V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Nomor : Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Unit UBH-KPWN, yang selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB IV GAMBARAN UMUM

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

POLA HUBUNGAN ANTARA PETANI DAN KOPERASI DALAM PENGUSAHAAN HUTAN DI DESA CIHOWE DAN DESA COGREG BP3K KABUPATEN BOGOR DEWI SUPRIYO PUTRI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SOSIAL DESA CURUG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

GAMBARAN UMUM DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

GAMBARAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN. 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DESA PENDOWOHARJO. A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografis dan Batas-Batas Administrasi

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan hidup, khususnya wilayah pedesaan, KPWN merancang konsep tentang pengembangan usaha budidaya jati unggul dengan pengelolaan secara intensif. Pengelolaan intensif tersebut dikembangkan melalui pola bagi hasil. Pengembangan usaha budidaya jati unggul perlu didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia, kemampuan pendanaan, dan kemampuan pengelolaan sehingga usaha yang dikembangkan dapat menguntungkan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. KPWN membentuk Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN). Kantor pusat UBH-KPWN berlokasi di Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 5 R. 504-A Jakarta. UBH-KPWN dibentuk dengan Keputusan Pengurus (KPWN) No. 62/Kpts/KPWN/XII/2006 Tanggal 21 Desember 2006, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Pengurus KPWN No. 45/Kpts/KPWN/V/2007 Tanggal 10 Mei dan disahkan dengan Akta 39 Notaris Sigit Siswanto, SH. No. 12 Tanggal 24 Mei 2007. Adapun visi dari UBH-KPWN adalah menjadi pengelola profesional terbaik di bidang Usahatani Jati Unggul Pola Bagi Hasil. Misi UBH-KPWN adalah mewujudkan usahatani jati unggul pola bagi hasil menjadi kegiatan yang memberikan keuntungan finansial optimal kepada semua pihak terkait dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pedesaan serta berperan

dalam perbaikan lingkungan hidup. Adapun dalam mengembangkan usahanya, UBH-KPWN membuat kantor cabang sebagai sarana berjalannya kegiatan pola bagi hasil di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Bogor yang berlokasi di Komplek Perumahan Akasia No. 1, Sindang Barang. Pada pengelolaan semua kegiatan JUN pihak UBH-KPWN memiliki kelembagaan yang terstruktur agar dalam pelaksanaanya terlaksana dengan baik dan sesuai dengan pekerjannya masing-masing. Berikut merupakan bagan kelembagaan UBH-KPWN pada Gambar 2. DIREKTUR UTAMA KPWN Direktur Umum dan Pemasaran Direktur Perencanaan dan Tanaman, Keuangan Divisi Umum Divisi Pemasaran Divisi Perencanaan Divisi Tanaman Divisi Keuangan Supervisior Tata Usaha (TU) Sumber: UBH-KPWN (2012) Pendamping Gambar 2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN. 5.2 Pola Bagi Hasil UBH-KPWN Pola bagi hasil yang diterapkan UBH-KPWN yaitu pola yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani penggarap, perangkat desa, dan UBH-KPWN. 34

Tabel 9. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN Pihak Hak Kewajiban UBH- KPWN 1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari total jumlah pohon yang ditanam. Investor 1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. 2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan karena kelalaian. Pemilik Lahan Petani Penggarap Perangkat Desa Sumber: UBH-KPWN (2012) 1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam. 2. Tidak menanggung resiko bila terdapat tanaman yang mati/hilang yang disebabkan kelalaian. 1. Memperoleh pendamping saat melaksanakan budidaya JUN. 2. Memperoleh bimbingan, pelatihan, dan pembinaan. 3. Memperoleh upah dan bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam. 1. Memperoleh bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam. 1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN. 2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan usaha budidaya JUN. 3. Melaksanakan pendampingan kepada petani penggarap. 4. Menarik calon investor usaha JUN. 5. Mengelola dana dari investor untuk kegiatan usaha budidaya JUN. 6. Memasarkan pohon jati siap panen. 7. Melaksanakan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. 8. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil UBH-KPWN dikurangi sebanyak 0.3 bagian dari jumlah yang mati/hilang. 1. Berkontribusi dengan menanamkan modal, dimana jumlah minimal investasi adalah 100 pohon. 1. Memberi ijin lahannya untuk ditanami JUN dalam jangka waktu kerjasama lima tahun. 1. Melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. 2. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil petani dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 1. Membuktikan keabsahan kepemilikan lahan yang akan ditanami JUN. 2. Berperan dalam menggerakkan masyarakat calon peserta JUN. 3. Mengawasi dan mengamankan tanaman JUN dari gangguan, pencurian, dan kebakaran. 4. Bila terjadi kematian/kehilangan, bagian hasil pemerintah desa dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati/hilang. 35

Berdasarkan Tabel 9, penetapan bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam budidaya JUN didasarkan atas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hak dan kewajiban ini merupakan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan karena dalam usaha kegiatan JUN harus saling melengkapi dan tidak dapat berjalan sendirian sehingga membutuhkan kelima pilar yang terkait. Skema kontribusi dan bagian hasil masing-masing pihak yang terlibat dalam usaha JUN dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilik Lahan (Bagian Hasil 10%) Petani Penggarap (Bagian Hasil 25%) Lahan Tenaga Lembaga Fasilitator UBHKPWN (Bagian Hasil 15%) Usaha Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil Investor (Bagian Hasil 40%) Manajemen, tenaga ahli, pendamping, administrasi, upah, bibit, pupuk, dll Pemerintah Desa (Bagian Hasil 10%) Dana Status lahan, penggerakkan, pengawasan, dan pengamanan Sumber: UBH-KPWN (2012) Gambar 3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN. Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraikan bahwa: 1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa, maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan 36

mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi 0.3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan dalam pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen. Imbal jasa atas peranannya tersebut, investor akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi kehilangan atau kematian pohon, investor tidak menanggung resiko. 3. Pemilik lahan berperan untuk menyediakan lahan yang akan ditanami JUN. Hubungan pemilik lahan dan UBH-KPWN bukan sewa menyewa, melainkan kerja sama, sehingga atas peranannya menyediakan lahan, pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebanyak sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam dan tidak menanggung resiko bila ada yang mati atau hilang. 4. Petani penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman JUN. Imbal jasa yang akan diperoleh oleh petani penggarap disamping mendapat upah juga mendapat bagian hasil panen sebesar 25 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.5 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. 5. Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi dan menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Imbal jasa atas 37

peranannya tersebut, pemerintah desa akan mendapat bagian hasil panen. untuk pembangunan desa sebesar sepuluh persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. Bagian hasil panen masing-masing pihak dikaitkan dengan tingkat kematian atau kehilangan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Bagian Hasil dan Beban Resiko Para Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN Para Pihak Tanggung Jawab Para Pihak Beban Resiko Pada Tingkat Kematian (%) (Mati/Hilang) 0 10 20 30 40 50 Investor 0% 40 40 40 40 40 40 Pemilik lahan 0% 10 10 10 10 10 10 Petani penggarap 0.5 x M% 25 20 15 10 5 0 Desa 0.2 x M% 10 8 6 4 2 0 UBH-KPWN 0.3 x M% 15 12 9 6 3 0 Total 100 90 80 70 60 50 Keterangan: M = Angka proses kematian. Kalau kematian sampai 50%, maka petani penggarap, pihak desa, dan fasilitator tidak mendapatkan bagian. Sumber: UBH-KPWN (2012) Semakin besar kematian pada tanaman JUN maka bagi hasil yang diperoleh petani penggarap, aparat desa, dan UBH KPWN akan berkurang, sedangkan bagi investor dan pemilik lahan tidak berpengaruh karena mereka tidak berhubungan langsung dengan tanaman. Apabila kematian mencapai 50 persen maka ketiga pihak tidak akan mendapatkan bagi hasil karena pihak-pihak tersebut menanggung resiko yang telah ditentukan, oleh karena itu harus adanya kerjasama yang baik antar semua pihak untuk meminimalisir kematian tanaman JUN. 5.3 Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN Pemiilihan lokasi sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal agar di kemudian hari tidak ada kendala yang menyebabkan gagalnya pelaksanaan usaha. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi proyek yang 38

strategis, antara lain: ketersediaan bahan baku utama dan pembantu, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana telekomunikasi, dan kedekatan dengan pasar yang dituju. Jika usaha bergerak di bidang budidaya, kesesuaian kondisi lahan dan iklim juga menjadi pertimbangan yang penting. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut: a. Bukan lahan persawahan. b. Tidak tergenang air atau banjir setelah hujan. c. Tidak terkena naungan pohon atau bangunan. d. Ketinggian lokasi maksimum 400 m dari permukaan laut. e. Diprioritaskan di daerah dimana terdapat tanaman jati tumbuh dengan baik. Persyaratan lokasi penanaman ini ditetapkan oleh UBH-KPWN berdasarkan literatur penanaman tanaman jati unggul. Selain karakteristik lahan, aksesibilitas lokasi tanaman menjadi pertimbangan pula, selain memudahkan pengadaan input, akses lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk melihat lokasi tanam, memudahkan pemasaran hasil panen, dan pelaksanaan pengawasan. Salah satu penetapan lokasi yang dilakukan oleh UBH-KPWN adalah di daerah Kabupaten Bogor karena secara karakteristik Kabupaten Bogor memiliki persyaratan yang ditetapkan UBH-KPWN. Selain itu, Kabupaten Bogor masih banyak memiliki lahan yang tidak digunakan secara maksimal untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat sekitar. UBH-KPWN telah menanam pohon JUN dalam umur yang berbeda-beda mulai dari umur satu sampai lima tahun yang tersebar di berbagai lokasi di 39

Kabupaten Bogor. Penyebaran tanaman JUN di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penyebaran Perkembangan Tanaman JUN UBH-KPWN Bogor Kecamatan Desa Jumlah Tanaman Parung Cogrek 8 927 Ciampea Ciampea 10 688 Bojong Rangkas 5 580 Cibadak 31 090 Cijujung 370 Bojong Jengkol 600 Cinangka 2 040 Tegal Waru 2 390 Cicadas 800 Cibungbulang Ciaruteun Ilir 52 231 Leweung Kolot 26 035 Cisauk Suradita 2 302 Rancabungur Rancabungur 1 070 Cimulang 940 Bantarsari 1 750 Bantarjaya 1 020 Cendali 1 000 Kemang Bojong 800 Tegal 700 Jasinga Jasinga 4 180 Pamegarsari 2 000 Setu 950 Total 157 463 Sumber: UBH-KPWN (2012) Desa Cogreg, Kecamatan Parung dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang merupakan lokasi yang ditanami oleh tanaman jati umur empat sampai lima tahun. Desa Cogreg memiliki umur pohon empat dan lima tahun, sedangkan Desa Ciaruteun Ilir berumur empat tahun. Pemilihan lokasi Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir karena berpengaruh terhadap pendapatan petani JUN yang semakin besar. Hal ini disebabkan dalam pengelolaan kegiatan JUN banyak menyerap tenaga kerja sebagai petani penggarap yang akan mendapatkan upah dan pada akhirnya mendapatkan bagi hasil kayu jati selama lima tahun. 40

5.4 Keadaan Umum Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir Letak Desa Cogreg secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Cogreg mempunyai luas wilayah 511 856 ha, di atas permukaan laut 100 m dan tinggi curah hujan 200 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran 22 0-34 0 C. Desa Cogreg terbagi dalam 5 Dusun, 8 Rukun Warga (RW) dan 39 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 30 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 45 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut: Utara : Desa Cibinong dan Desa Cibadung - Kecamatan Gn. Sindur Barat : Desa Cihowe dan Desa Kuripan - Kecamatan Ciseeng Timur : Desa Waru Jaya - Kecamatan Parung Selatan : Desa Bojong Indah dan Desa Cihowe - Kecamatan Parung dan Ciseeng Letak Desa Ciaruteun Ilir secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data potensi Desa Ciaruteun Ilir mempunyai luas wilayah 246 ha, di atas permukaan laut 87 m dan tinggi curah hujan 186 mm/thn, dan memiliki suhu udara kisaran 30 0-32 0 C. Desa Ciaruteun Ilir terbagi 8 Rukun Warga (RW) dan 32 Rumah Tangga (RT). Jarak Kantor Desa ke Ibukota Kecamatan sejauh 6 km, untuk ke Ibukota Kabupaten Bogor sejauh 27 km, untuk ke Ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 140 km dan untuk ke Ibukota negara sejauh 65 km. Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut: 41

Utara : Desa Cidokom - Kecamatan Rumpin Barat : Desa Cijujung - Kecamatan Cibungbulang Timur : Desa Ciampea - Kecamatan Ciampea Selatan : Desa Leuwi Kolot - Kecamatan Cibungbulang 5.4.1 Kependudukan Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Menurut Data Potensi Desa Cogreg tahun 2010, jumlah penduduk yang tercatat yaitu sebanyak 10 461 jiwa yang terdiri dari 2 329 KK. Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 5 312 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 149 jiwa. Data Potensi Desa Ciaruteun Ilir tahun 2010, jumlah penduduk yang tercatat yaitu sebanyak 10 259 jiwa yang terdiri dari 2 705 KK. Jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 5 232 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5 027 jiwa. Tabel 12. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cogreg Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani 616 19.97 2 Pedagang 462 14.98 3 PNS 154 4.99 4 TNI/Polri 113 3.66 5 Pensiunan/Purnawiraman 31 1.00 6 Swasta 985 31.93 7 Buruh pabrik 216 7.00 8 Pengrajin 5 0.16 9 Tukang bangunan 45 1.46 10 Penjahit 320 10.37 11 Tukang ojek 93 3.01 12 Bengkel 9 0.29 13 Supir angkutan 31 1.00 14 Dan lainnya 5 0.16 Total 3 085 100 Sumber: Potensi Desa Cogreg (2010) Mata pencaharian masyarakat di Desa Cogreg bervariasi mulai dari petani sampai dengan supir. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Cogreg dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Desa Ciaruteun Ilir sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hampir sama 42

dengan Desa Cogreg. Struktur mata pencaharian masyarakat berdasarkan jumlah angkatan kerja Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Petani 206 14,58 2 Buruh tani 114 8,07 3 PNS 20 1,42 4 TNI/Polri 3 0,21 5 Pensiunan/Purnawiraman 15 1,06 6 Swasta 12 0,85 7 Pedagang 922 65,25 8 Pengrajin 5 0,35 9 Pembantu rumah tangga 30 2,12 10 Peternak 10 0,71 11 Montir 76 5,38 Total 1 413 100 Sumber: Potensi Desa Ciaruteun Ilir (2010) Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13, mata pencaharian penduduk Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir yang bekerja sebagai petani menduduki urutan kedua dengan persentase sekitar 19.97 persen atau sebanyak 616 jiwa dari angkatan kerja untuk Desa Cogreg, sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir sekitar 14.58 persen atau sebanyak 206 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa di kedua desa tersebut masih menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. 5.5 Karakteristik Responden Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Karakteristik responden di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir didapatkan berdasarkan survey terhadap 101 Petani JUN yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor yang terdiri dari 23 petani JUN di Desa Cogreg dan 78 petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir. Karakteristik umum meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tanggungan keluarga. 43

5.5.1 Usia Tingkat usia responden petani JUN cukup bervariasi pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dengan distribusi usia pada rentan antara kurang sama dengan dari 30 tahun dan lebih besar dari 60 tahun. Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Usia Responden Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 30 0 0 2 31-40 3 13.04 3 41-50 6 26.09 4 51-60 7 30.43 5 > 60 7 30.43 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 30 9 11.54 2 31-40 15 19.23 3 41-50 22 28.21 4 51-60 21 26.92 5 > 60 11 14.10 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah) Jumlah responden di Desa Cogreg yang tertinggi terdapat pada dua kelas pada rentang usia 51-60 tahun dan > 60 tahun yaitu berjumlah 7 orang (30.43%), sedangkan pada Desa Ciaruteun Ilir pada rentang usia 41-50 tahun yaitu berjumlah 22 orang (28.21%). Hal ini menunjukkan petani JUN di kedua desa bekerja pada usia produktifnya. 5.5.2 Jenis Kelamin Seluruh responden yang diwawancarai berjenis kelamin laki-laki pada Desa Cogreg. Dominasi responden laki-laki karena pada umumnya pengambil keputusan keluarga pada daerah penelitian di Desa Cogreg diambil oleh laki-laki 44

dan dalam pengelolaan JUN dibutuhkan tenaga yang sangat besar sehingga hampir tidak memungkinkan untuk dikerjakan oleh perempuan. Berbeda pada Desa Ciaruteun Ilir yang terdapat tiga orang (3.85%) petani JUN berjenis kelamin perempuan. Hal ini dilakukan untuk membantu suaminya dalam pengelolaan JUN, dan memberikan kontribusi menambah penghasilan rumah tangganya. Sebagian besar pengelolaan JUN di Desa Ciaruteun Ilir tetap dilakukan oleh lakilaki yang berjumlah 75 orang (96.15%). 5.5.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden petani JUN pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir bervariasi mulai dari yang tidak pernah mengemban pendidikan sampai tingkat sarjana. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendidikan Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 1 4.35 2 SD 21 91.30 3 SMP 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 SD 64 82.05 2 SMP 5 6.41 3 SMA 7 8.97 4 Sarjana 2 2.56 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah) Sebagian besar responden petani JUN Desa Cogreg hanya menempuh pendidikan sampai tingkat SD yakni sebanyak 21 orang (91.30%), sama halnya dengan Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 64 orang (82.05%). Pada Desa Ciaruteun Ilir ada beberapa orang mengemban pendidikan sampai SMA bahkan tingkat perkuliahan yang menandakan di Desa Ciaruteun Ilir masih menganggap bahwa 45

pendidikan penting bagi mereka. Hal ini mempengaruhi dalam kualitas kerja yang semakin baik dibandingkan dengan petani JUN di Desa Cogreg. 5.5.4 Jenis Pekerjaan Responden petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir tidak hanya mempunyai pekerjaan di JUN saja karena upah yang didapat dari JUN untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tidak akan terpenuhi. Pekerjaan sebagai petani JUN pada dasarnya dijadikan tabungan untuk masa depan karena hasil panen dari penjualan jati akan memperoleh hasilnya setelah lima tahun. Tabel 16. Jenis Pekerjaan Petani JUN di Luar JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Peternak 6 26.09 2 Tukang bangunan 5 21.74 3 Petani 4 17.39 4 Buruh Tani 4 17.39 5 Pedagang 3 13.04 6 Penjahit 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Petani & Buruh tani 16 20.51 2 Buruh tani 14 17.95 3 Petani 12 15.38 4 Pedagang 9 11.54 5 Buruh 5 6.41 6 Petani & Buruh 5 6.41 7 Petani & Pedagang 4 5.13 8 Pegawai 3 3.85 9 Wiraswasta 3 3.85 10 Tukang ojek 2 2.56 11 Wartawan 1 1.28 12 Supir 1 1.28 13 Peternak 1 1.28 14 Pensiunan 1 1.28 15 Dll 1 1.28 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah) 46

Berdasarkan Tabel 16, jenis pekerjaan petani JUN bervariasi antara Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Pada Desa Cogreg petani JUN yang bekerja pada bidang pertanian menempati urutan ketiga dan keempat yaitu sebanyak empat orang (19.39%) sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan lahan yang biasa petani JUN garap untuk bertani diubah menjadi lahan JUN, sedangkan para petani JUN tidak mempunyai lahan garapan lain. Banyak petani JUN yang mempunyai pekerjaan lain selain dari JUN yaitu beternak. Berbeda dengan Desa Ciaruteun Ilir dimana pekerjaan petani JUN selain dari JUN tetap pada bidang pertanian karena petani JUN mempunyai lahan garapan lain yang dapat menghidupi kehidupan sehari-hari. Petani JUN di Desa Ciaruteun Ilir tidak terlalu menggantungkan hidupnya pada program kegiatan JUN. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16 dimana pekerjan petani dan buruh tani menempati urutan pertama pada Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 16 orang (20.51%). 5.5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir memiliki jumlah tanggungan keluarga yang berbeda. Sebanyak tujuh orang (30.43%) di Desa Cogreg mempunyai tiga tanggungan yang menempati urutan teratas, sedangkan di Desa Ciaruteun Ilir sebanyak 23 orang (29.49%) mempunyai satu tanggungan. Petani JUN Desa Ciaruteun Ilir berpendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan petani JUN Desa Cogreg sehingga petani JUN di Desa Ciaruteun lebih memilih mempunyai anak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, petani JUN Desa Ciaruteun Ilir sudah menerapkan program KB yang dicanangkan oleh pemerintah. Perbandingan jumlah 47

tanggungan keluarga petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir A. Desa Cogreg No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Ada Tanggungan 2 8.70 2 1 4 17.39 3 2 2 8.70 4 3 7 30.43 5 4 6 26.09 6 5 1 4.35 7 > 6 1 4.35 Total 23 100 B. Desa Ciaruteun Ilir No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%) 1 Tidak Ada Tanggungan 15 19.23 2 1 23 29.49 3 2 17 21.79 4 3 15 19.23 5 4 5 6.41 6 5 1 1.28 7 6 2 2.56 Total 78 100 Sumber: Data primer 2012 (diolah) 48