BAB I PENDAHULUAN I.1.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II LANDASAN TEORI Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FERNANDYA RISKI HARTANTRI / F DASAR-DASAR HTML

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Perangkat lunak atau Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Aplikasi Web yang semakin berkembang pesat sejak munculnya

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekayasa Web: Web Applications. WebOS. Oleh : 1. Qutsiyah Rahilah Novia Sulviatin

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

PENDAHULUAN. Latar belakang

[Type the document title]

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem informasi merupakan suatu sistem yang menerima masukan data dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 5. Cascading Style Sheet (CSS)

Sistem Informasi Pencatatan Data Warga Kelurahan Berbasis Mobile

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Perancangan Website Ujian. Teknik Elektro UNDIP Berbasis HTML

BAB III Validasi HTML5

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

WEBGIS. Tujuan. Arna fariza. Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang Web GIS Mengetahui software2 untuk Web GIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komputer saat ini berkembang

PENDAHULUAN Yosef Murya Kusuma Ardhana. ST., M.Kom

Bahasa Pemrograman Untuk Pembuatan Web

HTML 5 TIMOTIUS FLOREAN,

BAB II LANDASAN TEORI...

Materi 1 Komputer Aplikasi IT (KAIT) 2 SKS Semester 1 S1 Sistem Informasi UNIKOM 2014 Nizar Rabbi Radliya nizar.radliya@yahoo.com

Pert 11 DASAR-DASAR WEB DESIGN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berkaca dari pesatnya laju perkembangan teknologi. modern, sistem penjadwalan guru di sebuah sekolah akan lebih

Interactive Broadcasting

BAB 3 LANDASAN TEORI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROPINSI JAWA TIMUR Nganjuk, XX XX Oktober 2016

PEMROGRAMAN BERBASIS WEB. Part 1,2 HTML. By Rolly Yesputra Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Royal Kisaran, 2018

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR-DASAR WEB DESIGN

Dasar Pemrograman Web. Pemrograman Web. Adam Hendra Brata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi internet maka kebutuhan dalam memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

PEMODELAN RESPONSIVE WEB MENGGUNAKAN FOUNDATION FRAMEWORK DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS PERANGKAT BERGERAK

BAB II DASAR TEORI. subset perangkat lunak untuk perangkat mobile yang meliputi sistem operasi,

BAB II LANDASAN TEORI

BELAJAR HTML DASAR CARA MEMBUAT TABEL

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Untuk siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Balikpapan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bidang media komunikasi dan informasi. Internet adalah suatu jaringan komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan pola pikir manusia. Salah satu bidang yang turut serta menikmati hasil

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN WEBSITE JURNAL ILMIAH BIDANG KOMPUTER (STUDI KASUS : PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MULAWARMAN)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

WEBSITE PEMILIHAN CALON KETUA HIMPUNAN JURUSAN SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA. Angga Indrajaya /

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Berbagai macam cara yang dilakukan seorang programmer untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pokok Bahasan 2 Teknologi Dasar Internet dan Web. L. Erawan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sekilas Tentang Sistem Ujian Konevensional

BAB I PENDAHULUAN. internet yang sangat membantu dalam kemudahan serta kecepatan pengiriman,

Materi 2 Komputer Aplikasi IT (KAIT) 2 SKS Semester 1 S1 Sistem Informasi UNIKOM 2014 Nizar Rabbi Radliya nizar.radliya@yahoo.com

DASAR-DASAR Web Programing(WP) copyright by : japikinfo.com

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. Gambar 1. Komponen Kunci Sistem Informasi Geografis

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

DESAIN WEB STATIS DAN HTML. Dahlan Abdullah Website :

Desain Elemen Animasi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam pembangunan suatu sistem informasi, terdapat dua kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan aplikasi web yang semakin pesat sejak munculnya teknologi internet sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa penting di masa lampau yang terjadi di kehidupan manusia dan menyangkut perubahan serta perkembangan manusia (Ali, R.M., 2005). Hal ini menjadikan sejarah menjadi suatu ilmu yang perlu dipelajari karena merupakan pembentuk kebudayaan kita hingga kini. Ruang lingkup dan konsep sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang diceritakan atau dituliskan sebagai sebuah narasi berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia (Ismaun, 2004). Kisah sejarah ini dapat ditemukan dalam bentuk tulisan ataupun lisan. Sumber sejarah dalam bentuk tulisan dapat lebih mudah ditemukan, contohnya seperti buku-buku atau literatur sejarah. Literatur sejarah Indonesia merupakan salah satu sumber yang paling berperan dalam menelusuri dan mempelajari peradaban Indonesia. Salah satu literatur sejarah yang terkenal adalah Babad. Arti kata babad dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak dan Madura yang berisi peristiwa sejarah; cerita sejarah; riwayat; sejarah; tambo; hikayat Tanah Jawa. Babad juga dianggap sebagai karya sastra sejarah karena disajikan dalam bentuk tembang jawa dengan gaya bahasa puitis yang isinya terdiri dari legenda, mitos dan ramalan. Berbagai macam babad yang dapat ditemukan seperti, Babad Pacitan, Babad Kandha, Babad Pasuruan, Babad Cirebon dan lainnya yang digolongkan berdasarkan peristiwa, lokasi ataupun periode waktunya. Salah satu babad yang cukup populer adalah Babad Tanah Jawi. Babad ini menjadi salah satu buku induk yang wajib dibaca apabila ingin mengetahui sejarah Jawa secara keseluruhan. Naskah Babad Tanah Jawi ini pun telah diterbitkan dalam berbagai versi. Salah satu sumber tertulis Babad Tanah Jawi ditulis oleh Olthof (2010) berisi silsilah raja di tanah Jawa, bahkan diceritakan mulai dari zaman nabi-nabi (dimulai dari Nabi Adam) hingga masa Kerajaan Kartasura tahun 1647.

Alur cerita sejarah dalam Babad Tanah Jawi terbilang cukup kompleks untuk dipahami karena mempunyai aspek temporal (waktu) dan aspek spasial yang luas. Usaha yang dapat dilakukan untuk menyusun aspek temporalnya agar lebih terstruktur adalah dengan melakukan periodisasi berdasarkan zaman, dimulai dari zaman nabinabi, zaman munculnya tokoh-tokoh pewayangan, hingga zaman kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di tanah Jawa. Apabila aspek temporal dapat disederhanakan dengan cara periodisasi waktu, maka aspek spasial dapat lebih mudah dipahami dengan cara visualisasi menggunakan peta. Atlas merupakan salah satu produk kartografi yang telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai sarana untuk menyajikan peta, narasi, foto, dan grafik secara terpadu dan terstruktur. Atlas berisi kumpulan dan kombinasi peta-peta atau perangkat data yang saling terkait satu sama lain yang disusun dengan tema tertentu. Selain memiliki tema, peta pada atlas memiliki aspek spasial-temporal dan setiap petanya dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya (Kraak & Ormeling 2010). Atlas memiliki banyak jenis dan beberapa jenis atlas dibuat dengan tema dan tujuan tertentu misalnya, atlas wisata, atlas referensi, atlas sejarah dan lain-lain. Handayaningsih (2013), dalam skripsinya telah menghasilkan atlas sejarah yaitu Atlas Babad Tanah Jawi yang dicetak dengan kertas dan bersifat statis non interaktif (tampilan saja). Produk atlas tersebut sangat membantu dalam memahami aspek spasial yang terdapat pada kisah sejarah Babad Tanah Jawi. Namun, pada atlas tersebut terdapat beberapa kekurangan, diantaranya kurangnya informasi tambahan yang ditampilkan dan keterbatasan visualisasi yang dapat ditampilkan pada peta. Untuk itu, kegiatan aplikatif ini dilakukan sebagai pengembangan produk atlas Babad Tanah Jawi (Handayaningsih, 2013) yang telah dibuat sebelumnya. Pengembangan atlas Babad Tanah Jawi pada skripsi ini dibuat dengan menggunakan media web dan bersifat interaktif. Atlas ini berisikan informasi spasial yang akan divisualkan dengan metode penuturan cerita. Menurut Crawford (2005) penuturan cerita adalah proses penyampaian pesan atau cerita secara naratif dan terstruktur berdasarkan urutan-urutan waktu kejadian tertentu. Hal ini menjadikan metode penuturan cerita sebagai metode yang tepat untuk menyederhanakan kompleksitas ide-ide sehingga informasi atau cerita menjadi lebih mudah dipahami oleh penerima informasi. Metode penuturan cerita yang ingin ditekankan pada kegiatan aplikatif ini adalah lebih berfokus pada

visualisasi aspek spasial berdasarkan alur plot narasi sehingga cerita menjadi lebih terstruktur dan mudah untuk dipahami. Dengan dibuatnya atlas interaktif ini diharapkan nantinya visualisasi sejarah Babad Tanah Jawi akan bersifat interaktif dan infomatif sehingga sejarah Babad Tanah Jawi ini dapat dipelajari oleh masyarakat luas dengan mudah. I.2. Tujuan Kegiatan Aplikatif Tujuan umun yang ingin dicapai dari kegiatan aplikatif ini adalah membuat atlas daring yang menceritakan sejarah dalam Babad Tanah. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari kegiatan aplikatif ini, adalah: 1. Menghasilkan atlas tentang sejarah pada Babad Tanah Jawi (periode Kerajaan Mataram Islam) melalui media web secara interaktif dan berbasis metode penuturan cerita. 2. Menghasilkan atlas interaktif sejarah bagi pengguna agar dapat memahami alur peristiwa sejarah Kerajaan Mataram Islam dan lokasi sejarahnya. 3. Mendigitalkan Atlas Babad Tanah Jawi (Handayaningsih, 2013) bentuk analog sehingga atlas bersifat interaktif dengan menggunakan media web. 4. Membuat atlas sejarah digital dengan tampilan menarik dan mudah diakses oleh kalangan mahasiswa. I.3. Manfaat Kegiatan Aplikatif Kegiatan aplikatif ini merupakan aplikasi Geodesi dan Geomatika dalam bidang sejarah. Diharapkan produk kegiatan aplikatif ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun untuk masyarakat luas, yaitu: 1. Sebagai media untuk memahami sejarah dengan metode penuturan cerita berbasis informasi geospasial. 2. Memberikan pemahaman terhadap peristiwa sejarah dengan visualisasi pada aspek spasial (lokasi) dan temporal serta dan memberikan media-media tambahan terkait Babad Tanah Jawi. 3. Sebagai media pembelajaran sejarah yang menarik dengan memanfaatkan layanan penyedia kustom peta daring dan interaktivitas peta.

I.4. Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan aplikatif pembuatan Atlas Daring Babad Tanah Jawi berbasis metode penuturan cerita ini adalah sebagai berikut: Visualisasi peta yang akan ditampilkan pada Atlas Interaktif Babad Tanah Jawi ini hanya mencakup Pulau Jawa saja. Hal ini mencakup lokasi sejarah, rute perjalanan, dan cakupan daerah kekuasaan yang berfokus di Pulau Jawa. 1. Atlas interaktif Babad Tanah Jawi menceritakan peristiwa sejarah periode awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam sampai dengan masa perpecahannya (tahun 1586 1755 M). 2. Desain tampilan dan isi atlas Babad Tanah Jawi ini menyesuaikan lebar tampilan layar komputer saja dan isi konten seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. I.5. Landasan Teori I.5.1. Peta berbasis web (Web Map) Peta merupakan penyajian grafis yang menampilkan sebagian ataupun seluruh permukaan bumi yang disajikan dengan skala tertentu dan menggunakan sistem proyeksi peta berdasarkan suatu referensi tertentu. Peta tak hanya disajikan dalam bentuk cetak pada selembar kertas namun dapat dibuat dan disimpan dalam bentuk digital. Peta digital tak hanya dapat ditampilkan dalam monitor, namun juga dapat diakses pada perangkat keras, seperti telepon genggam, tablet, dan perangkat keras lainnya. Dewasa ini, peta digital lebih sering digunakan karena dianggap lebih praktis penggunaannya dibandingkan peta cetak. Soendjojo dan Riqqi (2012) menyebutkan beberapa keuntungan peta digital diantaranya: a. Tampilan peta digital dapat diperbesar atau diperkecil dengan merubah skala petanya langsung. b. Penyajian peta digital tidak memperhatikan batas lembar peta. c. Peta digital bersifat multiguna sehingga mudah digeneralisasi. d. Peta digital lebih mudah untuk dilakukan perubahan dan pembaharuan peta. Peta digital dapat disajikan dalam bentuk daring dan luring. Peta digital yang disajikan secara daring lebih dikenal dengan sebutan web map atau peta berbasis web. Menurut Kraak dan Brown (2001), peta berbasis web dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu peta statis dan peta dinamis. Peta statis biasanya hanya merupakan tampilan peta

pada umumnya serta pengguna tidak dapat melakukan perubahan pada peta, sebaliknya peta dinamis dapat merepresentasikan perubahan peta oleh pengguna. Peta statis dan dinamis masing-masing dibedakan lagi menjadi dua tipe, yaitu peta tampilan saja dan peta interaktif. Skema klasifikasi peta berbasis web dapat dilihat pada Gambar I.1. Peta Web Statis Tampilan saja Interaktif Dinamis Tampilan saja Interaktif Gambar I. 1. Klasifikasi peta berbasis web (Sumber: Kraak dan Brown, 2001) Penjelasan dari masing-masing jenis peta pada Gambar I.1. sebagai berikut: 1. Peta Statis Tampilan saja: merupakan tampilan peta dari hasil pemindaian cetak peta aslinya dalam format raster (JPG, PNG, dan TIFF) yang dimasukkan kedalam web. Pengguna hanya dapat melihat tampilan peta tersebut dan tidak dapat melakukan kontrol peta seperti memperbesar dan memperkecil peta (zooming) dan menggeser (panning). 2. Peta Statis Interaktif: merupakan peta berbasis web yang peta dasarnya berasal dari hasil pemindaian peta aslinya. Berbeda dengan peta statis tipe tampilan saja, pengguna dapat melakukan kontrol peta seperti memperbesar dan memperkecil peta (zooming) dan menggeser (panning) pada tampilan peta ini. 3. Peta Dinamis Tampilan saja: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan skrip-skrip pembuat peta. Peta dinamis tipe tampilan saja menyediakan fungsi kontrol peta seperti memperbesar dan memperkecil peta (zooming) dan meggeser (panning) namun pengguna tidak dapat melakukan perintah atau perubahan data pada peta. 4. Peta Dinamis Interaktif: merupakan peta berbasis web yang dibuat menggunakan skrip-skrip pembuat peta. Pengguna dapat melakukan perintah dan perubahan data pada peta seperti, memperbesar dan memperkecil peta (zooming), menggeser (panning), geocoding, geotagging dan pencarian lokasi.

I.5.2. Atlas digital berbasis web (Web Atlas) Atlas merupakan kumpulan dan kombinasi peta-peta yang saling terkait satu sama lain yang disusun dengan tema tertentu. Setiap peta yang terkumpul mempunyai suatu rangkaian struktur yang memberikan informasi tertentu kepada penggunanya. Tak hanya memberikan informasi berupa data spasial, atlas juga menyediakan narasi untuk memperjelas dan memberi informasi tambahan pada setiap peta (Kraak dan Ormeling, 2010). Perkembangan atlas dalam bentuk digital sudah semakin menggantikan peran atlas dalam bentuk analog atau cetakan kertas. Atlas analog biasanya disajikan dalam bentuk buku yang berisi kumpulan peta. Berbeda dengan atlas analog, atlas digital lebih tepat didefinisikan sebagai kumpulan kombinasi perangkat data spasial yang telah diproses menggunakan perangkat lunak sehingga menghasilkan informasi yang disajikan dalam bentuk peta (Kraak dan Ormeling, 2010). Menurut Kraak dan Ormeling (2010), atlas digital terbagi menjadi tiga tipe, yaitu: a. Atlas tipe tampilan saja: merupakan atlas kertas yang diubah ke dalam bentuk digital. Atlas ini hanya menampilkan peta-peta dan tidak mempunyai fungsi interaksi pengguna. b. Atlas digital interaktif: merupakan atlas digital yang memungkinkan pengguna untuk memanipulasi perangkat data pada peta (bersifat interaktif). c. Atlas digital analitis: merupakan atlas yang memungkinkan pengguna untuk mengkombinasikan perangkat data pada peta sehingga pengguna tidak terbatas pada tema atlas yang telah ditentukan. Pengguna dapat melakukan analisis dengan menggunakan fungsi SIG. Penyajian atlas digital dengan menggunakan media web semakin banyak digunakan seiring dengan berkembangnya peta berbasis web. Atlas berbasis web atau atlas daring memberikan kemudahan akses kepada pengguna secara lebih luas. Selain itu, pembuat atlas daring dapat melakukan perubahan pada atlas secara mudah dan berkelanjutan. Atlas daring mempunyai keunggulan dalam kemampuan mengatur data geografis dan penyediaan interaksi peta.

I.5.3. Kartografi pada peta berbasis web Kartografi merupakan disiplin ilmu yang berhubungan dengan visualisasi pada informasi geospasial. Kartografi dapat diartikan sebagai seni dalam penyampaian informasi geospasial dengan cara memodelkan aspek geospasial dalam bentuk grafis (Kraak dan Ormeling, 2003). Perkembangan peta dalam bentuk digital juga turut mempengaruhi perkembangan kartografi digital yang menjadikan visualisasi peta semakin menarik, terutama dalam penyimpanan dan penyampaian data. Beberapa istilah yang berhubungan dengan perkembangan kartografi digital diantaranya, kartografi web, peta fantasi, pemetaan animasi, geovisualiasasi, kartografi sistem informasi dan lainnya. Kartografi digital dapat menjadikan sudut pandang visualisasi tak hanya terbatas pada bentuk 2 dimensi saja, namun juga bentuk 2.5 dimensi dan 3 dimensi (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Konsep kartografi pada peta berbasis web sebenarnya sama dengan kartografi pada peta analog. Contohnya pada simbolisasi elemen peta, peta berbasis web juga perlu memperhatikan variabel visual. Menurut Bertin (1967) dalam Gartner et.al. (2009), terdapat tujuh variabel visual yaitu, posisi, ukuran, bentuk, nilai, warna, arah, dan tekstur seperti ditunjukkan pada Gambar I.2. Gambar I. 2. Variabel visual menurut Bertin (1967): posisi, ukuran, bentuk, nilai, warna, arah, dan tekstur. (Sumber: Gartner et.al. 2009)

Pada peta berbasis web pengguna dapat dengan mudah melakukan desain atau kustomisasi simbol pada peta. Elemen peta pada web ditampilkan sebagai fitur data spasial meliputi: titik, garis dan luasan. Contoh pembuatan simbol pada peta berbasis web dapat dilihat pada Gambar I.3. simbol garis konvensional simbol garis pada web simbol garis aliran peta statis: tampilan saja simbol titik piktorial simbol titik geometrik simbol titik numerik peta statis: interaktif Gambar I. 3. Simbol pada peta berbasis web: (a) luasan, (b) garis, (c) titik. (Sumber: Kraak dan Ormeling, 2010) I.5.4. Metode Penuturan Cerita dalam Geovisualisasi Visualisasi bertujuan untuk memudahkan pengamatan dan memberikan pengertian lebih pada suatu hal. Informasi geospasial atau data keruangan yang divisualkan lebih dikenal dengan sebutan geovisualisasi. Geovisualisasi merupakan istilah yang dipakai dalam bidang kartografi sebagai alat atau metode yang mendukung analisis data geospasial menggunakan metode visualisasi. Menurut Kraak (2003), geovisualisasi merupakan penggunaan tampilan data geospasial yang berguna untuk

berbagai kepentingan seperti, eksplorasi data dalam pembuatan hipotesis, pemecahan masalah, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Salah satu teknik geovisualisasi yang saat ini sedang dikembangkan adalah metode penuturan cerita. Metode penuturan cerita memberikan kemudahan dalam mengkomunikasikan suatu informasi geospasial dilengkapi dengan tambahan unsur 4W, yaitu Where (Dimana), What (Apa), Why (Mengapa) dan When (Kapan). Selain direpresentasikan dengan menggunakan teks cerita, metode penuturan cerita juga dilengkapi dengan visualisasi yang komunikatif dan menarik. Secara konseptual, geovisualisasi dengan metode penuturan cerita memiliki 3 karakteristik kegiatan utama, yaitu eksplorasi data, menceritakan dan publikasi. Eksplorasi data dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan disajikan, meliputi data tekstual dan data spasial beserta atributnya. Selanjutnya data-data tersebut disusun hingga menjadi suatu struktur cerita. Produk akhir nantinya dipublikasikan dalam bentuk halaman web sehingga dapat digunakan oleh pengguna secara luas. Konsep geovisualisasi dengan metode penuturan cerita dijelaskan pada Gambar I.4. Data Analisis dan bercerita Publikasi Halaman Web Gambar I. 4. Konsep geovisualisasi dengan metode penuturan cerita (Sumber: Ho et al., 2013) Metode penuturan cerita memiliki peranan penting dan termasuk media komunikasi untuk menyatukan ide ide yang berlainan (Crawford, 2005). Dalam arti lain, untuk mengkomunikasikan ide dan pengalaman, metode penuturan cerita digunakan secara luas untuk menyampaikan informasi dan pesan dalam hiburan, komunikasi dan pendidikan, dan area lain dalam bentuk cerita lisan, tertulis, atau bentuk visual lain (Laurel 1991; Mateas and Sengers 2003 dalam Aditya 2007). Atlas dengan metode penuturan cerita merupakan atlas yang dilengkapi narasi atau struktur

cerita didalamnya. Dengan kata lain, atlas berbasis metode penuturan cerita merupakan salah satu cara visualisasi aspek spasial dengan menambahkan narasi pada atlas tersebut sesuai dengan tema atlas. Struktur narasi yang terdapat aspek spasial (seperti pada atlas) dapat disebut dengan narasi geografis. Riedl dan Young (2006) dalam Aditya (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis model plot narasi dalam bercerita yaitu model linier dan bercabang. Jenis penulisan model linier merupakan penulisan narasi dengan cara menyusun kejadian dari awal sampai akhir tanpa ada kemungkinan pengguna untuk mengubah alur cerita, sedangkan model narasi jenis bercabang memungkinkan pengguna untuk mengubah alur cerita. Model plot narasi yang biasanya digunakan pada buku atau atlas terdiri dari 3 model narasi, yaitu radial, linear reguler dan linear irreguler (Ormeling, 1997). Ketiga model struktur narasi tersebut digambarkan pada Gambar I.5. Gambar I. 5. Model struktur narasi pada atlas: (A) sentripetal (B) sentrifugal (C) linear irreguler (Ormeling, 1997) Model radial menceritakan informasi secara bertahap dengan menggunakan referensi khusus sebagai fokus utama. Model radial terdiri 2 macam, yaitu model sentrifugal dan sentripetal. Sedangkan model linier menganggap semua aspek topik cerita yang diberikan sama penting dan plot narasi diceritakan secara runtut dan menyeluruh berkebalikan dengan model linear irregular yang menceritakan narasi berdasarkan peristiwa tertentu mengikuti alur cerita. I.5.5. Pembuatan Halaman Web Pembuatan halaman web dapat diartikan sebagai proses atau cara penyusunan suatu web dengan menggunakan bahasa skrip tertentu sehingga web dapat digunakan dan dijalankan. Skrip yang digunakan biasanya mengacu pada bahasa standar pemrograman web untuk memberikan perintah pada komputer dan menampilkan web pada mesin pencarian web. Halaman web dibuat dengan menggunakan HyperText

Markup Language yang disingkat dengan nama HTML. HTML merupakan bahasa penanda (markup) yang didefinisikan pemakaiannya oleh World Wide Web Consortium (W3C). Bahasa HTML digunakan untuk menggambarkan struktur halaman web dengan menggunakan kode-kode tertentu (tag) yang mempunyai fungsi masing-masing dalam tampilan web. Selain menyusun struktur web, hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah web adalah mengatur tampilan dari web tersebut. Bahasa yang digunakan dalam untuk mengatur tampilan dalam suatu web yaitu Cascading Style Sheets (CSS). CSS berfungsi untuk mengatur layout utama web meliputi warna, tata letak, jenis font teks dan sebagainya. CSS merupakan bagian dari HTML namun terpisah untuk memudahkan dalam mengatur layout halaman web sesuai dengan desain yang diinginkan. Sebuah web dapat dikatakan interaktif apabila terjadi komunikasi dua arah antara web dengan pengguna. JavaScript berperan sebagai bahasa pemrograman yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi atau melakukan action pada web. JavaScript bersifat client-side sama seperti HTML dan CSS yang artinya dapat diolah langsung di mesin pencarian web tanpa harus terhubung ke server terlebih dahulu. Hal ini menjadikan pemrosesan yang dilakukan pengguna dengan situs web menjadi lebih cepat tanpa harus menunggu pemrosesan di web server. Sebelum adanya Javascript, setiap interaksi dari user harus diproses oleh web server. Pembuat web interaktif telah mempengaruhi perkembangan peta berbasis web atau biasa disebut web map. Pembuatan tampilan web map tidak terlepas dari penggunaan JavaScript. Pengguna dapat dengan mudah menggunakan JavaScript yang telah dibuat sebelumnya dengan memanggil layanan tersebut pada pustaka JavaScript. I.5.6. Layanan Web Hosting Web hosting merupakan layanan untuk menyimpan berkas berupa skrip atau jenis data lainnya untuk kemudian ditampilkan dalam bentuk web dan dapat diakses melalui situs internet. Github merupakan salah satu layanan web hosting yang sering digunakan oleh para pengembang perangkat lunak sebagai sarana untuk berbagi kode secara daring. Github menyediakan layanan penyimpanan (repository) yang bersifat umum secara gratis dan tak terbatas serta versi berbayar untuk penyimpanan yang bersifat pribadi. Selain layanan berbagi kode, pengguna dapat mengunggah berkas

tanpa batas dan cocok untuk membuat halaman web yang bersifat statis dan berbasis klien. Github menggunakan sistem kontrol yang dinamakan Git. Git merupakan sistem kontrol versi terdistribusi (Distributed Version Control System) yang dapat menyimpan setiap perubahan berkas yang dilakukan oleh pengguna secara lokal.