PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian. direncanakan maupun terbentuk dengan sendirinya yang menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

RELOKASI GELANGGANG OLAHRAGA TRILOMBA JUANG SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Hi Tech

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

Indikator Konten Kuesioner

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PUSAT PERTOKOAN DENGAN KONSEP PEDESTRIAN MALL DI KOTA PALU

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB III ANALISA Analisa Tapak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Siti Sujatini, 2 Harry Susilo

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NO.8/2003 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN KOTA LAMA

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

Transkripsi:

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK Wiwik Dwi Susanti 1, Sri Suryani Y. W. 2 1, 2 Program Studi Arsitektur, FTSP, UPN Veteran Jatim, Indonesia Wiwik2susanti@gmail.com ABSTRAK Keberadaan Jembatan layang Pasupati menjadi bagian terpenting dalam jalur transportasi primer di Kota Bandung. Dampak pembangunan jembatan layang Pasupati pada tahun 1999, yaitu terbentuknya ruang terbuka publik di bawah jembatan layang tersebut. Awalnya ruang terbuka publik tersebut adalah permukiman informal padat penduduk, yang kemudian direlokasi dengan alasan keamanan. Ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati dianggap sebagai peluang oleh warga sekitar karena keterbatasan ruang publik yang tersedia di permukiman padat tersebut. Berbagai upaya sederhana dilakukan oleh warga sekitar dalam mengoptimalkan fungsi ruang publik tersebut. Meskipun terdapat larangan dan arahan dari Pemerintah Kota Bandung dalam memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut. Adanya beberapa anggapan bahwa ruang terbuka publik tersebut perlu dipertahankan sebagai ruang terbuka publik serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan warga. Dalam makalah ini berusaha untuk mendiskripsikan upaya warga dalam mempertahankan ruang terbuka publik tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan ruang terbuka publik tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan (aktivitas) secara kontinyu dan tertib. Kegiatan yang dipilih dilatarbelakangi oleh kondisi fisik dan non fisik permukiman padat tersebut. Terdapat keterkaitan antara jenis kegiatan (aktivitas) yang dilakukan warga dalam mempertahankan ruang terbuka publik dengan latar belakang kondisi fisik dan non fisik permukiman padat tersebut. Kata Kunci: ruang terbuka publik; jembatan layang Pasupati; kegiatan (aktivitas); kondisi fisik dan non fisik 1. PENDAHULUAN Jembatan layang Pasupati menjadi salah satu icon Kota Bandung. Pembangunan jembatan layang PASUPATI (Pasteur-Cikapayang-Pasupati) dimulai tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2005. Pembangunan jembatan layang Pasupati berdampak pada relokasinya sejumlah permukiman yang letaknya tepat di bawah jembatan tersebut. Dampak dari relokasi tersebut, terbentuklah tanah lapang (ruang terbuka publik) yang letaknya tepat di bawah jembatan layang Pasupati. Keberadaan ruang terbuka publik tersebut di kelilingi perumahan informal, formal dan non perumahan (komersil). Keterbatasan penyediaan fasilitas ruang terbuka publik berdampak pada munculnya bermacam fungsi. Ruang terbuka publik di perumahan informal tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk bersosialisasi tetapi juga sebagai tempat usaha. (Ramelan, 2008) Keterbatasan ruang terbuka publik pada perumahan informal dianggap sebagai peluang bagi warga sekitar untuk memanfaatkan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati sangat beragam. Bentuk pemanfaatan tersebut merupakan kolaborasi antara warga sekitar, pihak sponsor dan Pemkot Bandung. Harapannya dengan memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut maka akan memberikan keuntungan dari segi finansial maupun kebutuhan akan ketersediaan ruang publik di perumahan informal. Berdasarkan latar belakang tersebut makalah ini berusaha untuk mendiskripsikan upaya warga dalam mempertahankan ruang terbuka publik tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan ruang terbuka publik tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan (aktivitas) secara kontinyu dan terkelola dengan baik. 99

Pada makalah ini lokus penelitian dibedakan menjadi dua segmen. Segmen I yaitu berada pada bagian Timur berbatasan dengan Jl Juanda, sedangkan pada segmen II berada pada bagian Barat berbatasan dengan Jl Cihampelas. Pada segmen I dibatasi oleh perumahan informal dan perumahan formal. Sedangkan pada segmen II dibatasai oleh perumahan formal, informal dan kawasan komersil.. SEGMEN II formal informal informal formal informal informal Bangunan Komersial SEGMEN I Gambar 1. Lokasi penelitian 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka publik yaitu ruang yang dapat dimanfatkan oleh semua masyarakat umum sepanjang waktu dan tanpa ada pungutan. Selain itu ruang publik tidak harus berupa taman (RTH), tetapi semua jenis ruang yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan masyarakat tanpa dipungut biaya dapat dikatakan sebagai ruang terbuka publik. (Danisworo, Muhammad, 2004) Tujuan ruang terbuka publik menurut Carr, 1992 dalam Tri Haryanti, Dini, 2008 yaitu: 1. Kesejahteraan masyarakat Kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dasar dalam penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik yang menyediakan jalur untuk pergerakan, pusat komunikasi, dan tempat untuk merasa bebas dan santa 2. Peningkatan visual Keberadaan ruang terbuka dapat meningkatkan kualitas visual kota lebih indah, harmonis dan manusiawi 3. Peningkatan lingkungan Ruang terbuka publik dalam kota dapat memberikan manfaatan terhadap peningkatan kualitas udara di dalam kota. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat bersosialisasi tetapi juga menjadi paru paru kota. 4. Pengembangan ekonomi Peningkatan kualitas ruang terbuka maka secara otomatis akan juga meningkatkan ekonomi 5. Peningkatan kesan Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam kerangka penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu ingin dicapai. 100

Apabila mengacu pada ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati, maka keenam tujuan ruang terbuka publik dapat diwujudkan dengan baik. Pemanfaatan, pengelolaan dan menghadirkan karya arsitektur di ruang terbuka publik merupakan perwujudan dari upaya warga dan pemkot Bandung menjadikan ruang terbuka publik tersebut menjadi ruang publik yang dapat memberikan manfaat dari segi fisik dan non fisik. 2.2. Informal informal adalah akumulasi rumah yang dibangun oleh keluarga atau individu tanpa mengikuti suatu aturan atau perencanaan formal yang diterbitkan oleh suatu otoritas. Pelayanan dan kelengkapan permukiman seperti jalan, drainase, sanitase, serta sistem pasokan air bersih tidak dirancang dan tidak disiapkan sebelumnya. Semuanya diusahakan sendiri oleh masing-masing keluarga atau individu. Proses perkembangan perumahan informal tumbuh secara organik, dimana perencanaan tidak ditetapkan terlebih dahulu, melainkan bergerak dari satu kesempatan ke kesempatan lain, dalam rangkaian adaptasi yang terus menerus dan semakin koheren, sehingga dicapai suatu bentuk perumahan yang kompleks dan final. Dikatakan juga bahwa proses pembentukan sangat ditentukan oleh interakksi dari perencana kolektif, self-planning dan self organization. Pertumbuhan perumahan secara alamiah dan sering dianggap chaos dan tidak teratur, namun sebenarnya ada proses pembangunan dan perkembangan yang tunduk pada prinsip-prinsip pengaturan yang sulit dan tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang perencanaan formal. Salah satu kriteria perumahan informal erat kaitannya dengan kekeluargaan, namun memiliki kondisi fisik yang kurang baik dan tidak beraturan, berkepadatan tinggi, serta memiliki sarana pelayanan dasar yang serba kurang. (Kuswantjoro, 2005) Tamansari merupakan salah satu perumahan informal yang penyediaan fasilitas umum sangatlah terbatas. Penyediaan jalur sirkulasi pada perumahan informal juga berfungsi sebagai ruang multifungsi. Tidak hanya untuk jalur sirkulasi, jalan kampung juga berfungsi untuk tempat menyimpan barang, tempat berkumpul dll. Keterbatasan penyediaan ruang terbuka publik pada perumahan informal Tamansari menjadikan adanya keinginan warga untuk memanfaatkan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati untuk memanfaatakn ruang tersebut secara maksimal. Aktivitas yang biasanya dilakukan di jalur sirkulasi dapat dilakukan dengan leluasa di ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati. Gambar 2. Kondisi perumahan informal Tamansari dan pemanfaatan jalur sirkulasi untuk kegiatan bersosialisasi Sumber : Pribadi, 2014 3. METODOLOGI Pendekatan metodologi pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfaatkan ruang terbuka publik. Pengumpulan data kualitatif dengan observasi dan wawancara. 101

Metode pengumpulan data awal dilakukan dengan observasi kondisi fisik dan non fisik. Observasi kondisi fisik yaitu observasi terhadap kondisi fisik yang menjadi elemen pendukung pendukung kegiatan. Sedangkan observasi non fisik yaitu observasi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pengguna dalam memanfaatkan elemen pendukung di ruang terbuka publik tersebut. Teknik observasi yang digunakan yaitu place centered map dan person centered map. Place centered map merupakan teknik observasi yang dititikberatkan pada pengamatan kondisi fisik ruang terbuka publik. Sedangkan person centered map merupakan teknik pengamatan yang dititikberatkan pada aktivitas pengguna dalam memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut. Selain pengamatan langsung metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Wawancara dilakukan pada informan kunci yang dianggap dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai ruang terbuka publik. 4. PEMBAHASAN Segmen I Pada segmen I Ruang Terbuka Publik dibatasi oleh perumahan informal, perumahan formal dan kawasan komersial. Jenis ruang terbuka publik dan upaya pemanfaatan yang dilakukan oleh warga sekitar, Pemkot Bandung dan pihak swasta yaitu: 1. Taman Jomblo Taman Jomblo menjadi salah satu Taman Tematik di Kota Bandung yang berbatasan langsung dengan Jl Juanda, permukiman informal dan kawasan komersil. Pengguna Taman Jomblo tidak hanya warga sekitar tetapi juga warga Bandung. Taman Jomblo merupakan salah satu Taman Tematik yang didanai dan dikelola oleh Pemkot Bandung, sedangkan warga ikut dalam pemeliharaan Taman Jomblo. Untuk mempertahankan keberadaan Taman Jomblo sebagai salah satu ruang terbuka publik, maka sering sekali warga sekitar dan warga Bandung memanfaatkan fasilitas tersebut sebagai salah satu sarana rekreasi yang berada di tengah Kota Bandung. Gambar 3. Taman Jomblo 2. Taman skateboard Taman skateboard berdekatan dengan Taman Jomblo menjadikan Taman Skateboard menjadi salah satu Taman yang sering dikunjungi oleh warga Bandung. Pengelolaan taman Jomblo melibatkan salah satu komunitas skateboard di Kota Bandung yang berkolaborasi dengan warga sekitar dan Pemkot Bandung. Terdapat dua model pemanfaatan Taman Skateboard yaitu segi rekreatif dan segi ekonomi. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik dari segi ekonomi yaitu dengan memanfaatkan celah jembatan layang maka dibangunlah tempat makan dengan konsep pedagang kaki lima (PKL). Selain untuk berjualan karena kurangnya ruang terbuka publik pada perumahan informal, maka celah tersebut juga dimanfaatkan untuk menyimpan gerobak. Sedangkan dari segi rekreatif warga sekitar juga memanfaatkan Taman Skateboard tersebut untuk berolah raga sekaligus sarana hiburan gratis. 102

Gambar 4. Taman Skateboard 3. Parkir Motor dan Mobil Pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen I juga dimanfaatkan sebagai lahan parkir motor dan mobil. Kedekatan lahan parkir tersebut dengan kawasan komersil dan Taman Jomblo, dimanfaatkan warga sekitar untuk parkir pengunjung. Selain untuk lahan parkir bagi kawasan komersial, parkir mobil tersebut juga dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk parkir dengan sistem membayar bulanan. Untuk mempertahankan ruang terbuka publik tersebut sebagai lahan parkir maka dikelola oleh warga sekitar dengan sistem jaga 24 jam. Gambar 5. Parkir mobil dan motor 4. Area Pamer Area pamer pada ruang terbuka publik, merupakan area yang pada waktu tertentu dimanfaatkan sebagai lahan serbaguna. Sistem pengelolaannya juga dikelola secara swadaya oleh warga sekitar. Lokasinya yang berdekatan dengan kawasan komersial menjadikan banyaknya acara yang sering berlangsung. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengelolanya secara swadaya. Untuk mempertahankan ruang publik tersebut, warga sekitar mengelolanya dengan baik karena dinilai dapat memberikan keuntungan secara finansial. Pengelolaan dilakukan secara fisik dan non fisik. Pengelolaan non fisik yaitu dengan cara mengelola area pamer tersebut secara swadaya, sedangkan pengelolaan fisik yaitu dengan merawat area pamer tersebut sehingga dapat dimanfaatkan disewakan setiap saat. Gambar 6. Area pamer di bawah Jembatan Layang Pasupati 103

5. Lapangan futsal Bawet (Bandung Wetan) Lapangan futsal Bawet merupakan salah satu lapangan futsal hasil kolaborasi antara Pemkot Bandung, perusahaan sponsor, dan warga sekitar. Pengelolaan lapangan futsal Bawet dikelola langsung oleh warga sekitar dengan sistim sewa yang diperlakukan tiap jam. Hasil penyewaan digunakan untuk merawat lapangan futsal Bawet. Untuk mempertahankan keberadaan lapangan futsal Bawet tersebut sistem pengelolaan fisik dan non fisik yang dilakukan oleh warga sekitar dan komunitas mampu menjadikan lapangan futsal Bawet sebagai salah satu lapangan futsal yang banyak diminati di Kota Bandung. Gambar 7. Lapangan futsal BAWET Segmen II Pada segmen II dibatasi oleh permukiman formal dan informal. Apabila dilihat dari ranah arsitektur, maka segmen II sangat berbeda dengan segmen I. Pada segmen I sebagian besar sudah didesign dan dikelola campur tangan Pemkot Bandung dan pihak swasta, sedangkan pada segmen II masih belum didesign secara khusus dan dikelola secara swadaya oleh warga sekitar. Pada segmen II terdapat beberapa bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh warga sekitar sebagai perwujudan keinginan untuk mengoptimalkan ruang terbuka publik. Bentuk pemanfaatan ruang terbuka publik dilatarbelakangi oleh kondisi fisik dan non fisik pada permukiman informal. Keterbatasan fisik permukiman informal yaitu belum dapat menyediakan ruang terbuka publik secara baik. Sedangkan kondisi non fisik dilatarbelakangi oleh kondisi perekononomian, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang didominasi bekerja pada sektor informal. Sehingga adanya keingginan untuk memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut sebagai pendukung perekonomian warga. 1.Area parkir mobil Ruang terbuka publik pada segmen II didominasi dengan fungsi parkir mobil. Tidak terdapat desain khusus yang memfasilitasi fungsi tersebut. Karena dikelola secara swadaya oleh warga sekitar tanpa ada campur tangan dari Pemkot Bandung ataupun pihak swasta. Lokasi ruang terbuka publik yang sangat startegis dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk membuka lahan parkir karena dapat mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi. Gambar 8. Area parkir mobil 104

2. Lahan serbaguna Keterbatasaban ketersediaan ruang terbuka publik di permukiman informal menjadikan ruang terbuka publik tersebut sebagai ruang serbaguna yang bias digunakan untuk kegiatan warga. Salah satu contoh yaitu sebagai tempat untuk lomba 17an ataupun tempat pemungutan suara (TPS). 3. Tempat Usaha Tempat usaha di ruang terbuka publik tidak hanya berfungsi sebagai ruang usaha tetapi juga difungsikan sebagai ruang untuk bersosialisasi bagi warga sekitar. Keterbatasan penyediaan ruang terbuka publik di perumahan informal menjadikan ruang usaha tersebut sebagai salah satu alternative penyediaan ruang dalam melakukan sosialisasi. Gambar 9. Tempat usaha 4. Utilitas Komunal Tempat pembuangan sampah akhir, merupakan salah satu jenis pemanfaatan ruang terbuka publik pada segmen II. TPS tersebut merupakan tempat penampungan sampah untuk warga Tamansari. Keberadaan TPS memegang peranan penting dalam pengelolaan sampah di Tamansari, mengingat kondisi permukiman informal yang padat penduduk yang tidak bias menyediakan penampungan sementara sampah dalam kondisi yang maksimal. Gambar 10. Utilitas komunal pada segmen II 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pola pemanfaatan ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati. Perbedaan pola pemanfaatan dilihat dari dua aspek yaitu dinilai dari faktor fisik dan faktor non fisik. Faktor fisik meliputi desain ruang terbuka publik yang telah didesain secara khusus sehingga hanya aktivitas tertentu yang dapat memanfaatkan ruang terbuka publik tersebut. Sedangkan dari faktor non fisik yaitu sistem pengelolaan ruang terbuka publik. Segmen I Pada segmen I ruang terbuka publik sudah terdesign dengan baik sehingga hanya aktivitas tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Design ruang terbuka publik di 105

bawah jembatan layang Pasupati merupakan hasil kolaborasi antara pemkot Bandung dengan pihak swasta, sedangkan dalam pengelolaannya warga sekitar ruang terbuka publik ikut dilibatkan. Tabel 1: Sistem pengelolaan ruang terbuka publik No Jenis Ruang Terbuka Publik Pengelola 1 Taman Jomblo Warga dan Pemkot Bandung 2 Taman Skateboard Warga, komunitas dan Pemkot Bandung 3 Ruang Pamer Warga sekitar 4. Lapangan Futsal Bawet Warga, komunitas dan Pemkot Bandung Sumber : Pribadi, 2014 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pengelolaan ruang terbuka publik dikelola oleh warga, komunitas dan Pemkot Bandung. Warga memegang peranan penting dalam pengelolaan ruang terbuka publik. Pengelolaan dilakukan dengan dua cara yaitu fisik dan non fisik. Jenis pengelolaan non fisik 1. Pengelolaan sistem keamanan 2. Pengelolaan pemeliharaan ruang terbuka publik 3. Pengelolaan dalam memberikan ijin penggunaan Jenis pengelolaan fisik 1. Penyediaan fasilitas pendukung ruang terbuka publik (tempat parkir dan penyediaan tempat untuk berjualan) Segmen II Pada segmen II ruang terbuka publik murni dikelola oleh warga sekitar. Pengelolaan secara fisik dan non fisik murni dilakukan oleh warga sekitar. Pengelolaan fisik dilakukan dengan mendesign fasilitas parkir, ruang usaha, dan utilitas komunal dengan design yang sederhana. Sedangkan pengelolaan non fisik yaitu pengelolaan ruang terbuka public dilakukann secara swadaya. Pengeloaan berupa sistem penggunaan, sistem pengamanan dan pembagian wilayah parkir. Tabel II: Pengelolaan ruang terbuka publik No Jenis Ruang Terbuka Publik Pengelola 1 Area Parkir mobil Swadaya warga sekitar 2 Lahan serbaguna Swadaya warga sekitar 3 Tempat usaha Swadaya warga sekitar 4 Utilitas Komunal Swadaya warga sekitar Sumber : Pribadi, 2014 Warga memegang peranan penting dalam pengelolaan ruang terbuka publik. Pengelolaan dilakukan dengan dua cara yaitu fisik dan non fisik. Jenis pengelolaan non fisik 1. Pengelolaan sistem keamanan 2. Pengelolaan pemeliharaan ruang terbuka publik 3. Pengelolaan dalam memberikan ijin penggunaan Jenis pengelolaan fisik 1. Penyediaan fasilitas utama dan pendukung pada ruang terbuka publik (penyediaan lahan parkir mobil yang dikerjakan sendiri oleh warga sekitar) Berdasarkan penjelasan di atas maka bentuk pertahanan ruang yang dilakukan oleh warga Tamansari untuk mempertahankan ruang terbuka publik tersebut yaitu dengan cara mengelolanya baik dari segi fisik dan non fisik. Indikasinya dengan melakukan pengelolaan 106

fisik dan non fisik dengan baik maka akan tetap dapat mempertahankan ruang terbuka publik tersebut. Karena kebertahaanan penyediaan ruang terbuka publik tersebut merupakan jawaban dari kebutuhan akan ruang terbuka pubik di perumahan informal. REFERENSI Carr, 1992, Publik Space, Cambridge University Pess, Amerika Jeumpa, 2005, Persepsi penghuni terhadap dampak jalan layang Pasupati (Studi kasus: Segmen Surapati), Tesis magister ITB, Bandung Kuswantjoro, 2005, dan Permukiman di Indonesia, Penerbit ITB, Bandung Mohammad Danisworo,2004, Pemberdayaan ruang pubik sebagai tempat warga kota mengekspresikan diri, kawasan Gelora Bung Karno. Makalah pada seminar dan lokakarya pemberdayaan area publik di dalam kota yang diselenggarakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ramelan, 2008, Gang kampung kota sebagai ruang publik multifungsi, Jurnal Teras vol VIII no 1, Bandung Tri Haryanti, Dini, 2008, Kajia Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kawasan Bundaran Simpang Lima Semarang. Thesis Magister UNDIP 107