BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

BAB III METODE PENELITIAN

Disajikan di Simposium Nasional Herbal Medik, Bandung, 12 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Tanaman Obat Keluarga TOGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) DI KECAMATAN GERAGAI 1

Studi Pendahuluan. Menentukan Lokasi. Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara

Lampiran 1. Prosedur Wawancara. I. Identifikasi Keluarga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

KAJIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT KELUARGA DI KAMPUNG BABAKAN-CENGAL DESA KARACAK KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR TRIDHA ARISTANTIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA. obat.tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

ABSTRAK. Eva Anastasia Segara, Pembimbing : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

HERBAL CAFE KEBUN TANAMAN OBAT FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

TINJAUAN PUSTAKA. obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan

Hidup sehat dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Nenek moyang kita. Bugar Berkat Secangkir Herbal. 1 Obat Tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan telah menggunakan tanaman obat-obatan. Bangsa Yunani kuno

BAB III METODE PENELITIAN

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI KEMUKIMAN SIMPANG TANJONG KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

BAB VII RUMPUT, HERBA DAN TANAMAN PEKARANGAN BERKHASIAT OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: KAJIAN ETNOBIOLOGI TANAMAN OBAT MASYARAKAT MEUNASAH RAYEUK, LAMNO KABUPATEN ACEH JAYA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

Makalah. Gardenia augusta. Khansa Surya Fadhilah Islamic Boarding School Mutiara Qur an. Khansa IBS Mutiara Qur an 1

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 Kecamatan, yang

I. PENDAHULUAN. Negara lndonesia memiliki jenis tumbuhan beraneka ragam yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai spesies flora. Dari jenis flora yang tumbuh di dunia diantaranya tumbuh

Cara Pemanfaatan. Bagian yang digunakan 1. Allium cepa L. Umbi Penyedap rasa dan aroma Pewarna 2. A. fistulosum Daun Penyedap. Tumbuhan.

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya yaitu menggunakan ramuan-ramuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Agrowisata Tanaman Obat Tradisional (ATOT) di Tlogodlingo Tawangmangu Karanganyar.

PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI TANAMAN TOGA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

Pengobatan Herbal untuk Penyakit Ringan, oleh Priyoto, S.Kep., Ns; Tri Widyastuti, S.K.M Hak Cipta 2014 pada penulis

Bahan/campuran bahan yg digunakan untuk: -mencegah penyakit -menyembuhkan penyakit/gejala

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT DI KECAMATAN BUNAKEN, KOTA MANADO, PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. dan berfikir. Perilaku konsumen memiliki berbagai macam pengertian. Salah

BISNIS MAKANAN LEZAT BEBAS KOLESTEROL

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

BAB I PENDAHULUAN. banyak, pada umumnya tanaman obat ini banyak ditemukan di hutan-hutan yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

STUDI PEMANFAATAN TUMBUHAN FAMILIA ZINGIBERACEAE YANG BERKHASIAT OBAT DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh

termanfaatkan secara optimal dapat berguna dalam mewujudkan ketahanan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Januari 2017, Vol.1 No. 1

BAB III Jenis Sediaan

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KASEPUHAN DI KAMPUNG CIPTARASA DAN CIPTAGELAR SUKABUMI ILHAM PRATAMA NOVIANDI

Amomum cardamomum Willd

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT DESA CIHERANG DENGAN TINGKAT PENGELOLAAN TANAMAN OBAT KELUARGA

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

DAFTAR LAMPIRAN. Gambar Hasil Pengamatan Tumbuhan Obat Gambar Tumbuhan Obat Hasil Literatur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Setelah mengikuti mata kuliah Hortikultura ini diharapkan mahasiswa memahami konsep Sistem Budidaya Hortikultura

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI

Manfa'at Buah-buahan

Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

MANFAAT KAMPUNG KONSERVASI TUMBUHAN OBAT KELUARGA (TOGA) GUNUNG LEUTIK, DESA BENTENG CIAMPEA BOGOR RAHILA JUNIKA TANJUNGSARI

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Dessy Mastika Sari/ adalah mahasiswi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daun sirih obat ambien

Transkripsi:

17 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur responden Wawancara dilakukan terhadap 30 orang di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor. Karakteristik masyarakat yang menjadi responden wawancara terdiri dari laki-laki dan perempuan yang dikelompokan berdasarkan kelas umur sebagaimana tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik kelas umur responden No Kelompok umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%) 1. 16-25 2 6,7 2. 26-35 8 26,7 3. 36-45 9 30 4. 46-55 3 10 5. 56-65 6 20 6. > 66 2 6,7 Jumlah 30 100 Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak secara keseluruhan memiliki kelompok umur antara 36-45 tahun, yaitu sebanyak 9 responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa kelompok umur responden masih termasuk dalam usia produktif (usia kerja). Semakin tua usia semakin menurun produktifitasnya. 5.1.2 Tingkat pendidikan responden Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan responden adalah pendidikan terakhir yang pernah atau telah ditempuh oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor yang menjadi responden. Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor hanya tamatan sekolah dasar (SD), namun ada pula sebagian responden yang tamatan SLTP dan SMA/SMK/STM (Gambar 2). 17

18 SMA/SMK 10% SLTP 17% Tingkat Pendidikan responden SD 73% Gambar 2 Tingkat pendidikan responden. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa responden dengan latar belakang pendidikan tamatan SD memiliki jumlah terbanyak, yaitu sebesar 22 responden (73,33%). Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas manusia. Menurut Alikodra (1985) diacu dalam Rosmiati (2010) latar belakang pendidikan yang rendah dari masyarakat merupakan salah satu faktor penting terjadinya interaksi dalam masyarakat sekitar dengan sumberdaya yang terdapat di alam, karena latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir dan pola hidup seseorang. Hal ini akan berpengaruh pula pada pandangan dan pengetahuan responden mengenai tumbuhan obat dan kesehatan keluarga. 5.1.3 Mata pencaharian responden Mata pencaharian masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor yang menjadi responden terdiri dari petani, wiraswasta yang merupakan gabungan dari pedagang, buruh, dan pengrajin, dukun/tabib serta ada pula beberapa responden tidak bekerja yang kebanyakan ibu rumah tangga (Tabel 7). Tabel 7 Mata pencaharian responden No Mata pencaharian Jumlah responden Persentase (%) 1. Petani 12 40 2. Wiraswasta 6 20 3. Ibu rumah tangga 10 33,33 4. Dukun/tabib 2 6,67 Jumlah 30 100 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai seorang petani, yaitu sebesar 12 orang responden (40%). Hal ini dikarenakan bagi sebagian besar masyarakat Kampung Babakan- 18

19 Cengal Desa Karacak Bogor bertani merupakan kebutuhan hidup. Dari 30 responden tersebut, dua diantaranya juga berprofesi sebagai dukun/tabib yang dipercaya oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal memiliki kemampuan untuk mengobati orang sakit. 5.1.4 Pendapatan responden Pendapatan responden merupakan rata-rata pendapatan keseluruhan dari mata pencahariannya selama sebulan. Pendapatan seluruh responden berkisar antara Rp.500.000,00 sampai Rp.2.500.000,00 (Tabel 8). Tabel 8 Pendapatan total responden No Pendapatan responden (Rp/Bulan) Jumlah responden Persentase (%) 1. 500.000-1.000.000 19 63,33 2. 1.000.001-1.500.000 6 20 3. 1.500.001-2.000.000 3 10 4. 2.000.001-2.500.000 2 6,67 Jumlah 30 100 Pada Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata pendapatan responden Kampung Babakan-Cengal, Desa Karacak Bogor yaitu berkisar Rp.500.000,00 - Rp.1.000.000,00. Pendapatan tersebut sebagian besar didapat oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dari hasil bertaninya. Selain mengandalkan hasil panen dari sawah, masyarakat pun sebagian besar mengandalkan hasil panen dari tanaman yang memiliki nilai jual tinggi seperti kapulaga. 5.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat Kampung Babakan-Cengal, Desa Karacak Berdasarkan pengamatan lapang ditemukan 88 spesies tumbuhan obat dari 41 famili yang tersebar di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak. Tumbuhan obat tersebut ditemukan di setiap Rukun Tetangga (RT) yaitu RT 01, RT 02 dan RT 03. Jumlah seluruh spesies RT 01 yaitu sebanyak 53 spesies, RT 02 yaitu sebanyak 74 spesies, dan RT 03 yaitu sebanyak 54 spesies. Dari setiap RT terdapat spesies tumbuhan yang sama dengan RT lainnya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. 19

20 RT 01 4 spesies 7 spesies 3 spesies RT 02 23 spesies 39 spesies 5 spesies RT 03 7 spesies Gambar 3 Jumlah tumbuhan obat di setiap RT. Rukun Tetangga (RT) yang memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu RT 02, hal ini dikarenakan masih banyaknya kebun di RT 02 dan masih banyaknya masyarakat RT 02 yang membudidaya dan memelihara tumbuhan obat di pekarangan rumahnya. Daftar potensi tumbuhan obat yang terdapat di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak Bogor secara rinci disajikan pada Lampiran 3. 5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan famili Berdasarkan kelompok familinya, spesies tumbuhan obat keluarga yang ada di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dikelompokan ke dalam 41 famili. Dari semua spesies tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal, spesies yang paling mendominasi adalah spesies dari famili Zingiberaceae sebanyak 9 spesies (10,23%), kemudian Asteraceae dan Solanaceae sebanyak 6 spesies (6,82%) (Gambar 4). Hal tersebut menunjukan bahwa famili Zingiberaceae, Asteraceae, dan Solanaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi dibandingkan dengan famili lainnya. 20

21 Acanthaceae Lamiaceae Poaceae Liliaceae Rubiaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Solanaceae Asteraceae Zingiberaceae 2 2 3 3 4 5 5 6 6 9 0 2 4 6 8 10 Gambar 4 Jumlah 10 famili tumbuhan obat terbanyak di Kampung Babakan- Cengal. Banyaknya spesies dari famili Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), kapulaga ((Amomum cardamomum), lempuyang wangi (Zingiber aromaticum), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), pacing (Costus speciosus), dan temukunci (Boesenbergia pandurata) selain dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat tapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan rempah-rempah, selain itu spesies ini juga paling mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan khusus, cara pengolahannya pun secara umum sudah diketahui masyarakat. Sehingga masyarakat banyak menanam tumbuhan dari famili Zingiberaceae di kebun maupun pekarangan rumah mereka. Contoh tumbuhan dari famili Zingiberaceae yang ditanam masyarakat di pekarangan maupun kebun disajikan pada Gambar 5. 21

22 (A) (B) Gambar 5 Tumbuhan obat anggota Zingiberaceae: A) Kapulaga (Amomum cardamomum) B) Buah kapulaga. Selain itu famili Asteraceae juga banyak ditemukan di kampung Babakan- Cengal, famili Asteraceae banyak tersebar di pinggir jalan, kebun, maupun sawah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pudjowati (2006) bahwa famili Asteraceae merupakan spesies tumbuhan yang mudah untuk dipelihara dan tersebar di berbagai daerah, serta tumbuh liar di halaman, kebun dan tepi jalan. 5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan habitus Berdasarkan habitusnya, tumbuhan obat keluarga yang ditemukan di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak terdiri atas 5 macam habitus, yaitu pohon, perdu, herba, semak, dan liana (Gambar 6). Liana 1 Habitus Semak Herba Perdu 17 18 36 Pohon 16 0 10 20 30 40 Jumlah spesies Gambar 6 Jumlah spesies tumbuhan obat keluarga berdasarkan habitus. Gambar 6 menunjukan bahwa jumlah habitus tumbuhan yang mendominasi adalah herba, yaitu sebanyak 36 spesies (40,91%), kemudian perdu sebanyak 18 spesies (20.45%), pohon sebanyak 16 spesies (18,18%), semak sebanyak 17 spesies (19,32%), dan liana sebanyak 1 spesies (1,14%). Banyaknya habitus herba di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak dikarenakan herba merupakan tumbuhan yang sering dijumpai dan banyak terdapat di lingkungan masyarakat, 22

23 pada umumnya tumbuhan berhabitus herba juga merupakan tumbuhan hasil budidaya, selain itu penanaman dan perawatannya pun tidak sulit. Selain herba, tumbuhan berhabitus perdu juga banyak dijumpai di Kampung Babakan-Cengal, hal ini dikarenakan kondisi lingkungan masyarakat sekitar yang mendukung, dimana hampir di setiap pekarangan atau kebun banyak ditanami perdu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adanya keanekaragaman bentuk hidup tumbuhan di Kampung Babakan-Cengal menunjukan kealamian dan mendukung kelestarian plasma nutfah sumberdaya yang terkandung didalamnya. 5.2.3 Keanekaragaman tumbuhan obat keluarga berdasarkan bagian yang digunakan Bagian dari tumbuhan mempunyai peranan masing-masing dalam menyembuhkan penyakit, ada spesies tertentu yang seluruh bagiannya dapat digunakan, namun ada juga yang hanya bagian tertentu yang dapat menyembuhkan. Bagian tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak yang digunakan untuk pengobatan terdiri atas 15 macam bagian, yaitu daun, akar, buah, kulit batang, batang, biji, seluruh bagian tumbuhan (herba), bunga, tunas, kulit buah, bonggol, umbi, rimpang dan tangkai (Gambar 7). Bagian yang digunakan Tangkai Bokol bunga Rimpang Umbi Bonggol Kulit buah Tunas Bunga Seluruh bagian tumbuhan Biji Batang Kulit batang buah Akar Daun 1 1 3 1 3 1 4 9 8 10 9 16 19 26 46 0 20 40 60 jumlah spesies Gambar 7 Jumlah spesies tumbuhan obat keluarga berdasarkan bagian yang digunakan. 23

24 Penggunaan bagian tumbuhan obat keluarga untuk setiap spesies tumbuhan tidak sama, ada yang hanya menggunakan bagian tertentu saja seperti daun, batang, rimpang dan lain lain tapi adapula yang menggunakan seluruh bagian tumbuhan (herba), hal ini dikarenakan kandungan zat-zat pada tiap bagian tumbuhan berbeda sehingga manfaatnya pun berbeda. Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 52 spesies (30,77%). Menurut Zuhud dan Haryanto (1994) pemanfaatan daun, buah, cabang, dan ranting sebagai bahan mentah dalam pengobatan tradisional tidak menimbulkan gangguan yang serius terhadap kehidupan tumbuhan, tetapi bila akar, kulit kayu atau seluruh bagian yang digunakan maka hal tersebut sudah merupakan ancaman bagi keberadaan spesies tersebut. Menurut Fakhrozi (2009) daun memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu tumbuhan meskipun daun merupakan tempat fotosintesis. Selain daun, bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu akar sebanyak 26 spesies ( 15,38%). Pemanfaatan bagian tumbuhan secara terus menerus terutama pada bagian akar dan batang akan berdampak terhadap keberadaan spesies tumbuhan tersebut, karena akar dan batang merupakan bagian yang paling penting bagi tumbuhan untuk bertahan hidup. Untuk menjaga kelestarian suatu spesies tumbuhan obat maka pemanfaatan tumbuhan obat tersebut harus diimbangi dengan adanya upaya budidaya atau perbanyakan tumbuhan-tumbuhan obat tersebut. 5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat Berdasarkan tipologi habitat potensi tumbuhan obat di Kampung Babakan- Cengal Desa Karacak dikelompokan ke dalam 5 tipologi habitat yaitu pekarangan, kebun, pinggir jalan, pinggir sungai dan sawah. Sebagaimana tersaji pada Gambar 8. 24

25 Sawah 6 Pinggir sungai 8 Pinggir jalan 19 Kebun 33 Pekarangan 50 0 10 20 30 40 50 60 Gambar 8 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat. Berdasarkan pengelompokan tipologi habitat, tumbuhan obat keluarga paling banyak dijumpai di pekarangan, yaitu sebanyak 50 spesies (43,1%). Sedangkan kebun hanya ditemukan 33 spesies (28,45%), pinggir jalan sebanyak 19 spesies (16,38%), pinggir sungai sebanyak 8 spesies (6,9%), dan sawah sebanyak 6 spesies (5,17%). Spesies tumbuhan obat yang terdapat di pekarangan dan juga kebun sebagian besar merupakan spesies yang sering dimanfaatkan masyarakat. Banyaknya tumbuhan obat yang dijumpai di pekarangan rumah maupun di kebun milik masyarakat menunjukan bahwa masih adanya minat masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat keluarga. Beberapa contoh tumbuhan obat yang terdapat di pekarangan diantaranya alpukat (Persea gratissima), bratawali (Tinospora crispa), Cengkeh (Syzygium aromaticum), daun sendok (Plantago major), jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), kumis kucing (Orthosiphon stamineus), kacapiring (Gardenia augusta), lidah buaya (Aloe vera), mangkokan (Nothopanax scutellarium), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), pacar air (Impatiens balsamina). 5.2.5 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit Potensi tumbuhan obat keluarga di Kampung Babakan-Cengal dibagi ke dalam 13 kelompok penyakit dan macam penyakitnya didasarkan Nawaningrum (2004). Kelompok penyakit yang paling banyak dapat diobati oleh tumbuhan obat keluarga di Kampung Babakan-Cengal adalah penyakit saluran pencernaan, sebanyak 64 spesies. Spesies tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit saluran pencernaan banyak ditemukan karena beberapa masyarakat banyak menanam spesies tumbuhan tersebut baik dipekarangan maupun dikebun untuk 25

26 mengobati penyakit dideritanya. Banyaknya tumbuhan obat yang dapat menyembuhkan penyakit saluran pencernaan itu sesuai dengan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal, yaitu penyakit gangguan pencernaan. Salah satu penyakit pencernaan yang banyak diderita masyarakat adalah maag. Penyakit maag banyak diderita masyarakat kampung Babakan-Cengal karena kurang teraturnya pola makan masyarakat. Spesies lain yang banyak ditemukan di Kampung Babakan-Cengal yaitu spesies tumbuhan yang dapat menyembuhkan penyakit saluran pembuangan sebanyak 50 spesies. Klasifikasi kelompok penyakit terbanyak yang bisa diobati berdasarkan jumlah spesies tumbuhan obat terbanyak disajikan dalam Gambar 9 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 6. Penyakit lainnya Penyakit mata Penyakit ginjal, hati Pengobatan luka, gigitan ular Perawatan kehamilan dan persalinan Penyakit khusus wanita Penyakit tulang, otot, sendi dan saraf Penyakit kepala, demam, dan influenza Penyakit jantung dan pembuluh/peredaran Penyakit mulut Penyakit saluran pernapasan Penyakit kulit Penyakit saluran pembuangan Penyakit saluran pencernaan 6 17 21 20 25 27 37 41 34 38 42 48 50 64 0 10 20 30 40 50 60 70 Jumlah spesies Gambar 9 Kelompok penyakit dan jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan di Kampung Babakan-Cengal. Salah satu spesies yang dapat meyembuhkan penyakit saluran pencernaan disajikan pada Gambar 10 sedangkan contoh spesies yang dapat menyembuhkan penyakit saluran pembuangan disajikan pada Gambar 11. 26

27 Gambar 10 Daun kentut (Paederia scandens). Gambar 11 Kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Pada umumnya setiap spesies tumbuhan obat mempunyai kegunaan untuk menyembuhkan lebih dari satu macam penyakit atau kelompok penyakit, namun ada juga beberapa spesies yang berkhasiat hanya untuk satu macam penyakit atau kelompok penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tumbuhan untuk digunakan sebagai obat, yaitu bagian tumbuhan, cara pemanenan, cara pengolahan, dan aturan pemakaian (dosis) (Arafah 2005). Bagian dari tumbuhan mempunyai peranan masing-masing dalam menyembuhkan penyakit, ada spesies yang seluruh bagiannya dapat digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit, namun adapula yang hanya bagian tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit. Cara pengolahan yang tepat berpengaruh terhadap keefektifan penggunaan tumbuhan mengobati penyakit. Cara pemanenan perlu diperhatikan agar mendapatkan bagian yang bermanfaat dalam keadaan baik atau tidak rusak. Beberapa spesies yang mempunyai banyak kegunaan untuk obat diantaranya alpukat (Persea gratissima), bawang putih (Allium sativum), daun kentut (Paederia scandens), kencur (Kaemferia galanga), keladi tikus (Typhonium divaricatum), lidah mertua (Sansivieria trifasciata), meniran (Phylanthus urinaria), pulutan (Urena lobata), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa paradisiaca), pegagan (Centella asiatica), sembung (Blumea balsamifera), sirih (Piper betle), sengugu (Clerodendron serrature), selasih (Ocimum basilicum), takokak (Solanum torvum) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Spesiesspesies tumbuhan obat tersebut potensial sebagai bahan obat karena selain banyak berkhasiat untuk bermacam-macam penyakit, tapi juga hampir seluruh bagiannya 27

28 dapat digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Contoh spesies tumbuhan yang banyak berkhasiat untuk obat disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 Pulutan (Urena lobata). Pulutan (Urena lobata) merupakan tumbuhan liar dari family Marvaceae yang mempunyai khasiat sebagai obat. Pulutan (Urena lobata) ini merupakan salah satu tumbuhan obat yang memiliki banyak khasiat diantaranya akar digunakan untuk menyembuhkan penyakit Panas, influenza, radang tonsil, malaria, rematik, keputihan, kencing keruh, disentri, diare, gangguan pencernaan, bengkak, muntah darah, kesukaran melahirkan, gondok, bisul, luka berdarah, tulang patah (frakture), payudara bengka dan gigitan ular sedangkan batangnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit bisul, luka berdarah, gigitan ular dan bengkak (Hariana 2007). Menurut Hariana (2010) pulutan (Urena lobata) mengandung bahan kimia seperti zat lendir pada batang dan 13-14% lemak pada biji. Tumbuhan ini mempunyai rasa manis, tawar dan bersifat sejuk. Bagian yang sering digunakan adalah akar dan seluruh bagian tumbuhan (herba). 5.2.6 Frekuensi perjumpaan spesies tumbuhan obat Potensi tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal Desa Karacak berdasarkan frekuensi perjumpaan disajikan pada Tabel 9 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 4. 28

29 Tabel 9 Frekuensi perjumpaan spesies tumbuhan obat keluarga No Klasifikasi Nama Tumbuhan Obat spesies TO Persentase (%) 1. Jarang (1 RT) Bratawali, bawang putih,cengkeh, daun dewa, dadap, daun sendok, daun kentut, jawer kotok, jambu biji, jarak pagar, jamblang, jotang, keji beling, 2. Sering (2-3 RT) Alpukat, alang-alang, beluntas, bandotan, belimbing manis, bawang merah, cabai rawit, ciplukan, cabai merah, harendong, jahe, jeruk nipis, kumis kucing, 34 38,64 54 61,36 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 88 spesies tumbuhan obat ada sebanyak 54 spesies (61,36%) yang sering ditemukan, spesies tersebut ditemukan di 2-3 RT yang terdapat di Kampung Babakan-Cengal, sedangkan sisanya sebanyak 34 spesies (38,64%) merupakan spesies yang jarang ditemukan, spesiesspesies tumbuhan obat tersebut hanya ditemukan di 1 RT saja. Spesies-spesies yang sering ditemukan sebagian besar merupakan spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat baik sebagai obat maupun bumbu dapur. 5.3 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Pengetahuan masyarakat Kampung Babakan-Cengal terhadap tumbuhan obat masih tinggi, hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat Kampung Babakan-Cengal yang masih menggunakan tumbuhan obat yang ada di sekitarnya untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Pengetahuan masyarakat Kampung Babakan-Cengal mengenai tumbuhan obat diperoleh secara turun menurun. Dalam penggunaan tumbuhan obat masyarakat Kampung Babakan-Cengal yang menjadi reponden sebanyak 60% menyatakan bahwa tumbuhan obat berkhasiat manjur dalam menyembuhkan suatu penyakit. Pandangan masyarakat terhadap tumbuhan obat keluarga pun positif hampir keseluruhan responden yang diwawancara berpendapat bahwa penggunaan tumbuhan obat lebih manjur dan tidak menimbulkan efek samping yang besar, aman dikonsumsi, murah dan mudah diperoleh, lebih praktis karna tidak perlu beli hanya tinggal mengambil di sekitar lingkungan rumahnya, dan sangat berguna untuk penanggulangan dini penyakit yang diderita. Ringannya efek samping dari tumbuhan obat dikarenakan 29

30 tubuh manusia relatif lebih gampang menerima obat dari bahan tumbuh-tumbuhan dibandingkan dengan obat kimiawi (Muhlisah 1999). Namun tidak semua masyarakat yang menjadi responden menggunakan tumbuhan obat keluarga sebagai pengobatan dan pemeliharaan kesehatan, ada 40% masyarakat yang menjadi responden menyatakan bahwa penggunaan tumbuhan obat kurang manjur untuk menyembuhkan penyakit karena efek dan khasiat tumbuhan obat belum dirasakan, sehingga beberapa masyarakat tersebut lebih memilih menggunakan obat-obatan modern dengan alasan lebih cepat efek dan khasiatnya dirasakan, lebih praktis, tidak repot harus meramu seperti obat tradisonal, dan sudah jelas dosisnya. Tindakan berobat yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Babakan- Cengal yang menjadi responden disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Tindakan masyarakat Kampung Babakan-Cengal ketika sakit No Tindakan pengobatan Jumlah responden Persentase (%) 1. Membuat obat sendiri secara tradisional dari tumbuhan obat di sekitar (meramu sendiri) 18 60 2. Membeli obat warung 9 30 3. Berobat ke puskesmas/klinik/dokter 3 10 Jumlah 30 100 Sebanyak 60% masyarakat yang menjadi responden masih membuat obat sendiri secara tradisional dari tumbuhan obat yang ada di sekitar lingkungan rumah mereka seperti pekarangan, kebun, pinggir jalan, dan pinggir sungai untuk menyembuhkan penyakit yang mereka derita. Masyarakat dengan usia berkisar antara 60-70 tahun paling sering menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit yang dideritanya, mereka lebih percaya bahwa dengan menggunakan tumbuhan obat penyakit yang mereka derita bisa cepat sembuh dan tidak ada efek sampingnya. Beberapa responden juga menyatakan bahwa pemeliharan dan pengobatan alami menggunakan tumbuhan obat sudah biasa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang tergolong ringan seperti pusing, pegalpegal, maag, batuk, sakit gigi dan penyakit ringan lainnya. Untuk penyakit yang tergolong berat biasanya masyarakat menggunakan tumbuhan obat untuk pengobatan awal sebelum pergi ke puskesmas atau dokter. Disamping penggunaan obat tradisional sebanyak 30% masyarakat Kampung Babakan- Cengal yang menjadi responden masih menggunakan obat warung dalam mengobati penyakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil wawancara ada 15 30

31 penyakit yang pernah dan sering diderita oleh masyarakat yang menjadi responden, sebagian besar dai 15 penyakit tersebut diobati menggunakan obat tradisional. Penyakit yang pernah dan sering diderita oleh masyarakat yang menjadi responden yang sering diobati dengan tumbuhan obat disajikan pada Tabel 11 dan secara rinci disajikan pada Lampiran 7. Tabel 11 Penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal, Desa Karacak Kelompok penyakit Gangguan sistem atau saluran pernapasan Penyakit jantung dan peredaran darah Penyakit kepala, demam, dan influenza Nama penyakit Batuk Tumbuhan obat yang sering digunakan - Akar alangalang Ramuan Rebus akar alang-alang yang masih segar kirakira 30-60 g, lalu minum airnya - Jeruk nipis 1 buah jeruk nipis diperas untuk diambil airnya,lalu airnya diminum secara teratur 1 kali sehari Paru-paru - Ciplukan 9-15 gr seluruh bagian tunbuhan direbus dengan 3 gelas air lalu diminum airnya Asma Sidaguri 6 gr akar sidagori dipotong tipis, ditambah gula, lalu direbus, disaring kemudian diminum airnya Tekanan darah tinggi (hipertensi) - Kumis kucing - Daun sendok Rebus seluruh bagian kumis kucing, 3-4 lembar daun sendok, rumput lidah ular dan minum airnya Sakit kepala Alpukat 3 lembar daun alpukat direbus, diminum airnya Demam Kumis kucing 6 gr akar kumis kucing direbus lalu disaring dan diminum airnya Penyakit mulut Sakit gigi Putri malu Segenggam putri malu direbus lalu airnya dikumur Jumlah responden yang menyatakan manjur 1 3 1 2 2 10 2 5 31

32 Tabel 11 Penyakit umum yang sering diobati dengan tumbuhan obat di Kampung Babakan-Cengal, Desa Karacak (lanjutan) Kelompok penyakit Penyakit saluran pembuangan Penyakit saluran pencernaan Penyakit otot, tulang, sendi dan saraf Nama penyakit Tumbuhan obat yang sering digunakan Ramuan Sariawan Jambu biji 2-3 lembar daun dan kulit batangnya direbus, diminum airnya Sirih 1-2 lembar sirih dikunyah lalu dibiarkan sebentar didalam Diabetes militus (kencing manis) Kacapiring mulut 12 lembar daun kacapiring direbus dengan 2 gelas air lalu diminum airnya Diare Jambu biji 5 lembar daun jambu biji direbus dengan 1,5 liter air lalu diminum Maag Bandotan Segenggam bandotan direbus lalu diminum airnya Rematik Jahe 1-2 rimpang jahe dihaluskan lalu dicampur cuka kemudian dioleskan Sakit pinggang Sidaguri 5 akar sidaguri direbus lalu diminum airnya Pegal-pegal - Jahe 1-2 rimpang jahe dihaluskan lalu dioles Kesemutan - Salam - Sidaguri - Jahe 2-3 lembar daun salam dicampur dengan daun sidaguri, dan jahe direbus lalu airnya diminum Jumlah responden yang menyatakan manjur 2 4 1 4 13 6 4 3 1 Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa penyakit yang banyak dan sering diderita oleh masyarakat yang menjadi responden adalah penyakit maag dan sakit kepala, masing-masing sebanyak 13 responden dan 10 responden. Terdapat 9 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit 32

33 maag dan 1 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat untuk mengobati sakit kepala. Masing-masing spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat tersebut mengalami proses pengolahan yang berbeda, tergantung dari jenis dan penyakit yang diobati. Tabel 11 juga membuktikan jika penyakit bisa disembuhkan dengan tumbuhan obat dan kemandirian masyarakat dapat dilakukan. Dari 9 spesies tumbuhan obat yang sering digunakan masyarakat untuk menyembuhkan penyakit maag, bandotan (Ageratum conyzoides) merupakan tumbuhan obat yang paling banyak digunakan dan paling dianggap manjur oleh masyarakat atau responden Kampung Babakan-Cengal. Bandotan (Ageratum conyzoides) merupakan tumbuhan dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini merupakan herba dengan ketinggian 30-80 cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mudah tumbuh dimana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan petani, namun dibalik itu bandotan (Ageratum conyzoides) dapat digunakan juga sebagai obat, pestisida dan herbisida bahkan untuk pupuk dapat meningkatkan hasil produksi tanaman (Sukamto 2007). Selain penyakit-penyakit yang tercantum pada Tabel 11, biasanya masyarakat yang berusia lanjut sering menderita penyakit lemah syahwat. Penyakit lemah syahwat tersebut biasanya diobati dengan menggunakan ramuan dari berbagai macam spesies tumbuhan obat yaitu satu batang kayu manis, tiga biji cengkeh, tiga sampai empat lembar daun sirsak, daun kumis kucing, satu buah kapulaga, bagian ujung alang-alang, akar pepaya, akar buah aren, meniran, dan akar pinang. Cara penggunaan semua spesies tersebut yaitu semua spesies tersebut direbus kemudian diambil airnya dan diminum. Selain untuk mengobati lemah syahwat, menurut salah satu responden ramuan ini juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit seperti darah tinggi, ginjal, panas, dan lain-lain. Gambar ramuan disajikan pada Gambar 13. 33

34 Gambar 13 Ramuan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit lemah syahwat, darah tinggi, ginjal, panas dan lain-lain. Pemanfaatan tumbuhan obat tidak hanya terbatas pada bagian tumbuhan yang masih segar, beberapa masyarakat juga menyimpannya dalam bentuk kering/simplisia. Salah satu simplisia yang disimpan oleh beberapa masyarakat yaitu simplisia yang berasal dari campuran spesies-spesies tumbuhan seperti kencur, jahe, temu kunci, lempuyang, temulawak dan temugiri. Simplisia tersebut biasanya digunakan masyarakat untuk wanita yang baru saja melahirkan. Cara penggunaan simplisia yaitu simplisia dicampur dengan beberapa spesies tumbuhan obat yang masih segar seperti meniran, jawer kotok, jamblang, rane dan sidagori yang sudah ditumbuk kemudian campuran tersebut ditumbuk kembali lalu hasil tumbukannya dimakan. Gambar simplisia di sajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Contoh simplisia. 34

35 5.4 Budidaya Tumbuhan Obat Budidaya tumbuhan adalah mengelola pertumbuhan tumbuhan dari mulai tanam hingga panen serta memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang dikelola tersebut (MTIC 2002). Budidaya merupakan salah satu upaya penting dalam menjaga kelestarian manfaat dari suatu spesies tumbuhan obat, dengan demikian spesies tumbuhan obat yang dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan akan tetap terjaga kelestariannya. Kegiatan budidaya terhadap tumbuhan obat juga menjadi salah satu kegiatan beberapa masyarakat Kampung Babakan Cengal. Kegiatan budidaya dianggap efektif oleh beberapa masyarakat, karena menurut mereka dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga dapat melestarikan dan memudahkan masyarakat dalam pemanfaatannya. Masyarakat biasanya membudidayakan tumbuhan-tumbuhan obat tersebut di pekarangan rumah maupun kebun milik mereka. Tumbuhan obat yang berada di Kampung Babakan-Cengal berdasarkan status budidaya dibagi kedalam 2 klasifikasi yaitu tumbuhan obat yang dibudidaya dan tumbuhan obat yang belum dibudidaya atau liar. Tumbuhan yang dibudidaya oleh masyarakat merupakan tumbuhan yang sering digunakan. Lahan pekarangan dan kebun menjadi tempat yang digunakan masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat. Di Kampung Babakan-Cengal tumbuhan obat liar paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 57,95% dan sisanya sebanyak 42,05% adalah tumbuhan obat yang dibudidayakan (Gambar 15). Liar; 57,95% Budidaya 42,05% Gambar 15 Status budidaya tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Kampung Babakan-Cengal Desa karacak yaitu tumbuhan obat yang juga bermanfaat sebagai penghasil bumbu dapur dan penghasil buah-buahan, seperti kapulaga (Amomum 35

36 cardamomum), kencur (Kaempferia galanga), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), alpukat (Persea gratissima), cabai rawit (Capsicum frutescens), cabai merah (Capsicum annum), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), pepaya (Carica papaya), pisang (Musa Paradisiaca), dan lain-lain. Dari semua tumbuhan obat yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat, kapulaga (Amomum cardamomum) merupakan tumbuhan obat yang paling banyak dibudidayakan. Beberapa masyarakat membudidayakan kapulaga tersebut di kebun milik mereka, hal ini sesuai dengan penyataan Syukur dan Hernani (2002) bahwa lokasi yang baik untuk penanaman kapulaga antara lain di bawah tegakan hutan atau di tempat terbuka. Kapulaga (Amomum cardamomum) banyak dibudidayakan masyarakat karena selain memiliki banyak manfaat, kapulaga (Amomum cardamomum) juga mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berprospek cerah, selain itu pemeliharaan tumbuhan ini tidak sulit. Menurut Santoso (1989) salah satu keunggulan lain dari budidaya kapulaga (Amomum cardamomum) adalah siklus hidup tumbuhan yang panjang dan dalam setahun dapat dipanen berulang kali. Kapulaga (Amomum cardamomum) dengan sistem tanam tumpangsari pada populasi 1.400 tanaman per hektar, akan mampu berproduksi sekitar 2,8 sampai dengan 3 ton buah basah per tahun. Kapulaga (Amomum cardamomum) sudah mampu berproduksi pada umur 1,5 tahun setelah tanam dengan bibit anakan yang baik hari. Waktu panen kapulaga (Amomum cardamomum) di Kampung Babakan-Cengal yaitu setiap 40 hari sekali, hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (1989) bahwa waktu panen kapulaga (Amomum cardamomum) dapat dilakukan setiap 35-45 hari sekali. Masyarakat Kampung Babakan-Cengal biasanya memanfaatkan biji kapulaga untuk dikeringkan lalu dimanfaatkan sebagai rempah dan obat serta memanfaatkan buah kapulaga untuk diambil minyak atsirinya yang kemudian bisa digunakan sebagai penyedap atau pengharum makanan. Minyak atsiri tersebut terdiri dari senyawa sineol, terpen dan terpinol (Syukur dan Hernani 2002). Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri, biji yang sudah dikeringkan dan minyak atsiri dari ekstrak buah kapulaga pun biasanya dijual oleh masyarakat untuk 36

37 memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat biasanya menjual biji kapulaga kering ke pedagang dengan harga Rp 20.000,- per kg. Dalam perdagangan internasional, kapulaga (Amomum cardamomum) dikenal dengan nama false cardamon. Menurut Indo (1989) ekspor kapulaga (Amomum cardamomum) dari Indonesia hanya dari buah kapulaga. Ekspor kapulaga (Amomum cardamomum) di Indonesia umumnya ke Singapura dan Cina. 5.5 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Obat Keluarga Dalam pengembangan TOGA dibutuhkan stimulus atau dorongan untuk membentuk sikap dan prilaku pro konservasi. Sikap dan prilaku pro konservasi ini diwujudkan dalam 3 kelompok stimulus AMAR (Alamiah, Manfaat, dan Rela). Ketiga stimulus AMAR digunakan dalam pemilihan spesies TOGA yang akan menjadi unggulan dalam pengembangan TOGA di Kampung Babakan-Cengal yang diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan dan budidaya oleh masyarakat (Gambar 16). Stimulus Alamiah Stimulus Stimulus Manfaat Sikap Prilaku Stimulus Rela Gambar 16 Strategi pengembangan TOGA. (Sumber : Modifikasi Zuhud 2007) 1. Stimulus Alamiah Stimulus alamiah merupakan stimulus yang dipahami oleh masyarakat tentang bagaimana sifat-sifat alamiah dari tumbuhan dan lingkungan yang ada disekitarnya. Sebagian besar masyarakat Kampung Babakan-Cengal sudah bisa membedakan sifat-sifat ekologis tumbuhan, hal tersebut terlihat dari tumbuhan yang tedapat dilingkungan sekitar. Lahan pekarangan dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami tumbuhan berukuran kecil, tumbuhan tersebut ditanam langsung 37

38 dipekarangan atau melalui pot-pot plastik sebagai media tempat tumbuhnya. Tumbuhan yang terdapat di pekarangan rata-rata tumbuhan yang dapat digunakan juga untuk keperluan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah, jeruk nipis, kencur, dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan yang berukuran besar, masyarakat menanamnya dilahan perkebunan. 2. Stimulus manfaat Stimulus manfaat merupakan dorongan yang paling diminati masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan langsung manfaat dari tumbuhan tersebut. Selain manfaat kesehatan yang menjadi manfaat utama dari TOGA untuk masyarakat, TOGA juga memiliki nilai ekonomi. Tumbuhan obat yang memiliki nilai manfaat ekonomi tinggi diantaranya kapulaga, pisang, alpukat, kelapa, dan cengkeh. Sedangkan tumbuhan obat yang memiliki nilai manfaat tinggi yaitu tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit yang dideritanya. 3. Stimulus rela Stimulus rela adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari sang pencipta alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan, budaya dan tradisional, kepuasan batin, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kerelaan dalam melakukan sesuatu (Zuhud 2007). Stimulus rela merupakan stimulus utama dan paling mendasar yang memiliki nilai paling tinggi. Stimulus rela didorong juga dengan adanya kepastian akses dalam pemanfaatan TOGA bagi masyarakat. Stimulus kerelaan ini sudah terbangun pada masyarakat Kampung Babakan-Cengal karena masyarakat sudah memiliki lahan sendiri sehingga masyarakat memiliki kepastian akses dalam pemanfaatan tumbuhan obat yang mereka tanam sendiri. Berdasarkan strategi pengembangan TOGA, TOGA yang merupakan potensi Kampung Babakan-Cengal (stimulus alamiah), memiliki nilai manfaat yang penting (stimulus manfaat), dan sudah dibudidayakan dan digunakan (stimulus rela) yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan dan budidaya diantaranya kapulaga (Amomum cardamomum), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), jahe (Zingiber officinale), alpukat (Persea gratissima), jambu biji (Psidium guajava), kunyit (Curcuma domestica), bawang merah (Allium cepa). 38

39 Selain tiga stimulus itu dimiliki oleh masyarakat, partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat, sistem pembangunan yang terencana dan terintegrasi memungkinkan pencapaian tujuan pengembangan tumbuhan obat secara maksimal. Keterlibatan antar insitusi seperti dinas kesehatan, pendidikan, kehutanan, pertanian, dan perguruan tinggi sangat diperlukan. Dalam konteks implementasi praktis, masyarakat dapat mengembangkan spesies tumbuhan obat dengan membudidayakan tumbuhan obat keluarga (TOGA) secara mandiri dan memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga. Program yang dapat membantu masyarakat dalam upaya pengembangan tumbuhan obat agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin yaitu dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Penyuluhan mengenai pengenalan spesies tumbuhan obat keluarga (TOGA) serta memberikan pelatihan tumbuhan obat. Pelatihan tumbuhan obat yang diberikan meliputi pengenalan tumbuhan obat dan pemanfaatannya, membahas beberapa kasus penyakit dan cara pengobatannya, dan memberikan pelatihan (demo) cara meracik ramuan tumbuhan obat yang sederhana (skala rumah tangga) 2. Pembinaan kader TOGA yang nantinya dapat menjadi wadah informasi bagi masyarakat lainnya untuk berbagi wawasan dan keterampilan yang berhubungan dengan TOGA. 3. Kunjungan kader TOGA ke kebun percontohan tumbuhan obat yang sudah maju. Mengenal spesies tumbuhan obat dengan buku panduan didampingi oleh para pemandu yang berpengalaman di bidangnya. Program kunjungan tumbuhan obat adalah melihat, memetik, dan belajar menanam aneka tumbuhan obat pada lahan pekarangan, yang diharapkan masyarakat akan termotivasi untuk mengembangkan TOGA di pekarangan maupun kebun yang nantinya selain kesehatan masyarakat meningkat, masyarakat juga dapat memperoleh nilai ekonomi dari usahanya. 4. Sosialisasi mengenai TOGA melalui pembuatan poster atau iklan-iklan layanan masyarakat yang berkaitan dengan TOGA dan pemeliharaan kesehatan 39

40 secara alami serta memberikan buku lengkap tentang tumbuhan obat yang berkhasiat agar dapat dipelajari. 5. Diskusi masalah kesehatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat. Selain memberikan solusi kesehatan, dengan adanya diskusi ini pengetahuan masyarakat bertambah dalam hal tindakan yang harus dilakukan sebelum mereka sakit (preventif). Dalam pengembangan nilai ekonomi, pengembangan tumbuhan obat yang dipilih untuk diterapkan di masyarakat adalah pengembangan tumbuhan obat yang sederhana. Fokus pengembangan tumbuhan obat dengan skala home industry diharapkan dapat dilakukan dan berkelanjutan, yang akhirnya dari kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, masyarakat sekitar dan berdampak pada kesejahteraan hidup yang lebih baik. Program yang akan dilaksanakan diharapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program menjadi lebih tinggi. 40