VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Renstra BKP5K Tahun

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO. kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok tani yang ada dan akan kembali lagi untuk petani maka akan banyak

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

Transkripsi:

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden 7.1.1. Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun. Berdasarkan sebaran normal umur responden dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) 40-45 tahun, (2) 45-50 tahun, (3) 50-55, dan (4) 55-60 tahun. Berikut merupakan sebaran anggota Gapoktan Desa Banyuroto berdasarkan tingkat umur dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini. 18% 46% 4% 32% 40-45 45-50 50-55 55-60 Gambar 6. Sebaran Tingkat Umur Berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa sebaran umur reponden paling banyak berada pada selang 45-50 tahun. Hal tersebut menandakan anggota Gapoktan telah mapan dalam usia dan pengalamannya sebagai petani, dan juga dapat menjalankan perannya di masyarakat. 7.1.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan sebuah gambaran secara umum untuk melihat kualitas sumberdaya manusia di suatu tempat. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap pengetahuan, keterampilan, kemampuan, serta cara berpikir dan sudut pandang suatu permasalahan, teknologi, 77

dan perubahan. Keragaan pendidikan pada anggota Gapoktan Desa Banyuroto dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini. 61% 0% 14% 25% SD SMP/Tsanawiyah SMA/Aliyah Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Gambar 7. Sebaran Tingkat Pendidikan sebanyak 61% telah mengenyam pendidikan hingga ke tingkat SMA dan sederajat. Hal ini menandakan bahwa anggota gapoktan sudah sadar akan pendidikan, serta didukung oleh akses pendidikan dan sarana prasarana lain yang menunjang. 7.1.3. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto menggambarkan aktivitas keseharian dan sumber pendapatan utama mereka. Pekerjaan utama anggota Gapoktan Desa Banyuroto 100% adalah sebagai petani pemilik. Hal ini menggambarkan bahwa anggota gapoktan adalah petani yang memang bertani sudah cukup lama dan turun-temurun, sehingga sudah memiliki lahan garapan sendiri. 7.1.4. Penguasaan Lahan Penguasaan lahan merupakan total luas lahan yang dikelola oleh petani yang tergabung dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto. Luas lahan yang dikelola bervariasi mulai dari luas lahan yang sempit (<0,5 ha), luas lahan yang 78

sedang (0,5-1 ha). dan luas lahan yang besar (>1 ha). Sebaran mengenai penguasaan lahan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini. 18% 36% > 1 ha 46% 0,5-1 ha < 0,5 ha Gambar 8. Sebaran Penguasaan Lahan oleh Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Lahan yang dimiliki anggota Gapoktan Desa Banyuroto terbilang cukup bervariasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, 18% anggota memiliki lahan seluas >1 ha, 36% memiliki lahan seluas <0,5 ha, dan 46% memiliki lahan seluas 0,5-1 ha. Lahan yang dikuasai ini adalah kepemilikan pribadi, dan biasanya mereka menanam dengan sistem tumpang sari dan rotasi tanaman diatasnya. 7.1.5. Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry Terkait dengan program Prima Tani, BPTP Jawa Tengah melakukan percontohan budidaya strawberry. Percontohan tersebut mendapat respon positif dari para petani. Dalam perkembangannya, permintaan produk budidaya strawberry, berupa buah dan bibit tanaman starwberry semakin bertambah. Kondisi tersebut mendorong petani yang telah membudidayakan strawberry berusaha memperluas skala usahanya dan para petani lain berkeinginan untuk masuk dalam usaha budidaya strawberry. Alasan mereka beralih menjadi petani strawbery pun beragam, yaitu berdasarkan keahlian, tidak ada pilihan lain, atau memang strawbery memiliki peluang yang lebih besar dan menguntungkan. 79

Berikut ini pada Gambar 9 disajikan sebaran alasan anggota Gapoktan Desa Banyuroto menjadi petani strawberry. 78% 11% 11% Berdasarkan keahlian Tidak ada pilihan lain adanya pangsa pasar Gambar 9. Sebaran Alasan Memilih Menjadi Petani Strawberry oleh Sebanyak 78% anggota Gapoktan Desa Banyuroto beralasan bahwa strawberry memang memiliki peluang lebih besar dan lebih menguntungkan. Hal ini didukung dengan adanya pengukuhan Desa Banyuroto sebagai kawasan agrowisata penunjang pengembangan kawasan agropolitan Merapi-Merbabu, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut dan mencari produk yang unik, salah satunya adalah strawberry. Oleh karena itu, mereka beralih bertani strawberry. Pangsa pasar ini semakin besar karena produk buah strawberry yang dibudidayakan secara organik terbukti memiliki kelebihan daya tahan dan rasa dibanding buah strawberry yang dibudidayakan menggunakan bahan-bahan anorganik yang telah berkembang di daerah lain. 7.2. Kemandirian Petani Kemandirian merupakan totalitas kepribadian individu yang dimiliki setiap individu tak terkecuali petani sebagai sumberdaya manusia pertanian. Pembentukan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya diharapkan dapat berperan terhadap kemandirian petani yang pada penelitian ini parameter kemandirian yang diukur, yaitu: 1) bargaining position petani, 2) kemandirian petani secara teknik 80

bertanam, dan 3) kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan pertanian. 7.2.1. Peran Gapoktan terhadap Bargaining Position Petani Komoditi strawberry di Desa Banyuroto merupakan pengembangan dari komoditi yang sebelumnya kurang diperhatikan tetapi ternyata mempunyai prospek yang baik. Budidaya strawberry diarahkan ke pertanian organik dengan tujuan nantinya akan menjadi komoditi unggulan dalam agrowisata. Pengembangan strawberry juga memanfaatkan potensi agrowisata untuk pemasarannya. Keputusan pemasaran dan distribusi yang dilakukan oleh para petani ketika musim panen tiba dan permintaan buah strawberry meningkat kebanyakan adalah: 1) menjualnya langsung ke pengumpul yang datang langsung ke kebun-kebun strawberry mereka, 2) membuka kebun wisata edukasi petik strawberry untuk para wisatawan yang datang, atau 3) memasok langsung kepada para penjaja strawberry yang ada di sekitar tempat wisata. Jalinan kemitraan dalam memasok komoditi strawberry kepada konsumen belum dilakukan oleh gapoktan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pengumpul atau tengkulak yang langsung mendatangi petani ketika musim panen tiba, sehingga petani sulit untuk bergerak mencari mitra. Selain itu, masih kurangnya promosi dan dukungan dari pihak terkait masalah pemasaran juga menyebabkan petani masih tergantung kepada tengkulak. Petani juga mencari kepastian pemasaran produk agar produk pertanian yang dihasilkan tidak cepat busuk dan petani cepat memperoleh perputaran uang. Bargaining position petani setelah bergabung dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya sangat diharapkan oleh para petani. Bargaining position 81

berpengaruh terhadap keberlanjutan usahatani. Bargaining position juga merupakan insentif tersendiri bagi petani agar lebih bersemangat menjalankan aktivitas pertaniannya. Tabel 22 menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap bargaining position petani. Tabel 22. Sebaran Persepsi Terhadap Bargaining Position Petani Bargaining Position Jumlah Persentase Tinggi 3 10,71% Sedang 21 75% Rendah 4 14,28% Jumlah 28 100% Sebanyak 75% anggota Gapoktan Desa Banyuroto berpendapat bahwa bargaining position mereka sedang. Sedangkan sisanya sebanyak 10,71% berpendapat bargaining position meningkat tinggi, dan sebanyak 14,28% berpendapat bargaining position tidak meningkat. Hal ini disebabkan introduksi strawberry dari Prima Tani telah membawa banyak manfaat kepada para petani, karena komoditi ini langsung bisa diterima dan menjadi primadona. Namun, masih terkendala pada pemasaran dalam skala yang lebih besar lagi. Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang dapat dilakukan berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan pengembangan sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan konsumen. Selain itu, untuk mengantisipasi over supply buah strawberry karena adanya penanaman strawberry dalam skala luas, maka diintroduksikan penanganan pasca panen berupa pengolahan buah strawberry antara lain untuk minuman, sirup, dan selai, tetapi introduksi ini kurang berjalan dan belum ada realisasinya. 82

7.2.2. Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam Penyuluhan dan introduksi mengenai strawberry yang diberikan oleh para penyuluh tentunya diharapkan dapat menjadikan petani mandiri secara teknik bertanam. Teknik bertanam strawberry organik yang diperkenalkan, masih dipertahankan dan terus dikembangkan oleh para petani. Tabel 23 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap tingkat kemandirian petani secara teknik bertanam. Tabel 23. Sebaran Persepsi Terhadap Kemandirian Petani Secara Teknik Bertanam Kemandirian petani dalam teknik bertanam Jumlah Persentase Tinggi 24 85,71% Sedang 4 14,28% Rendah `0 0% Jumlah 28 100% Sebanyak 85,71% petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan menyatakan bahwa kemandirian mereka secara teknik bertanam tinggi. Sedangkan hanya 14,28% yang menyatakan kemandirian secara teknik bertanam meningkat sedang, hal ini dikarenakan mereka merasa telah banyak mempelajari teknik bertanam secara turun temurun dan berdasarkan pengalaman pribadi. 7.2.3. Kemampuan Petani Memenuhi Kebutuhan Permodalan Gapoktan mempunyai fungsi sebagai satuan unit usaha keuangan mikro, yaitu menyediakan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para petani yang memerlukan. Gapoktan Desa Banyuroto juga menjalankan fungsi tersebut selama berdiri hingga sekarang. Gapoktan juga telah membantu dan memfasilitasi kelompok tani yang membutuhkan permodalan dengan cara meneruskan proposal yang dibuat dan bernegosiasi dengan pihak stakeholders yang berwenang. Tabel 24 berikut ini menyajikan jawaban anggota 83

gapoktan terhadap peran gapoktan memfasilitasi pemenuhan permodalan bagi para petani anggotanya. Tabel 24. Peran Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan Permodalan Anggota Apakah Gapoktan Memfasilitasi Kebutuhan Modal Anggotanya Jumlah Persentase Ya 28 100% Tidak 0 0% Jumlah 28 100% Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto sepakat bahwa Gapoktan telah melaksanakan fungsinya untuk memfasilitasi petani anggotanya mendapatkan bantuan permodalan. Permodalan yang pernah mereka terima berasal dari dana PUAP Kementerian Pertanian RI. Bantuan permodalan ini digunakan untuk membeli ternak sapi guna pemenuhan kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman. Sehingga diharapkan biaya produksi petani dapat berkurang karena adanya penghematan biaya pupuk kandang. Selain itu, pupuk kandang yang mereka hasilkan juga dapat didistribusikan untuk petani lain yang berada di wilayah Desa Banyuroto. Pengelolaan terhadap pengembalian dana PUAP tersebut baru dalam tahap perencanaan karena pembayaran oleh petani anggota belum selesai dilakukan. Rencananya, Gapoktan Desa Banyuroto akan mengusung konsep unit usaha keuangan mikro yang akan semakin memudahkan kelompok dan rukun tani yang ada di dusun-dusun mengakses permodalan atau menjalankan usaha bersama yang dapat menghasilkan keuntungan bagi Gapoktan Desa Banyuroto beserta seluruh anggotanya. Tabel 25 berikut ini menyajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai peningkatan kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan untuk kegiatan pertaniannya. 84

Tabel 25. Sebaran Persepsi Mengenai Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Permodalan Kemampuan Petani dalam Memenuhi Kebutuhan Permodalan Jumlah Persentase Tinggi 11 39,28% Sedang 17 60,71% Rendah `0 0% Jumlah 28 100% Sebanyak 60,71% petani anggota gapoktan berpendapat bahwa kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan permodalan hanya meningkat sedang. Hal ini disebabkan mereka kebanyakan menggunakan modal mandiri atau modal keluarga untuk membiayai usahataninya karena sudah dilakukan secara turun-temurun. Selain itu, mereka sudah terbiasa mengurus permodalan sendiri ke Bank BRI cabang Kecamatan Sawangan, Bank BPR, atau meminjam modal kepada kerabat dan keluarga sejak dulu ketika awal bertani. Masalah permodalan selama ini bukan menjadi permasalahan mendasar bagi petani, karena mereka sudah terbiasa bertani sejak dulu dan kondisi pertanian disana tergolong stabil. 7.3. Kesejahteraan Petani Adanya gapoktan diharapkan dapat berperan terhadap penciptaan kesejahteraan petani anggotanya. Pada penelitian ini, indikator kesejahteraan yang digunakan adalah melalui perhitungan perbandingan pendapatan petani antar produk pertanian dan nilai tukar petani untuk produk strawberry hasil inovasi teknologi yang diperkenalkan oleh para penyuluh. 7.3.1. Peningkatan Pendapatan Petani Perumusan inovasi teknologi dan kelembagaan yang disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas unggulan/potensial harus memiliki daya ungkit bagi peningkatan 85

pendapatan petani. Dampak langsung yang terlihat dengan berkembangnya usaha strawberry di Desa Banyuroto adalah peningkatan pendapatan rumah tangga dibandingkan dengan hanya mengusahakan sayuran yang harganya berfluktuasi serta masih erat sekali dengan sistem ijon. Sebelum strawberry diintroduksikan, pola tanam sayuran di petani umumnya adalah kubis, tomat, dan cabe secara bergiliran dalam setahun. Adanya usaha strawberry menggeser sebagian usaha sayuran, namun petani dengan penguasaan lahan agak luas masih tetap mengusahakan sayuran disamping strawberry. Selain itu, usahatani strawberry memberikan pendapatan tunai secara kontinyu setiap hari selama setahun. Komoditas strawberry dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan usaha strawberry dengan orientasi agrowisata. Kegiatan yang dilakukan berupa penataan tanaman di lahan untuk tujuan petik sendiri dan pengembangan sistem rotasi agar setiap saat dapat melayani permintaan konsumen. Keputusan beralih menjadi petani strawberry kebanyakan disebabkan memang karena adanya peluang dan pangsa pasar. Hal ini didukung dengan jumlah panenan strawberry sebanyak 20-25 kg setiap dua hari sekali selama musim kemarau dan hanya 5 kg setiap seminggu sekali selama musim hujan, serta harga jual strawberry yang tinggi yaitu Rp 15.000/kg ke pengumpul dan Rp 30.000-40.000/kg jika dijual langsung ke konsumen melalui kebun petik yang mereka dirikan sendiri di atas lahan pertanian mereka. Sebagai gambarannya, berikut disajikan analisis usahatani strawberry Desa Banyuroto pada Tabel 26. 86

Tabel 26. Analisis Usahatani Strawberry Desa Banyuroto N o m o r U r a i a n Biaya 1 2 3 4 5 0,1 2.480 15.000 37.200.000 6 7 Skala Usaha (ha) Hasil (kg) Harga jual (Rp) Nilai hasil (Rp) Biaya produksi (Rp): a. Biaya naungan (mulsa)/musim b. Sarana produksi: Bibit/benih Pupuk Pestisida c. Tenaga persiapan dan penanaman/musim d. Tenaga petik/musim e. Lain-lain Pendapatan bersih/musim (Rp) Pendapatan bersih/bln (Rp) 425.000 4.500.000 400.000-1.750.000 4.000.000-26.125.000 1.741.000 Peluang usaha strawberry Desa Banyuroto juga terlihat dari harga jual yang paling tinggi per kilogramnya dibandingkan dengan produk-produk pertanian lain yang juga diusahakan petani Gapoktan Desa Banyuroto. Gambar 10 berikut ini menyajikan perbandingan harga jual produk pertanian ke pengumpul dari sayur dan buah yang banyak diusahakan oleh petani Desa Banyuroto. daun bawang seledri cabe kubis strawberry - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 strawberry kubis cabe seledri daun bawang Rp/kg 15,000 1,200 8,000 3,500 3,000 Sumber: Data Primer 2012 Gambar 10. Perbandingan Harga Jual Antar Produk Pertanian 87

Dari data primer mengenai pendapatan petani tiap bulannya dapat dilihat bahwa pendapatan rumah tangga petani memang mengalami kenaikan ketika mengadopsi tanaman strawberry sebagai tanaman pertanian yang mereka pilih untuk ditanam. Kenaikan pendapatan yang terjadi tergantung dengan pilihan tanaman pendukung yang mereka tanam dalam sistem rotasi yang terjadi serta optimalisasi penggunaan lahan, alokasi sumberdaya pendukung pertanian, dan keputusan pemasaran. Kenaikan terbesar dialami oleh petani yang memutuskan untuk menanam kubis, yaitu sekitar 177% ketika mengganti lahan tanamnya menjadi strawberry. Hal ini dikarenakan harga jual kubis memang rendah dan berfluktuatif. Sedangkan untuk petani yang menanam cabe, seledri, dan daun bawang, kenaikan pendapatan yang mereka alami masing-masing sekitar 148%, 151%, 74%. Daun Bawang 1.002.100 Seledri 692.850 Cabe 703.600 Kubis 628.570 Strawberry 1.741.000 0 500000 1000000 1500000 2000000 Perbandingan Pendapatan Per Bulan Dalam Skala Usaha 0,1 Ha Gambar 12. Perbandingan Pendapatan Per Bulan Usahatani dalam Skala Usaha 0,1 Ha 88

7.3.2. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar petani dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan petani. Secara umum nilai tukar petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto tergolong relatif baik. Tabel 27 menyajikan tingkat nilai tukar petani strawberry anggota Gapoktan Desa Banyuroto Tabel 27. Nilai Tukar Petani Strawberry Gapoktan Desa Banyuroto Nomor Nilai Tukar Petani 1. Terendah 0,7227 2. Tertinggi 1,6219 3. Rataan 1,1296 4. Median 1,0704 Data pada Tabel 27 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani strawberry Desa Banyuroto relatif baik yaitu 1,1296. Hal ini menandakan bahwa produktivitas kerja petani cukup baik dan total pendapatan rumah tangga petani di lokasi penelitian sudah dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga selama setahun, baik untuk pengeluaran pangan maupun pengeluaran nonpangan. Hal ini berarti pula bahwa apabila petani menginvestasikan dalam kegiatan usahatani dan non pertanian, maka petani akan memperoleh manfaat sebesar 112,96%. Hasil ini menggambarkan bahwa kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan sekunder lainnya dapat dicukupi dan masih bisa menabung sebesar 12,96% dari total pengeluaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto sebagai wadah program-program inovasi teknologi Prima Tani telah berhasil meningkatkan nilai tukar petani. 7.4. Keberlanjutan Pertanian Keberlanjutan pertanian dinilai dari persepsi petani anggota mengenai tingkat penggunaan pestisida dan pupuk organik, serta tingkat pencemaran air dan tanah yang terjadi akibat adanya aktivitas pertanian di Desa Banyuroto. 89

7.4.1. Penggunaan Pestisida Organik Strawberry yang dikembangkan oleh anggota Gapoktan Desa Banyuroto sudah organik. Petani sama sekali tidak menggunakan pestisida anorganik dalam proses pengolahan tanah hingga pemanenannya. Seluruh anggota Gapoktan sepakat bahwa strawberry yang ditanam jika ditambahkan pestisida anorganik hasilnya malah tidak terlalu baik rasa dan penampilannya bahkan terkadang strawberry banyak yang mati. Selama ini juga tidak ada kasus hama yang menyerang tanaman strawberry mereka. Kendala utama strawberry di Desa Banyuroto hanyalah musim penghujan yang terjadi berkepanjangan karena dapat menyebabkan gagal atau busuk buah. Jadi, petani sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pestisida organik. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai penggunaan pestisida anorganik dalam usahatani strawberry. Tabel 28. Penggunaan Pestisida Anorganik dalam Pertanian Strawberry Apakah Petani Masih Menggunakan Pestisida Anorganik Jumlah Persentase Ya 0 0% Tidak 28 100% Jumlah 28 100% Dari Tabel 28 diatas dapat dilihat bahwa seluruh petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto sepakat bahwa mereka tidak menggunakan pestisida anorganik dalam pertanian strawberry mereka. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang sama dan materi penyuluhan yang masih diterapkan hingga kini. Namun, berbeda halnya dengan produk pertanian lain yang biasa ditanam, seperti sayur-sayuran yang banyak dibudidayakan. Petani masih sulit untuk beralih ke pertanian organik. Tabel 29 berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa 90

Banyuroto mengenai penggunaan pestisida organik dalam kegiatan usahatani mereka. Tabel 29. Sebaran Persepsi Mengenai Tingkat Penggunaan Pestisida Organik Tingkat Penggunaan Pestisida Organik Jumlah Persentase Tinggi 2 7,14% Sedang 20 71,42% Rendah `6 21,42% Jumlah 28 100% Petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto memang menggunakan sistem rotasi untuk lahan pertaniannya. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan unsur hara pada tanah. Umur tanaman strawberry biasanya hanya 1-1,5 tahun. Strawberry biasanya ditumpangsarikan dengan seledri atau daun bawang. Setelah itu, tanaman strawberry diganti dengan tanaman sayur-sayuran yang lain, seperti cabe, kol, wortel,sawi putih, atau tembakau. Strawberry juga bisa dibilang sebagai penetral tanah kembali, karena petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto belum terbiasa membudidayakan sayur-sayuran organik karena terkendala permintaan pasar yang selalu ada, sehingga dibutuhkan proses produksi yang cepat dan massal, walaupun sudah ada pelatihan mengenai pembuatan pupuk atau pestisida organik. 7.4.2. Penggunaan Pupuk Organik Pupuk organik yang digunakan untuk strawberry adalah pupuk kandang. Pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah dilakukan. Setelah itu hingga umur tanaman tidak produktif, strawberry tidak ditambahkan pupuk apapun baik organik maupun anorganik. Strawberry Desa Banyuroto cepat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan hidup sangat baik di Desa Banyuroto. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa 91

Banyuroto mengenai penggunaan pupuk anorganik dan tingkat penggunaan pupuk organik pada usahatani strawberry yang mereka jalankan. Tabel 30. Penggunaan Pupuk Anorganik dalam Pertanian Strawberry Apakah Petani Masih Menggunakan Pupuk Anorganik Jumlah Persentase Ya 0 0% Tidak 28 100% Jumlah 28 100% Tabel 31. Sebaran Persepsi Mengenai Tingkat Penggunaan Pupuk Organik Tingkat Penggunaan Pupuk Organik Jumlah Persentase Tinggi 0 0% Sedang 23 82,14% Rendah `5 17,85% Jumlah 28 100% Gapoktan Desa Banyuroto bekerjasama dengan pihak terkait memfasilitasi para petani untuk pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik. Contoh yang nyata yaitu teknologi pengelolaan kotoran ternak sapi menjadi kompos dan pupuk cair dari urine sapi. Tetapi, setelah itu gapoktan tidak membantu mengawasi dalam penerapan petani memakai pupuk dan pestisida organik hingga sekarang. Hal ini karena gapoktan menyerahkan keputusan usahatani sepenuhnya kepada para petani. Pengetahuan petani tentang manfaat pupuk organik sebenarnya sangat banyak. Petani berpendapat bahwa dengan pemakaian pupuk organik sebenarnya bisa menghemat biaya perawatan, menjaga kesuburan tanah, serta hasil panen nantinya akan lebih aman untuk dikonsumsi. Tetapi, petani juga berpendapat bahwa lingkungan sekitar belum mendukung untuk bertani secara organik, karena produksi pupuk organik membutuhkan waktu dan ketelatenan, sayuran organik lama pertumbuhannya dan sulit untuk produksi massal, padahal petani harus 92

memenuhi permintaan sayur-sayuran setiap harinya. Hal ini menyebabkan petani masih kembali kepada pupuk anorganik untuk proses produksinya. 7.4.3. Pencemaran Air dan Tanah Sesuai dengan panduan pelaksanaan Prima Tani, maka inovasi teknologi diusahakan dapat memenuhi kriteria, salah satunya adalah sesuai dengan karakteristik tanah, air, iklim. Hal ini dimaksudkan agar setiap inovasi teknologi yang diperkenalkan ramah terhadap lingkungan dan tidak membawa perubahan besar untuk lingkungan. Berikut ini disajikan sebaran persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai tingkat pencemaran air dan tanah akibat aktivitas pertanian di Desa Banyuroto. Tabel 32. Sebaran Persepsi Mengenai Pencemaran Air dan Tanah di Desa Banyuroto Tingkat Pencemaran Air dan Tanah akibat Pertanian Jumlah Persentase Tinggi 0 0% Sedang 2 7,14% Rendah 26 92,85% Jumlah 28 100% Petani Desa Banyuroto yang memiliki lahan di daerah lereng atau daerah yang kemiringannya curam menerapkan terasering. Mereka sudah terbiasa bertani di lahan yang miring atau curam. Sumber air yang mereka gunakan untuk bertani berasal dari air tanah atau air sungai, karena Desa Banyuroto juga dilewati beberapa aliran sungai dan kali. 7.5. Analisis Kualitas Kelembagaan dan Perannya Terhadap Kemandirian, Kesejahteraan Petani, dan Keberlanjutan Pertanian Strawberry Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto tentunya berperan terhadap aktivitas pertanian anggotanya, terutama terhadap kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Hasil penelitian menunjukkan 93

bahwa kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto telah berdampak bagi kemandirian petani secara teknik bertanam dan kesejahteraan petani, namun belum memberikan pengaruh terhadap bargaining position petani, pemenuhan kebutuhan permodalan petani, dan pertanian berkelanjutan. Tingkat penerimaan petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan, adanya kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi, serta pemberian motivasi dalam setiap melaksanakan kegiatan berpengaruh bagi outcome kelembagaan gapoktan. Hal ini juga dapat dijadikan evaluasi agar gapoktan bisa meningkatkan dan memaksimalkan kinerjanya untuk memberikan manfaat lebih banyak lagi bagi petani anggotanya maupun petani di luar anggota gapoktan. Tabel 33 berikut ini disajikan hasil analisis kualitas kelembagaan dengan outcome kelembagaan. Tabel 33. Matriks Analisis Kualitas kelembagaan dengan Outcome Kualitas No Kelembagaan 1 Kelengkapan kelembagaan Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan kelembagaan menurut persepsi responden telah lengkap. Tetapi, hal ini tidak berpengaruh banyak terhadap kemandirian, kesejahteraan ekonomi, maupun keberlanjutan pertanian strawberry. Walaupun kelembagaan yang ada lengkap, tetapi aktor yang selalu paling dominan hanyalah ketua, sekretaris, dan bendahara dalam kegiatan apapun. Sehingga, aktor lain belum berperan banyak dalam menjalankan kegiatan kelembagaan maupun dalam memajukan fungsi gapoktan. 2 Uraian kerja pengurus kelembagaan 3 Periode pergantian pengurus Uraian kerja pengurus kelembagaan masih kurang jelas. Seksi humas dan seksi pemasaran seharusnya digiatkan kembali untuk membantu mengembangkan Gapoktan Desa Banyuroto menjadi unit pemasaran yang ideal. Seksi permodalan juga seharusnya lebih aktif untuk membuka peluang dan akses permodalan bagi petani-petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto yang membutuhkan permodalan lebih besar untuk mengembangkan usahanya. Uraian kerja pengurus kelembagaan yang masih kurang jelas menyebabkan belum meningkatnya bargaining position petani dan petani masih harus mengakses sumber permodalan sendiri untuk menjalankan aktivitas usahataninya. Periode pergantian pengurus Gapoktan Desa Banyuroto dilakukan tidak teratur. Selain itu pengurus yang diganti biasanya hanya sekedar formalitas untuk bertukar peran saja. Belum ada manajemen yang baik dari kepengurusan. Hal ini menyebabkan belum adanya pembaruan peran pengurus mengikuti perkembangan zaman. Seharusnya pencarian dan penjalinan kemitraan pemasaran atau lobi harga jual produk pertanian bisa dijalankan oleh seksi yang bersangkutan. 94

No Kualitas Kelembagaan 4 Pengetahuan anggota terhadap kelembagaan 5 Kesempatan mengemukakan pendapat dan berdiskusi 6 Motivasi dalam meksanakan kegiatan 7 Penerimaan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan 8 Tingkat kegunaan kegiatan kelembagaan Analisis Kualitas Terhadap Outcome Kelembagaan Seluruh anggota telah paham terhadap kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini tercermin oleh manfaat yang mereka rasakan selama bergabung dalam kelembagaan tersebut. Mereka juga secara sadar ikut menjalankan aturan main yang berlaku dalam gapoktan. Seringnya pertemuan dengan penyuluh menyebabkan petani dengan cepat memahami dan mempraktikkan ilmu-ilmu pertanian modern yang dibawa oleh penyuluh. Sehingga, petani merasa mereka sudah mandiri secara teknik bertanam dan perbaikan kesejahteraan petani pun juga dirasakan oleh para petani. Seluruh anggota gapoktan sepakat bahwa ketua selaku pemimpin selalu mengemukakan pendapat dan berdiskusi dalam setiap menyelesaikan masalah. Ketua juga merangkul seluruh anggotanya dengan baik. Hal ini merupakan insentif tersendiri bagi anggota untuk menjalankan kegiatan pertanian maupun kelembagaan dengan baik. Hal ini pula yang berdampak langsung bagi adanya perbaikan kesejahteraan anggota. Motivasi dalam kelembagaan yang diberikan oleh ketua gapoktan cukup tinggi. Tetapi, ketua belum bisa memotivasi anggotanya untuk mendukung dan menerapkan pertanian organik yang banyak diajarkan oleh para penyuluh. Seharusnya, ada insentif dan motivasi tersendiri mengenai semangat pertanian organik di kalangan petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini bisa menjadi kebaikan dan contoh bagi para petani lain di Desa Banyuroto. Penerimaan terhadap inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan oleh anggota gapoktan tinggi. Kinerja inilah yang paling berpengaruh nyata terhadap outcome kelembagaan yang diharapkan. Berkat penerimaan dan kesadaran yang tinggi inilah, banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh petani, walaupun sebenarnya gapoktan harus terus mendapatkan pendampingan intensif agar bisa mengembangkan unit-unit usaha lain yang berguna bagi petani anggotanya. Sebagian besar petani anggota merasa kegiatan kelembagaan sangatlah berguna bagi kegiatan pertanian mereka. Mereka sudah mandiri secara teknik bertanam, tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik untuk strawberry, serta adopsi usahatani strawberry yang menguntungkan. 95