Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan peningkatan produksi beras nasional yang didukung oleh Revolusi Hijau belum diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Sejak lebih dari 10 tahun terakhir, gejala pelandaian produksi dan penurunan total faktor produksi (TFP) makin jelas terlihat, apalagi jika terjadi anomali iklim. Oleh karena itu, tanpa upaya terobosan yang didukung oleh inovasi teknologi dan strategi yang jitu maka peningkatan produksi dan pendapatan petani sulit ditingkatkan (Balitpa, 2002). Menurut BPS Sumut (2010) produktivitas padi lahan sawah adalah 4,4 ton/ha sedangkan secara nasional mencapai 4,7 ton/ha. Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan sawah menjadi bukan sawah. Priode 1983-1993 luas lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 110.000 hektar pertahun (Nurmalina, 2007). Tingkat kesuburan lahan sawah yang rendah umumnya ditandai dengan kandungan bahan organik dan hara nitrogen yang rendah. Kesuburan lahan sawah perlu ditingkatkan yaitu dengan pemberian bahan organik berupa kompos dan pupuk kandang. Disamping itu bahan organik berfungsi sebagai amelioran yang dapat memperbaiki jumlah dan aktivitas mikroba dan sumber hara dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah (Setyorini, 2005). Nitrogen merupakan hara utama yang paling mudah hilang dari lahan sawah melalui penguapan dan larut dalam aliran air, bila dilakukan pemupukan
nitrogen yang tinggi akan merangsang timbulnya beberapa penyakit dan busuk batang, atau kalau terlalu subur tanaman padi akan mudah rebah, takaran pupuk N yang diberikan tergantung kondisi lahan dan sesuai rekomendasi (Pramono, dkk., 2005). Hara nitrogen, fosfor dan kalium merupakan faktor pembatas utama dalam produktivitas padi sawah. Respon padi terhadap nitrogen dan kalium dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan (Arafah dan Sirappa, 2003). Kunci keberhasilan pengelolaan lahan sawah adalah bagaimana mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Dengan pemanfaatan jerami sebagai bahan organik, maka akan memudahkan tanah untuk menyangga air dan hara yang dibutuhkan tanaman Selain kandungan bahan organik yang tinggi akan memudahkan dalam pengolahan tanah karena struktur tanah menjadi remah dan pertumbuhan mikroorganisme lebih baik serta pertumbuhan akar juga akan lebih optimal (Pramono, dkk., 2005). Penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami pada musim pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecendrungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih baik dibanding tanpa pupuk anorganik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P dan K (Arafah dan Sirappa, 2003). Jerami padi masih merupakan bahan yang umum digunakan sebagai sumber bahan organik pada tanah sawah. Jerami mengandung sellulosa yang
sangat tinggi sehingga memerlukan proses dekomposisi yang relatif lama. Untuk itu perlu dilakukan pengomposan jerami dengan cara mencincang terlebih dulu baru dikomposkan untuk menurunkan rasio C/N, sehingga kompos jerami yang diberikan ke lahan diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Laju dan efisiensi proses pengomposan merupakan fungsi dari jumlah dan aktifitas mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan tersebut. Beberapa mikroba seperti Trichoderma, Aspergillus, dan Penicillum mampu merombak sellulosa menjadi bahan senyawa-senyawa monosakarida, alkohol dan asam-asam organik lainnya dengan menggunakan enzim selulase (Rao, 1994). Hasil percobaan Gunarto et al., (2002) menunjukkan bahwa pengomposan jerami padi dengan Trichoderma sp mampu mempercepat pengomposan menjadi 27 hari dengan rasio 17,73. Pada hari inkubasi ke -33 rasio C/N sudah mencapai 13,52. Bahan organik yang dikomposkan dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan kotoran hewan seperti pupuk kandang sapi. Ada juga yang menambah bahan makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan organik, mikroorganisme juga maedapatkan bahan makanan dari luar bahan organik (Indriani, 2007). Pupuk kandang sapi merupakan hasil sampingan yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan. Dapat menambah unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsure hara dalam tanah juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi
pupuk kandang adalah kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori tanah, plastisitas, dan daya pegang air (Sutejo, 2002). Penambahan bahan organik adalah strategi untuk memperbaiki produktivitas di lahan sawah melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Adapun komponen PTT yang dianjurkan adalah penggunaan varietas unggul, pengelolaan hara terutama hara nitrogen, penambahan bahan organik, efisiensi pemupukan, dan pengendalian gulma terpadu. Dengan diterapkannya PTT pada lahan sawah akan mempunyai peluang yang baik untuk menunjang peningkatan produksi padi secara nasional 2-4 ton/ha (Deptan, 2008). Perumusan Masalah Pertanian di lahan sawah dihadapkan pada berbagai masalah yaitu tingkat kesuburan tanahnya yang rendah dengan ciri kandungan bahan organik dan hara nitrogen rendah. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik. Pemberian kompos jerami sebagai pupuk organik merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Jerami padi merupakan sumber bahan organik yang potensial dan mudah didapat. Namun tingginya kadar sellulosa, hemisellulosa dan lignin dari bahan organik ini merupakan kendala utama, karena proses dekomposisi secara alami akan berjalan lebih lama. Disamping itu ketersediaan unsur hara lambat (slow release), hara tidak dapat langsung diserap tanaman sehingga memerlukan waktu dekomposisi agar hara dapat tersedia.
Pengolahan jerami sebelum di aplikasikan ke lahan dengan cara mencincang terlebih dahulu dengan ukuran 1-3 cm sangat penting untuk dilakukan. Selain itu perlu ditambahkan Trichoderma harzianum, pupuk kandang sapi dan pupuk N yang bertujuan untuk mempercepat proses dekomposisi. Penambahan activator dan bioaktivator pada jerami untuk mengetahui rasio C/N mana yang lebih rendah. Kompos jerami yang diaplikasikan ke lahan diharapkan hara N lebih cepat tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Pengelolaan lahan sawah dapat berhasil apabila dapat mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah, yaitu dengan cara pemanfaatan kompos jerami sebagai pupuk organik sehingga tanah akan dapat menyangga air dan hara nitrogen yang diberikan, memudahkan dalam pengolahan tanah karena struktur tanah menjadi remah dan pertumbuhan mikroorganisme lebih baik serta pertumbuhan akar juga akan lebih optimal. Dengan adanya penelitian ini yaitu pemanfaatan kompos jerami dan pupuk nitrogen maka diharapkan dapat untuk meningkatkan ketersediaan N, pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada lahan sawah dengan optimal.
Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan kandungan nitrogen tanah, serapan N tanaman sehingga berdampak pada pertumbuhan dan produksi padi yang optimal pada lahan sawah melalui aplikasi kompos jerami dan pupuk nitrogen. Hipotesis Penelitian 1. Aplikasi kompos jerami dicampur pupuk kandang sapi dapat meningkatkan kandungan N total tanah, serapan N tanaman, pertumbuhan dan produksi padi. 2. Pemberian pupuk nitrogen 140 kg/ha dapat meningkatkan kandungan N total tanah, serapan N tanaman, pertumbuhan dan produksi padi. 3. Aplikasi kompos jerami dicampur pupuk kandang sapi dan pupuk nitrogen 140 kg/ha dapat meningkatkan kandungan N total tanah, serapan N tanaman, pertumbuhan dan produksi padi pada lahan sawah. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani sawah dalam memberikan pupuk kompos jerami dan pupuk nitrogen dengan cara dan dosis yang tepat sehingga dapat bermanfaat untuk peningkatan produktivitas lahan sawah secara optimal.