BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Kebijakan Pelaksanaan REDD

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

West Kalimantan Community Carbon Pools

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional)

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

ISSN : X Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

Implementasi Mekanisme REDD+

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

SELAMAT TAHUN BARU 2011

Tata ruang Indonesia

Perubahan Iklim dan SFM. Dewan Nasional Perubahan Iklim Jakarta, 3 Desember 2009

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

CADANGAN, EMISI, DAN KONSERVASI KARBON PADA LAHAN GAMBUT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PROFIL PELATIHAN PERUBAHAN IKLIM DAN REDD+

Ketidakpastian Pasar Karbon

Perkuat Agenda Perubahan Iklim dan Komitmen Indonesia Melindungi Hutan

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

National Planning Workshop

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

REDD - INDONESIA STRATEGI. Disampaikan Pada Peluncuran Demonstration Activities REDD Indonesia. Jakarta, 6 Januari 2010

REDD - INDONESIA STRATEGI. Disampaikan Pada Peluncuran Demonstration Activities REDD Indonesia. Jakarta, 6 Januari 2010

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Camp SSI. Kanal transportasi kayu (+24 Km) yang ditinggalkan oleh Perusahaan HPH

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

MEKANISME PERDAGANGAN KARBON: PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia sampai tahun 2030. Emisi gas rumah kaca tahunan Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu sekitar 15 persen dari total emisi Indonesia. Gambut dan LULUCF (Land Use and Land Use Change and Forest) merupakan kontributor terbesar terhadap emisi Kalimantan Tengah. Emisi yang berasal dari LULUCF dan lahan gambut tersebut dihasilkan oleh deforestasi dan perusakan hutan, kebakaran dan dekomposisi gambut. Apabila tidak terdapat perubahan dalam cara pengelolaan sektor-sektor tersebut maka emisi netto Kalimantan Tengah diperkirakan akan meningkat sampai dengan 18 persen antara tahun 2005 sampai 2030, dari 292 menjadi 340 MtCO2e (DNPI, 2010). Melalui COP (Conference of Parties) 16 di Cancun dan Protocol Kyoto diperoleh salah satu konsep mitigasi perubahan iklim yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dengan mencegah atau mengurangi hilangnya hutan yang bertanggung jawab atas 20% emisi GRK adalah melalui instrumen REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation). Pada saat ini kegiatan-kegiatan kesiapan REDD+ sudah berlangsung. Pendekatan bertingkat dan subnasional berskala kecil lebih mungkin 1 Emisi gas rumah kaca umumnya diukur dalam jutaan ton setara karbon dioksida atau MtCO2e.

2 disesuaikan dengan keadaan lokal apabila dibandingkan dengan pendekatan nasional. Pengalaman dari beberapa proyek kredit karbon berbasis kehutanan menunjukkan bahwa proyek semacam ini dapat mendukung pembangunan kapasitas lokal, pengambilan keputusan secara partisipatif dan pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat (Corbera, 2005). Hasil diskusi REDD pada COP 13 di Bali tahun 2007 menegaskan pentingnya pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan (Van Noordwijk et al, 2008). Keberhasilan REDD+ akan ditentukan oleh besarnya harapan dan dukungan dari peran aktivitas masyarakat di sekitar hutan (RECOFTC, 2010). Rencana implementasi REDD+ di Indonesia secara nasional dalam Strategi Nasional (Stranas) REDD+ akan dilaksanakan mulai tahun 2013. Sehubungan dengan itu, Kementerian Kehutanan (Dirjen PHKA cq Direktorat PJLK2HL) bekerjasama dengan WWF Indonesia telah menetapkan beberapa lokasi Demonstration Activities (DAs) dalam kawasan konservasi sebagai daerah percontohan kegiatan. Salah satu kawasan pelestarian alam yang bagian wilayahnya ditunjuk sebagai lokasi DAs adalah Taman Nasional Sebangau (TNS). Lokasi ini disebut dengan istilah DAs REDD+ TNS (BTNS dan WWF Kalteng, 2012). Wilayah DAs REDD+ TNS meliputi 3 (tiga) cabang anak sungai DAS Sebangau yaitu Sungai Rasau, Sungai Bangah dan Sungai Bakung. Alasan penentuan kawasan ini sebagai lokasi DAs REDD+ adalah pemulihan ekosistem gambut kawasan sebangau untuk menekan emisi karbon. Kondisi sosial-ekonomi dalam proposal usulan DAs REDD+ TNS (2012) dinilai berdasarkan standar rancangan proyek iklim, masyarakat dan keragaman hayati (Climate, Community and biodiversity Standart-CCBS) serta standar

3 perdagangan karbon (Voluntary Carbon Standard-VCS). CCBS dan VCS adalah instrumen pengganti FPIC (Free,Prior, Inform and Concern) untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat disekitar kawasan konservasi yang melaksanakan program REDD+. Dalam instrumen tersebut hanya dititikberatkan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat saja, namun sejauh mana kondisi tersebut mempengaruhi persepsi masyarakat belum diketahui. Pelibatan masyarakat dalam implementasi DAs REDD+ TNS harus dapat mengakomodir pendapat masyarakat adat dan lokal untuk ; 1) menyatakan keputusannya atas sebuah kegiatan REDD+ di wilayah mereka; (2) hak berpartisipasi; (3) hak mendapatkan informasi; (4) hak mengajukan keberatan atas keputusan publik yang terkait proyek REDD+; (5) hak masyarakat adat/lokal atas sumber daya alam yang tidak hanya berbasis pada bukti formal tetapi juga penguasaan dan klaim secara historis serta (6) hak atas pembagian manfaat yang adil. Berdasarkan uraian tersebut maka persepsi masyarakat terhadap rencana implementasi DAs REDD+ TNS sangat penting diketahui sebagai dasar perbaikan kebijakan ini dimasa yang akan datang baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Awang (2009) menyatakan bahwa pada kondisi hutan yang mengalami tekanan sosial dan politik yang tinggi, maka optimalisasi pengelolaan hutannya hanya dapat dicapai ketika fungsi tujuannya dirumuskan dengan mempertimbangkan keberadaan faktor input dan melakukan kalkulasi atas semua konstrain yang ada. Dalam implementasi DAs REDD+ TNS, selain pertimbangan ekosistem maka pertimbangan perbaikan kehidupan masyarakat yang ada di sekitar kawasan ini juga harus diutamakan. Penentuan prioritas sasaran serta

4 kriteria terhadap implementasi DAs REDD+ TNS berdasarkan hubungan kondisi sosial-ekonomi dan persepsi masyarakat yang ada di sekitar lokasi DAs REDD+ TNS perlu untuk dilakukan agar supaya pengurangan emisi dapat terealisasi dan masyarakat yang berada disekitar lokasi DAs tersebut dapat hidup secara layak. Inti dalam penetapan prioritas adalah bagaimana setiap sumber daya yang dimiliki baik sumber daya manusia, anggaran maupun infrastruktur dapat di distribusiakan secara proporsional dan professional berdasarkan urutan prioritas yang ada. Mekanisme peran masyarakat yang diinginkan dalam skema DAs REDD+ TNS adalah partisipasinya dalam upaya-upaya peningkatan tinggi muka air yang merendam gambut di kawasan DAs sehingga dapat mengurangi emisi karbon dari kawasan tersebut. Masyarakat akan menjadi aktor utama, sebagai objek sekaligus sebagai subjek kegiatan. Karena pentingnya peran masyarakat dalam mekanisme ini maka sangat perlu untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap rencana implementasi DA REDD+ TNS termasuk didalamnya mengetahui bagaimana hubungan serta prioritas kebijakan pelaksanaannya agar supaya tujuan program dapat terealisasi dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. 1.2. Perumusan Masalah Di sekitar DAs REDD+ TNS terdapat pemukiman penduduk dengan tingkat aksesibilitas dan interaksi yang tinggi terhadap kawasan ini. Isu perambahan kawasan, kanalisasi hutan gambut, illegal logging, serta keberadaan masyarakat lokal di sekitar kawasan menjadi faktor utama perlindungan kawasan TNS. Kondisi ini akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dari pelaksanaan DA

5 REDD+ TNS. Oleh karena itu dalam penelitian ini dijelaskan beberapa permasalahan utama yang berhubungan dengan : 1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat di sekitar kawasan TNS untuk mendukung rencana implementasi REDD+? 2. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan persepsi masyarakat sekitar kawasan TNS untuk mendukung rencana implementasi REDD+ di TNS? 3. Bagaimana rekomendasi kebijakan REDD+ berdasarkan kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat untuk mendukung implementasi REDD+ di TNS? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka dirumuskan tujuan dari penelitian sebagai berikut : 1. Mendapatkan data dan penjelasan tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar lokasi DA REDD+ di TNS, Kalimantan Tengah. 2. Mendapatkan data dan penjelasan tentang persepsi masyarakat tentang implementasi REDD+ di TNS, Kalimantan Tengah. 3. Mendapatkan data dan penjelasan tentang hubungan kondisi sosialekonomi dan persepsi masyarakat terhadap implementasi REDD+ di TNS, Kalimantan Tengah. 4. Merumuskan prioritas kebijakan terhadap rencana implementasi DAs REDD+ di TNS, Kalimantan Tengah.

6 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu manfaat untuk pembangunan dan manfaat untuk ilmu pengetahuan. Manfaat untuk pembangunan di bidang kehutanan adalah : 1. Adanya data mengenai kondisi sosial ekonomi dan persepsi masyarakat sekitar kawasan TNS secara komperhensif dapat memberikan masukkan bagi pengambil kebijakan sehubungan dengan pelibatan masyarakat dalam upaya mendukung implementasi REDD+ baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional. 2. Dapat melengkapi informasi dalam database bagi rencana implementasi REDD+ di Propinsi Kalimantan Tengah agar supaya program ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan terutama untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sedangkan manfaat untuk ilmu pengetahuan adalah memberikan informasi tentang tahapan prakondisi implementasi REDD+ dengan menggunakan masyarakat sebagai objek penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.