3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia dan seolah-olah menjadi tanaman asli setempat. Kerabat terdekatnya adalah C. peltata Hook dan arn. Dari Amerika, pepaya ini dibawa ke kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjelajahan orang Spanyol pada abad ke-16, kemudian dengan cepat menyebar ke India, Oseania, dan Afrika (Villegas, 1997). Sifat Botani Klasifikasi Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Cistales : Caricaceae : Carica : Carica papaya L Berdasarkan morfologinya, pepaya termasuk buah dengan daging buah yang tebal dan memiliki rongga di bagian tengahnya. Batangnya lurus, dapat mencapai ketinggian hingga 10 m, berbentuk silinder dengan diameter 10-30 cm, dan berongga di tengah. Bagian dalam batangnya lunak. Daunnya tersusun spiral, berkelopak dekat dengan ujung batang. Tangkai daunnya berongga, berwarna kehijauan atau merah jambu kekuningan atau keunguan yang panjangnya dapat mencapai 1 m. Helaian daunnya menjari, berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, dan tidak berbulu (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Pepaya memiliki tiga jenis bunga, yaitu: bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit. Bunga jantan berbentuk tabung ramping, mahkota bunga terdiri dari 5 helai dan berukuran kecil, benang sari berjumlah 10 buah yang
4 tersusun menjadi dua lapis dan melekat pada leher tabung (Nakasone dan Paull, 1999). Bunga jantan tidak mempunyai ovari dan biasanya tidak menghasilkan buah. Bunga betina memiliki lima buah putik, berukuran agak besar dan memiliki bakal buah yang berbentuk bulat, sehingga akan menghasilkan buah yang berbentuk bulat juga, mahkota bunga terdiri dari lima helai daun mahkota yang melekat di bagian dasar bunga (Chan, 1995). Villegas (1997) mengemukakan bahwa bunga hermaprodit memiliki putik dengan bakal buah dan benang sari. Bunga hermaprodit dibedakan menjadi bunga hermaprodit elongata, bunga hermaprodit pentadria, dan bunga hermaprodit antara. Penyerbukan dalam pepaya memiliki beberapa ciri, diantaranya bunga jantan yang menyerbuki bunga betina akan menghasilkan keturunan yang terdiri dari tanaman jantan dan betina dengan perbandingan 1:1. Penyerbukan sendiri dari bunga hermaprodit akan menghasilkan tanaman betina dan tanaman hermaprodit dengan perbandingan 1:1. Bunga hermaprodit yang menyerbuki bunga jantan akan menghasilkan tanaman jantan, betina, dan hermaprodit dengan perbandingan 1:1:1. Bunga betina yang diserbuki oleh bunga hermaprodit akan menghasilkan tanaman betina dan tanaman hermaprodit dengan perbandingan 1:1 (Samson, 1980). Agroekologi Pepaya dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1 000 m dpl. Tanaman pepaya yang ditanam pada daerah yang terlalu tinggi (>1 000 m dpl), menyebabkan bunga yang dihasilkan banyak yang gugur akibat kelembaban terlalu tinggi dan suhu rendah sehingga jumlah buah menjadi sedikit. Suhu udara yang dibutuhkan tanaman pepaya untuk tumbuh optimal berkisar 22-26 o C (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan kematian, begitu juga dengan kondisi suhu yang terlalu tinggi. Tanaman pepaya memerlukan sinar matahari yang cukup, agar diperoleh pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi. Pepaya yang ditanam di tempat teduh, memiliki batang yang berukuran kecil, buah yang dihasilkan pun akan berukuran kecil, dan banyak yang runtuh. Sujiprihati dan suketi (2009) juga menyatakan bahwa tanaman pepaya tumbuh optimal pada daerah iklim tropis dengan sinar matahari penuh
5 tanpa naungan. Menurut Samson (1980), kelembaban udara minimum untuk budidaya pepaya sekitar 60% dengan kondisi angin yang tidak terlalu kencang sehingga penyerbukan berlangsung normal. Tanaman pepaya termasuk tanaman yang sensitif terhadap kekurangan dan kelebihan air. Nakasone dan Paull (1999) menyatakan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan pepaya adalah 1 000-2 000 mm/tahun. Menurut Ploetz (1994) syarat penting dalam budidaya pepaya adalah drainase. Sistem perakaran tanaman pepaya peka terhadap perendaman. Perendaman yang singkat pun dapat menyebabkan kematian pada tanaman pepaya. Pepaya dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dengan syarat unsur hara tercukupi. Pepaya akan tumbuh baik pada tanah yang ringan, mudah dikeringkan, dan kaya akan bahan organik, dengan ph tanah 6.0-6.5. Kemasaman tanah yang rendah (ph<5) menyebabkan pertumbuhan tanaman pepaya terganggu dan banyak yang mati. Tanah yang terlalu asam dapat dilakukan pengapuran untuk meningkatkan ph, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pepaya. Jika ph tanah terlalu tinggi (bersifat basa), dapat dilakukan penambahan belerang untuk menurunkan ph (Nakasone dan Paull, 1999). Varietas Pepaya Beberapa varietas pepaya unggul di Indonesia diantaranya pepaya Cibinong, pepaya Dampit, pepaya Hawai, dan pepaya Sunrise. Pepaya Cibinong merupakan pepaya jenis kecil dengan bobot buah berkisar 0.3-1 kg. Pepaya Dampit berasal dari daerah Dampit, Malang, Jawa Timur dan telah menyebar ke seluruh Indonesia. Pepaya Dampit menghasilkan buah yang berbentuk oval dengan panjang ± 34.2 cm dan bobot berkisar 2.1-2.9 kg, permukaan buah tidak rata, daging buah berwarna kemerahan, dan berasa kurang manis. Pepaya Hawai berasal dari kepulauan Hawai dan merupakan jenis pepaya solo, artinya satu buah pepaya hanya untuk satu orang. Pepaya ini berukuran kecil dan beratnya kurang lebih 0.5 kg. Pepaya Sunrise mempunyai kulit buah licin, agak berbintikbintik, dan berwarna hijau kekuningan jika masak, bobot buah berkisar 0.25-0.5 kg (Chan, 1995). Selain jenis pepaya unggul tersebut, ada beberapa varietas pepaya unggul yang telah dihasilkan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
6 (PKBT) IPB, yaitu : pepaya IPB 1 (Arum Bogor), pepaya IPB 2 (Prima Bogor), pepaya IPB 3, pepaya IPB 4, pepaya IPB 5, pepaya IPB 6C, pepaya IPB 8, pepaya IPB 9, dan pepaya IPB 10 (Wulung Bogor) (PKBT, 2006). Pepaya IPB 9 Pepaya IPB 9 merupakan pepaya yang dikoleksi dan dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB mulai tahun 2002. Pepaya jenis ini pada awalnya merupakan pepaya yang ditanam oleh petani di desa Bantar Kambing, Bogor. Selanjutnya genotipe tersebut dilakukan seleksi. Karakterisasi dan seleksi dilakukan berdasarkan penampilan tanaman, dengan kriteria yang telah ditentukan melalui pengamatan, yaitu meliputi (1) kondisi tanaman, baik dalam populasi maupun induvidu tanaman, (2) karakter vegetatif, generatif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kriteria seleksi pada tahap awal adalah, tanaman pepaya genjah, dengan daging buah merah, dan rasa yang manis. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa pepaya yang dikarakterisasi mempunyai karakter rasa buah manis, daging buah tebal dan renyah, namun belum diperoleh tanaman yang genjah (PKBT, 2006). Berdasarkan hasil seleksi pertama (2003), benih dari tanaman terpilih ditanam secara bulk, dan diseleksi dengan kriteria seleksi sifat genjah. Beberapa tanaman pepaya yang dievaluasi, terdapat tanaman yang mempunyai umur berbunga lebih cepat (genjah) dan perawakan rendah. Tanaman ini dipilih buah terbaik dan dipanen, diambil benihnya secara bulk, kemudian ditanam kembali sebanyak 300 tanaman sebagai populasi IPB 9-improved. Penanaman dilakukan hingga generasi ke-3. Pada saat yang sama, dilakukan penanaman di lahan petani sebagai uji on farm pendahuluan sekaligus untuk mengetahui persepsi petani terhadap pepaya IPB 9. Pengamatan dan seleksi tanaman dilakukan di beberapa lokasi penanaman on farm, untuk dijadikan pohon induk. Penggunaan pohon induk yang unggul, benar varietas atau kultivarnya merupakan jaminan keberhasilan untuk mendapatkan benih pepaya yang berkualitas (PKBT, 2006). Secara umum riwayat pemuliaan pepaya IPB 9 disajikan dalam Tabel 1.
7 Tabel 1. Riwayat Pemuliaan Pepaya IPB 9 Tahun Tahapan Kegiatan Pemuliaan 2003 1. Introduksi tanaman 2. Ditanam bersama dengan genotipe lain 3. Karakterisasi 4. Evaluasi dan seleksi 1 (produksi tinggi, manis) 2004 1. Benih dari buah hasil seleksi ditanam kembali, kemudian dievaluasi 2. Terdapat tanaman yang mempunyai kriteria sesuai dengan kriteria seleksi II (genjah, tinggi tanaman rendah), diseleksi, diambil benihnya secara bulk, ditanam sebagai tenaman pepaya IPB 9 3. Dilakukan juga selfing pada tanaman lain yang terpilih, unntuk membuat galur murni yang akan diarahkan sebagai tetua hibrida 2005 1. Populasi tanaman pepaya IPB 9, dipilih tanaman terbaik 2. Benihnya di bulk, dan ditanam sebagai populasi IPB 9 (improved). demikian seterusnya 2006 IPB 9 (improved) Keterangan Karakter pepaya : tipe buah sedang, daging buah merah oranye, rasa manis, umur dalam Karakter pepaya IPB 9 ukuran sedang, daging buah merah, rasa manis, tanaman genjah,dan perawakan pendek 2007 IPB 9 (improved) 2008 IPB 9 (improved) Sumber : Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB, 2008 Pepaya IPB 9 mempunyai keunggulan, yaitu perawakan pendek dan genjah, bentuk buah bulat lonjong memanjang (seperti peluru), serta rasa daging manis. Pepaya IPB 9 merupakan pepaya berukuran sedang yang dapat dikonsumsi bersama keluarga. Bentuknya yang silindris dengan warna mulus, menarik minat konsumen (PKBT, 2008).