BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode : Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. banyak karena melibatkan anak menteri. kecelakaan maut yang kembali terjadi di Tol Jagorawi KM yang

BAB I PENDUHULUAN. keterjangkauan, dan aspek kenyamanan. faktor manusia sendiri yang kurang memperhatikan keamanan dan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi kemacetan lalu lintas dan berbagai gangguan lalu lintas lainnya. termasuk ancaman keselamatan lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede (moge) jumlahnya semakin bertambah dengan seiringnya

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEDISIPLINAN BERLALU LINTAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. xiii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Banyaknya masalah komunikasi disebabkan oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A). Perbandingan pelanggaran lalu lintas selama 12 hari pelaksanaan Ops Zebra Siak 2017 dengan Ops Zebra Siak 2016, sbb :

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tepa slira. Menurut Suseno (2001) tepa slira adalah sebuah sikap yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa. Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Hidup dan mencari penghidupan di kota Jakarta memiliki banyak tantangan. Selain harga barang kebutuhan hidup yang relatif lebih tinggi, masyarakat juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi transportasi di Jakarta. Macet, ibarat seperti salah satu peristiwa wajib bagi masyarakat yang menggunakan jalan raya di Jakarta. Kemacetan tidak hanya disebabkan banyaknya jumlah kendaraan di jalan. Kemacetan dapat disebabkan oleh perilaku pengendara yang tidak tertib berlalu lintas lintas antara lain pengendara menerobos lampu merah, parkir sembarangan, memberhentikan kendaraan di 1

2 sembarang tempat dan tidak tertib berlalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Kendaraan akan berhenti ketika lampu jalan berwarna merah meskipun kondisi jalan raya sepi pada malam hari. Para pengendara sabar menunggu sampai lampu berwarna hijau untuk dapat melanjutkan perjalanan. Hal ini sangat langka terjadi di Jakarta. Jangankan dalam kondisi sepi, pada kondisi jalan raya yang padat pun banyak pengendara khususnya sepeda motor akan berusaha menerobos lampu merah sehingga mengganggu arus jalan lainnya yang dapat menyebabkan kemacetan. Pengendara yang tidak disiplin berlalu lintas dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas. Selain korban yang kesakitan karena mengalami celaka, banyak pengendara sekitar yang akan menjadi korban kemacetan. Ini terjadi karena kecelakaan lalu lintas menjadi daya tarik pengendara yang ingin tahu peristiwa kecelakaan tersebut. Kecelakaan lalu lintas juga dapat menjadi penyebab kemacetan karena diperlukan evakuasi kendaraan. Angka kecelakaan lalu lintas di DKI Jakarta pada periode Januari hingga 25 Desember tahun 2015 meningkat 7% dibandingkan dengan angka 2014. Dari data yang diperoleh dari Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya jumlah kasus kecelakaan mencapai 6.231 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, korban manusia mencapai 7298. Angka tersebut jika dirinci berdasarkan kondisi korban, 566 orang meninggal dunia, 2604 luka berat, 4.1278 luka ringan. Jelas

3 peningkatannya, karena pada tahun 2014 hanya ada 7.116 kasus dan jumlah korban 5797 orang. Pada kehidupan masyarakat saat ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting. Bagi individu dan masyarakat zaman sekarang, transportasi seakan sebagai bagian dari kehidupan karena manusia yang juga mempunyai sifat bergerak atau mobilitas sebagai mahkluk sosial. Dengan adanya transportasi dan sarana transportasi kita dapat menuju ke berbagai tempat yang akan dituju dengan mudah, itu akan terjadi jika masyarakat dapat menggunakan serta mengembangkan transportasi dan sarana transportasi. Namun tidak sedikit orang yang hanya memikirkan kepentingan individu, sehingga mereka menggunakan transportasi dan sarana transportasi tanpa memikirkan orang lain atau kepentingan umum. Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan baik dengan orang lain. Pada dasarnya manusia mempunyai lima kebutuhan dasar, yang dimulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan

4 aktualisasi diri. Berkaitan dengan pemenuhan kelima kebutuhan dasar ini, komunikasi menjadi penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan tempat tinggal, kantor, maupun tempat pergaulan. Melalui proses komunikasi kita mampu bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan kita tersebut 1. Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, atau terlalu luas misalnya, komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan tanaman, dan bahkan jin. 2 Kemampuan manusia berkomunikasi, menjadikan manusia pengikat waktu (time-binder). Pengikat-waktu (time-binder) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka. 2 1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1997 hal 16 2 Maria Assumpta Rumanti. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek. Jakarta : Grasindo. 2002

5 Komunikasi merupakan proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau berubah-ubah. Untuk interdependensi antara pelaku komunikasi dalam suatu jaringan, aspek manusia menjadi sangatlah penting. Sebagai pemeran utama dalam tindakan komunikasi, baik itu secara verbal maupun non verbal, setiap pelaku komunikasinya (komunikator dan komunikan) harus saling mengenal karakteristik lawan bicaranya demi terciptanya kesamaan persepsi. Bahasa-bahasa himbauan yang sederhana dan penuh makna memberikan signal penyelamat bagi pengendara agar senantiasa berhati-hati dan tertib berkendara hanya sekadar dibaca tanpa difahami makna tersirat dalam kalimat tersebut. Maka ketidak patuhan cenderung melekat dalam diri setiap orang. Perilaku mengabaikan rambu dan tidak patuh terhadap himbauan dan aturan yang ada merupakan sifat tak tau malu dan tak mau tau, hal itu harus dibayar mahal dengan terjadinya kemacetan dan kecelakaan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sebagai cabang dari ilmu komunikasi, dalam melaksanakan fungsi kehumasannya komunikasi menjadi panduan bagi setiap organisasi. 3 Kegiatan humas adalah aktivitas komunikasi dua arah dengan public yang dapat terjadi 3 Morissan Pengantar public Relations Menjadi Humas Profesional Pengantar Dr. Burhan Bungin. Jakarta : Ramdina Prakarsa. 2006

6 dimana saja, seperti rumah, sekolah, organisasi, bahkan di perusahaan. Tidak lain tujuannya ialah menumbuhkan saling pengertian, saling percaya, dan saling membantu atau kerjasama. Pengertian humas tidak hanya sekedar aktivitas komunikasi yang memiliki tujuan. Namun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, humas memiliki metode-metode, strategi dan formula-formula yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang terlatih secara filosofis, konsep maupun teknis. Keberadaan humas telah menjadi faktor penentu dalam mempengaruhi seluruh perilaku public untuk menerima serta mengenal jasa, produk, atau gagasan dari suatu lembaga, instansi atau perusahaan komersial. 4 Berkaitan dengan hal diatas, setiap organisasi lembaga yang bersifat profit maupun non profit, baik itu perusahaan swasta maupun instansi pemerintah sudah pasti melakukan sosialisasi yang efektif untuk mengenalkan organisasi atau lembaga kepada public sasarannya. Hal ini dimaksudkan agar public dapat mengetahui secara terusmenerus mengenai informasi yang berkaitan dengan organisasi atau lembaga tersebut dapat merubah sikap publiknya dengan cara menerapkan apa yang sudah disosialisasikan. Hal serupa juga tentunya diterapkan oleh aparat Kepolisian Polda Metro Jaya dalam meaksanakan tugas kesehariannya. Dalam melaksanakan tugasnya, segenap anggota kepolisian bertindak dalam menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat melalui pengelolaan pemberitaan, penyampaian informasi, kerjasama 4 Danandjaja. Peran Humas dalam Perusahaan. Jakarta: Graha Ilmu.2011 hal 8

7 dengan media massa, dan menjalin kemitraan dengan media massa, dengan bertujuan untuk membentuk opini positif masyarakat. Kedisiplinan dalam berlalu lintas di jalan raya, seperti Jakarta setiap harinya padat dengan kendaraan, hingga keadaan lalu lintas Indonesia masih kacau atau berantakan. Padahal telah ada UUNomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintasdan Angkutan Jalan dan juga rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di sepanjang jalan. Peraturan dan perundang-undangan lalu lintas sudah pula diperbarui atau direvisi demi memudahkan dan kenyamanan para pengguna kendaraan dan juga pejalan kaki. Maka jika para pengguna transportasi dan sarana transportasi baik pengguna kendaraan ataupun pejalan kaki dapat mematuhi peraturan yang berlaku dalam berlalu lintas akan tercipta keteraturan & kedisplinan dalam melakukan berbagai kegiatan, sehingga tidak menjadi masalah yang besar dalam sebuah negara. Dari masalah tersebut saya berusaha melihat sebenarnya apa yang membuat ketidak-teraturan atau ketidak-displinan dalam berlalu lintas di jalan raya dapat terjadi. Sehubungan dengan hal ini, para pengendara bermotor yang menjadi khalayak sasaran komunikasi, pada akhirnya mampu menangkap isi pesan dari Perilaku mahasiswa UMB pada rambu lalu lintas dengan adanya penambahan pengetahuan (kognitif), tersentuh perasaannya (afektif) sampai pada perubahan

8 perilaku (konatif). Dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang mulanya tidak peduli menjadi peduli (simpati), sampai pada tingkatan bertindak berdasarkan informasi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini yaitu Apakah Mahasiswa Universitas Mercu Buana memiliki perilaku yang baik terhadap rambu lalu lintas di Jakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Peneliti berujuan untuk mengetahui dan menggambarkan Perilaku Mahasiswa Universitas Mercu Buana Pada Rambu Lalu Lintas Di Jakarta. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi khususnya dalam hal peranan PR dan cara mengkomunikasikan persepsi dan perilaku mahasiswa UMB terhadap rambu lalu lintas yang melibatkan polantas setempat dalam upaya pengkomunikasinnya, dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang nantinya berguna bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan jenis yang sama.

9 1.4.2 Manfaat Praktis Peneliti berharap dapat memberikan kontribusi kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Metropolitan Jakarta Raya dalam persepsi dan perilaku mengenai rambu lalu lintas pada masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa UMB di Jakarta.