BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

KAJIAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ritel modern saat ini semakin pesat dan mulai

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bandung Kota Bandung dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen,

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia mempunyai cakupan yang sangat luas, mulai dari tempat wisata

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menawarkan beragam tempat wisata yag terbagi menjadi

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Congo Café and Resto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam bidang pemasaran. Perkembangan teknologi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan sektor wisata yang terdapat di alam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Wilayah Segmentif Wisata Belanja Jenis Wisata Wilayah Segmentif

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam pembangunan Negara Indonesia saat ini. Menurut Djulianto Susatio (2003: 1) Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan berziarah. Selain menjadi salah satu sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, pariwisata juga berfungsi sebagai penggerak pembangunan baik fisik maupun ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan atau daerah yang menjadi tujuan wisata. Seiring berkembangnya sektor pariwisata di Indonesia, maka semakin banyak jenis wisata yang ditawarkan dan tentunya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan kesetiap daerah tujuan wisata tersebut. Menurut Oka. A Yoeti (2006, 2), usaha untuk menarik minat wisatawan datang ke Indonesia ternyata membuahkan hasil yang sangat bagus, karena selama enam tahun berturut-turut yakni dari tahun 1996-2002 sektor pariwisata telah menduduki peringkat kedua dalam perolehan devisa Negara dari hasil kunjungan wisata mancanegara Salah satu kota yang memiliki potensi besar dalam pariwisata adalah kota Bandung. Letak geografis kota Bandung yang sangat strategis memudahkan wisatawan dari berbagai daerah untuk mengunjungi objek wisata di kota Bandung.

2 Panorama indah yang bergunung-gunung disertai hawa yang sejuk menjadi dayatarik wisata tersendiri bagi kota Bandung. Selain menyajikan wisata alam bagi para wisatawan, kota Bandung juga menyajikan jenis wisata lainnya yaitu wisata pendidikan, wisata heritage, wisata budaya, wisata religi dan wisata belanja. Dalam UU RI no.9 tahun 1990 pasal 29 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa : 1. Kawasan pariwisata merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. 2. Penetapan suatu kawasan sebagai kawasan pariwisata dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan tata ruang kawasan dan berdasarkan rencana pengembangan kepariwisataan. Seiring dengan diberlakukannya UU no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada setiap daerah untuk dapat mengelola sumberdaya yang dimilikinya secara mandiri, maka kota Bandung mulai berkembang sebagai kota yang memiliki potensi besar dalam wisata belanja. Hal ini diwujudkan dengan adanya penetapan kawasan-kawasan yang khusus dikembangkan untuk kegiatan wisata. Adapun kawasan-kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah menjadi kantong-kantong pengembangan kawasan wisata belanja dalam Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata kota Bandung tahun 2006 (lihat gambar 1.1), adalah: 1.Kawasan Sukajadi-Sarijadi-Setrasari-Pasteur. 2.kawasan Cihampelas-Cipaganti. 3.kawasan Alun-alun - Sudirman - Otista - Gardujati Pasirkaliki. 4.Kawasan Gatot subroto Binongjati. 5.kawasan Ir.H Juanda Merdeka Riau, kawasan Cibaduyut. 6.kawasan Cigondewah 7.Kawasan Cibaduyut 8.Kawasan Gedebage 9.Kawasan Braga-Asia Afrika-Cikapundung

3

4 Kota Bandung muncul sebagai daerah tujuan wisata belanja yang banyak menawarkan produk hasil karya penduduk lokal. Salah satu produk hasil karya penduduk lokal kota Bandung adalah DISTRO (Distribution Strore) yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke kota Bandung. Selain distro, kota Bandung juga dikenal dengan FO (Factory Outlet), restoran, café maupun tenda-tenda kaki lima yang banyak menyajikan makanan yang khas dan terkenal kelezatannya. Semakin banyaknya jenis wisata yang disajikan di kota Bandung, ternyata sangat berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Bandung pada tahun 2007 diketahui bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bandung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung tentang jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Bandung pada tahun 2002 mencapai jumlah 1.021.751 orang, pada tahun 2003 mencapai 1.618.660 orang, tahun 2004 mencapai 1.837.000, tahun 2005 1.928.850 orang dan tahun 2006 mencapai 2.019.600 orang. Jumlah tersebut meliputi wisatawan domestik dan mancanegara. Pesatnya perkembangan industri wisata, khususnya wisata belanja baik berupa sandang ataupun pangan di kota Bandung, mendorong pemerintah kota Bandung untuk meningkatkan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana untuk mendukung berkembangnya wisata belanja di kota Bandung. Banyaknya usaha yang dilakukan pemerintah kota Bandung untuk mewujudkan kota Bandung menjadi daerah tujuan wisata belanja, semakin mendatangkan berbagai macam keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat kota Bandung, diantaranya

5 semakin banyak lapangan usaha yang tersedia di kota Bandung yang akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dan pembangunan kota Bandung. Banyaknya keuntungan yang dirasakan oleh kota Bandung seiring dengan pesatnya wisata belanja di kota Bandung, disisi lain ternyata menyebabkan banyak permasalahan. Kebijakan pemerintahan yang terus berusaha mengembangkan sektor wisata, seakan-akan menjadikan kota Bandung bertambah sesak dengan dibangunnya berbagai mall, toko, restoran, cafe, hotel, ataupun pusat perbelanjaan dan makanan di hampir setiap ruas jalan di kota Bandung. Salah satu tempat tujuan wisata belanja yang banyak dikunjungi oleh wisatawan di kota Bandung pada akhir minggu atupun hari libur adalah kawasan Cihampelas. Wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata belanja ini berasal dari berbagai kota di Indonesia hingga wisatawan yang berasal dari mancanegara. Kawasan Cihampelas dikenal sebagai pusat penjualan jins. Selain sebagai pusat penjualan jins, kawasan wisata belanja Cihampelas menawarkan banyak pilihan tempat yang dapat dijadikan tujuan untuk berbelanja diantaranya CiWalk Mall, toko swalayan Primer, Factory outlet (FO), Distro (Distribution Store), toko oleholeh makanan khas Bandung, pedagang kaki lima hingga pedagang asongan. Banyaknya wisatawan yang tertarik mengunjungi kawasan wisata belanja ini tidak hanya menyebabkan peningkatan kegiatan perekonomian di kawasan Cihampelas, tetapi juga menimbulkan beberapa masalah. Beberapa masalah yang terjadi di kawasan wisata belanja Cihampelas diantaranya adalah menyempitnya jalan disepanjang kawasan cihampelas akibat banyaknya wisatawan yang berjalan kaki di badan jalan dan terdapatnya pedagang kaki lima hingga pedagang asongan

6 yang hilir mudik sehingga menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas. Kemudian cukup banyaknya tempat parkir di halaman pertokoan yang mengambil bahu jalan ataupun terotoar. Permasalahan lainnya adalah proses parkir kendaraan di sepanjang jalan Cihampelas sering menyebabkan kendaraan yang sedang melewati jalur jalan Cihampelas berhenti sehingga mengganggu kelancaran arus lalulintas. Beberapa masalah yang telah dikemukakan diatas menimbulkan kondisi yang tidak nyaman baik bagi para wisatawan dan para pengguna jalan di kawasan Cihampelas. Kondisi lalu lintas di kawasan jalan cihampelas yang semakin tidak teratur dan tidak nyaman sangat menggambarkan ketidaksiapan kawasan Cihampelas untuk dijadikan salah satu kawasan tujuan wisata belanja. Kondisi kegiatan wisata belanja yang berlangsung kurang kondusif di kawasan Cihampelas disebabkan oleh ketidak nyamanan yang timbul akibat penataan kawasan yang kurang teratur, keberadaan manusia, kondisi bangunan, ketidak teraturan lalulintas dan kendaraan. Jika kondisi penyebab timbulnya ketidaknyamanan telah melampaui daya dukung kawasan Cihampelas sendiri, hal ini sewaktu-waktu dapat menjadi penghalang atau bahkan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi berkurangnya minat wisatawan untuk berkunjung ke kota Bandung khususnya ke kawasan wisata belanja Cihampelas. Berdasarkan pernyataan diatas, maka peneliti mengangkat judul Daya Dukung Cihampelas Sebagai Daerah Tujuan Wisata Belanja. Dalam Penelitian ini, peneliti akan membahas tentang daya dukung jalan dan daya dukung tempat parkir di Cihampelas.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah daya dukung jalan di kawasan Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata belanja? 2. Bagaimanakah daya dukung tempat parkir di kawasan Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata belanja? 3. Bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan Cihampelas? 4. Bagaimanakah penilaian wisatawan terhadap kondisi kawasan Cihampelas? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penelitian dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui daya dukung jalan kawasan Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata belanja. 2. Mengetahui daya dukung tempat parkir kawasan Cihampelas sebagai daerah tujuan wisata belanja. 3. Mendeskripsikan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata belanja di Cihampelas. 4. Mendeskripsikan karakteristik citra kawasan wisata belanja cihampelas

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian yaitu: 1. Menambah wawasan peneliti mengenai karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata belanja di Cihampelas. 2. mengetahui karakteristik citra wisata belanja di kawasan Cihampelas. 3. Mengetahui sejauh mana daya dukung kawasan Cihampelas dalam mendukung terlaksananya kegiatan wisata yang kondusif, khususnya tingkat daya dukung jalan dan tempat parkir. 4. Menjadi masukan bagi pihak terkait untuk dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam pengembangan pembangunan wisata belanja di kota Bandung. 5. Menjadi tambahan data bagi perkembangan kota Bandung khususnya dalam perkembangan wisata belanja di kota Bandung. E. Definisi Operasional Judul penelitian ini adalah Daya Dukung Cihampelas Sebagai Daerah Tujuan Wiasata Belanja, agar tidak terjadi kesalahan makna dalam menafsirkan penelitian ini, maka peneliti akan menguraikan definisi operasionalnya sebagai berikut: 1. Daya Dukung Menurut Catton dalam Daya Tampung Wilayah (1990, 4), daya dukung adalah kondisi maksimum suatu daerah untuk menyokong individu suatu spesies secara terus menerus. Kemudian daya dukung suatu wilayah atau daerah biasanya meliputi faktor pembatas seperti air, nutrisi dan sebagainya. Selain lingkungan,

9 dimensi sosial dan ekonomi penting dalam menentukan daya dukung dari sebuah daerah. Selain itu, Dinas Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Daya Tampung Wilayah (1990: 3), mendefinisikan daya dukung sebagai suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Dalam penelitian akan dikemukakan mengenai jumlah mobil yang dapat didukung oleh jalan Cihampelas dan jumlah kendaraan yang dapat didukung oleh tempat parkir di sepanjang jalan Cihampelas. Leine dan Stanley (1990, 3) menyatakan bahwa daya dukung tempat rekreasi tidak merupakan nilai yang sederhana dan mutlak, tidak ada angka atau ukuran yang tepat untuk menunjukkan besarnya daya dukung tempat rekreasi tersebut. 2. Wisata belanja Dalam UU no.9 tahun 1990, wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek daya tarik wisata, sedangkan Objek dan daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek wistata belanja. Wisata belanja merupakan perjalanan wisatawan ke suatu destinasi wisata yang memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja serta kemampuan membelanjakannya (Harry Waluyo, 2006: 6) Destinasi yang dimaksud dalam perjalan diatas merupakan perjalan ketujuan wisata, dimana perjalanan ke tujuan wisata diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan

10 untuk mendapatkan kenikmatan, hasrat mengetahui sesuatu, untuk keperluan sesuatu, istirahat ataupun alasan keagamaan, seperti dikemukakan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata pada tahun 1986 dalam Oka A Yoeti (2006: 316). Detinasi wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kawasan Cihampelas. Cihampelas muncul dan berkembang menjadi daya tarik wisata atau sasaran wisata tidak disebabkan oleh kondisi fisik kawasan Cihampelas. Cihampelas muncul sebagai daerah tujuan belanja karena berkembang pesatnya pusat perdagangan khususnya pakaian berbahan jins yang menjadi barang khas yang dijual di kawasan Cihampelas. Berkembangnya Cihampelas sebagai pusat penjulan jins di kota Bandung tidak terlepas dari terdapat banyaknya industri pakaian dikawasan Bandung yang menyalurkan barangnya ke pusat penjualan barang di Cihampelas. Seiring berkembangnya pusat penjulan jins di Cihampelas, menyebabkan Cihampelas banyak dikunjungi pengunjung yang berburu jins produk lokal Kota Bandung. Hal ini menyebabkan Cihampelas ditetapkan sebagai salah satu kantong kawasan wisata belanja di Kota Bandung seperti tertera dalam Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Kota Bandung tahun 2006 (lihat gambar 1.1). Jadi yang dimaksud dengan judul Daya Dukung Cihampelas Sebagai Daerah Tujuan Wisata Belanja dalam penelitian ini adalah penelitian tentang seberapa besar kemampuan kawasan Cihampelas dapat mendukung kegiatan wisata belanja yang berlangsung dikawasan tersebut, khususnya kondisi jalan dan tempat parkir.