BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

PENGGUNAAN REDUPLIKASI DAN KOMPOSISI PADA MAKALAH MAHASISWA MALAYSIA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

PROSES MORFOLOGIS BAHASA MELAYU PALEMBANG SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, sangat diperlukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka merupakan paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian), dokumentasi, dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, data-data yang ditampilkan harus berdasarkan data-data yang akurat dan berhubungan dengan objek yang diteliti. Penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan kepustakaan yang relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun bahan rujukan yang penulis gunakan adalah : Menurut Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah kata morfologi berati ilmu mengenai bentuk. Jadi morfologi ialah ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). 18

Keraf (1980:50) morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata. konsep kata atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas kata dasar, kata berimbuhan (afiks), kata ulang, dan kata majemuk. Parera (1990:18) proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Selain sebutan morfemis, disebut juga proses Morfologi. Ramlan (1978:21) Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan proses Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan proses pemajemukan. Selanjutnya Samsuri (1994:190) proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Buku ini menguraikan tentang proses morfologi yang dapat dilakukan melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, proses perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah suatu cabang ilmu bahasa yang membicarakan tentang morfem bebas atau morfem terikat yang dapat disusun membentuk kata. Sedangkan Proses Morfologi adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pembentukan kata tersebut dapat dilakukan yaitu melalui pembubuhan afiks (afiksasi), proses perulangan (reduplikasi) dan proses pemajemukan (kompositum). 19

2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori pendekatan Struktural oleh Ramlan. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat bahwa untuk menganalisis Morfologi dalam bahasa Pakpak Dialek Sim-sim, teori ini lebih sesuai. Selain menggunakan teori Ramlan, penulis juga menggunakan teori Abdul Chaer yang mendukung dan menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok serta memecahkan masalah. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini bersifat gabungan,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi. Menurut Ramlan (1978:51-52) proses Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. Seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata menggergaji yang yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari kata rumah; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari pokok kata temu, kata bersandar yang dibentuk dari pokok kata sandar ; mungkin berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil; mukngkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata rumah dan sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan tempur yang dibentuk dari kata pasukan dan pokok kata tempur; mungkin juga 20

berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba lari yang dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata lari. Proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks itu disebut afiksasi dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. Proses pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses perulangan atau reduplikasi, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang, gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru yang, seperti kata meja makan dan kepala batu, yang dibentuk dari kata meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan dengan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan proses seperti ini disebut kata majemuk. Dari uraian Ramlan, telah dijelaskan bahwa dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik, ialah proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan proses pemajemukan. Abdul Chaer ( 2008:25 ) proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunagan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). 2.2.1 Proses Pembubuhan Afiks Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal, maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan 1978:54-55) sedangkan afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang 21

memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain, namun morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat digolongkan afiks sebab secara gramatik morfem itu sebanarnya mempunyai sifat bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dikelola, diadakan. Afiks yang terletak di jalur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di depan bentuk dasar, contoh: morfem ber- dalam berlari, bertopi,bernyanyi. Morfem ter- dalam terjatuh, terluka, terbakar. yang terletak di lajur tengah disebut infiks karena selalu melekat di tengah bentuk dasar, contoh: morfem el-,-er-, dan emyang hanya terdapat dalam geletar, gerigi,gemetar,temali, seruling. yang terletak di lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk dasar, contoh: morfem kan dalam samakan, gulungkan, ikatkan. dan sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, sebagiannya terletak di belakangnya yang disebut simulfiks atau afiks terpisah, contoh: /pen- + -an/ pada pemakaian, pemisahan dan afiks /ber- + -an/ pada berpakaian,berberserakan. Berdasarkan uraian dari teori tersebut, afiks-afiks pembentuk kata dalam bahasa Pakpak dialek Simsim melalui prefiks, infiks, sufiks dan afiks terpisah (konfiks) adalah: 1. Prefiks Prefiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Prefiks pe- 22

Pe- + kundul duduk pekundul dudukkan Pe- + jolmit dekat pejolmit dekatkan Prefiks percontoh: per- + dalan jalan perdalan cara berjalan per- + juma ladang perjuma pekerja kebun Prefiks mercontoh : mer- + dalan jalan merdalan berjalan mer- + ukur hati merukur baik Prefiks secontoh : se- + sambung ember sesambung satu ember se- + selup liter seselup satu liter 2. Infiks Infiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Infiks in- -in- + tukak tusuk tinukak ditusuk -in- + taka belah tinaka dibelah Infiks um- -um- + tabah tebang tumabah menebang -um- + tatak tari tumatak menari 23

3. Sufiks Sufiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Sufiks -en -en + sukut cerita sukuten cerita/perkataan -en + laus pergi lausen akan dilewati Sufiks i -i + palu pukul palui pukuli -i + sira garam sirai garami Sufiks ken -ken + berre beri berreken berikan -ken + gampar letak gamparken letakkan 4. Konfiks / simulfiks simulfiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak Suak Simsim yaitu Konfiks ke -en ke -en + bincar terang kebincaren cahaya terang ke -en + mende bagus kemenden kebaikan 24

2.2.2 Proses Perulangan Ramlan (1980:63) proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik. Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan. Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu (1) pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya : sepeda menjadi sepeda-sepeda, buku menjadi buku-buku, (2) pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari 25

bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, (3) perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan bukan keretaan, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi. Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut: 1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem. contoh : bapa ayah bapa-bapa bapak-bapak kedek kecil kedek-kedek kecil-kecil 2. Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Bentuk perulangan sebagian bagak cantik dogok duduk gomok gemuk gale golek babagak cantik-cantik dokdogok duduk-duduk gogomok gemuk-gemuk gagale golek-golek 26

3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks. a. Reduplikasi dengan prefiks : Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya. menangkih memanjat menangkih-nangkih memenjat-manjat menurat menulis menurat-nurat menulis-nulis b. Reduplikasi dengan infiks : Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama maupun pada kata yang kedua. dumurban serentak tumutung membakar dumurban-durban serentak-serentak tumutung-tutung membakar-bakar c. Reduplikasi dengan sufiks : Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar. paluken pukulkan palu-paluken pukul-pukulkan endeken nyanyikan ende-endeken nyayi-nyanyikan d. Reduplikasi dengan konfiks : Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar. mersitukulen saling memukul mersipaguten saling memukul mersitukulen saling memukul mersipaguten saling mematok 27

2.2.3 Proses Pemajemukan Ramlan (1980:76) Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Misalnya: rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati. Kata yang terdiri dari gabungan dua kata sebagai unsurnya merupakan kata majemuk. Disamping itu ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya. Misalnya: daya tahan, kamar kerja, ruang baca, kolam renang, lempar lembing. Kata-kata majemuk yang terdiri dari unsur berupa kata dan pokok kata. Unsur yang berupa pokok kata, misalnya : kolam renang,pasukan tempur, medan tempur, lomba lari, kamar kerja, jam kerja, masa kerja. Sedangkan unsur yang berupa kata ialah : kolam, pasukan, medan, lomba, kamar, jam, masa. Sedangkan kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya: terima kasih, lomba lari, loba tembak, lomba masak, lomba nyanyi, jual beli, tanggung jawab, tanya jawab, simpan pinjam dan sebagainya. Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar ( biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan ) untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata. komposisi dapat dibedakan lima macam yaitu sebagai berikut : 1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga bentuk komposisinya yang koordinatif. baca tulis, makan minum, kaya miskin, ayam itik, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : juma sabah sawah ladang. 2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. sate ayam, sate 28

lontong, sate madura, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : mangan gadong makan ubi 3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, sekalipun bebas dari konteks kalimatnya sebagai istilah yang digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contohnya : tolak peluru, angkat besi, terjun payung. Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : limper mbaling logam bengkok 4. Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. memeras keringat bekerja keras, membanting tulang kerja keras, menjual gigi tertawa Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : merdea kessah jual nyawa 5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujut dalam dunia nyata. Contohnya : stasiun gambir, selat sunda, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : jambu mbellang jambu luas, lae mbereng air hitam. 29