Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Diagnostik Lymphadenopathy Colli Dengan Metode Biopsi pada Penderita HIV-TB Di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB I PANDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Mycobacterium Tuberculosis (MTB) telah. menginfeksi sepertiga pendududk dunia (Depkes RI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

Dasar Determinasi Pasien TB

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

TUTIK KUSMIATI, dr. SpP(K)

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

KARAKTERISTIK HASIL UJI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN YANG DICURIGAI MENDERITA TUBERKULOSIS (TB) DI RSU SURYA HUSADHA TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. FKUI-RS Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Identifikasi Faktor Resiko 1

Peran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

Muhartono, Fitria Saftarina, Indri Windarti. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peneliti yang anaknya terdiagnosa tuberkulosis paru dan melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

PROFIL PASIEN KOINFEKSI TB-HIV DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH BALI TAHUN 2013

Transkripsi:

MEMIKAT HATI PEGAWAI PAJAK DAN MEMBUATNYA MEMIMPIKANMU SELAMANYA Robert Mugabe Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Abstrak. Mycobaterium (M.) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Salah satu manifestasi klinis yang terinfeksi M. adalah pembesaran kelenjar getah bening pada regio colli, axilla, inguinal, abdominal yang sering di sebut tuberkulosis kelenjar. Tuberkulosis kelenjar masih sering menimbulkan permasalahan baik dari segi diagnostik, dan pemantauan hasil pengobatannya teristimewa di daerah endemis TB, ditambah lagi gejala tuberkulosis pada penderita HIV sering tidak jelas manifestasi yang sering timbul adalah pembesaran kelenjar getah bening. Telah dilakukan penelitian pada pasien HIV dengan pembesaran kelenjar getah bening leher yang diduga karena infeksi M.tb serta bersedia secara tertulis mengikuti penelitian ini. Pada semua subjek dilakukan biopsi jarum halus dan biopsi dengan pembedahan. Hasil biopsi tersebut dilakukan pemeriksaan pewarnaan langsung BTA; sitologi dan PCR. Hasil yang didapat adalah preparat BTA langsung dari BJH 36,4%; Sitologi dari BJH positif tuberkulosis 36,4%; PCR tuberkulosis positif 45,5%; Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA) yang positif tuberkulosis adalah 72,7%. Berdasarkan penelitian perbandingan pemeriksaan Mycobaterium pada pembesaran KGB pada pasien HIV dianjurkan melakukan pemeriksaan PA dari bahan spesimen ekstirpasi dari kelenjar getah bening leher, pertimbangankan PCR tuberkulosis yang non invasif. Kata Kunci : Kelenjar getah bening, PCR tuberkulosis, Patologi Anatomi. Koresponden : Adria Rusli, RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jl. Baru Sunter Permai, PapanggoTanjung Priok, Jakarta Utara, Telp:(02)6506559 ext.600 PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia.,2 Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi tuberkulosis dan sebagian besar (95%) terdapat di negara berkembang.pada tahun 2003 di seluruh dunia diperkirakan terdapat 8,8 juta kasus baru TB dengan 3,9 juta diantaranya berpotensi menularkan penyakit. 2 Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan insiden TB terbanyak menurut laporan WHO. 3 Pada tahun 2004, diperkirakan setiap tahun terdapat 539.000 kasus baru TB dan 0.000 kematian akibat TB. Insiden TB di Indonesia diperkirakan sekitar 234 per 00.000 orang dengan yang terus meningkat. 3 namun data terakhir menunjukan bahwa indonesia menempati posisi no 5 sebagai negara terbanyak penderita tb. 4 Insidens penyakit TB akan mengalami peningkatan dengan masuknya HIV/AIDS. Kombinasi TB dengan HIV/AIDS sangat berbahaya dan mematikan. Menurut WHO, infeksi HIV terbukti merupakan faktor yang memudahkan terjadinya TB pada orang yang terinfeksi M., meningkatkan risiko perubahan TB laten menjadi TB aktif dan kekambuhan TB, menyulitkan diagnosis TB dan memperburuk stigma. TB juga menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada ODHA karena TB memperburuk status imunosupresi mereka. Koinfeksi HIV-TB akan menyulitkan penatalaksanaan TB karena menyebabkan gambaran klinis yang atipi, menurunkan sensitivitas pemeriksaan dahak, meningkatkan frekuensi alergi obat, meningkatkan resistensi Obat Anti- Tuberkulosis (OAT) dan meningkatkan angka kematian akibat infeksi lain selama pasien dalam pengobatan TB 5. Insidens penyakit TB akan mengalami peningkatan dengan masuknya HIV / The Indonesian Journal of Infectious Disease

AIDS. Kombinasi TB dengan HIV/AIDS sangat berbahaya dan mematikan., Menurut WHO, infeksi HIV terbukti merupakan faktor yang memudahkan terjadinya TB pada orang yang terinfeksi M. Tuberculosis, meningkatkan risiko perubahan TB laten menjadi TB aktif dan kekambuhan TB, menyulitkan diagnosis TB dan memperburuk stigma. TB juga menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada ODHA karena TB memperburuk status imunosupresi mereka. Koinfeksi HIV-TB akan menyulitkan penatalaksanaan TB karena menyebabkan gambaran klinis yang atipi, menurunkan sensitivitas pemeriksaan dahak, meningkatkan frekuensi alergi obat, meningkatkan resistensi Obat Anti- Tuberkulosis (OAT) dan meningkatkan angka kematian akibat infeksi lain selama pasien dalam pengobatan TB. 5 Pasien dengan HIV lebih cenderung memiliki manifestasi TB ekstrapulmonal dibandingkan pasien tanpa HIV. 40-80% pasien TB dengan HIV meiliki manifestasi ekstrapulmonal, sedangkan pada pasien tanpa HIV hanya 0-20%. Risiko terjadinya TB ekstrapulmonal meningkat dengan semakin rendahnya jumlah limfosit T CD4. Manifestasi ekstrapulmonal yang umum terjadi ialah keterlibatan pleura dan kelenjar limfa, namun keterlibatan organ lainpun juga dapat terjadi seperti tulang dan sendi, jaringan lunak, system saraf pusat, dan perikardium. 6 Pada infeksi lanjut juga sering ditemukan mikobakteremia (20-49%) dibanding infeksi awal (0-7%). 6,8 Pada tabel tampak beberapa gejala klinis penderita HIV- TB. Table. Clinical Manifestations of Tuberculosis in HIV infected patiens (n=30) Manifestations Number Percentage Pulmonary Tuberculosis Extra-pulmonary 04 50 80.00 38.46 4 0.77 - Hilar/mediastinal lymphadenopathy - Extra-thoracic lymphadenopathy - Pleural effusion - Miliary - Meningitis - Ascites - Pericardial effusion Pulmonary alone Extra-Pulmonary alone Both pulmonary and extra pulmonary 9 8 5 2 80 26 24 6.90 3.85 3.85.54 0.77 0.77 6.54 20.00 8.46 Sumber : Zuber A, Mohd S. Manifestations of Tuberculosis in HIV Patients. JIACM 2005 Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan basil Mycobacterium pada pemeriksaan sediaan langsung dan/atau kultur dahak. Pemeriksaan ini biasanya disebut pemeriksaan dahak BTA. Pemeriksaan sputum penting karena ditemukannya kuman bakteri tahan asam (BTA), diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Dalam pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak kurang lebih 2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat mukolitik ekspektoran, dapat juga dengan cara bronkoskopi. 7 Namun pada penderita Limfadenitis TB hal ini sulit dilakukan karena biasanya tidak ada kelainan di organ paru jadi tidak didapatkan sputum. Untuk mendiagnosis TB kelenjar dibutuhkan pemeriksaan biopsi jarum halus atau biopsi eksisi, namun masalah yang timbul adalah angka kepositifannya yang rendah. Penelitian ini diharapkan memperoleh uji diagnosis pada TB kelenjar dengan membandingan uji BTA langsung, Biakan & PCR TB. METODOLOGI Semua pasien HIV dewasa yang berobat di RSPI Prof dr. Sulianti Saroso mulai Januari 20 sampai Desember 2 The Indonesian Journal of Infectious Disease

20 yang terbukti dengan pemeriksaan rapid test dan Elisa yang mempunyai temuan klinis pembesaran kelenjar getah bening leher dan bersedia mengikuti penelitian ini ada subjek. Subjek mengalami pemeriksaan biopsi jarum halus dan biopsi/ eksisi pada kelenjar getah bening yang sama. Setelah biopsi jarum halus dilakukan pemeriksaan langsung dengan metode pewarnaan Zeil- Neilson, sitologi dan PCR tuberkulosis, sedangkan bahan dari biopsi /eksisi untuk pemeriksaan Patologi Anatomi. HASIL Dari 226 subjek penderita HIV didapatkan 22 penderita juga menderita TB dan hanya 5 penderita yang didiagnosis limfadenitis TB-HIV namun hanya orang pasien dengan HIV positif dan pembesaran kelenjar getah bening leher yang bersedia mengikuti penelitian ini dengan serangkaian pemeriksaan sesuai prosedur penelitian dari data yang ada didapatkan karakteristik pasien seperti pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Karakteristik pasien limfadenopati colli dan HIV berdasarkan umur, LED,SGOT,SGPT,CD4,Leukosit, Segmen dan Lymphosit. Karkateristik Rerata Kisaran Umur 3,82 25-43 LED 56,27 5-94 SGOT 50,9 5-56 SGPT 53,55 2-234 CD4 37,36 8-90 Leukosit 7,66 4-5 (rb) Segmen 76,73 62-90 % Lymphosit 7,55 8-30 % tidak 0 9.0 Keluhan utama pada pasien terbanyak adalah batuk (63,6%) seperti yang tampak pada tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Keluhan utama pasien limfadenopati colli dan HIV Keluhan Utama n % BAB cair Tidak Batuk tidak Berat badan turun Tidak 0 7 4 3 8 9.0 63.63 36.36 27.27 72.73 Gambaran radiologi yang terbanyak pada kasus yang di dapatkan adalah normal yaitu 6 (54,5%) seperti tampak pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Gambaran radiologi pasien limfadenopati colli dan HIV Toraks foto n % Bronkitis 3 27,27 Normal 6 54,55 TB parahiler 2 8,8 Pemeriksaan BTA untuk pada penelitian ini didapatkan terbesar adalah Biopsi kelenjar yaitu 72,7% (8/) seperti tampak pada tabel 6 dibawah ini: Tabel 3. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan dan merokok. Karkateristik n % Jenis Kelamin Laki-laki Prempuan Pekerjaan Swasta lainya Merokok 0 8 3 9.0 72.73 27.27 Tabel 6. Hasil biopsi pada pemeriksaan pasien limfadenopati colli dan HIV Pemeriksaan n % BJH untuk smear 4 36,4 langsung (ZN) BJH untuk Sitologi 4 36,4 BJH untuk PCR 5 45,5 Biopsi KGB untuk PA 8 72,7 The Indonesian Journal of Infectious Disease 3

PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan hasil, penderita Limfadenitsi TB-HIV paling banyak diderita oleh laki laki yaitu sebanyak 90,9%, hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu dan angka laporan kesakitan RSPI SS yang menyatakan lakilaki lebih banyak menderita TB-HIV. Hal ini diduga karena faktor risiko terjadinya HIV paling banyak adalah penggunaan narkoba suntik yang paling banyak melakukannya adalah laki laki, sedangkan untuk transmisi seksual kemungkinan karena laki laki lebih mudah mendapat akses pengobatan. 9 Untuk data gejala klinis didapatkan data, batuk merupakan gejala terbanyak yaitu sekitar 63,6 %, hal ini sejalan karena subjek penelitian adalah penderita TB-HIV dan gejala batuk merupakan gejala yang paling banyak didapatkan. Untuk data gambaran radiologi didapatkan hampir sebagian besar normal, yaitu sekitar 54,5%. Hal ini sesuai dengan teori atau hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa jika status imunitas penderita HIV berat maka gambaran radiologinya akan normal karena TB nya bermanisfestasi di ekstra-paru. Pada Penelitian didapatkan status imunitas HIV nya rendah terbukti dengan angka CD 4 yang rendah dibawah 200 /ul dengan rerata sebesar 37,36 /ul. Hasil pemeriksaan biopsi kelenjar getah bening didapatkan bahwa biopsi eksisi mempunyai angka kepositipannya yang paling besar sekitar 72,7 %. Hal ini 5. Hudoyo A. Diagnosis TB-Paru Pada Pasien dengan HIV/AIDS. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 2008;4(2). 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal menunjang teori atau penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa biopsi eksisi merupakan baku emas diagnostik limfadenitis TB. Ini disebabkan karena hasil sediaan biopsi eksisi adalah histopatologi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan biopsi jarum halus yang merupakan sediaan sitologi. Namun karena tindakan biopsi eksisi lebih besar risikonya (traumatik lebih besar) dan membutuhkan biaya yang besar maka kita perlu mempunyai alternatif diagnosis lain yang lebih tidak traumatik dan tidak terlalu mahal. Dari penelitian ini didapatkan pemeriksaan PCR untuk hasil biopsi jarum halus mendapatkan kepositipannya sebesar 45, 5 %. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi kelenjar getah bening leher ada pasien HIV positif didapatkan yang terbaik adalah biopsi eksisi, mengingat tindakan ini memakai metode pembedahan maka dapat dipertimbangkan pemeriksaan PCR untuk tuberkulosis bagi pasien yang tidak berkenan dilakukan pembedahan. DAFTAR PUSTAKA. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2007; 3-4.. 2. Zuber A, Mohd S. Manifestations of Tuberculosis in HIV Patients. JIACM 2005; 6(4):302-5 3. Swaminathan S. Clinical presentation and treatment of HIV-TB. Ind J Tub 2002; 49:-6. 4. Sharma SK, Mohan A, Kadhiravan T. HIV-TB co-infection: epidemiology, diagnosis& management. Indian J Med Res 2005;2:550-67. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional : Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan Remaja. Edisi ke-2. Jakarta. 2007. 4 The Indonesian Journal of Infectious Disease

7. Getahun H, Gunneberg C, Granich R, Nunn P. HIV Infection Associated Tuberculosis: The Epidemiology and the Response. Clin Infect Dis. (200) 50 (Supplement 3): S20-7. 8. Barnes PF, Lakey DL, Burman WJ. Tuberculosis in patients with HIV infection. Infectious Disease Clinics of North America 2002;:6. 9. Laporan tahunan PRPI Prof dr Sulianti Saroso;203. The Indonesian Journal of Infectious Disease 5