BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Purna Septiaji Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu metode tentang segala kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manufaktur berasal dari bahasa latin manu factus yang artinya made by hand yang pertama kali dikenalkan di

BAB IV PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. 4.1 Pembuatan Bak Pemesinan dan Sistem Mekanik ECM Single Axis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP LAJU PELEPASAN MATERIAL, OVERCUT, DAN TAPERING PADA PROSES ELECTROCHEMICAL

Pembimbing : Prof. Dr. Ing. Suhardjono MSc. Oleh : Dwi Rahmad F. NRP:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Level Konsentrasi Elektrolit (%) Tegangan (V) Gap Permesinan (mm) 0,5 0,75 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Eksperimental Variasi Konsentrasi Elektrolit KCl pada Overcut dan Ketirusan Hasil Drilling Proses ECM

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN MESIN ECM SINGLE AXIS. Alat-alat utama yang digunakan pada pembutan mesin ECM ini diantara lain :

TUGAS AKHIR ANALISIS PEMESINAN PADA BAJA PERKAKAS SLD DENGAN PENGARUH VARIASI JARAK GAP PADA PROSES ELECTROCHEMICAL MACHINING (ECM)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI JENIS MATERIAL ELEKTRODA TERHADAP PEFORMANSI PEMESINAN DRILLING EDM MENGGUNAKAN EDM TIPE RELAKSASI (RC)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Gambar 1.1 Tegangan residu pada permesinan konvensional turning (Rech dkk, 2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

A. Pengertian Electrical Discharge Machine

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

By: Yoga & Markus. start

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat kerugian yang terjadi yang akan ditimbulkan oleh korosi. ini maka berbagai usaha dilakukan untuk dapat mencegah korosi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PARAMETER PERMESINAN TERHADAP LAJU PEMBUANGAN MATERIAL DAN KETELITIAN UKURAN (OVERCUT) PADA PROSES ELECTRICAL DISCHARGE MACHINE (EDM)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab V Analisis Data. Tabel 5.1. Tabel ANOM untuk MRR

Pembimbing: Prof.Dr.Ir Abdullah Shahab, MSc (Nip: )

BAB I PENDAHULUAN. material lainnya yang dipergunakan sehari-hari memerlukan proses. penyelesaian akhir sebelum digunakan. Proses ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANG BANGUN SIMULATOR CNC MULTIAXIS DENGAN MOTOR STEPPER AC

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode

TUGAS AKHIR TEKNIK MANUFAKTUR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI JENIS MATERIAL ELEKTRODA TERHADAP MRR, KEKASARAN PERMUKAAN, WEAR RATIO ELEKTRODA HASIL PROSES EDM SINKING

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Bab IV Data Pengujian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI

III. METODE PENELITAN. Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang industri mekanik dan elektronik untuk membuat produk dengan

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP LAJU PELEPASAN MATERIAL PADA PROSES ELECTROCHEMICAL MACHINING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

SIDANG TUGAS AKHIR METALURGI TEKNIK MESIN - ITS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGARUH VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP KETEBALAN LAPISAN TEMBAGA PADA PROSES ELEKTROPLATING PLAT BAJA KARBON RENDAH

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar

BAB I PENDAHULUAN. komponen-komponen yang berukuran kecil. Pembuatan komponenkomponen. kecil tersebut hanya dapat dikerjakan dengan proses

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pengujian sistem elektronik terdiri dari dua bagian yaitu: - Pengujian tegangan catu daya - Pengujian kartu AVR USB8535

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

11. PROSES PEMESINAN NONTRADISIONAL DAN PEMOTONGAN TERMAL

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

Adanya pengembangan penggunaan gas pelindung pada las TIG. Ditemukannya porositas pada setiap variasi gas dari logam hasil las-lasan.

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Mesin ECM Portable Mesin ECM portable yang digunakan untuk pengujian drilling material stainless steel 304 dan aluminium 00 ditunjukkan pada gambar 4.. T T : 70 mm P : 360 mm P L Gambar 4. Mesin ECM portable L : 360 mm Sumbu Y Stepper Motor Sumbu Z Sumbu X Elektroda PC Kontroler Voltage Regulator Area Pemesinan Bak Penyaring Power Supply Elektrolit Gambar 4.2 Sett up ECM portable yang digunakan dalam penelitian 48

49 4.2 Hasil Pemesinan ECM Hasil proses pemesinan ECM dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan ketebalan benda kerja stainless steel 304 dan aluminium 00 yaitu 0,4 mm dan menggunakan tool terisolasi. Proses pemesinan secara detail terdapat di lampiran. Tabel 4. Hasil proses pemesinan ECM material stainless steel 304 dengan flow rate 3 lpm No Tegangan Arus (min-max) Gap Waktu Tool Speed Keterangan (volt) (ampere) (detik) (mm/dt) 7 0,3 0,6 0,5 93 0,/45 Belum berlubang, flash 2 7 0,3,2 0,5 86 0,/45 Belum berlubang, flash 3 7 0,5 86 0,/45 Hampir berlubang, flash 4 7 0,7 0,5 37 0,05/60 Berlubang, flash 5 0 0,7,4 0,5 37 0,05/60 Berlubang, flash 6 3,2,7 0,5 37 0,05/60 Berlubang, flash 7 7 0,5 0,75 37 0,05/60 Berlubang, flash 8 0 0,6,3 0,75 37 0,05/60 Berlubang, flash 9 3,5 0,75 37 0,05/60 Berlubang, flash 0 7 0,5 0,9 37 0,05/60 Berlubang, flash 0 0,6,3 37 0,05/60 Berlubang, flash 2 3 0,6,3 37 0,05/60 Berlubang, flash

50 Pada Tabel 4. menjelaskan bahwa proses pemesinan menggunakan elektroda terisolasi membutuhkan waktu yang cukup lama yakni 37 detik agar material menghasilkan lubang. Benda kerja gagal berlubang disebabkan proses tool speed terlalu cepat dan pemakanannya banyak, sehingga elektroda menempel pada material yang mengakibatkan arus menurun. Tabel 4.2 Hasil proses pemesinan ECM material aluminium 00 dengan flow rate 3 lpm No Tegangan Arus (min-max) Gap Waktu Tool Speed Keterangan (volt) (ampere) (detik) (mm/dt) 7 0,4 0,5 93 0,/45 Berlubang, flash 2 0 0,3 0,9 0,5 93 0,/45 Berlubang, flash 3 3 0,6,6 0,5 93 0,/45 Berlubang, flash 4 7 0,5 0,9 0,75 93 0,/45 Berlubang, flash 5 0,2 0,75 93 0,/45 Berlubang, flash 6 3,0,2 0,75 93 0,/45 Berlubang, flash 7 7 0,6,0 93 0,/45 Berlubang, flash 8 0 0,7,0 93 0,/45 Berlubang, flash 9 3,0,4 93 0,/45 Berlubang, flash Pada Tabel 4.2 proses pemesinan dengan material aluminium waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan stainless steel yakni hanya membutuhkan waktu 93 detik untuk menghasilkan lubang. Elektroda turun 0, mm tiap 45 detik.

Arus (ampere) Arus (ampere) Arus (ampere) Arus (ampere) Arus (ampere) Arus (ampere) 5,8,6,4,2 0,6 0,4 0,2,7,4,3, 7 volt 0 volt 3 volt,2,2,2,2 0,7 0,7 0,7 0,7 60 20 80 240 300 360 Waktu (detik) a Gambar 4.3 Grafik pengaruh besarnya arus terhadap waktu pemesinan dengan gap 0.5 mm pada material: (a) stainless steel 304, (b) aluminium 00,8,6,4,2 0,6 0,4 0,2,6 0,9,0 0,7 0,6 0,6 7 volt 0 volt 3 volt 0,6 0,4 0,3 45 90 35 80 Waktu (detik) b,8,6,4,2 0,6 0,4 0,7,5,3,2,3 0,9 7 volt 0 volt 3 volt 0,9 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,5,8,6,4,2 0,6 0,4,5,2, 0,9 0,9,5,0,0 7 volt 0 volt 3 volt 0,9 0,6 0,5 0,2 60 20 80 240 300 360 Waktu (detik) 0,2 45 90 35 80 Waktu (detik) a b Gambar 4.4 Grafik pengaruh besarnya arus terhadap waktu pemesinan dengan gap 0.75 mm pada material: (a) stainless steel 304, (b) aluminium 00,8,6,4,2 0,6 0,4 0,2 0,9,3,3,2,3, 7 volt 0 volt 3 volt 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 60 20 80 240 300 360 Waktu (detik),8,6,4,2,0 0,6 0,4 0,2,4,3,0,0,0,0,0,0,0 7 volt 0 volt 3 volt 0,7 0,6 45 90 35 80 Waktu (detik) a b Gambar 4.5 Grafik pengaruh besarnya arus terhadap waktu pemesinan dengan gap mm pada material: (a) stainless steel 304, (b) aluminium 00

Arus (ampere) Arus (ampere) 52 Gambar 4.3, 4.4, dan 4.5 merupakan grafik hubungan waktu dengan arus. Pada gambar tersebut dapat dilihat semakin lama waktu pemesinan maka arus akan turun, hal ini dikarenakan ketika proses pemakanan mendekati selesai (berlubang) maka tidak ada lagi kontak tool dengan benda kerja sehingga arus yang keluar akan semakin kecil.,60,40,20,00 0 0,60 0,40 0,20 0,00 0.5 mm 0.75 mm.0 mm 0,78 0,68 0,68,30,05 0,90 8 0,97 0,90 7 0 3 Tegangan (volt) a Gambar 4.6 Grafik besar arus rata-rata pada material: (a) stainless steel 304,,80,60,40,20,00 0 0,60 0,40 0,20 0,00 (b) aluminium 00 0.5 mm 0.75 mm.0 mm 0,9,00 0,73 0,9 0,68 0,60,25,00,8 7 0 3 Tegangan (volt) b 4.3 Hasil Perhitungan Data dan Pembahasan 4.3. Hasil Perhitungan Material Removal Rate (MRR) Pengujian MRR dilakukan untuk mengetahui massa benda kerja (workpiece) yang terbuang per satuan waktu. Penggunaan variasi tegangan dan jarak celah (gap) antara elektroda (tool) dengan benda kerja akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil MRR benda kerja. Pada penelitian ini tool yang digunakan adalah tool kuningan. Input power supply (unregulated) yang digunakan pada mesin ECM portable dengan tegangan 7, 0, 3 volt. Pemesinan dilakukan denganmemvariasikan jarak antara tool dan benda kerja (gap) yaitu 0,5, 0,75, mm. Dengan rata-rata arus listrik yang keluar adalah 0,3,7 A. Contoh perhitungan MRR benda kerja stainless steel 304 dan aluminium dengan pemesinan statis dan tool elektroda kuningan pada konsentrasi NaCl 5% dari persamaan 3.2 adalah sebagai berikut.

53 Diketahui: Material stainless steel 304 pada gap 0,5 mm dan tegangan 7 volt m o m t t = 5,8402 gram = 5,7588 gram = 37 detik = 7,93 g/cm 3 = 7930 g/mm 3 dimana, m o adalah massa awal benda kerja m t adalah massa akhir benda kerja t adalah waktu pemesinan adalah massa jenis material MRR = = = 2,77 x 0-2 mm 3 /dt Material aluminium 00 pada gap 0,5 mm dan tegangan 7 volt m o m t t = 2,002 gram =,9769 gram = 93 detik = 2,699 g/cm 3 = 2699 g/mm 3 MRR = = = 4,84 x 0-2 mm 3 /dt Seluruh perhitungan MRR hasil pemesinan benda kerja dengan variasi jarak celah (gap) dapat dilihat pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan ditunjukkan oleh Gambar 4.7 Grafik MRR.

MRR (x 0-2 mm 3 /dt) MRR (x 0-2 mm 3 /dt) 54 No Tabel 4.3 Perhitungan MRR pada material stainless steel 304 Tegangan Arus (min-max) Gap MRR MRR (volt) (ampere) (g/dt) (mm 3 /dt) 0,7-0,5 2,9 x 0-4 2,77 x 0-2 2 7 0,5-0,75 2,67 x 0-4 3,25 x 0-2 3 0,5-0,9 3,28 x 0-4 3,8 x 0-2 4 0,7-,4 0,5 2,58 x 0-4 3,36 x 0-2 5 0 0,6-,3 0,75 3,34 x 0-4 4,2 x 0-2 6 0,6-,3 3,79 x 0-4 4,94 x 0-2 7,2-,7 0,5 3,02 x 0-4 4,4 x 0-2 8 3 -,5 0,75 3,92 x 0-4 4,78 x 0-2 9 0,6-,3 4,42 x 0-4 5,57 x 0-2 No Tabel 4.4 Hasil perhitungan MRR pada material aluminium 00 Tegangan Arus (min-max) Gap MRR MRR (volt) (ampere) (g/dt) (mm 3 /dt) 0,4-0,5,3 x 0-4 4,84 x 0-2 2 7 0,5-,0,9 0,75,63 x 0-4 5,59 x 0-2 3 0,6-,0,94 x 0-4 6,20 x 0-2 4 0,3-0,9 0,5,5 x 0-4 6,03 x 0-2 5 0 -,2 0,75,84 x 0-4 6,82 x 0-2 6 0,7-,0 2,07 x 0-4 7,3 x 0-2 7 0,6-,6 0,5,67 x 0-4 7,8 x 0-2 8 3,0-,5 0,75,97 x 0-4 7,66 x 0-2 9,0-,4 2,9 x 0-4 8,0 x 0-2 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00,00 4,4 2,77 3,36 4,78 3,25 4,2 5,57 3,8 7 0 3 Tegangan (volt) 0,5 mm 0,75 mm,0 mm 4,94 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00,00 7,8 6,03 4,84 7,66 6,82 5,59 8,0 6,20 7 0 3 Tegangan (volt) 7,3 0,5 mm 0,75 mm,0 mm Gambar 4.7 Grafik pengaruh tegangan dan gap terhadap nilai MRR pada material: (a) stainless steel 304, (b) aluminium 00

55 Dari data yang disajikan oleh Tabel 4.3 dan Tabel 4.4, Gambar 4.7 dapat dilihat pengaruh jarak celah (gap) antara elektroda dengan benda kerja terhadap MRR benda kerja stainless steel 304 dan aluminium 00. Pada Gambar 4.7 besar jarak celah (gap) berbanding lurus terhadap nilai MRR baik material stainless steel 304 maupun aluminium 00, dimana semakin besar jarak celah (gap) dan tegangan, maka semakin besar MRR yang dihasilkan pada proses pemesinan ECM dengan variasi tegangan 7, 0, 3 volt. Hal ini dikarenakan muatan listrik meningkat ketika tegangan ditingkatkan, dan arus yang keluar juga semakin besar. Dari data yang disajikan didapat nilai MRR pada material stainless steel 304 yang terbesar yaitu benda kerja hasil pemesinan dengan variasi gap mm yaitu sebesar 5,57 x 0-2 mm 3 /dt. Sedangkan nilai MRR pada material aluminium 00 yang terbesar yaitu benda kerja hasil pemesinan dengan variasi gap mm yaitu sebesar 8,0 x 0-2 mm 3 /dt. Massa benda dari material dibagi dengan massa jenis masingmasing material agar bisa dibandingkan satu sama lain. Massa jenis stainless steel 304 yaitu 7,93 g/cm 3, sementara massa jenis aluminium sebesar 2,699 g/cm 3. Proses pemesinan pada material stainless steel 304 membutuhkan waktu selama 37 detik, sementara pada material aluminium 00 membutuhkan waktu pemesinan selama 93 detik, dengan konsentrasi elektrolit yang sama tiap pemesinan. 4.3.2 Hasil Pengukuran Overcut Pengujian overcut dilakukan untuk mengetahui perbedaan diameter hasil pemesinan dengan diameter tool pada permukaan benda kerja bagian depan dan bagian belakang. Penggunaan variasi tegangan dan jarak celah (gap) antara elektroda (tool) dengan benda kerja akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil overcut benda kerja. Sebelum menghitung overcut, luas area diameter hasil pemesinan dan diameter tool harus dicari terlebih dahulu menggunakan software ImageJ seperti langkah-langkah yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Di bawah ini merupakan hasil foto makro yang telah diolah menggunakan ImageJ.

56 a 7V 0V 3V b 7V 0V 3V Gambar 4.8 Hasil overcut material stainless steel 304 dengan gap 0,5 mm dan waktu pemesinan 37 detik, (a) bagian depan, (b) bagian belakang Pada Gambar 4.8 merupakan hasil pemesinan ECM yang sukses (berlubang). Material tanpa stiker di bagian belakang terdapat kerak pada permukaan tersebut dikarenakan adanya bekas percikan dari elektolit selama pemesinan. Lubang yang terlalu besar di bagian belakang disebabkan karena material tersebut tidak diisolasi dengan stiker. a 7V 0V 3V b 7V 0V 3V Gambar 4.9 Hasil overcut material stainless steel 304 dengan gap 0,75 mm dan waktu pemesinan 37 detik, (a) bagian depan, (b) bagian belakang Pada Gambar 4.9 menjelaskan bahwa gap mempengaruhi hasil lubang pemesinan. Luas area overcut pada gap 0,75 mm lebih besar dibandingkan 0,5

57 mm, dan pada tampak belakang permukaan material terdapat kerak akibat dari percikan elektrolit. Lubang benda kerja bagian belakang membesar dari lubang yang diinginkan disebabkan tidak adanya stiker pada permukaan benda kerja bagian belakang. a 7V 0V 3V b 7V 0V 3V Gambar 4.0 Hasil overcut material stainless steel 304 dengan gap,0 mm dan waktu pemesinan 37 detik, (a) bagian depan, (b) bagian belakang Gambar 4.0 menunjukkan bahwa material pada bagian depan maupun belakang, overcut yang dihasilkan lebih besar dibandingkan gap sebelumnya. Hal ini dikarenakan dengan waktu pemesinan yang sama, namun dengan gap yang berbeda mempengaruhi arus yang keluar, karena tool yang turun dari mulainya waktu pemesinan tersebut sudah terjadinya proses pemakanan. a 7V 0V 3V b 7V 0V Gambar 4. Hasil overcut material aluminium 00 dengan gap 0,5 mm dan waktu pemesinan 93 detik, (a) bagian depan, (b) gambar belakang 3V

58 Gambar 4. menjelaskan overcut pada bagian belakang tidak terlalu besar dengan bagian depan, hal ini disebabkan karena waktu pemesinan cukup cepat yang akhirnya tidak adanya kelebihan percikan elektrolit. a 7V 0V b 3V 7V 0V 3V Gambar 4.2 Hasil overcut material aluminium 00 dengan gap 0,75 mm dan waktu pemesinan 93 detik, (a) bagian depan, (b) bagian belakang Luas area overcut yang dihasilkan pada material dengan gap 0,75 tidak terlalu signifikan kenaikannya dibanding gap sebelumnya, hal ini disebabkan arus yang keluar selama proses pemesinan stabil, kerak yang menghitam tersebut dikarenakan material aluminium tidak tahan korosi, sehingga menyebabkan material tersebut berubah warna seperti terlihat pada Gambar 4.2. a 7V 0V 3V b 7V 0V Gambar 4.3 Hasil overcut material aluminium 00 dengan gap,0 mm dan waktu pemesinan 93 detik, (a) bagian depan, (b) bagian belakang 3V

59 Dari Gambar 4.3 menjelaskan bahwa semakin besar gap dan juga tegangan mempengaruhi luas area overcut. Ketika tool mulai bergerak turun, maka tool tersebut sudah mengeluarkan arus sehingga permukaan benda kerja pun sudah mulai terkikis oleh pergerakan tool. Contoh perhitungan overcut benda kerja stainless steel 304 dan aluminium dengan pemesinan statis dan tool elektroda kuningan pada konsentrasi NaCl 5% dari persamaan 2.3 adalah sebagai berikut. Diketahui: Material stainless steel 304 pada tegangan 7 volt dengan gap 0,5 mm d 2 = 4,00 mm 2 d 0 = 3 mm 2 dimana, d 2 adalah diameter belakang d 0 adalah diameter tool Ditanyakan: Oc =... mm Oc adalah overcut Penyelesaian: Oc = d 2 d 0 Oc = 4,00 mm - 3 mm Oc =,00 mm Material aluminium 00 pada tegangan 7 volt dengan gap 0,5 mm d 2 = 3,635 mm 2 d 0 = 3 mm 2 Ditanyakan: Oc =... mm Penyelesaian: Oc = d 2 d 0 Oc = 3,635 mm - 3 mm Oc = 0,635 mm

Overcut 60 Hasil pengukuran overcut dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan 4.6. Tabel ini ditunjukkan oleh Gambar 4.4, dan 4.5. Tabel 4.5 Hasil perhitungan overcut pada material stainless steel 304 No Gap Tegangan (volt) Area Hasil Pemesinan (mm 2 ) d 2 d 0 Overcut, Oc 7 2,566 4,00 3,00 2 0,5 0 3,834 4,97 3,20 3 3 4,083 4,235 3,24 4 7 5,303 4,45 3,42 5 0,75 0 5,470 4,439 3,44 6 3 7,363 4,703 3,70 7 7 9,05 4,926 3,93 8 0 20,092 5,059 3 2,06 9 3 2,558 5,240 3 2,24 2,40 2,20 2,00,80,60,40,20,00 0 0,60 0,40,93,42,00,44,70,20,24 0,5 mm 0,75 mm,0 mm Gambar 4.4 Pengaruh variasi tegangan dan gap terhadap overcut pada material stainless steel 304 2,06 7 0 3 Tegangan (volt) 2,24 Dari Gambar 4.4 menjelaskan bahwa semakin besar jarak celah (gap) maka semakin besar overcut yang dihasilkan. Gap yang besar akan membuat proses pemakanan benda kerja semakin cepat, sehingga dengan waktu pengujian yang sama akan didapatkan nilai overcut meningkat tiap variasi tegangan dan gap. Pada grafik diatas didapatkan overcut tertinggi pada gap mm dan tegangan 3 volt yaitu 2,24 mm.

Overcut 6 No Tabel 4.6 Hasil perhitungan overcut pada material aluminium 00 Gap Tegangan (volt) Area Hasil Pemesinan (mm 2 ) d 2 d 0 Overcut, Oc 7 0,375 3,635 3 0,64 2 0,5 0,523 3,83 3 3 3 3 3,757 4,86 3,9 4 7 3,25 4,08 3, 5 0,75 0 3,369 4,26 3,3 6 3 3,945 4,24 3,2 7 7 5,940 4,506 3,5 8 0 6,023 4,57 3,52 9 3 7,06 4,655 3,66 2,40 2,20 2,00,80,60,40,20,00 0 0,60 0,40,5,52,,3 Gambar 4.5 Pengaruh variasi tegangan dan gap terhadap overcut pada material aluminium 00,2,9,66 3 0,5 mm 0,64 0,75 mm,0 mm 7 0 3 Tegangan (volt) Gambar 4.5 menjelaskan bahwa semakin besar jarak celah (gap) maka semakin besar overcut yang dihasilkan. Gap yang besar akan membuat proses pemakanan benda kerja semakin cepat, sehingga dengan waktu pengujian yang sama akan didapatkan nilai overcut meningkat tiap variasi tegangan dan gap. Pada grafik diatas didapatkan overcut tertinggi pada gap mm dan tegangan 3 volt yaitu,66 mm.

62 4.3.3 Hasil Pengukuran Ketirusan Setelah melakukan perhitungan overcut kemudian dilakukan juga perhitungan pada objek ketirusan pada hasil pemesinan ECM. Benda kerja yang dipakai adalah stainless steel 304 dengan ketebalan 0,4 mm. Di bawah ini merupakan hasil foto makro material yang telah diolah menggunakan ImageJ. belakang Gambar 4.6 Hasil ketirusan pemesinan ECM material stainless steel 304 dengan gap 0,5 mm dan waktu pemesinan 37 detik belakang Gambar 4.7 Hasil ketirusan pemesinan ECM material stainless steel 304 dengan gap 0,75 mm dan waktu pemesinan 37 detik belakang Gambar 4.8 Hasil ketirusan pemesinan ECM material stainless steel 304 dengan gap,0 mm dan waktu pemesinan 37 detik

63 belakang Gambar 4.9 Hasil ketirusan pemesinan ECM material aluminium 00 dengan gap 0,5 mm dan waktu pemesinan 93 detik belakang Gambar 4.20 Hasil ketirusan pemesinan ECM material aluminium 00 dengan gap 0,75 mm dan waktu pemesinan 93 detik belakang Gambar 4.2 Hasil ketirusan pemesinan ECM material aluminium 00 dengan gap,0 mm dan waktu pemesinan 93 detik Gambar 4.6 sampai 4.2 adalah hasil foto makro material yang telah diresin. Foto makro tersebut diolah menggunakan ImageJ untuk mencari berapa besar panjang ketirusan tersebut. Gambar 4.22 Arah ketirusan benda kerja

64 Jika dilihat arah ketirusan seperti Gambar 4.22, benda kerja sisi belakang lebih besar dibandingkan sisi depan. Hal ini terjadi karena benda kerja yang terisolasi hanya di sisi depan, sehingga arus yang keluar dari tool mengenai benda kerja sisi belakang lebih banyak, yang mengakibatkan diameter benda kerja sisi belakang lebih besar. Contoh perhitungan ketirusan benda kerja stainless steel 304 dan aluminium 00 dengan pemesinan statis dan tool elektroda kuningan pada konsentrasi NaCl 5% dari persamaan 3.4 adalah sebagai berikut. Diketahui: Material stainless steel 304 pada tegangan 7 volt dan gap 0,5 mm d 2 = 4,00 mm d = 3,659 mm 2 h = 0,4 mm 2 dimana, d 2 adalah diameter benda kerja sisi belakang d adalah diameter benda kerja sisi depan h adalah ketebalan benda kerja Ditanyakan: Dimana adalah sudut benda kerja Penyelesaian: tan - = 23,0 o Material aluminium 00 pada tegangan 7 volt dengan gap 0,5 mm d 2 = 3,635 mm d = 3,62 mm 2 h = 0,4 mm 2

65 Ditanyakan: Penyelesaian: tan - = =,04 o Hasil pengukuran ketirusan dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Grafik dari Tabel 4.7 ditunjukkan oleh Gambar 4.23. Grafik dari Tabel 4.8 ditunjukkan oleh Gambar 4.24. Tabel 4.7 Hasil perhitungan ketirusan pada material stainless steel 304 No Gap Tegangan (volt) d 2 d h Ketirusan ( o ) 7 4,00 3,659 0,4 23,0 2 0,5 0 4,97 3,950 0,4 7,22 3 3 4,235 4,097 0,4 9,78 4 7 4,45 4,095 0,4 2,77 5 0,75 0 4,439 4,285 0,4 9 6 3 4,703 4,443 0,4 8,00 7 7 4,926 4,24 0,4 45,07 8 0 5,059 4,409 0,4 39,07 9 3 5,240 4,453 0,4 44,50 Tabel 4.8 Hasil perhitungan ketirusan pada material aluminium 00 No Gap Tegangan (volt) d 2 d h Ketirusan ( o ) 7 3,635 3,62 0,4,04 2 0,5 0 3,83 3,687 0,4 0,2 3 3 4,86 3,947 0,4 6,60 4 7 4,08 3,786 0,4 2,92 5 0,75 0 4,26 4,078 0,4 3,47 6 3 4,24 4,204 0,4 0,72 7 7 4,506 4,9 0,4 25,8 8 0 4,57 4,59 0,4 24,3 9 3 4,655 4,568 0,4 6,20

Ketirusan ( 0 ) Ketirusan ( 0 ) 66 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 5,00 0,00 5,00 Gambar 4.23 Grafik pengaruh tegangan dan gap terhadap nilai ketirusan pada material stainless steel 304 28,00 26,00 24,00 22,00 20,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 45,07 23,0 2,77 39,07 7,22 9 Gambar 4.24 Grafik pengaruh tegangan dan gap terhadap nilai ketirusan pada material aluminium 00 44,50 9,78 7 0 3 Tegangan (volt) 25,8 2,92,04 24,3 0,2 3,47 0,5 mm 0,75 mm,0 mm 8,00 6,60 7 0 3 Tegangan (volt) 0,5 mm 0,75 mm,0 mm 6,20 0,72 Dari Gambar 4.23 dan 4.24 menjelaskan bahwa perbedaan selisih diameter depan dengan diameter belakang pada masing-masing variasi gap dan tegangan mempengaruhi grafik ketirusan. Semakin besar gap maka arus yang keluar akan menyebar kesamping permukaan material dan menyebabkan hasil pemesinan menjadi tidak rata, sehingga dengan waktu pengujian yang sama akan didapatkan hasil ketirusan yang berbeda-beda. Data di atas pada material stainless steel grafik tersebut lebih besar dibandingkan material aluminium, data yang terbesar dari material stainless steel berada di gap mm yaitu 23.0 o, sementara material aluminium nilai ketirusan terbesar berada di gap yaitu 25.8 o. 4.3.4 Pembahasan Dari hasil analisa pemesinan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu tegangan dan gap berbanding lurus dengan besarnya MRR (Material Removal

67 Rate), semakin besar tegangan dan gap, semakin besar pula nilai MRR yang dihasilkan. Waktu pemesinan pun mempengaruhi nilai MRR, dan overcut, semakin lama waktu pemesinan, lubang yang dihasilkan semakin besar dari lubang yang diinginkan, serta semakin banyak pengurangan massa benda kerja. Semakin besar nilai MRR, semakin besar pula nilai overcut. Hal ini dipengaruhi oleh tegangan yang diatur, arus yang keluar selama proses pemesinan, serta gap yang divariasikan. Pada penelitian ini nilai MRR pada material aluminium 00 lebih besar dibandingkan material stainless steel 304, namun berbanding terbalik dengan nilai overcut dan ketirusan justru material stainless steel lebih besar dibandingkan material aluminium. Hal ini disebabkan tool speed yang berbeda dari 2 material tersebut. Pada material stainless steel tool speed 0.05/60 dimana tiap waktu 60 detik elektroda turun 0.05 mm, sedangkan pada material aluminium tool speed 0./45 dimana tiap waktu 45 detik elektroda turun 0. mm. Data ketirusan yang didapatkan menjelaskan variasi gap mempengaruhi nilai ketirusan. Semakin besar gap semakin besar pula ketirusan yang dihasilkan, hal ini dikarenakan dengan gap yang tinggi mengakibatkan arus sudah keluar sebelum tool menyentuh benda kerja sehingga benda kerja menghasilkan lubang yang lebih cepat. Waktu pemesinan yang sama tiap percobaan mengakibatkan lubang pada bagian yang tidak tertutupi stiker menjadi lebih melebar sehingga muncullah efek tirus dari permukaan tersebut. Menggunakan tool terisolasi mengakibatkan arus yang keluar hanya dari bagian bawah yang tidak terisolasi sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama pada material stainless steel dibandingkan material aluminium. Hal ini dipengaruhi karena konduktivitas listrik dari stainless steel berbeda dengan aluminium, material aluminium lebih besar dibandingkan material stainless steel. Konduktivitas listrik material stainless steel yaitu 0.2 x 0 7 (ohm.m) -, sedangkan material aluminium 3.8 x 0 7 (ohm.m) -. Pada material stainless steel 304 membutuhkan waktu pemesinan selama 37 detik, sedangkan material aluminium 00 membutuhkan waktu pemesinan selama 93 detik.