UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

dokumen-dokumen yang mirip
KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

ORGANOLEPTIK DAN VITAMIN C SELAI BUAH KERSEN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada pada masa pemulihan dari sakit. Kerena yoghurt mengandung

BAB I PENDAHULUAN. keinginan manusia, baik dari industri rumahan sampai restoran-restoran

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PEMANFAATAN UMBI GANYONG DALAM PEMBUATAN YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA ALAMI KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) JURNAL PUBLIKASI

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padat dan sering menjadi pelengkap untuk makan roti, dan dibuat inovasi

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI BUNGA KEMBANG SEPATU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

KANDUNGAN VITAMIN C DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA SELAI KULIT PISANG AMBON DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELLA NASKAH PUBLIKASI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

KANDUNGAN VITAMIN C DAN KUALITAS PADA SELAI KULIT BUAH PISANG AMBON DENGAN PENAMBAHAN BUAH STROBERI DAN MAHKOTA BUNGA SEPATU NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah pare (Widayanti dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. satunya adalah buah kersen atau biasa disebut talok. Menurut Verdayanti (2009),

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Gizi Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rasa asam

, KECEPATAN MELELEH DAN ORGANOLEPTIK) ES KRIM UMBI GADUNG

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. KOMBINASI KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP KUALITAS MINUMAN SERBUK INSTAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI KROKOT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

VARIASI JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU INGIN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN DAYA TERIMA JAM ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM ES KRIM KENTANG HITAM DENGAN DAUN CINCAU SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

YUWIDA KUSUMAWATI A

Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbí L.)

Transkripsi:

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Disusun Oleh: NURKHASANAH A420090221 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA Nurkhasanah, A 420 0990 221, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. 59 halaman. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji organoleptik dan kandungan vitamin C terhadap selai belimbing wuluh yang ditambahkan buah kersen dan bunga rosela. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menguji sifat organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan daya terima) dan menguji kadar vitamin C. Penelitian ini menggunakan metode RAL dengan dua faktorial yaitu berat buah kersen dan jumlah bunga rosela. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kandungan vitamin C pada selai belimbing wuluh. Perbedaan kandungan vitamin C pada selai karena perlakuan yang diberikan berbeda. Buah belimbing wuluh, buah kersen, dan bunga rosela mengandung vitamin C. Perlakuan yang diberikan buah kersen dan bunga rosela lebih banyak mengandung vitamin C yang tinggi. Untuk hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa semakin banyak buah kersen yang ditambahkan semakin tinggi nilai organoleptik untuk aroma, rasa, tekstur, dan daya terima, sedangkan semakin banyak bunga rosela yang ditambahkan semakin tinggi nilai organoleptik untuk warna, aroma, dan tekstur. Sehingga buah kersen dan bunga rosela dapat digunakan untuk pembuatan selai yang baik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin banyak penambahan buah kersen dan bunga rosela semakin tinggi pula kadar vitamin C. Selain itu untuk hasil penelitian organoleptik semakin tinggi penambahan buah kersen dan bunga rosela semakin tinggi nilai organoleptik teksturnya. Kata kunci: uji organoleptik, kandungan vitamin c, selai belimbing wuluh, buah kersen, bunga rosela. 1

PENDAHULUAN Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah buah yang mempunyai rasa asam. Tanaman belimbing wuluh banyak ditemukan di pekarangan rumah. Setiap kali berbuah, pohon belimbing wuluh menghasilkan buah yang cukup banyak. Rasa buah belimbing wuluh yang masam menyebabkan tidak banyak orang yang mengkonsumsi buah ini. Rasa asam buah ini berasal dari asam sitrat dan asam oksalat. Selain mengandung senyawa asam tersebut, belimbing wuluh juga mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, glukosida, kalsium, kalium, vitamin C, dan peroksidase (Maryani dan Lusi, 2004:17). Kadar air yang terkandung di dalam buah belimbing wuluh menyebabkan buah ini tidak tahan lama. Untuk menngkatkan masa simpan buah belimbing wuluh ini salah satu alternativnya yaitu dibuat selai buah. Selai buah adalah awetan buah yang memiliki tekstur kental, bahkan semi padat (Khairunnisa dan Nindyas, 2011: 7). Buah yang sudah masak tidak akan awet dalam jangka waktu yang lama, karena sangat mudah busuk, sehingga pembuatan selai buah adalah salah satu cara memperpanjang masa simpan buah, meningkatkan daya guna dan daya jual yang tinggi. Syarat pembuatan selai yang baik adalah asam. Asam ini berguna untuk mengentalkan selai. Semua buahbuahan itu mengandung asam, salah satu buah yang banyak mengandung asam adalah belimbing wuluh. Selain asam, syarat untuk mendapatkan hasil selai yang baik yaitu gula. Gula merupakan pengental, pemanis dan pengawet alami. Selain itu, gula berfungsi untuk mengeraskan buah dan memberi rasa manis. Dalam pembuatan selai ini gula diperoleh dari buah kersen dan gula pasir. Buah kersen ini mengandung karbohidrat yang cukup banyak. Karbohidrat ini salah satunya berupa glukosa. Buah kersen mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan vitamin C (Gemilang, 2012: 13). Syarat dalam pembuatan selai yang selanjutnya yaitu pektin. Pektin adalah zat yang mengentalkan selai. Pektin juga terdapat pada bunga rosela. Untuk menarik minat konsumen, selai ini ditambahkan warna agar lebih menarik. Warna yang digunakan berasal dari pewarna alami, yaitu warna yang 2

berasal dari bunga rosela. Bunga rosela ini mengandung antosianin. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah. Ketiga bahan yang digunakan ini semuanya mengandung vitamin C. Vitamin diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, tetapi vitamin ini juga penting bagi tubuh kita. Vitamin tidak bisa diproduksi oleh tubuh kita sendiri, sehingga vitamin ini diperoleh dari makanan yang kita konsumsi. Vitamin C yang terkandung dalam selai ini juga berfungsi untuk mencegah selai menjadi tengik dan mencegah perubahan warna selai. Dari latar belakang di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan penambahan buah kersen dan bunga rosela dalam pembuatan selai belimbing wuluh dengan judul Uji Organoleptik dan Kandungan Vitamin C pada Pembuatan Selai Belimbing Wuluh dengan Penambahan Buah Kersen dan Bunga Rosela. METODE PENELITIAN Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Pebruari 2013. Pembuatan selai dilakukan di Lab Biologi UMS, uji organoleptik dilakukan di Kampus 1 UMS, dan uji vitamin C dilakukan di Lab Kimia UMS. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, faktor yang pertama yaitu jumlah bunga rosela(r) dan faktor yang kedua yaitu berat buah kersen(k). Berat bunga rosela yang digunakan dibedakan menjadi R0(0 g), R1(50 g), dan R2(100 g). Kemudian berat buah kersen yang digunakan dibedakn menjadi K0(0 g), K1(50 g), dan K2(100 g). Kombinasi dari masing-masing perlakuan sebagai berikut: Tabel 1. Kombinasi Rancangan Percobaan R K K0 K1 K2 R0 R0K0 R0K1 R0K2 R1 R1K0 R1K1 R1K2 R2 R2K0 R2K1 R2K2 3

Keterangan: R0K0 : Tanpa penambahan bunga rosela dan tanpa penambahan buah R0K1 : Tanpa penambahan bunga rosela dan penambahan 50 g buah R0K2 : Tanpa penambahan bunga rosela dan penambahan 100 g buah R1K0 : Penambahan 50 g bunga rosela dan tanpa penambahan buah kersen R1K1 : Penambahan 50 g bunga rosela dan penambahan 50 g buah R1K2 : Penambahan 50 g bunga rosela dan penambahan 100 g buah R2K0 : Penambahan 100 g bunga rosela dan tanpa penambahan buah R2K1 : Penambahan 100 g bunga rosela dan penambahan 50 g buah R2K2 : Penambahan 100 g bunga rosela dan penambahan 100 g buah Teknik pengumpulan data dengan menguji sifat organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan daya terima) dan menguji kadar vitamin C pada selai belimbing wuluh. Dalam menganalisis data menggunakan uji statistik kruskalwallis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian kali ini merupakan penelitian tentang pembuatan selai yang terbuat dari buah belimbing wuluh dengan penambahan buah kersen dan bunga rosela. Selai belimbing wuluh ini diuji kadar vitaminnya untuk mengetahui kuantitas kadar vitamin C nya. Selain menguji kadar vitamin, dalam penelitian ini juga menguji kualitas selai belimbing wuluh dengan uji organoleptik. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kadar vitamin C pada pembuatan selai belimbing wuluh dengan penambahan buah kersen dan bunga rosela yang bervariasi, diperoleh hasil pada tabel 1: 4

Tabel 1 Kadar vitamin C per 100 g Perlakuan Keterangan: Rata-rata Vitamin C R0K0 209,59*± 11,34 R0K1 230,56± 4,99 R0K2 273,39± 4,09 R1K0 237,36± 3,70 R1K1 283,70± 1,23 R1K2 521,77± 2,14 R2K0 437,55± 3,12 R2K1 635,44± 9,89 R2K2 672,88**± 1,23 * : kadar vitamin C terendah ** : kadar vitamin C tertinggi R : penambahan bunga rosela K : penambahan buah kersen Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan buah yang mengandung banyak air sehingga tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Untuk memperpanjang masa simpan dari belimbing wuluh ini dengan cara membuat selai. Selai merupakan olahan makanan awetan yang dibuat dari buah-buahan yang dihaluskan kemudian ditambahkan gula dan dimasak sampai kental. Belimbing wuluh yang digunakan dalam pembuatan selai ini mengandung vitamin C. Vitamin C yang terkandung dalam buah belimbing wuluh sebesar 100 mg (Somali, 2009: 77). Kandungan vitamin C yang terkandung dalam buah belimbing wuluh masih sedikit. Ketika dibuat selai vitamin C akan semakin berkurang karena vitamin C mudah rusak apabila terkena panas. Dalam penelitian kali ini dilakukan penmbahan buah kersen dan bunga rosela. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa kadar vitamin C berbeda-beda pada tiap perlakuan. Berdasarkan uji statistik nonparametrik tipe kruskal-wallis pada penambahan buah kersen menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya< 0,05 yaitu 0,024< 0,05 berarti H 0 ditolak artinya ada pengaruh penambahan buah kersen terhadap kadar vitamin C selai belimbing wuluh. 5

Selain itu pada hasil uji statistik pada selai belimbing wuluh yang ditambahkan dengan bunga rosela menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya< 0,05 yaitu 0,000< 0,05 berarti H 0 ditolak, artinya ada pengaruh penambahan bunga rosela terhadap kadar vitamin C selai belimbing wuluh. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan R2K2 sebanyak 672,88mg/ 100g (penambahan 100 g bunga rosela dan 100 g buah kersen), sedangkan kadar vitamin C terendah pada perlakuan R0K0 sebanyak 209,59mg/ 100g (tanpa penambahan bunga rosela dan buah kersen). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah buah kersen dan bunga rosela yang ditambahkan, semakin tinggi pula kadar vitamin C nya. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah kersen maupun bunga rosela dapat meningkatkan kadar vitamin C pada selai belimbing wuluh, hal ini dikarenakan di dalam buah kersen dan bunga rosela juga mengandung vitamin C. Vitamin C yang terkandung dalam 100 g buah kersen yaitu sebanyak 180,5 mg (Gemilang, 2012: 23). Selain buah kersen juga ditambahkan bunga rosela. Bunga rosela mengandung vitamin A, vitamin C, dan asam amino. Kandungan vitamin C tiap 100 g bunga rosela adalah 260-280 mg vitamin C (Hidayat, 2008). Jadi, semakin banyak penambahan buah kersen dan bunga rosela semakin tinggi kadar vitamin C pada selai belimbing wuluh. Setelah selai belimbing wuluh selesai diteliti kandungan vitamin C nya selanjutnya dilaksanakan pengujian organoleptik. Pengujian organoleptik ini dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih yaitu mahasiswa UMS. Uji organoleptik ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas selai belimbing wuluh yang dihasilkan. Parameter yang dinilai dalam uji organoleptik selai belimbing wuluh adalah rasa, warna, aroma, tekstur, dan daya terima. Berdasarkan dari data yang diperoleh, hasil uji organoleptik pada selai belimbing wuluh dengan penambahan buah kersen dan bunga rosela dapat disajikan pada gambar 1: 6

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 rasa warna aroma tekstur daya terima Gambar 1 Hasil uji organoleptik pada selai belimbing wuluh dengan penambahan buah kersen dan kelopak bunga rosella Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan nilai tertingggi untuk nilai organoleptik rasa yaitu pada perlakuan R0K2 sebanyak 3,1 memiliki rasa agak manis, sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan R0K0 sebanyak 1 memiliki rasa asam. Rasa asam pada perlakuan ini berasal dari rasa asam belimbing wuluh itu sendiri. Rasa manis yang terdapat pada selai ini berasal dari gula dan kandungan glukosa yang terdapat pada buah Di dalam 100 g buah kersen terkandung karbohidrat sebanyak 17,9 g (Gemilang, 2012: 23). Karbohidrat tersebut salah satunya yaitu glukosa yang memberikan rasa manis pada selai belimbing wuluh. Jadi semakin tinggi jumlah buah kersen yang ditambahkan, semakin manis selai belimbing wuluh yang dihasilkan. Tetapi, semakin banyak bunga rosela yang ditambahkan, semakin asam selai belimbing wuluh yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan rasa masam pada kelopak bunganya yang menyegarkan karena memiliki dua komponen senyawa asam yang dominan, yaitu asam sitrat dan asam malat (Rahayu, 2011: 22). Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan nilai tertinggi untuk nilai organoleptik warna yaitu pada perlakuan R2K0 sebanyak 3,9 memiliki warna merah, sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan R0K0 sebanyak 1 memiliki warna kuning kecoklatan. 7

Warna kuning kecoklatan yang dihasilkan pada perlakuan kontrol ini berasal dari warna gula pasir yang digunakan. Warna merah yang dihasilkan berasal dari bunga rosela yang ditambahkan pada selai. Warna merah yang dihasilkan ini membuat tampilan selai belimbing wuluh menjadi lebih menarik. Warna merahnya disebabkan karena bunga rosela mengandung pigmen antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan (Rahayu, 2011: 2). Warna coklat yang dihasilkan ini berasal dari penambahan buah Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan nilai tertingggi untuk nilai aroma yaitu pada perlakuan R2K2 sebanyak 2,85 memiliki aroma sedap, sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan R0K0 sebanyak 1,05 memiliki aroma tidak berbau. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin banyak buah kersen yang ditambahkan semakin sedap aroma selai belimbing wuluh yang dihasilkan. Sedangkan semakin banyak penambahan bunga rosela tidak menimbulkan aroma yang sedap. Hal ini karena bunga rosela tidak memiliki aroma yang khas seperti buah dan bunga lainnya seperti melati, mawar dan lainnya yang memiliki aroma yang tajam sehingga ketika dilakukan pengolahan menghasilkan aroma yang sedap dan disukai oleh panelis (Mukaromah dkk, 2010: 49) Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan nilai tertingggi untuk nilai organoleptik tekstur yaitu pada perlakuan R2K2 sebanyak 3,3 memiliki tekstur kental, sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan R0K0 sebanyak 1 memiliki tekstur cair. Selai yang baik adalah selai yang bertekstur kental. Dari hasil penelitian perlakuan yang mempunyai tekstur kental yaitu R0K2, R1K2, R2K1, dan R2K2. Semakin banyak penambahan bunga rosela dan buah kersen semakin kental pula selai belimbing wuluh yang dihasilkan. Hal ini karena di dalam bunga rosela dan buah kersen mengandung bahan pokok yang diperlukan untuk membuat selai yang baik. Bahan pokok tersebut yaitu asam, gula, dan pektin. Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan yang mendapatkan nilai tertingggi yaitu pada perlakuan R0K2 sebanyak 3,65 memiliki daya terima suka, sedangkan nilai terendah yaitu pada perlakuan R0K0 8

sebanyak 1 memiliki daya terima tidak suka. Selai belimbing wuluh yang banyak disukai oleh panelis adalah selai belimbing wuluh dengan penambahan 100 g buah Selai yang dihasilkan ini banyak disukai oleh panelis karena memiliki rasa yang manis, tekstur yang kental, dan aroma yang sedap. Jadi semakin banyak buah kersen yang ditambahkan pada selai belimbing wuluh, semakin tinggi daya terima panelis. KESIMPULAN Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan K2R2 sedangkan terendah pada perlakuan K0R0. Jadi, semakin banyak penambahan buah kersen dan bunga rosela semakin tinggi kadar vitamin C nya. Hasil pengujian organoleptik menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan buah kersen semakin tinggi nilai organoleptik untuk aroma, rasa, tekstur, dan daya terima. Selain itu semakin banyak penambahan bunga rosela semakin tinggi nilai organoleptik untuk warna, aroma, dan tekstur. 9

DAFTAR PUSTAKA Gemilang, J. 2012. 1001 Aneka Buah dan Sejuta Khasiatnya Ampuh Mengatasi Beragam Penyakit. Yogyakarta: Araska. Hidayat, S. 2008. Khasiat Herbal Berdasarkan Warna, Bentuk, Rasa, Aroma, dan Sifat. Jakarta: PT Gedia. Khairunnisa, Anita dan Nindyas Primandini. 2011. Meracik Selai Rumahan. Bandung: Amali Book. Maryani, Herti dan Lusi Kristiana. 2004. Tanaman Obat untuk Influenza. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Mukaromah, Ummu, dkk. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, ph dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Surakarta: Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 No. 01. Rahayu, Liswidyawati. 2011. Tepung Rosela (Cara Pembuatan dan Peluang Bisnisnya). Bandung: Amalia Book. Somali, Lanita dan Soemodihardjo. 2009. Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Kompas. 10