LAPORAN PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI VCORR DAN TCORR

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

LAPORAN PERSEN PWH : JONIGIUS DONUATA NIM : : KETEKNIKAN KEHUTANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tepat. Sumber daya hutan dapat menghasilkan hasil hutan yang merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. potensi kayu dan prasarana pemanenan kayu dari hutan tergolong memadai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

di KH. Suban leriji. Peserta magang ditempatkan sebagai Kasie. Pembangunan lalan dan lembatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 23 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, tujuan pemanfaatan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB VI PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

KUALITAS PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN PADA PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pengertian, Konsep & Tahapan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

2015 ANALISA KINERJA STRUKTUR PERKERASAN LENTUR JALAN TOL JAKARTA CIKAMPEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

Peningkatan arus bongkar muat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

BAB I Bab 1 PENDAHULUAN

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Tanaman Industri. itu sendiri adalah hutan tanaman yang dibudidayakan untuk diambil kayunya

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERANCANGAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN (PWH) DENGAN UTILITY ANALYSIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 2015 pukul WIB dengan data sebagai berikut :

KISI KISI SOAL UKG 2015 PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Izin Pemanfaatan Kayu. Prosedur.

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan manusia adalah salah satunya dengan menyediakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

KAJIAN LALU LINTAS PERSIMPANGAN TAK SEBIDANG DI BUNDARAN SATELIT SURABAYA

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

D3 TEKNIS SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

I. PENGERTIAN DAN KONSEP PEMANENAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

Transkripsi:

LAPORAN PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI VCORR DAN TCORR NAMA : JONIGIUS DONUATA NIM : 132 385 018 MK KELAS : KETEKNIKAN KEHUTANAN : A PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2015

PERHITUNGAN FAKTOR KOREKSI VCORR DAN TCORR A. TUJUAN Bisa dapat mendesain jaringan jalan dalam suatu kawasan hutan dan dapat menghitung nilai koreksi yaitu nilai Vcorr dan Tcorr. B. DASAR TEORI Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiata produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, inspeksi kerja, transportasi sarana kerja, dan komunikasi antar pusat kegiatan. PWH diwujudkan oleh penyediaan jaringan angkutan, barak kerja, dan penimbunan kayu. Jalan hutan adalah jalan angkutan yang diperlukan untuk mengangkut kayu/ hasil hutan ke tempat pengumpulan hasil hutan (TPn/ TPK) atau ke tempat pengolahan hasil hutan. Jalan induk adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pengusahaan hutan selama jangka waktu pengusahaan hutan (Dephut 1993). Parameter PWH digunakan untuk mengetahui baik tidaknya kualitas jaringan jalan hutan yang sudah dibuat maupun yang akan direncanakan. Parameter PWH terdiri atas kerapatan jalan (WD), spasi jalan (WA), persen PWH (E), jarak sarad rata-rata (RE), faktor koreksi PWH (KG), dan keterbukaan tegakan akibat pembukaan wilayah hutan. Kerapatan jalan merupakan panjang jalan rata-rata dalam satuan meter per hektar (m/ha). Tingkat kerapatan jalan akan menentukan banyaknya hasil hutan yang diangkut melalui jalan tersebut. Pada potensi produksi yang sama, makin besar tingkat kerapatan yang dibuat maka hasil hutan yang diangkut melalui jalan tersebut makin kecil (Dulsalam 1994). Faktor koreksi PWH dibagi menjadi faktor koreksi jaringan jalan (Vcorr) dan faktor koreksi jarak sarad (Tcorr). Perkalian antara Vcoor dengan Tcoor merupakan faktor koreksi PWH. Vcorr adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata terpendek ke jalan angkut dengan jarak sarad rata-rata secara teoritis dari model ideal PWH. Tcorr adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata sebenarnya di lapangan dengan jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan. Persen PWH adalah perbandingan antara luas

wilayah yang terbuka (terlayani atau dapat dijangkau dengan mudah dengan adanya PWH) dengan luas total hutan yang dinyatakan dalam persen. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

2. Pembahasan Pada praktikum keteknikan kehutanan kali ini mengenai desain jaringan jalan dan perhitungan Vcorr dan Tcorr. Diketahi bahwa Vcorr adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata terpendek ke jalan angkut dengan jarak sarad rata-rata secara teoritis dari model ideal PWH. Tcorr adalah perbandingan antara jarak sarad rata-rata sebenarnya di lapangan dengan jarak sarad rata-rata terpendek di lapangan. Tcorr ini mengoreksi jarak sarad, dimana kayu tidak disarad melalui jalan terpendek ke jalan angkutan atau landing, melainkan melalui jalan yang lebih panjang, karena adanya halangan-halangan di tengah jalan seperti kemiringan lapangan atau tanah tidak rata. Dari perhitungkan yang dilakukan berdasarkan peta yang telah didesain maka didapatkan nilai Vcorr dan Tcorr yaitu: Vcorr Vcorr = Jarak sarad rata rata sebenarnya di lapangan (REt) Jarak sarad rata rata terpendek di lapangan (REm) Vcorr = 10,1 4.7 Vcorr = 2,15 Vcorr Tcorr = Jarak sarad terpendek sebenarnya di lapangan (REm) Jarak sarad rata rata terpendek dari PWH (REo) Tcorr = 4.7 4.25 Tcorr = 1.11 Pada peta Vcorr dan Tcorr skala yang dipakai yaitu 1 : 10000 m 2 (1 Ha) dimana luas dalam peta 1 cm mewakili 10000 m 2 dilapangan. Dari peta yang telah dibuat luas wilayahnya 220 cm atau 2200000 m 2 dilapangan (220 Ha). Diketahui bahwa semakin besar nilai persen PWH maka kualitas PWH-nya semakin baik, tetapi jika persen PWH lebih dari 100%, maka

jaringan jalan hutan yang telah dibuat bisa dikatakan terlalu berlebihan pembuatannya untuk luasan tertentu. Kemudian suatu penilaian atau persyaratan lain yaitu dilihat dari segi teknis, PWH ditentukan ole persyaratan lapangan dan kepadatan lalu lintas yang selanjutnya akan menentukan keadaan pemilihan alat PWH dana untuk segi ekonomis, PWH ditentukan oleh biaya dan volume kayu yang akan dikeluarkan dari PWH. D. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996. Laporan Teknis penentuan Kelas kesesuaian Lahan Hutan. Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. Elias, 2007. Modul 2. Pelatihan Pembukaan Wilayah Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor Sukirman, Silvia, 1999. Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Penerbit Nova, Bandung. Sukirman, Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung. Sutanto, 2006. Pedoman Drainase Jalan Raya. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta