Membaca Islam dalam Diversitas Sejarah Peradaban

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

Berderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

UKDW BAB I PENDAHULUAN

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BOOK REVIEW SAINS: BAGIAN DARI AGAMA

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

Buku ini diawali dengan puisi "Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat" katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

METODOLOGI PLURALISME. M. Qasim Mathar

Resensi Buku EKONOMI POLITIK: Peradaban Islam Klasik, karangan Suwarsono Muhammad Oleh: Musa Asy arie

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos Telp./Fax Cp

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

TELAAH BUKU Kontroversi Islam Awal

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

TRANSFORMASI IAIN MENUJU UIN RADEN FATAH PALEMBANG

A. Latar Belakang Masalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

Transkripsi:

BOOK REVIEW Membaca Islam dalam Diversitas Sejarah Peradaban DOI 10.18196/AIIJIS.2016. 0059.139-143 MUHAMMAD AZHAR Program Doktor UMY. Judul : Keragaman dan Perbedaan: Budaya dan Agama dalam Lintas Sejarah Manusia Penulis : Almakin Penerbit : UIN Suka-Press Kota : Yogyakarta Tahun : 2016 Halaman : 288 ISBN : 9786021326480 Buku yang ditulis al-makin, dosen UIN Yogya, jebolan Universitas Heidelberg, Jerman (2008) ini, menarik untuk dibaca, dikaji bahkan dikembangkan menjadi riset lanjutan, baik bagi sang Penulis sendiri maupun bagi yang membacanya. Secara kontekstual, karya ini amat relevan dengan munculnya berbagai dinamika sosial politik, budaya hingga agama akhir-akhir ini. Hadirnya buku ini bagaikan oase bagi mayoritas masyarakat yang haus dengan indahnya perdamaian di tengah pluralitas sosial yang ada. Sejauh ini, Penulis berasumsi bahwa realitas masyarakat Indonesia bahkan dunia yang palural ini belum banyak diperkaya dengan dukungan kajian teoritik keilmuan tentang pentingnya memahami fenomena perbedaan masyarakat, baik secara ontologis maupun epistemologis (dengan berbagai variannya). Mungkin itu sebabnya, pluralitas sosial seringkali melahirkan kebingungan bagi banyak komponen masyarakat dan cenderung berdampak pada munculnya konflik-konflik sosial, politik, budaya hingga agama. Fenomena konflik justeru melahirkan masyarakat yang hopeless, penuh kutukan - yang seringkali disertasi dengan teriakan kalimat-kalimat religius, dan sejenisnya - tanpa memiliki khazanah yang memadai untuk memberikan solusi. Bukankah hidup akan selalu menghadapi banyak masalah yang membutuhkan banyak

140 140 AFKARUNA solusi?. Seperti kata pepatah: Daripada mengutuk kegelapan, jauh lebih baik menyalakan lilin. Relevansi buku ini adalah sebagai salahsatu upaya menyalakan lilin tersebut di tengah kegelapan atau kepengapan sosial budaya akhir-akhir ini, tidak hanya untuk konteks Indonesia bahkan untuk seluruh penjuru dunia yang sarat dengan berbagai konflik. Dalam buku ini, al-makin, sebagai intelektual muda di tanah air, menguraikan secara luas walau tidak semuanya secara mendalam tentang lintas perjalanan umat manusia, dari aspek budaya dan agama. Inti dari topik buku ini adalah tentang keragaman yang sangat sesuai dengan fakta pluralitas bangsa Indonesia sejak awal berdiri hingga kini, yang sudah bersentuhan secara lebih massif dengan dunia global yang sarat dengan berbagai muatan materi konflik. Dari segi metodologis, penulisan buku ini menggunakan pendekatan sejarah dan juga filsafat (tepatnya: filosofis). Yakni sejarah dan filosofi yang mencakup tentang konsepsi penciptaan dunia, penciptaan manusia dengan beberapa pandangan mitologis di dalamnya, persepsi tentang dunia itu sendiri, keragaman teologi dan God in history (h.11-141); lima kota metropolitan yang populer di era klasik (Damaskus-Suriah, Baghdad-Irak, Persia-Iran, Syriak dan Yunani-Eropa (h. 143-173). Pada bab enam, buku ini berisi tentang tradisi Beriman dan Berfikir hingga soal sistem kenegaraan (h.175-210). Lalu diakhiri dengan khazanah keagamaan Nusantara, diantaranya terkait dengan Hinduisme, Buddhisme, Kaliyuga dan Sinkretisme (h. 211-248). Aspek keragamaan dikenal dengan istilah Pluralisme. Dalam kaitan dengan ini dikenal istilah: Pluralisme agama, Pluralisme filosofis dan Pluralisme sosiologis. Terkait dengan Pluralisme agama, dimana agama mencakup wilayah yang subjektif dan juga objektif. Wilayah subjektif jika diperdebatkan memang bisa menimbulkan konflik sebab menyangkut martabat internal masing-masing umat beragama. Untuk pluralisme yang subjektif keagamaan menyiratkan bahwa masing-masing umat beragama memiliki rasa irfani keagamaan yang subjektif secara internal, seperti tentang: metafisika atau ontologi keyakinan, serta perspesi tentang Tuhan (Tuhan yang Esa bagi muslim atau Tuhan Yesus bagi kaum Kristiani); juga tatacara ritualitas (sistem shalat bagi muslim maupun upacara Natalan). Adapun pluralisme filosofis bisa lebih mendekati hal yang objektif yakni terkait kesepakatan nilai-nilai objektif yang berlaku secara universal (al-khair), lintas budaya, sosial, politik kultural dan agama, bahkan lintas generasi dari masa ke masa. Sedangkan derivasinya bisa melahirkan aktualisasi yang berbeda

Vol. 12 No. 1 Juni 2016 141 dalam setiap komunitas masyarakat, namun tetap bertumpu pada kebaikankebaikan universal-humanistik (al-ma rufaat), seperti: persaudaraan, kesalehan, cinta alam, dan lain-lain. Adapun pluralisme sosiologis, masing-masing kelompok memiliki kebebasan faktual-sosiologis untuk menerjemahkan pandangan subjektif dan filosofis keagamaan atau keyakinan-kepercayaan (termasuk yang ateis sekalipun) masing-masing, tentang bagaimana menerjemahkannya ke dalam dunia faktual-sosial. Masing-masing umat beragama maupun yang ateis tentu harus mematuhi rambu-rambu kultural maupun yuridis formal dimana mereka berada. Memang akan banyak celah terjadinya konflik pada saat melakukan derivasi keyakinan masing-masing. Sejalan dengan perkembangan dunia IT yang membuat masyarakat menjadi lebih integrated, maka peran pakar IT, pakar hukum, pakar politik, pakar sosial dan pakar budaya menjadi lebih urgen untuk terus melakukan reformasi terhadap pijakan wilayah kepakaran masing-masing agar segenap komponen masyarakat lebih berhati-hati dan memiliki pinjakan yang jelas ketika akan saling bgerinteraksi satu sama lain. Bila terjadi juga benturan yang tak dapat dihindarkan seperti adanya kasus penistaan agama maka pegangan yuridis lah yang menjadi jalan keluar bersama, dimana mekanisme banding harus menjadi way out tanpa ada upaya intervensi serta tekanan dari pihak manapun. Terlebih lagi kaitannya dengan figur mapun kelembagaan keagamaan haruslah dilakukan desakralisasi ketika ada kasus yang menyimpang dari masingmasing umat maupun kelembagaan keagamaan. Umat beragama dilarang bersikap baper ketika seorang figur atau lembaga atau partai keagamaan terbukti terlibat korupsi misalnya. Demikian pula kasus-kasus kekerasan dan sejenisnya. Dalam konteks inilah karya cerdas al-makin menjadi sangat relevan. Karya al-makin sebenarnya bisa memperkaya pemahaman kultural sosial semua umat beragama, sebab al-makin memperkenalkan, dalam banyak hal, membedah kekayaan kultural, filosofis, historis bahkan agama-agama besar dunia seperti: Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan lain-lain. Menarik untuk dicermati bahwa dalam sejarah dinasti dan keagamaan juga terjadi proses inqusition (mihnah) yakni pada tahun 300 SM, terjadi perburuan terhadap orang-orang Kristen di Roma. Perburuan atau konflik keagaman disebabkan masing-masing umat menganut Pluralisme eksklusif yakni: tiada kebenaran iman orang lain yang berada di luar agamanya sendiri. Hal sebaliknya juga terjadi yakni pada tahun 500 SM era Justinian, dimana Kristen di Roma mencapai puncaknya. Demikian pula halnya yang terjadi di

142 142 AFKARUNA Sasania era rezim Nushirwan, dimana Zoroaster menjadi satu-satunya iman, di luar Zoroaster tidak ada keimanan (h.121). Inilah bahaya yang melahirkan konflik sosial jika segolongan umat sudah terjebak pada prinsip truth claim. Dalam kesejarahan umat Islam, fenomena pluralisme sebenarnya sudah biasa terjadi, khususnya era Islam klasik. Sebagai contoh, dalam soal membaca kitab suci al-qur an dengan logat yang saling berbeda (h.125). Walaupun pada era belakangan terjadi standarisasi bacaan dimana puncaknya terjadi di Mesir tahun 1924 (h.127). Pluralitas bacaan al-qur an, terjadi karena perbedaan latar belakang kesukuan, dimana masing-masing suku memiliki dialek (lahjah) yang berlainan. Bahkan juga bisa terjadi perbedaan dalam penafsiran, sesuai kreativitas ijtihad ulama masing-masing. Kini usia al-qur an sekitar 1500 tahun yang telah dibaca milyaran umat Islam dengan beraneka ragam cita rasa, jenis mulut, dialek, lagu, cengkok dan model pemahaman atau penafsiran: Tidak ada pemaknaan dan peresapan kalam Tuhan yang sama dalam waktu dan kesempatan yang berbeda, apalagi jika suatu generasi sudah terlampui (h.128). Pluralitas bacaan al-qur an juga merambah ke bumi Nusantara melalui lidah muslim Jawa (orang Jawa sulit melafalkan ain, sering tertukar dengan ngain: nganngamta tidak an amta), Minangkabau, Aceh, Sunda (yang sulit melafalkan huruf f, dan sering terbalik dengan huruf p), juga Madura (yang sulit membaca huruf i secara lurus dan sering tertukar dengan huruf e: alladze tidak alladzi), dan seterusnya (h. 129). Selain soal pluralitas keimanan dan cara membaca, juga memahami al- Quran, al-makin juga menuangkan idenya tentang terjadinya adu gagasan antara para teolog (mutakallimun) dan filosof, yang sampai hari ini dampaknya masih dirasakan umat Islam. Contohnya adalah, kritik teologis-filosofis Imam Ghazali yang Ash ariyah terhadap para filosof aliran Mu tazilah, atau juga dengan Ibnu Sina yang cenderung ke Syiah. Pasca Ibnu Sina, hadir Ibnu Rusyd (karya: Tahafut at-tahafut) yang berbalik mengkritisi Imam Ghazali (Tahafut al-falasifah) (h.196-204). Pada era berikutnya debat metafisika antara filosof dan kaum teolog berkembang ke wilayah empirisme Islam sebagaimana yang diprakarsai para kaum Empirs Muslim seperti: Ibnu Taimiyah (terkenal dengan jargonnya: alhaqiqatu fi al-a yan, la fi al-adzhan). Ada juga tokoh Ibnu Khaldun yang dikenal dengan proyek umran-nya atau peradaban, yakni tentang perkembangan masyarakat dari nomaden, menetap, membangun kekuasaan dalam dinasti, kapan kekuasaan itu bermula hingga menua seperti manusia, dan akhirnya mati. Ibnu Khaldun juga membahas tentang hubungan antar individu yang

Vol. 12 No. 1 Juni 2016 143 bekerjasama dalam sebuah organisasi. Khaldun juga menulis tentang pengaruh cuaca, geografi serta tentang naik turunnya sebuah peradaban. Studi kritis Ibnu Khaldun ini masih cukup relevan dalam kajian sosiologi, sejarah, antropologi bahkan biologi (h. 204-206). Dari perdebatan teologis-filosofis ini umat Islam dewasa ini bisa belajar bagaimana cara berdebat secara Islami dengan saling menulis kitab, buku, jurnal di bidangnya masing-masing. Debat berdasarkan argumen, bukan berbasis sentimen pribadi (judgement). Umat juga perlu belajar dari sejarah Islam klasik bahwa seringkali perdebatan yang cerdas dan hangat, namun dihambat oleh rezim kekuasaan yang memihak pada salahsatu paham atau aliran keagamaan, sebagaimana yang pernah terjadi pada komunitas non- Muslim di Roma dan lain-lain.