tidak terkontrol sehingga mungkin saja siswa memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atau jawaban yang diberikan dibuat asal saja tanpa memahami pernyataan yang ada pada skala tersebut. 4. Soal tes yang digunakan untuk tes awal dan tes akhir adalah sama, sehingga memungkinkan siswa hanya melakukan pengulangan jawaban tanpa benar-benar memahami serta menguasai materi.