BAB I PENDAHULUAN. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data statistik telah menjadi kebutuhan publik untuk lingkup yang lebih luas. Pengguna data statistik kini tak hanya instansi-instansi pemerintahan saja, tetapi juga pelaku bisnis, organisasi masyarakat, para pengamat, dan masyarakat umum. Dengan mengamati data statistik, para pengguna dapat melakukan banyak hal, mulai dari mengeksplorasi data yang ada, mengekstraksi informasi, memahami tren yang terjadi, hingga meramalkan suatu fenomena yang akan terjadi di masa depan. Hal tersebut tentunya sangat penting jika dikaitkan dengan kegiatan evaluasi dan perencanaan, baik itu oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan, sesuai dengan Pasal 3 dan 4 UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik serta pertimbangan presiden dalam mengeluarkan PP No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik (BPS) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik, sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 PP No. 86 tahun Data hasil kegiatan statistik tersebut kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, serta dipublikasikan melalui media cetak dan online. Seiring berkembangnya teknologi, penyajian data statistik pun mengalami perkembangan. Data statistik tidak hanya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik saja, tetapi juga divisualisasikan menggunakan peta. Bahkan saat ini juga digunakan peta interaktif berbasis online untuk lebih memudahkan pengguna dalam mengakses dan mengeksplorasi data yang ada. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap 1. Penyajian data statistik dengan metode seperti ini lebih memudahkan pengguna dalam memahami data yang ada. Di samping itu, 1 1

2 2 hubungan antar data juga dapat dilihat dengan lebih jelas, terutama dalam kaitannya dengan aspek spasial, serta mendukung untuk melakukan eksplorasi. Namun, visualisasi data statistik menggunakan peta interaktif belum dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Padahal dalam misi Badan Pusat Statistik telah disebutkan dengan jelas bahwa Badan Pusat Statistik berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak 2. Secara jelas telah disebutkan pula pada Pasal 20 UU No. 16 Tahun 1997 bahwa penyelenggara kegiatan statistik wajib memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat untuk mengetahui dan memperoleh manfaat dari data statistik yang tersedia. Hal ini lah yang kemudian menjadi dasar dilakukannya kegiatan aplikatif pembuatan peta interaktif untuk visualisasi data statistik di Kabupaten Banyumas. Diharapkan hasil dari kegiatan aplikatif ini dapat meningkatkan kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas dalam menyediakan data statistik yang terpadu, akurat, dan mutakhir, sesuai dengan Pasal 2 UU No. 16 Tahun 2007 tentang Statistik, baik itu untuk pemerintah maupun masyarakat umum. I.2. Lingkup Kegiatan Cakupan kegiatan aplikatif ini terbatas pada pembuatan purwarupa peta interaktif untuk visualisasi data statistik Kabupaten Banyumas. Purwarupa yang dibuat nantinya masih dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Purwarupa ini juga dapat dipublikasikan via online, tetapi dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh pengembang perangkat lunak yang digunakan dan dengan persetujuan instansi terkait. Purwarupa peta interaktif yang dimaksud mencakup: 1. Penyajian data spasial berupa peta administrasi Kabupaten Banyumas dengan unit geografis desa. Ada dua jenis peta yang akan dibuat, yaitu choropleth map dan proportional symbol map. 2. Penyajian data statistik dalam grafik, diagram, dan tabel. 3. Interaksi dengan pengguna berupa: a. Sebagai antarmuka peta yang terhubung dengan data terkait, yakni ketika dilakukan click atau mouse over maka akan menunjukkan data terkait 2

3 3 b. Dapat dilakukan zooming dan panning c. Memiliki fitur animasi time-series yang menunjukkan data dari tahun ke tahun d. Pengguna dapat melakukan pengaturan secara manual mengenai tampilan peta e. Pengguna dapat mengunduh data, baik data spasial maupun data atribut Data yang digunakan adalah data statistik kependudukan Kabupaten Banyumas untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012, dengan sejumlah indikator, yaitu: (1) jumlah penduduk; (2) kepadatan penduduk; (3) jumlah penduduk laki-laki; (4) jumlah penduduk perempuan; (5) rasio jenis kelamin; (6) jumlah kelahiran; (7) jumlah kematian; (8) crude birth rate; dan (9) crude death rate. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Perangkat lunak yang digunakan adalah StatPlanet Plus. Perangkat lunak tersebut bersifat free atau gratis untuk digunakan secara offline dan dengan tujuan non-profit. I.3. Tujuan Tujuan dari dilakukannya kegiatan aplikatif ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat peta interaktif untuk visualisasi data statistik kependudukan Kabupaten Banyumas degan unit spasial desa 2. Memberikan alternatif penyajian data bagi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas I.4. Manfaat Manfaat dari dilakukannya kegiatan aplikatif ini adalah sebagai berikut: 1. Memudahkan pihak-pihak yang membutuhkan untuk mengeksplorasi dan memahami data statistik kependudukan Kabupaten Banyumas 2. Memudahkan akses data bagi pengguna data statistik kependudukan Kabupaten Banyumas 3. Meningkatkan kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas dalam menyediakan dan menyajikan data statistik Kabupaten Banyumas

4 4 I.5. Landasan Teori I.5.1. Visualisasi Visualisasi adalah proses di mana data diolah dan disajikan dalam bentuk gambar (Visvalingam, 1994). Pengertian ini menunjukkan bahwa visualisasi bukan hal yang sederhana. Ada kegiatan pengolahan dan penyajian data yang harus dilakukan secara seksama dan terencana. Hal ini diperkuat oleh MacEachren dan Kraak (1997) yang menyatakan bahwa penyajian informasi dengan cara-cara yang inovatif sangat bergantung pada visualisasi. Visualisasi dilakukan dengan tujuan untuk membantu semua orang dalam memahami informasi dan menginterpretasi arti dari informasi tersebut. Selain itu, visualisasi juga bertujuan untuk menganalisis informasi mengenai hubungan antar data secara grafis (Lucieer, 2004). I Visual thinking dan visual communication Di Biase (1990) menyebutkan bahwa ada empat tingkatan visualisasi. Keempat tahapan berkaitan dengan proses ilmu pengetahuan, yakni (1) eksplorasi; (2) konfirmasi; (3) sintesis; dan (4) presentasi. Eksplorasi merupakan kegiatan mengamati data dan informasi yang tersedia dari berbagai sudut pandang guna menentukan pertanyaan penelitian dan hipotesis. Konfirmasi adalah kegiatan pembuktian hipotesis melalui cara-cara tertentu. Sintesis adalah kegiatan mengintegrasikan antara hasil eksplorasi dengan hasil konfirmasi guna menentukan solusi terbaik dari pertanyaan yang diajukan. Presentasi adalah kegiatan menyajikan dan mengkomunikasikan solusi yang ditemukan kepada masyarakat luas. Di Biase (1990) menggambarkan empat tingkatan visualisasi tersebut dalam suatu diagram (Gambar I.1). Dalam diagram tersebut, terdapat sebuah kurva yang menunjukkaan seberapa banyak jumlah penyajian kartografis yang dibutuhkan dalam tiap-tiap tingkatan. Kurva tersebut dimulai dari jumlah yang tak hingga pada proses eksplorasi, hingga akhirnya menjadi satu penyajian tunggal pada proses presentasi. Keempat tingkatan visualisasi tersebut kemudian digolongkan menjadi dua. Proses (1) dan (2) merupakan visual thinking yang terfokus pada usaha memahami data yang ada. Tujuan utama dari visual thinking adalah untuk mengungkapkan halhal baru yang belum diketahui sebelumnya. Dalam hal ini, peta dapat dimanfaatkan

5 5 untuk mengamati data dari sudut pandang yang lebih informatif, utamanya dari aspek spasial. Roberts (2008) menyebutkan bahwa wawasan dalam visual thinking dapat ditemukan atau dibentuk melalui interaksi. Pernyataan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa diperlukan pemahaman dan pengembangan kartografi interaktif dalam rangka melakukan visual thinking di era teknologi seperti sekarang. Sementara itu, proses (3) dan (4) merupakan visual communication. Visual communication terfokus pada bagaimana seseorang menyampaikan pesan tertentu yang merupakan hasil dari visual thinking kepada masyarakat umum. Roth (2013) menjelaskan bahwa peta adalah salah satu media yang dapat digunakan dalam visual communication. Pembuat peta dapat mendesain suatu peta sedemikian rupa dengan memanfaatkan aturan-aturan kartografis guna menyampaikan ide, gagasan, atau pesan tertentu kepada para pengguna peta. Gambar I.1. Diagram tingkatan visualisasi Sumber: Di Biase (1990) Berdasarkan diagram yang diajukan oleh Di Biase (1990), MacEachren (1994) mengajukan sebuah kubus yang menggambarkan kerangka dasar kartografi (Gambar I.2). Terdapat tiga indikator penggunaan peta yang direpresentasikan dalam tiga sumbu kubus tersebut, yaitu: (1) penemuan pengetahuan baru atau penyajian pengetahuan yang telah ditemukan; (2) penggunaan secara privat atau publik; dan (3) tingkat interaksi antara manusia dan peta. Dalam kubus tersebut, visual thinking

6 6 berada di salah satu sudut yang menunjukkan sifat penemuan pengetahuan, penggunaan peta secara privat, dan tingkat interaksi antara manusia dan peta tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu komponen dari visual thinking adalah pemanfaatan sistem yang dapat mengakomodasi interaksi antara manusia dan peta. Dengan kata lain, penggunaan peta interaktif memiliki peranan penting dalam visual thinking, terutama sejak berkembangnya teknologi terkait peta digital. Gambar I.2. Posisi visual thinking dalam kubus kartografi Sumber: MacEachren (1994) Peta interaktif yang dibuat dalam kegiatan aplikatif ini mengacu pada tujuan untuk eksplorasi data. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peta interaktif tersebut dapat mendukung kegiatan visual thinking. Meski peta interaktif ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat umum (publik), bukan berarti hal ini tidak sejalan dengan apa yang telah disebutkan MacEachren (1994) mengenai konsep visual thinking dalam kubus kartografi. Pemanfaatan yang dilakukan oleh para pengguna tidak sama. Tujuan penggunaan peta pun sangat beragam. Tidak ada hubungan yang erat antara satu pengguna dengan pengguna lain. Masing-masing pengguna bersifat independen dan unik. Dengan kata lain, para pengguna memanfaatkan peta secara privat, tetapi tetap dengan tujuan yang sama, yaitu menemukan pengetahuan baru (revealing unknowns).

7 7 I Tahapan visualisasi Jenks dan Coulson (1963) menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga tahapan dalam visualisasi. Ketiga tahapan tersebut adalah: 1. Menentukan jenis peta Ada beberapa jenis teknik visualisasi yang dapat dilakukan. Untuk visualisasi data tematik dalam bentuk peta, dikenal beberapa teknik berikut: a. Choropleth Map Choropleth map adalah peta yang menyajikan data atribut dalam bentuk warna. Tiap-tiap warna memiliki arti yang berbeda dan merepresentasikan informasi tertentu. Jenis peta ini baik untuk tipe data nominal, ordinal, interval, maupun rasio. Choropleth map menggunakan unit-unit geografis sebagai pembeda antara satu data dengan data lainnya. Misalnya dalam Gambar I.3 unit geografis yang digunakan adalah negara bagian. Karena terbatas pada unit-unit geografis tertentu, maka choropleth map terkadang kurang dapat merepresentasikan kondisi nyata. Ketelitiannya sangat bergantung pada unit geografis yang digunakan. b. Proportional Symbol Map Gambar I.3. Contoh peta berjenis Choropleth Map Sumber: courses.washington.edu Proportional symbol map adalah peta yang menyajikan data tematik menggunakan simbol dengan ukuran tertentu. Ukuran simbol

8 8 merepresentasikan data tertentu. Sebagai contoh adalah Gambar I.4 di mana simbol yang digunakan adalah lingkaran. Nilai dari data tiap negara dikonversikan menjadi jari-jari lingkaran. Luas lingkaran bergantung pada nilai masing-masing negara. Gambar I.4. Contoh peta berjenis Proportional Symbol Map Sumber: StatSilk (2013a) Penggunaan proportional symbol map sangat sesuai untuk data berjenis ordinal dan rasio. Namun, penyajiannya perlu diperhatikan dengan seksama karena terkadang untuk wilayah-wilayah yang banyak objeknya, simbol yang digunakan justru saling bertumpukan sehingga menyulitkan dalam melakukan interpretasi, seperti di wilayah Eropa pada Gambar I Menentukan jumlah kelas Jumlah kelas ditentukan dengan memperhatikan tujuan dari dibuatnya peta dan distribusi data yang ada. Semakin banyak jumlah kelas, maka semakin teliti pula hasil yang didapatkan. Namun, di sisi lain, semakin banyak jumlah kelas juga akan semakin mengurangi kemudahan dalam membaca peta. Oleh karena itu, perlu ditentukan jumlah kelas yang paling optimal. 3. Melakukan klasifikasi Ada banyak metode klasifikasi yang dapat digunakan. Sebagai contoh adalah metode break points, frequency diagram, cumulative frequency diagram, equal steps, dan quantile. Masing-masing akan menghasilkan klasifikasi yang berbeda. Pada suatu kasus, suatu metode dapat menjadi sangat baik untuk digunakan. Namun, metode tersebut bisa saja menjadi tidak sesuai jika digunakan pada kasus yang lain.

9 9 Pada kegiatan aplikatif ini, model klasifikasi yang dilakukan adalah manual classification (klasifikasi manual). Model ini melakukan klasifikasi secara non-otomatis dan non-matematis. Hasil klasifikasi yang dilakukan memiliki kelemahan karena distribusi data yang tidak merata. Model ini dipilih atas dasar pertimbangan yang lebih mengutamakan faktor interpretasi visual. Hal ini didukung oleh kelebihan model klasifikasi manual, yaitu batas antara interval data dapat didefinisikan secara jelas, misalnya , 8.000, 6.000, dan seterusnya. I Visualisasi data statistik Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam melakukan visualisasi data statistik (Kraak dan Ormeling, 2003). Kedua hal tersebut yaitu: 1. Penilaian validitas data Penilaian validitas data dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai kapan data didapatkan, dengan cara apa data didapatkan, dan apa tujuan dari pengumpulan data. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menunjukkan tingkat kepercayaan dan akurasi data. Berdasarkan pemaparan di atas, maka data yang digunakan dalam kegiatan aplikatif ini pun perlu dinilai validitasnya. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah seluruh data statistik berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Karena berasal dari Badan Pusat Statistik, maka tentunya pertanyaan-pertanyaan mengenai kapan data didapatkan, dengan cara apa data didapatkan, dan apa tujuan dari pengumpulan data dapat dijawab dengan mudah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa data yang digunakan memiliki tingkat validitas yang cukup tinggi. 2. Menentukan karakteristik data Data yang didapatkan dikategorikan sesuai dengan sifat dasarnya. Sifat dasar yang dimaksud di sini adalah apakah data tersebut berupa titik, garis, atau luasan. Dengan mengetahui sifat dasar data, maka dapat ditentukan metode visualisasi yang paling sesuai. Dalam kaitannya dengan data yang digunakan dalam kegiatan aplikatif ini, sifat dasar dari data tersebut adalah luasan. Hal ini mengingat bahwa data tersebut merepresentasikan nilai dari suatu unit wilayah (dalam hal ini desa atau kelurahan).

10 10 Berdasarkan variabel skalanya, data dapat dikategorikan menjadi data nominal, data ordinal, data interval, dan data rasio. Dalam kaitannya dengan peta, masing-masing data tersebut memiliki karakteristik tersendiri sehingga penyajiannya pun berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan mengenai keempat jenis data tersebut. a. Data Nominal Data nominal adalah jenis ukuran data yang paling sederhana. Jenis data ini tidak menunjukkan tingkatan antar nilainya. Sebagai contoh adalah kode provinsi, yaitu 32 (Jawa Barat), 33 (Jawa Tengah), 34 (DIY), dan seterusnya. Kode provinsi 32 tidak lebih tinggi dari 33 dan 34 ataupun sebaliknya. Ciri-ciri lainnya adalah tidak dapat dilakukan operasi matematika. Kode provinsi 33 dikurangi kode provinsi 32 tidak sama dengan kode provinsi 01. b. Data Ordinal Data ordinal adalah data yang memiliki sifat menunjukkan urutan atau tingkatan. Namun, tingkatan tersebut juga tidak dapat dilakukan operasi matematika. Sebagai contoh adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kepala daerah yang dinilai dengan Sangat Percaya (3), Percaya (2), dan Tidak Percaya (1). Operasi matematika tidak berlaku, sebagai contoh (Tidak Percaya + Percaya Sangat Percaya). c. Data Interval Data interval adalah data yang memiliki rentang tertentu. Pada data interval, nilai nol mutlak tidak ada. Contohnya adalah suhu lingkungan yang dapat menggunakan skala Celsius ataupun Fahrenheit. Nilai nol pada skala Celsius tidak sama dengan nilai nol pada skala Fahrenheit. d. Data Rasio Data rasio hampir sama dengan data interval. Yang membedakan adalah data rasio memiliki nilai nol mutlak. Sebagai contoh adalah curah hujan. Curah hujan memiliki rentang tertentu untuk klasifikasi curah

11 11 hujan tinggi, sedang, dan rendah, dengan nilai nol yang mutlak yakni tidak ada hujan. I Variabel visual Dalam melakukan visualisasi berbentuk peta, dikenal istilah variabel visual yang merujuk pada aspek-aspek yang dapat digunakan untuk merepresentasikan data. Bertin (1983) menyebutkan enam variabel visual, yaitu: 1. Ukuran 4. Pola 2. Value 5. Orientasi 3. Warna 6. Bentuk Beberapa literatur seperti pada Riyadi (1994) menambahkan variabel visual lain, yakni posisi (x, y). Dengan demikian, terdapat tujuh variabel visual yang umum digunakan untuk merepresentasikan data. Masing-masing variabel sesuai jika digunakan untuk tipe data tertentu dan bisa saja tidak sesuai untuk tipe data lainnya. Sebagai contoh, variabel ukuran lebih cocok untuk tipe data ordinal daripada nominal. Pada prakteknya, sebuah objek di permukaan bumi tidak selalu hanya disimbolkan dengan menggunakan satu variabel visual saja. Terkadang ditemukan pula penggunaan beberapa variabel visual secara bersama-sama untuk merepresentasikan sebuah objek. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman pengguna peta terhadap apa yang disajikan di dalam peta Sifat pemahaman Dalam kaitannya dengan perancangan simbol, perlu diperhatikan pula mengenai sifat pemahaman dari simbol tersebut. Sifat pemahaman merupakan aspek tertentu dari suatu penggunaan variabel visual yang menonjolkan pengertian tertentu terhadap objek yang disimbolkan (Riyadi, 1994). Masih dari sumber yang sama, Riyadi menyebutkan setidaknya terdapat empat sifat pemahaman, yaitu: 1. Asosiatif Varibel visual yang memiliki sifat asosiatif memberi pemahaman kepada pengguna peta bahwa simbol-simbol yang disajikan memiliki tingkat kepentingan yang sama.

12 12 2. Selektif Variabel visual dengan sifat selektif menyebabkan pengguna peta dapat membedakan suatu simbol dengan simbol lainnya secara cepat. 3. Order Variabel visual dikatakan memiliki sifat order jika simbol yang disajikan memiliki tingkatan tertentu. 4. Kuantitatif Variabel visual yang bersifat kuantitatif menghasilkan simbol-simbol yang dapat dibedakan berdasarkan suatu jumlah yang jelas. Hubungan antara sifat pemahaman dengan variabel visual selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Sifat Pemahaman Tabel I.1. Variabel visual dan sifat pemahamannya Posisi Bentuk Orientasi Warna Tekstur Value Ukuran Asosiatif Selektif Order Kuantitatif Keterangan: = Sangat Kuat; = Kuat; = Cukup; = Jelek Sumber: Riyadi (1994) I.5.2. Peta berbasis web Peta berbasis web (online) dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peta statik dan peta dinamik (Kraak dan Brown, 2000). Perbedaan mendasar dari kedua jenis peta tersebut adalah kemampuannya dalam menampilkan data. Peta berjenis statik hanya menampilkan data yang telah diatur sedemikian rupa oleh pembuat peta. Pengguna tidak dapat memberikan input terhadap peta yang disajikan. Berbeda dengan peta statik, peta dinamik memiliki kemampuan untuk merespon input yang diberikan oleh pengguna peta. Input yang diberikan pengguna kemudian diproses dan disajikan secara langsung. Outputnya adalah peta yang telah mengalami perubahan sesuai dengan input yang diberikan oleh pengguna peta.

13 13 Kedua jenis peta di atas dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu peta view only dan peta interaktif. Klasifikasi ini didasarkan pada tingkat interaksi peta dengan pengguna. Peta berjenis view only hanya menampilkan peta saja, sama seperti peta-peta konvensional pada umumnya. Peta interaktif mampu mendukung interaksi yang lebih banyak antara pengguna dan peta. Pengguna dapat mengatur tampilan peta dengan melakukan zooming, panning, dan hyperlink ke informasi lain yang terkait. Secara umum, klasifikasi peta berbasis web dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Peta Berbasis Web Peta Statik Peta Dinamik View Only Interaktif View Only Interaktif Gambar I.5. Klasifikasi peta berbasis web Sumber: Kraak dan Brown (2000) I.5.3. StatPlanet Plus StatPlanet adalah perangkat lunak untuk pembuatan peta interaktif dan visualisasi data. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh StatSilk, sebuah perusahaan dari Australia yang didirikan oleh Frank van Capelle. Misi utama dari dikembangkannya perangkat lunak ini adalah untuk menjadikan analisis data sebagai proses yang mudah, efisien, dan menyenangkan (Statsilk, 2013b). StatPlanet Plus adalah pengembangan dari StatPlanet. StatPlanet Plus memiliki fitur yang lebih lengkap daripada StatPlanet. Fitur-fitur yang ada dalam StatPlanet Plus adalah (Statsilk, 2013b):

14 14 1. Visualisasi Visualisasi data pada StatPlanet Plus dapat berupa peta, tabel, maupun diagram dan grafik. Pengguna dapat membuat choropleth map dan/atau proportional symbol map, sesuai dengan data yang digunakan. Data juga dapat ditampilkan sebagai diagram, baik itu diagram batang, garis, maupun scatterplot, atau dalam bentuk tabel. 2. Seleksi area Pengguna dapat melakukan pemilihan objek-objek spasial yang ada di peta untuk melihat data dari objek-objek tersebut. Objek-objek yang terpilih kemudian dapat pula dikelompokkan secara terpisah sehingga data tersebut dapat saling dibandingkan. 3. Animasi temporal Data yang bersifat time series dapat dianimasikan perubahannya secara temporal. Tampilan peta juga berubah-ubah mengikuti animasi time series dari data terkait. 4. Zooming dan panning Untuk memperjelas tampilan pada area-area tertentu, pengguna dapat melakukan pembesaran (zooming) dan penggeseran (panning). Zooming dilakukan dengan menggerakkan scroll pada mouse, sedangkan panning dilakukan dengan melakukan dragging menggunakan mouse pada muka peta. 5. Kustomisasi Jika merasa kesulitan dalam mengamati visualisasi data pada muka peta, pengguna dapat melakukan pengaturan warna dan tampilan dari muka peta. Untuk data yang bersifat interval, pengguna juga dapat mengatur interval kelasnya sesuai keperluan. 6. Export data StatPlanet Plus memungkinkan pengguna untuk mengakses data dengan melakukan export data. Data yang diunduh dapat berupa data spasial (berbentuk JPEG atau PNG) ataupun data atribut (berbentuk file CSV).

15 15 Perbandingan kelengkapan fitur dan harga antara StatPlanet dengan StatPlanet Plus dapat dilihat pada Tabel I.2. dan Tabel I.3. Tabel I.2. Perbandingan kelengkapan fitur pada StatPlanet dan StatPlanet Plus Feature StatPlanet StatPlanet Plus Indicator limit 5 none Shapefile map support no yes Custom Flash map support no yes Export (maps, graphs, tables) no yes Custom Logo no yes Statistics (st.dev, range, etc) no yes Graph types 4 6 Raster maps no yes Advanced tables no yes Add-on modules no yes Sumber: Statsilk (2013a) Tabel I.3. Perbandingan harga StatPlanet dan StatPlanet Plus Purpose StatPlanet StatPlanet Plus Web version: non-commercial free 395 USD Web version: commercial free 595 USD Desktop version: non-commercial free free Desktop version: commercial free 595 USD Sumber: Statsilk (2013a) I.5.4. Fungsionalitas dan usabilitas Fungsionalitas adalah bagaimana suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan pengguna (Goodwin, 1987). Sistem yang dapat menyediakan fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi pengguna akan lebih banyak digunakan daripada yang tidak sesuai kebutuhan pengguna. Hal ini menjadikan fungsionalitas sebagai hal yang harus dipertimbangkan secara matang oleh para pengembang atau pembuat sistem. Perlu

16 16 dilakukan riset untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pengguna dan apakah sistem yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan tersebut. Seiring berkembangnya waktu, paradigma mengenai pemenuhan kebutuhan pengguna mengalami sedikit perubahan. Pengembangan sistem tidak lagi terfokus pada bagaimana menyediakan fungsi-fungsi secara lengkap, tetapi juga bagaimana membuat fungsi-fungsi tersebut dapat digunakan dengan mudah. Hal ini merujuk pada istilah usabilitas yang dikemukakan oleh Nielsen (1994). Suatu sistem yang menyediakan fungsi-fungsi dengan sangat banyak tidak akan bermanfaat jika pengguna mengalami kesulitan dalam menggunakannya. Sementara itu, Bevan (1995) menambahkan bahwa usabilitas adalah ukuran untuk menilai apakah pengguna dapat mencapai tujuannya dengan menggunakan sistem tertentu. Menurut Bevan (1995), pengguna yang dimaksud dalam konteks ini bukan pengguna secara umum, melainkan pengguna tertentu sesuai dengan sasaran pembuatan sistem. Secara tidak langsung, maka pembuatan sistem juga harus mempertimbangkan siapa sasaran pengguna. Hal ini sesuai dengan Goodwin (1987), yang menyatakan bahwa proses pembuatan desain sistem memerlukan pemahaman mengenai sasaran pengguna, tingkat keahlian pengguna, estimasi lama pemakaian sistem oleh pengguna, dan bagaimana perubahan kebutuhan pengguna seiring meningkatnya pemahaman pengguna terhadap sistem. Goodwin (1987) menyebutkan bahwa usabilitas merupakan hal yang kompleks dan tidak mudah, tetapi investasi untuk meningkatkan usabilitas adalah sama pentingnya dengan investasi untuk fungsionalitas. Kegagalan dalam pertimbangan usabilitas dapat menyebabkan kegagalan sistem. Usabilitas memiliki peran yang penting terhadap fungsionalitas, yakni dengan membuat fungsi-fungsi yang tersedia menjadi mudah diakses dan digunakan.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa penting di masa lampau yang terjadi di kehidupan manusia dan menyangkut perubahan serta perkembangan manusia (Ali, R.M., 2005).

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir

Lebih terperinci

PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL

PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL PEMANFAATAN APLIKASI STATPLANETS UNTUK MENUNJANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN VISUALISASI DATA STATISTIK BERBASIS SPASIAL Priyono 1, Rudiyanto 2 Geography Faculty of Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti permukaan dan graft yang berarti gambaran atau bentuk, sehingga kartografi merupakan gambaran permukaan

Lebih terperinci

Statistik Farmasi 2015

Statistik Farmasi 2015 Statistik Farmasi 2015 Tujuan Perkuliahan Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengorganisir data menggunakan distribusi frekuensi 2. Mempresentasikan data dalam distribusi frekuensi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1 Sistem Informasi Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, maka turut berkembang pula teknologi yang digunakan. Dalam kesehariannya, manusia selalu membutuhkan teknologi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan akan terkena dampak dari setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan akan terkena dampak dari setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan untuk membentuk karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Badan Informasi Geospasial luas negara Indonesia adalah 5.180.053 km 2, 1.922.570 km 2 diantaranya adalah daratan atau hanya 37,11% luas Indonesia berupa daratan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya) (KBBI, 2015). Penduduk pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Aniendyta Apty Haryono

PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Aniendyta Apty Haryono PENYUSUNAN ATLAS PERTANIAN WILAYAH KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Aniendyta Apty Haryono chibitata@ymail.com Noorhadi Rahardjo noorhadi@ugm.ac.id Abstract The direction of this

Lebih terperinci

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3

ARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3 ARCVIEW GIS 3.3 1. Pengantar GIS GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Bab II Mendesain Peta

Bab II Mendesain Peta Bab II Mendesain Peta Pada bab ini anda akan mempelajari seluruh tahapan yang dibutuhkan untuk menyusun tampilan peta yang banyak digunakan secara umum berdasarkan layerlayer peta yang tersedia. Salah

Lebih terperinci

MULTIMEDIA DATABASE. Abstraksi

MULTIMEDIA DATABASE. Abstraksi MULTIMEDIA DATABASE Hanif Al Fatta Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Perkembangan aplikasi multimedia akhir-akhir inin telah mengantarkan manusia pada kebutuhan baru. Bagaimana mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi yang menggabungkan dunia manajemen basis data dengan peta digital, dan grafik. Secara umum Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki angka perpindahan penduduk dari desa ke kota yang terus menerus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Iklim adalah suatu kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara umum tentang penelitian yang penulis lakukan yakni meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian tugas akhir, lingkup masalah, metodologi

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Pengertian Pengukuran Skala Nominal Skala Ordinal Skala Interval Skala Rasio Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Variabel Penelitian Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

Lebih terperinci

STATISTIK DESKRIPTIF

STATISTIK DESKRIPTIF STATISTIK DESKRIPTIF DATA & VARIABEL Data adalah sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan perubahan sistem pemerintah berkembang dengan pesat. Kedua hal itu bermuara pada upaya pelaksanaan tugas, fungsi pengayoman dan pelayanan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan manusia akan teknologi meningkat dengan sangat pesat. Hal itu dikarenakan pekerjaan akan terasa lebih mudah jika diselesaikan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan data statistik kependudukan khususnya angka fertilitas dan mortalitas dalam beberapa tahun terakhir ini sangat meningkat khususnya untuk masukan proyeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertanian memberikan kontribusi banyak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya sebagai sumber pangan, sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambanglambang yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Kegunaan Data : 3/28/2012

Kegunaan Data : 3/28/2012 Data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap, meskipun belum tentu benar. Data dapat digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan atau persoalan. Data yang baik adalah data yang bermanfaat Data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah membawa perubahan pesat dalam aspek kehidupan manusia, perkembangan tersebut telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan fisik di Kota Malang dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan yang pesat ini tentunya juga membawa masalah baru. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi manajemen infrastruktur telah mengalami kemajuan sangat pesat. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita memasuki kehidupan yang serba modern. Pada kehidupan modern ini tentulah selalu mengutamakan waktu, bahkan ada istilah waktu adalah uang. Salah satu

Lebih terperinci

Visualisasi Data dan Informasi. Karakteris4k Data

Visualisasi Data dan Informasi. Karakteris4k Data Visualisasi Data dan Informasi Karakteris4k Data Menuru4 Schluter (Moh Nazir, 2006), langkah pen4ng sebelum sampai tahapan analisis data dan penentuan model adalah ke4ka kita melakukan pengumpulan dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Pada bagian ini dijelaskan tentang studi kebisingan yang melatarbelakangi penelitian tesis. Permasalahan pada studi kebisingan yang menjadi fokus kajian, dirumuskan pada bagian rumusan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pencatatan Data Warga Kelurahan Berbasis Mobile

Sistem Informasi Pencatatan Data Warga Kelurahan Berbasis Mobile Sistem Informasi Pencatatan Warga Kelurahan Berbasis Mobile Suryo Mulyawan Raharjo, Oky Dwi Nurhayati, Kurniawan Teguh Martono Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan

Lebih terperinci

PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF

PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF PERTEMUAN II STATISTIK DESKRIPTIF DATA & VARIABEL Data adalah sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis dan selanjutnya diinterpretasikan.

Lebih terperinci

SISTEM ELEKTRONIK RAPOR DI SMU MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

SISTEM ELEKTRONIK RAPOR DI SMU MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA SISTEM ELEKTRONIK RAPOR DI SMU MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA Lizda Iswari dan Wijaya Kusuma Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jalan Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan disediakan untuk masyarakat umum yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sistem informasi dapat di implementasikan terhadap banyak hal. Salah satunya adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan aplikasi sistem informasi yang memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menjalankan aktifitas sehari-hari nya dengan lancar. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menjalankan aktifitas sehari-hari nya dengan lancar. Begitu juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sarana dan prasarana suatu wilayah merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya sarana dan prasarana suatu wilayah, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan. disampaikan dengan menggunakan perangkat komputer.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan. disampaikan dengan menggunakan perangkat komputer. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap wilayah sudah seharusnya mempunyai teknologi informasi. Hal tersebut dikarenakan begitu banyaknya permasalahan yang ada dan banyaknya data atau informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Tasikmalaya merupakan kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki banyak potensi daerah dan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan statistika dalam penelitian sangatlah signifikan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan statistika dalam penelitian sangatlah signifikan, terutama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan statistika dalam penelitian sangatlah signifikan, terutama dalam hal pengolahan data. Mengingat pentingnya peranan statistika khususnya dalam penelitian,

Lebih terperinci

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis Company LOGO Sistem Informasi Geografis ibi Basis data spasial yaitu: sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi tetap maupun tidak tetap

Lebih terperinci

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2)

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) Mata Kuliah : PEMETAAN DAN TATA RUANG LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT Kode MK : M10B.113 SKS : 3 (2-1) PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) OLEH SYAWALUDIN A. HRP, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses belajar mengajar adalah proses pembelajaran dari tidak tahu menjadi tahu atau proses penyampaian informasi dari sumber informasi melalui media tertentu kepada

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW Created by : Adeline Narwastu, Eri Prasetyo Sistem Informasi / Universitas Gunadarma Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa system Pada bagian ini akan dibahas mengenai system yang sedang berjalan ditinjau terutama dari segi proses. Pada pemodelan system antar muka (interface

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) II. PENYAJIAN DATA 2.1 Data Data berbentuk jamak, sedangkan datum berbentuk tunggal. Data=datum-datum. Data adalah representasi dari suatu fakta yang menjelaskan suatu persoalan yang dimodelkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Berdasarkan Identifikasi dan Kebutuhan Pengguna Informasi Pasut

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Berdasarkan Identifikasi dan Kebutuhan Pengguna Informasi Pasut BAB 4 ANALISIS Pada bab ini akan dilakukan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu analisis berdasarkan identifikasi dan kebutuhan pengguna, analisis terhadap basis data serta analisis

Lebih terperinci

VARIABEL PADA PENELITIAN

VARIABEL PADA PENELITIAN VARIABEL PADA PENELITIAN Definisi Variabel Suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai. Simbol/lambang yang padanya kita lekatkan bilangan/nilai. Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

Lebih terperinci

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara.

BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. No.1517, 2014 BIG. Peta. Rencana Tata Ruang. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Oleh: Nur Azizah (NIM )

Oleh: Nur Azizah (NIM ) RESUME MATERI VARIABEL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd. Oleh: Nur Azizah (NIM. 16709251017)

Lebih terperinci

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum

BAB V PETA TEMATIK. 1. Umum 1. Umum BAB V PETA TEMATIK Peta Tematik adalah suatu peta yang memperlihatkan infonmasi kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur tertentu. Unsur-unsur tersebut ada hubungannya dengan detail topografi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi seperti layanan informasi website sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi seperti layanan informasi website sebagai alat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi didunia saat ini sangat begitu pesat, sehingga membuat masyarakat dunia mencari cara untuk dapat mengetahui perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang berhubungan dengan sistem informasi Pelaporan Supra Desa Berbasis Mobile yang ada masih sedikit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang berhubungan dengan sistem informasi Pelaporan Supra Desa Berbasis Mobile yang ada masih sedikit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang berhubungan dengan sistem informasi Pelaporan Supra Desa Berbasis Mobile yang ada masih sedikit perbandingannya. Berikut adalah perbandingan secara singkat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan komputer telah merambah ke berbagai bidang kehidupan dan dalam berbagai penyelesaian pekerjaan.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Persyaratan minimum perangkat keras agar nantinya dapat bekerja optimal adalah : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir sebagian besar pemerintah daerah belum memiliki sistem

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir sebagian besar pemerintah daerah belum memiliki sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir sebagian besar pemerintah daerah belum memiliki sistem informasi yang dapat menyediakan informasi-informasi melalui internet khususnya yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar dari suatu. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara oleh seseorang atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

Mendesain Tabel Statistik Secara Profesional

Mendesain Tabel Statistik Secara Profesional Mendesain Tabel Statistik Secara Profesional Tabel adalah salah satu output statistik deskriptif yang sering digunakan dalam praktik. Selain karena praktis, tampilan tabel juga mempunyai keunggulan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha, maka pembangunan di bidang ketenagakerjaan harus mencerminkan terpenuhinya hak-hak dan perlindungan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

Peranan Statistika. Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si.

Peranan Statistika. Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si. Peranan Statistika Disusun oleh Putriaji Hendikawati, S.Si., M.Pd., M.Sc. Dr. Scolastika Mariani, M.Si. 1. Pengertian Statistika Statistika banyak dimanfaatkan dalam berbagai aspek dan bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman yang telah maju ini manusia telah dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi. Hampir diseluruh aspek kehidupan manusia terdapat teknologi yang canggih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG Afif Luthfi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Email : luthrev@gmail.com ABSTRAK : Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membahas dan menguraikan tentang masalah sistem informasi geografis menentukan lokasi

Lebih terperinci

Manfaat Metode Penelitian

Manfaat Metode Penelitian Metode Penelitian Pengertian Metodologi Penelitin: Merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas hasil produksi suatu tanaman pangan khususnya komoditas Jagung sangat bergantung pada kualitas lahan yang akan digunakan. Jika pada awal pemilihan lahan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang berarti menggerakan. Contohnya sebuah benda yang mati, lalu digerakkan melalui perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai

Lebih terperinci

Based Learning dan Guided Discovery Setting STAD pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Prestasi, Kemampuan Representasi, dan Motivasi Belajar Matematika

Based Learning dan Guided Discovery Setting STAD pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Prestasi, Kemampuan Representasi, dan Motivasi Belajar Matematika VARIABEL PENELITIAN DEFINISI VARIABEL Suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai. Simbol/lambang yang padanya kita lekatkan bilangan/nilai. Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini komputer dapat ditemukan di berbagai instansi pemerintah, instansi swasta, maupun rumah tangga. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, membuat komputer

Lebih terperinci

Bab II Mendesain Peta

Bab II Mendesain Peta Bab II Mendesain Peta Pada bab ini anda akan mempelajari seluruh tahapan yang dibutuhkan untuk menyusun tampilan peta yang banyak digunakan secara umum berdasarkan layerlayer peta yang tersedia. Salah

Lebih terperinci

PRESENTASI DENGAN PREZI

PRESENTASI DENGAN PREZI PRESENTASI DENGAN PREZI Vivin Apriyanti vivin@raharja.info Abstrak Presentasi adalah suatu hal yang sudah tidak asing bagi dunia pendidikan maupun dunia kerja, yang mana berfungsi untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah:

METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah: BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun kerangka kerja yang dilakukan adalah: Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Penelitian 3.1 Pencarian

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Data dan informasi Geospasial menjadi salah satu kebutuhan yang mutlak untuk mendukung pembangunan di Indonesia, namun pemerintah seringkali mengabaikan peran data geospasial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PT PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Proses dalam meningkatkan usahanya, PT PLN (Persero) tidak dapat melepaskan perhatiannya

Lebih terperinci