KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

CEDERA. Website:

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

Disabilitas. Website:

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

TERORISME, PESANTREN, DAN TOLERANSI AGAMA: PERSPEKTIF KAUM MUSLIM INDONESIA

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

KESEHATAN ANAK. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

INDONESIA Percentage below / above median

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

Transkripsi:

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

Pengantar dan Tujuan Survei.

Pengantar Demokrasi sering dipandang sebagai sistem yang lebih baik ketimbang sistem politik lainnya karena sifat pemerintahannya yang lebih responsif terhadap isu-isu dan keinginan publik. Namun tak jarang, muncul mismatch antara isu-isu yang menjadi konsern publik dengan kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah terpilih. Kebijakan yang ditawarkan oleh pemerintah mendatang di bawah Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagaimana dijanjikan dalam kampanye pemilu presiden yang baru berlalu mencakup banyak isu mulai dari penanganan kemiskinan, daya saing ekonomi, dan jaminan sosial. Survei Nasional (Juni 2014) 3

Pengantar (lanjutan) Namun satu hal yang luput dari perhatian mereka adalah isu kesenjangan ekonomi, atau lebih khusus lagi isu kesenjangan pendapatan, yang tidak mendapat perhatian cukup. Ada dua alasan mengapa isu kesenjangan ekonomi dan kesenjangan pendapatan ini perlu mendapat perhatian pemerintahan mendatang. Pertama, sejarah politik Indonesia mencatat bahwa isu kesenjangan ini bisa memicu kerusuhan sosial sebagaimana dikenal dengan peristiwa Malari 1974. Ke dua, argumen baru bahwa keberlangsungan pembangunan lebih terjamin jika jarak antara kelompok kaya dan miskin tidak terlalu lebar.. Survei Nasional (Juni 2014) 4

Pengantar (lanjutan) Pertanyaanya, sejauh manakah isu kesenjangan ini menjadi konsern publik? Dan sejauh manakah harapan publik terhadap pemerintahan baru kelak dalam menangani problem kesenjangan ekonomi dan pendapatan? Survei ini berusaha memberikan gambaran tersebut. Survei Nasional (Juni 2014) 5

Tujuan Survei tentang kesenjangan Pendapatan ini bertujuan untuk memahami pandangan masyarakat (publik) tentang kesenjangan ekonomi secara umum. kesenjangan pendapatan merupakan salah satu ukuran dari kesenjangan ekonomi. Ukuran lain yang juga bisa digunakan adalah kesenjangan kekayaan (aset) atau kesenjangan pengeluaran (expenditure) yang dimiliki seseorang atau keluarga. Survei ini berbeda dari survei ekonomi pada umumnya karena tidak bertujuan mengukur kondisi ekonomi responden. Meskipun mendata pendapatan keluarga, survei ini lebih bertujuan mengukur pengetahuan, opini, dan sikap responden terhadap berbagai isu penting sehubungan dengan kesenjangan pendapatan.. Survei Nasional (Juni 2014) 6

Tujuan (lanjutan) Survei tentang pendapatan sering dikritik karena menghasilkan data yang kurang akurat. Hal itu terjadi karena masyarakat cenderung melaporkan pendapatan di bawah jumlah yang sesungguhnya. Namun karena survei ini lebih menjaring pandangan subjektif responden, masalah akurasi pengetahuan mereka tentang data-data ekonomi tidak begitu penting. Informasi yang lebih ingin digali adalah opini dan sikap mereka tentang berbagai hal berkaitan dengan kesenjangan pendapatan, seperti besaran pendapatan setiap kelompok masyarakat, toleransi terhadap kesenjangan, optimisme untuk mengurangi kesenjangan, dan harapan mereka terhadap pemerintah baru dalam mengatasi kesenjangan pendapatan.. Survei Nasional (Juni 2014) 7

Metodologi Survei.

Metodologi Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun, atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sampel: Jumlah sampel 3.080. Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar ±1.8% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. Waktu wawancara lapangan 27 Mei 4 Juni 2014.. Survei Nasional (Juni 2014) 9

Validasi: Sampel LSI dan Populasi (BPS) KATEGORI SAMPEL POPULASI KATEGORI SAMPEL POPULASI GENDER AGAMA Laki-laki 50.0 50.1 Islam 89.9 87.3 Perempuan 50.0 49.9 Katolik/Protestan 8.1 9.8 DESA-KOTA Lainnya 2.0 3.0 Pedesaan 51.0 50.2 ETNIS Perkotaa 49.0 49.8 Jawa 42.0 40.2 Sunda 16.5 15.5 Melayu 4.3 2.3 Madura 3.4 3.0 Bugis 3.2 2.7 Betawi 3.2 2.9 Batak 2.6 3.6 Minang 2.4 2.7 Lainnya 22.4 27.1 Sumber populasi: Sensus BPS 2010 Survei Nasional (Juni 2014) 10

Validasi: Sampel LSI dan Populasi (BPS) KATEGORI SAMPEL POPULASI KATEGORI SAMPEL POPULASI PROVINSI PROVINSI NAD 1.9 1.9 BALI 1.6 1.6 SUMUT 5.2 5.5 NTB 1.9 1.9 SUMBAR 1.9 2.0 NTT 1.9 2.0 RIAU 2.3 2.3 KALBAR 1.9 1.8 JAMBI 1.3 1.3 KALTENG 1.0 0.9 SUMSEL 2.9 3.1 KALSEL 1.6 1.5 BENGKULU 0.6 0.7 KALTIM 1.6 1.5 LAMPUNG 3.2 3.2 SULUT 1.0 1.0 BABEL 0.6 0.5 SULTENG 1.0 1.1 KEPRI 0.6 0.7 SULSEL 3.6 3.4 DKI 3.9 4.0 SULTRA 1.0 0.9 JABAR 17.5 18.1 GORONTALO 0.3 0.4 JATENG 14.6 13.6 SULBAR 0.3 0.5 DIY 1.3 1.5 MALUKU 0.6 0.6 JATIM 15.9 15.8 MALUT 0.3 0.4 BANTEN 4.2 4.5 PAPUA 1.6 1.2 PAPUA BARAT 0.3 0.3 Sumber populasi: Sensus BPS 2010 Survei Nasional (Juni 2014) 11

Temuan I Kesenjangan Pendapatan: Perkiraan, Kenyataan, dan Harapan.

Seberapa merata? Menurut Ibu/Bapak, seberapa merata atau tidak merata pendapatan masyarakat Indonesia PADA KENYATAANNYA sekarang? (%) 100 75 50 51.6 40.1 25 0 0.5 6.6 Sangat merata Cukup merata Kurang merata Tidak merata sama sekali 1.4 TT/TJ Survei Nasional (Juni 2014) 13

KOIN: Distribusi Pendapatan di Antara Lima Kelompok (Real vs. Ideal) Menurut Ibu/Bapak, seberapa besar pendapatan masing-masing kelompok masyarakat di Indonesia PADA KENYATAANNYA saat ini? Menurut Ibu/Bapak, bagaimana SEBAIKNYA pendapatan masing-masing kelompok masyarakat di Indonesia? (%) Perkiraan 7,4 11,6 17,7 25,0 38,2 Terbawah Keempat Kenyataan 7,1 10,2 14,1 20,7 47,9 Ketiga Kedua Teratas Harapan 13,2 15,9 19,3 22,9 28,6 0% 20% 40% 60% 80% 100% Survei Nasional (Juni 2014) 14

Temuan Lebih dari 90% responden berpandangan bahwa Indonesia berada dalam situasi ketidakmerataan pendapatan. 40% dari jumlah tersebut bahkan memandang pendapatan masyarakat Indonesia tidak merata sama sekali. Hanya sekitar 7% yang melihat kondisi pendapatan di Indonesia cukup merata. Pandangan seperti ini sebenarnya tidak mengagetkan, karena perbedaan pendapatan merupakan fenomena yang mudah ditemui dimana-mana, baik di desa-kota, Jawa-luar Jawa, maupun antarkelompok, seperti pelajar-kurang terpelajar, laki2-perempuan, dsb. Namun seberapa parah ketidakmerataan tersebut di mata responden? Survei ini mendalaminya melalui simulasi koin, dengan meminta responden memperkirakan besaran pendapatan yang diperoleh setiap 20% (kuintil) kelompok masyarakat, mulai dari yang paling kaya, kaya, menengah, miskin dan paling minskin. Survei Nasional (Juni 2014) 15

Temuan (lanjutan) Dalam perkiraan responden, seperlima (20%) kelompok teratas, yaitu yang berpendapatan paling tinggi, menguasai 38% dari total pendapatan di Indonesia. Jumlah ini hampir empat kali lipat pendapatan dua perlima (40%) kelompok paling bawah (miskin dan paling miskin) yang hanya 19%. Sementara itu, responden memperkirakan bahwa seperlima kelompok kedua menguasai 25% pendapatan, sedangkan kelompok ketiga (menengah) mendapatkan 17.7%, atau setara dengan pendapatan gabungan kelompok keempat dan kelima (19%). Survei Nasional (Juni 2014) 16

Temuan (lanjutan) Khususnya tentang jumlah pendapatan kelompok teratas, dugaan responden tidak akurat. Kenyataannya seperlima kelompok teratas menguasai 47.9%, sedangkan 40% terbawah hanya 17.3%. Artinya, kesenjangan pendapatan di Indonesia lebih parah dari yang diduga masyarakat. Menariknya, meskipun mayoritas menganggap timpang, masyarakat tidak lantas memimpikan suasana sama rata sama rasa. Mereka hanya ingin meredistribusi pendapatan, dimana kelompok termiskin mendapatkan proporsi yang lebih besar dari sekarang, sementara kelompok terkaya proporsinya diturunkan. Seperlima kelompok pertama menjadi 28%, dan dua perlima kelompok terbawah menjadi 29.1%. Survei Nasional (Juni 2014) 17

Temuan II Toleransi terhadap kesenjangan Pendapatan.

Toleransi Terhadap Kesenjangan Menurut Ibu/Bapak, mana di antara dua pernyataan berikut yang lebih Ibu/Bapak setujui? Jika menjawab 1, keadaan seperti apa yang paling membuat perbedaan pendapatan bisa diterima? (%) 1. Dalam keadaan tertentu, perbedaan pendapatan bisa diterima 2. Apapun alasannya, perbedaan pendapatan tidak bisa diterima TT/TJ 23.3 10.4 66.3 1? Harga kebutuhan pokok terjangkau untuk semua orang Orang kaya karena bekerja keras atau orang miskin karena malas Tingkat kemiskinan berkurang Negara/bangsa secara keseluruhan mengalami kemajuan Persaingan memperoleh kekayaan dilakukan secara adil Lainnya 1.4 23.6 18.0 17.7 17.5 16.3 TT/TJ 5.4 Survei Nasional (Juni 2014) 19

Toleransi Terhadap Kesenjangan Berdasarkan Demografi Menurut Ibu/Bapak, mana di antara dua pernyataan berikut yang lebih Ibu/Bapak setujui? (% Dalam keadaan tertentu, perbedaan pendapatan bisa diterima) 100 Gender Desa/Kota Jawa/Luar Jawa 75 68.6 64.1 65.4 67.4 68.1 63.9 50 25 0 Laki-laki Perempuan Pedesaan Perkotaan Jawa Luar Jawa Survei Nasional (Juni 2014) 20

Toleransi Terhadap Kesenjangan Berdasarkan Demografi Menurut Ibu/Bapak, mana di antara dua pernyataan berikut yang lebih Ibu/Bapak setujui? (% Dalam keadaan tertentu, perbedaan pendapatan bisa diterima) 100 Etnis Agama 75 70.9 62.5 71.2 75.5 74.1 72.0 61.0 66.4 65.3 67.7 53.3 51.0 50 25 0 Jawa Sunda Melayu Madura Bugis Betawi Batak Minang Lainnya Islam Protestan/Katolik Lainnya Survei Nasional (Juni 2014) 21

Toleransi Terhadap Kesenjangan Berdasarkan Demografi Menurut Ibu/Bapak, mana di antara dua pernyataan berikut yang lebih Ibu/Bapak setujui? (% Dalam keadaan tertentu, perbedaan pendapatan bisa diterima) 100 Usia Pendidikan 83.3 75 69.1 69.4 69.4 67.7 67.7 75.2 53.5 55.6 50 25 0 <= 21 tahun 22-25 tahun 26-40 tahun 41-55 tahun > 55 tahun <=SD SLTP SLTA KULIAH Survei Nasional (Juni 2014) 22

Temuan Mayoritas responden (66%) setuju bahwa dalam keadaan tertentu perbedaan pendapatan bisa diterima. Jumlah mereka yang setuju ini jauh lebih besar dibandingkan mereka yang tidak bisa menerima perbedaan pendapatan sama sekali (23%). Hampir semua variabel demografi tidak atau hanya sedikit sekali memiliki pengaruh terhadap tingkat toleransi responden terhadap perbedaan pendapatan. Termasuk variabel ini adalah gender, tempat tinggal (desa-kota), wilayah geografis (Jawa-Luar Jawa), agama, dan usia. Namun yang menarik, ternyata variabel pendidikan dan etnisitas membawa perbedaan atas sikap toleran responden terhadap perbedaan pendapatan. Survei Nasional (Juni 2014) 23

Temuan (lanjutan) Mudah diduga bahwa mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih bisa menerima perbedaan pendapatan. Mereka lebih siap berkompetisi dan memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, sehinga mereka lebih toleran terhadap perbedaan pendapatan. Namun yang agak di luar ekspektasi adalah efek variabel etnisitas. Tidak seperti stereotipe yang selama ini dipercaya, ternyata suku Jawa bukan yang paling toleran terhadap perbedaan pendapatan. Suku Melayu, Betawi, Batak dan Minang tergolong kelompok yang lebih bisa menerima perbedaan pendapatan. Proporsi terkecil sikap toleran terhadap kesenjangan adalah suku Madura dan Bugis, meskipun proporsinya masih di atas 50%. Survei Nasional (Juni 2014) 24

Temuan (lanjutan) Konteks dimana perbedaan pendapatan bisa diterima cukup beragam. Namun yang paling utama adalah jika masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pokok (23.6%). Senada dengan pandangan ini adalah jika kemiskinan berkurang 17.7% dan bangsa secara keseluruhan juga mengalami kemajuan (17.5%). Alasan lain untuk bisa menerima perbedaan pendapatan lebih berkaitan dengan prinsip keadilan, yaitu jika kompetisi untuk mendapatkan kekayaan dilakukan dengan adil (16.3%) dan jika kekayaan dihasilkan oleh kerja keras dan kemiskinan oleh kemalasan, bukan oleh sesuatu yang lain. Survei Nasional (Juni 2014) 25

Temuan III Optimisme terhadap Kenaikan Pendapatan.

Kira-Kira Tingkat Pendapatan Masyarakat Sekarang dibanding Setahun Lalu Kira-kira pada tingkat berapa Ibu/Bapak menempatkan rumah tangga Ibu/Bapak sendiri saat ini? Bagaimana dengan tahun lalu? (%) 100 Tahun lalu Saat ini 75 50 48.3 41.9 38.136.4 25 15.9 12.7 0 0.2 2.8 0.0 1.6 1.2 1.0 Tingkat teratas Tingkat kedua Tingkat ketiga Tingkat keempat Tingkat terbawah TT/TJ Survei Nasional (Juni 2014) 27

Harapan Tingkat Pendapatan Masyarakat Setahun ke Depan Bagaimana dengan tahun depan, pada tingkat berapa kira-kira rumah tangga Ibu/Bapak sendiri? (%) 100 100.0 Lebih tinggi Sama Lebih rendah TT/TJ 75 59.2 56.6 54.0 59.7 50 33.8 36.3 30.9 25 0 0.0 0.0 0.0 6.1 20.4 14.3 7.4 8.6 9.4 2.3 1.1 0.0 Tingkat teratas Tingkat kedua Tingkat ketiga Tingkat keempat Tingkat terbawah Survei Nasional (Juni 2014) 28

Kira-Kira Tingkat Pendapatan Masyarakat Sekarang dibanding Setahun ke Depan dan Lima Tahun ke Depan Kira-kira pada tingkat berapa Ibu/Bapak menempatkan rumah tangga Ibu/Bapak sendiri saat ini? Bagaimana dengan tahun depan? Bagaimana dengan lima tahun ke depan? (%) 100 Saat ini Tahun depan Lima tahun ke depan 75 50 48.347.8 39.5 36.4 27.4 25 0 5.4 0.0 1.9 1.6 19.1 18.3 13.4 12.7 4.4 2.5 11.8 8.7 1.0 Tingkat teratas Tingkat kedua Tingkat ketiga Tingkat keempat Tingkat terbawah TT/TJ Survei Nasional (Juni 2014) 29

Temuan Ketika membandingkan pendapatan tahun lalu dan saat ini, proporsi dari kelompok berpendapatan menengah yang mengaku mengalami kenaikan jauh lebih tinggi ketimbang proporsi yang mengatakan sebaliknya (penurunan). Pada kelompok-kelompok lainnya, baik dua kelompok terbawah maupun dua kelompok teratas, proporsi yang mengatakan bahwa pendapatan mereka mengalami penurunan lebih besar ketimbang mereka yang mengalami kenaikan pendapatan. Tentang kemungkinan kenaikan pendapat setahun ke depan, pada dua kelompok yang berpendapatan terbawah dan kelompok menengah, proporsi yang bersikap optimistis bahwa mereka akan mengalami kenaikan pendapatan lebih besar. Survei Nasional (Juni 2014) 30

Temuan (lanjutan) Optimisme untuk kedua kelompok terbawah, terutama yang paling bawah, tentunya bisa dipahami karena mereka tidak mau lagi mengalami keadaan yang lebih buruk atau terus meneruk dalam kemiskinan. Demikian juga dengan dua kelompok teratas, terutama kelompok paling atas, proporsi mereka yang bersikap pesimistis bahwa pendapatan mereka akan naik setahun mendatang lebih besar. Secara spekulatif kita bisa mengatakan bahwa peruntungan pendapatan mereka tergantung dari situasi makro yang mungkin tidak banyak menjanjikan. Survei Nasional (Juni 2014) 31

Temuan IV Program Pengentasan Pemerintahan SBY.

Program Pemerintah yang Sudah Dilakukan untuk Mengurangi Kesenjangan Sepengetahuan Ibu/Bapak, apa saja nama kebijakan atau program pemerintah yang selama ini dilakukan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan orang miskin di Indonesia? (%) Raskin BLT JAMKESMAS BOS PNPM Mandiri BLSM BSM KUR Subsidi BBM PKH PISEW P2DTK P2KP PPK Lainnya TT/TJ 31.8 25.2 17.6 15.6 13.9 7.0 6.7 5.3 3.3 1.4 0.7 0.6 0.4 12.5 9.3 54.3 0 25 50 75 100 Survei Nasional (Juni 2014) 33

Temuan Dari berbagai program pemerintah yang selama ini dijalankan dan bertujuan (primer atau sekunder) untuk mengurangi kesenjangan pendapatan, tiga program yang paling diketahui masyarakat adalah Raskin, BLT/BSM, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Meski ketiganya populer, masih perlu analisis tersendiri apakah ketiganya memiliki dampat paling kuat dalam memperkecil kesenjangan pendapatan. Jika tidak, pemerintah masih perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif agar masyarakat paham programprogram yang utama yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan. Survei Nasional (Juni 2014) 34

Temuan V Harapan terhadap Pemerintahan Jokowi-JK.

Perbedaan Pendapatan Mendesak Diselesaikan oleh Pemerintah Indonesia? Menurut Ibu/Bapak, seberapa mendesak atau tidak mendesak masalah perbedaan pendapatan di Indonesia diselesaikan oleh pemerintah Indonesia? (%) 100 75 50 44.6 38.6 25 0 9.5 2.5 4.7 Sangat mendesak Cukup mendesak Kurang mendesak Tidak mendesak sama sekali TT/TJ Survei Nasional (Juni 2014) 36

Yang Harus Dilakukan Presiden Baru Nanti untuk Mengurangi Perbedaan Menurut Ibu/Bapak, apa saja yang harus dilakukan Presiden Indonesia yang baru nanti untuk mengurangi perbedaan pendapatan di Indonesia? (%) Menyediakan lapangan pekerjaan Memberikan perlindungan sosial kelompok miskin dan rentan Menyediakan pendidikan gratis untuk semua Memberantas korupsi Bantuan modal untuk usaha kecil Menyediakan fasilitas kesehatan gratis untuk semua Menaikkan upah minimum Membangun infrastruktur yang lebih baik Menyediakan subsidi yang lebih banyak Menyediakan sekolah yang lebih baik Menambah hibah/bantuan untuk Desa/Kelurahan Pinjaman untuk warga miskin (bukan untuk usaha) Pemerataan kepemilikan asset Asuransi sosial bagi warga yang kehilangan pekerjaan Menaikkan pajak kalangan yang lebih kaya Lainnya TT/TJ 23.5 18.3 18.1 15.9 9.8 8.6 7.0 6.8 4.1 3.2 2.2 0.7 0.5 0.4 14.6 6.2 42.4 0 25 50 75 100 Survei Nasional (Juni 2014) 37

Yang Paling Penting Dilakukan Presiden Baru Nanti untuk Mengurangi Perbedaan Menurut Ibu/Bapak, mana di antara cara-cara berikut ini yang paling penting dilakukan Presiden Indonesia yang baru nanti untuk mengurangi perbedaan pendapatan? (%) Memberikan perlindungan sosial kelompok miskin dan rentan Menyediakan lapangan pekerjaan Memberantas korupsi Menyediakan pendidikan gratis untuk semua kalangan Bantuan modal untuk usaha kecil Menaikkan upah minimum Menyediakan subsidi yang lebih banyak Membangun infrastruktur yang lebih baik Menyediakan fasilitas kesehatan gratis untuk semua kalangan Menambah hibah/bantuan untuk Desa/Kelurahan Menyediakan sekolah yang lebih baik Pinjaman untuk warga miskin (bukan untuk usaha) Pemerataan kepemilikan asset Menaikkan pajak kalangan yang lebih kaya Asuransi sosial bagi warga yang kehilangan pekerjaan Lainnya TT/TJ 17.5 14.3 8.5 7.4 3.3 3.2 3.2 2.4 2.3 1.8 1.1 0.5 0.4 0.2 0.6 2.1 31.2 0 25 50 75 100 Survei Nasional (Juni 2014) 38

Temuan Mayoritas responden berpandangan bahwa kesenjangan pendapatan adalah persoalan yang mendesak (38.6%) atau sangat mendesak (44.6%) untuk diselesaikan oleh pemerintah mendatang. Jumlah total dari keduanya adalah 83.2%, yang berarti 8 dari sepuluh penduduk Indonesia menganggap bahwa kesenjangan pendapatan adalah problem yang harus segera ditangani pemerintah. Cukup banyak cara yang di mata responden dapat dilakukan Pemerintah Baru untuk mengurangi perbedaan pendapatan. Di antaranya adalah penciptaan lapangan kerja, pemberian perlindungan pada kelompok rentan, penyediaan pendidikan dan kesehatan gratis, pemberantasan korupsi, dan bantuan model untuk usaha kecil. Survei Nasional (Juni 2014) 39

Temuan (lanjutan) Namun dari sekian cara yang mungkin dilakukan, ada tiga solusi yang menurut responden paling penting, yaitu memberikan perlindungan sosial pada kelompok miskin dan rentah (31.2%), menyediakan lapangan kerja (17.5%), dan memberantas korupsi (14.3%). Di mata responden, mengurangi perbedaan pendapatan melalui pemberian uang pada kelompok miskin (1.1%), pemerataan aset (0.5%) atau kenaikkan pajak kelompok kaya (0.4%) bukanlah alternatif yang baik. Sikap ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memerlukan pekerjaan dan bukan belas kasihan atau iming-iming yang memanjakan. Bagi mereka, perlindungan sosial lebih tepat diberikan kepada kelompok miskin dan rentan. Survei Nasional (Juni 2014) 40

Terima kasih