BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri terbesar yang menghasilkan devisa

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. wisata alam tersebar di laut, pantai, hutan dan gunung, dimana dapat

Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka. kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual, desa wisata diartikan sebagai. suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

PENDAHULUAN. satu dengan yang lain (Utama, 2014; Samaji, 2015; Setiawan, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Pengembangan Ekowisata Di Bumi Perkemahan Kiara Payung Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata menjadi salah satu andalan dalam sektor perekonomian daerah

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, peran pariwisata sangat berpengaruh terhadap

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Wukirsari adalah salah satu desa di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah selatan pusat kota Kota Yogyakarta dengan luas wilayah kira-kira 15 kilometer persegi. Desa dengan 16 dusun dan 91 RT ini memiliki banyak potensi pariwisata yang belum dieksplorasi lebih lanjut. Selama ini, desa ini lebih dikenal sebagai desa Batik karena adanya pusat-pusat kerajinan batik dibeberapa dusun yang ada di desa itu. Hal ini patut disayangkan karena desa yang luas ini sebenarnya masih mempunyai potensi wisata yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata. Di desa ini terdapat potensi-potensi alam yang di dukung oleh seni budayanya yang dapat dikembangkan untuk tujuan wisata alam seperti yang telah dilakukan di daerah-daerah wisata lainnya di Indonesia. Sebagai contoh adalah keberhasilan pengembangan peluang wisata di Kampung Talun, Bali sudah memanfaatkan peninggalan budaya dan potensi alamnya karena kebudayaan dan alam merupakan dua hal yang dapat mengusik rasa keingintahuan manusia. Jadi keberhasilan Talun antara lain terletak pada memanfaatkan dan mendorong rasa ingin tahu seseorang untuk mengadakan perjalanan (Pendit, 1994). Yogyakarta, sama seperti Talun, adalah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan seni budaya dan keindahan alam pedesaannya. Yogyakarta juga merupakan salah satu Propinsi yang menjadi tujuan 1

kunjungan wisata ke Indonesia selain Bali. Kota ini terkenal dengan keberadaan keratonnya dan berbagai kegiatan kebudayaan di seputar keraton termasuk peninggalan purbakala di daerah sekitarnya yang berupa candi-candi. Tetapi sejalan dengan perkembangan pariwisata di tanah air, ada desakan dari berbagai pihak yang prihatin dengan pengaruh industri pariwisata. Mereka menginginkan agar pemerintah daerah merubah kebijakan pembangunan di bidang pariwisata yang selama ini dianggap hanya berorientasi pada jumlah kunjungan wisatawan dengan wisata masalnya (mass tourism). Hal ini dinilai telah mengancam kelestarian baik lingkungan fisik maupun budaya. Harus diakui bahwa pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua manusia. Terutama mereka yang menghuni kota terutama kota-kota besar di berbagai belahan dunia. Secara ekonomi, tidak murah untuk suatu perjalanan wisata, namun kejenuhan yang dialami biasanya membuat sebagian dari masyarakat menyisihkan dana khusus untuk berwisata atau berekreasi guna mengembalikan energi mereka setelah sibuk beraktivitas. Tingginya minat manusia akan kegiatan berwisata menyebabkan perkembangan pariwisata dunia meningkat saat ini. Tetapi hal ini memang harus diimbangi dengan pelestarian lingkungan dan kebudayaan sehingga manusia tidak merusak ekosistemnya sendiri. Berdasarkan Pengarahan Dirjen PHPA di Bandar Lampung 1991, bidang kepariwisataan dan rekreasi dunia akan meningkat pesat pada masa yang akan datang. Hal ini sebagai akibat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk dan semakin berkembangnya kota-kota besar di seluruh 2

dunia. Jumlah wisatawan tahun 2004 seperti yang dijelaskan pada tabel 1.1 menunjukkan pencapaian yang luar biasa dalam hal jumlah wisatawan. Jadi hal ini harus diantisipasi oleh daerah dalam mengembangkan industri pariwisatanya. Tabel 1.1: Jumlah wisatawan Peringkat pariwisata dunia tahun 2004 Urutan Pariwisata Jumlah Wisatawan (Juta) Tiongkok 41,8 Italia 37,1 Britania Raya 27,7 Hong Kong 21,8 Meksiko 20,6 Jerman 20,1 (Sumber: World Tourism Organization (WTO), 2005) Pengembangan pariwisata daerah, dalam hal ini dapat memfokuskan diri pada penggalian potensi daerahnya masing-masing. Saat ini ada kecenderungan untuk mengembangkan ekowisata di daerahdaerah karena dipandang menguntungkan baik dari segi pelestarian alam maupun social, ekonomi dan budaya. Hal ini masuk akal karena Indonesia diakui dunia sebagai negara megabiodiversitas walaupun belum masuk 10 peringkat kepariwisataan dunia. Hal ini pantas disayangkan karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan pemandangan alam yang indah, serta flora dan faunanya yang beragam kehidupan. Jadi hal itu dapat dimanfaatkan untuk bidang pariwisata dengan strategi-strategi tertentu. Semakin ramainya Daerah Istimewa Yogyakarta dengan warga pendatang membuat jogja hampir kehilangan ciri khas tradisionalnya sehingga, diketahui bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang 3

berkunjung ke Jogja semakin berkurang. Namun menurut Widi Utaminingsih (Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta), potensi desa wisata di daerah itu bisa menjadi unggulan dalam pengembangan pariwisata, sehingga bisa menjadi alternatif kunjungan wisatawan di wilayah provinsi DIY. "Desa wisata di daerah ini memiliki ciri khas serta kelebihan yang tidak dimiliki daerah lain," tutur ketua yayasan yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan budaya dan pariwisata berbasis potensi lokal itu (inilah.com). Hal ini sangat memprihatinkan sehingga muncullah ide untuk mengembangkan desa-desa yang potensial itu sebagai desa wisata. Beberapa desa wisata di Yogyakarta yang telah dikembangkan selama ini antara lain Desa wisata Gabungan di Tempel Sleman, Garongan dan Kelor Turi Sleman yang memiliki kebun salak, kawasan pemancingan, perikanan dan kawasan untuk jogging, desa wisata yang memiliki keunikan lain yaitu misalnya kerajinan ATBM, anyaman gedebog pisang, lidi dan pantai Cemplon yaitu didesa wisata Gamplong Moyudan Sleman sedangkan desa wisata yang memiliki keunikan lain seperti gardu pandang, sarang burung Blekok dan Kuntul, pelatihan pertanian, pemancingan dan kawasan jogging adalah desa wisata Ketingan Mlati Sleman. Desa-desa wisata di DIY memiliki keunikan seperti telah dijelaskan diatas, namun bukan hanya itu yang dimiliki berbagai desa wisata di DIY. Terdapat juga di beberapa desa misalnya desa wisata Sambi Pakem Sleman, Srowolan Turi Sleman, Trumpon Tempel Sleman, Tanjung 4

Donokerto Sleman, Tunggul Arum Turgo Lereng merapi, Krebet Sendang Sari Bantul, Kebon Agung Imogiri Bantul, adanya kebun anggur, fedlok, wisata ziarah, hiking, pemandangan alam, konsrvasi hutan, trekking, kerajinan kayu batik, bunga kering, wisata air, kanoing, Gua Cerme, pembuatan gula merah dan Makam Raja-raja. Pemerintah mulai menaruh perhatian pada pengembangan desa wisata di DIY. Hal ini terlihat dari dana pengembangan desa wisata yang pada tahun-tahun sebelumnya sebesar 60 juta per tahun, tahun 2010 ini meningkat menjadi 100 juta per tahun / per satu desa wisata (Bataviase.co.id). Berawal dari kondisi keprihatinan tersebut dan harapan untuk membuat kegiatan pariwisata yang lebih sehat dan bermanfaat untuk penduduk Yogyakarta dan wisatawan tamu, Maka pemerintah berusaha menangani potensi wisata DIY yang bisa dikembangkan dengan menyediakan dana bantuan bagi desa-desa yang berpotensi untuk mengembangkan wisata di desanya seperti yang telah dijelaskan. Sebagai hasilnya sampai saat ini desa wisata di Yogyakarta hampir tidak dapat dihitung. Namun wisata desa yang dilakukan selama ini masih merupakan wisata massal yang di khawatirkan akan mengakibatkan hilangnya sifat alami dari desa wisata. Permasalahan yang sering timbul adalah bahwa pembangunan wisata desa tidak disesuaikan dengan kapasitas kawasan tersebut sehingga terjadi kerusakan lingkungan karena jumlah wisatawan kadang melebihi kapasitas kawasan yang ada. Sangat minimnya 5

pengetahuan wisatawan tentang pentingnya menjaga kelestarian kawasan wisata juga menjadi keprihatinan tersendiri. Oleh sebab itu banyak dilakukan usaha penelitian yang bertujuan untuk mengubah salah satu desa wisata menjadi desa ekowisata (Ecotourism) dengan wawasan lingkungan yang benar. Ekowisata memang merupakan salah satu trend wisata yang berkembang saat ini. Ekowisata menurut The International Ecotourism Society (Fandeli 2002) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke daerah yang masih alami yang di lakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kesejahteraan penduduk setempat. Salah satu tujuan utama ekowisata adalah untuk konservasi lingkungan, sehingga para wisatawan sebenarnya juga konservasionis. Artinya ekowisata perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas, terutama mereka yang akan berekowisata, agar tujuan ekowisata itu sendiri tercapai. Tujuan sosialisasi ekowisata juga untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap eksistensi kawasan konservasi. Hal ini akan menyadarkan masyarakat bahwa penyelamatan lingkungan/ konservasi bukan hanya tugas konsevasionis, namun itu juga merupakan tanggung jawab semua anggota masyarakat. Dalam pengembangan ekowisata desa, salah satu permasalahan yang sering dialami adalah adanya pro kontra didalam masyarakat. Sebagian masyarakat sependapat dengan konsep ekowisata yang biasanya di tawarkan yaitu untuk penyelamatan dan pelestarian serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun sebagian masyarakat lagi yang kontra dengan ekowisata dan sudah merasa puas dengan pendapatan yang 6

diperoleh dari wisata yang selama ini telah di jalankan. Untuk itu sangat penting bagi pengelola ekowisata pada suatu kawasan untuk bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam mencapai tujuan ekowisata. Desa Wukirsari, dalam hal ini, merupakan desa yang sudah diberi label sebagai desa wisata. Hal ini dapat dilihat dengan adanya tugu yang terletak di dusun Karangkulon dengan tulisan yang menerangkan bahwa desa tersebut adalah desa wisata dengan berbagai jenis wisata yang ada. Hal ini paling tidak menunjukkan keinginan desa tersebut menjadi desa wisata. Tetapi dalam kenyataannya tampaknya potesi yang ada belum tergali secara baik dan maksimal. Sehingga mengeksplorasi lebih jauh potensi wisata desa ini akan berguna untuk pengembangan pariwasatanya di masa yang akan datang. Berdasarkan perbandingan dengan desa-desa wisata yang telah berkembang tampaknya desa Wukirsari ini akan cocok untuk pengembangan ekowisata. Desa ini memiliki banyak potensi yang belum tersentuh pasar dan ekowisata merupakan peluang terbaik untuk menjual potensi-potensi alamnya selain potensi seni dan budaya, sosial ekonomi dan SDM yang di miliki desa desa ini. Dengan ekowisata, potensi yang ada tetap dapat dijual tanpa harus mengalami kerusakan. Artinya potensi yang ada dapat dijaga tetapi tetap menarik orang untuk datang. Potensi potensi jika dikembangkan dengan baik juga akan mendatangkan penghasilan bagi masyarakat setempat. 7

B. RUMUSAN MASALAH Saat ini pengelolaan wisata di desa Wukirsari yang berlabel desa wisata tidak seperti yang diharapkan dari sudat pandang ekowisata yaitu wisata dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kesejahteraan penduduk setempat. C. TUJUAN PENELITIAN Dengan mengacu pada konsep ekowisata desa yang diharapkan, yaitu dapat mengkonservasi lingkungan dan menyejahterakan rakyat, maka perlu diketahui terlebih dahulu potensi ekowisata yang ada di desa Wukirsari dan mengidentifikasi peluang dan permasalahannya supaya dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan desa dan strategi pengembangannya sebagai desa ekowisata yang menjajikan. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Memperoleh informasi tentang potensi yang ada di desa Wukirsari untuk dapat dikembangkan lebih baik kedepan dengan konsep ekowisata yang ada. 2. Mengetahui peluang dan permasalahan yang ada, sehingga dalam pengelolaan ekowisata desa ini oleh pengelola dapat dikendalikan. 3. Wisatawan mendapatkan referensi untuk memperoleh pengalaman baru yang menarik dan bermakna dari wisata alam, seni dan budaya, religius, dan pengobatan tradisional. 4. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan 8

5. Untuk kepentingan pengembangan kepariwisataan nasional 9