BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik dilakukan melalui pendekatan kuantitatif sehingga mengahasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan bagi guru bimbingan dan konseling/konselor di SMPLB X dan penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan 1. Profil konsep diri peserta didik SMPLB X Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa keadaan konsep diri peserta didik dalam kategori tidak kongruen, artinya bahwa peserta didik belum mengembangkan cara pandang terhadap gambaran pribadinya yang merupakan hasil penggabungan dari persepsi mengenai karakteristik diri pada saat ini (real self) dan persepsi mengenai diri terhadap orang lain dan kehidupan sehingga lebih memunculkan diri yang diinginkan dalam dirinya (ideal self) dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kondisi awal profil konsep diri peserta didik adalah tidak kongruen. Urutan dari yang tertinggi sampai yang terendah dilihat dari skor setiap indikatornya yaitu mengetahui kondisi fisik, menjabarkan identitas diri terkait kepribadian, mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memaknai pengalaman cenderung lebih banyak pada kategori kongruen. Indikator mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri, menghargai diri dan orang lain, sikap percaya diri dan meyakini nilai-nilai moral
148 3. Rumusan program pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 menurut pakar dan praktisi bimbingan dan konseling dinilai layak sebagai suatu kerangka kerja layanan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik, meliputi struktur program sebagai berikut: (a) orientasi program, menjelaskan tentang posisi bimbingan pribadi-sosial dalam program bimbingan dan konseling; (b) rasional dan asumsi program, menjelaskan tentang dasar teori dan dasar empiris sebagai need assessment pembuatan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil konsep diri peserta didik; (c) peran konselor, menjelaskan tugas konselor dalam melaksanakan program bimbingan yang terstruktur dan teruji, sebagaimana terlampir; (d) kompetensi konselor, menjelaskan tentang kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil konsep diri peserta didik; (e) struktur dan tahapan program, menjelaskan tahapan layanan program bimbingan pribadi-sosial; dan (f) evaluasi dan indikator keberhasilan program bimbingan pribadi-sosial. 4. Program bimbingan pribadi-sosial yang dirumuskan berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri efektif untuk membantu mengembangkan konsep diri, yang terdiri dari indikator mengetahui kondisi fisik, indikator mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, indikator mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri, kecuali tiga indikator yaitu indikator menjabarkan identitas diri terkait kepribadian, indikator menghargai diri dan orang lain serta indikator meyakini nilai-nilai moral.
149 B. Rekomendasi Program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik dalam penelitian ini merupakan tolok ukur untuk penelitian selanjutnya, berikut ini beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi guru bimbingan dan konseling/konselor dan penelitian selanjutnya. 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Hasil penelitian tentang program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik menunjukkan keefektifan untuk mengembangkan konsep diri dari indikator mengetahui kondisi fisik, mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri. Oleh karena itu program ini dapat digunakan oleh guru BK/konselor sekolah sebagai pedoman dalam mengembangkan konsep diri peserta didik. Langkah-langkah konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik yaitu sebagai berikut. a. Menyebarkan instrumen tentang konsep diri dengan tujuan untuk untuk memperoleh profil konsep diri peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses bimbingan pribadi-sosial b. Memaknai profil kondisi awal peserta didik di sekolah hasil dari penyebaran instrumen. c. Membentuk kelompok kecil berdasarkan profil kondisi awal peserta didik dengan tujuan untuk mempermudah dialog antara konseli dan konselor d. Menetapkan jadwal pelaksanaan bimbingan yang sesuai dengan hasil kesepakatan dengan peserta didik
150 e. Melakukan dialog dengan mengarahkan pernyataan emosi yang negatif kemudian diikuti dengan pernyataan emosi positif f. Diskusi perencanaan aktivitas 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Beberapa keterbatasan pada penelitian ini yaitu 1. Penggunaan alat pengumpulan data berupa angket (kuesioner) memang efektif tetapi tidak menjamin peserta yang memperoleh skor terendah memiliki konsep diri yang tidak kongruen, karena ada kemungkinan mereka menjawab pernyataan tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Oleh karena itu, ada baiknya selain menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data, peneliti juga melakukan observasi dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait sehingga data yang diperoleh dapat akurat. 2. Penelitian ini juga hanya menguji secara empiris variabel profil konsep diri peserta didik tunanetra, tidak menguji variabel profil konsep diri peserta didik tunanetra jika dilihat dari jenis ketunanetraan peserta didik, penyebab ketunanetraan peserta didik, budaya dimana peserta didik tinggal dan berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Oleh karena itu, ada baiknya selain menguji secara empiris variabel profil umum konsep diri peserta didik tunanetra, peneliti juga menguji sejauh mana variabel profil konsep diri peserta didik tunanetra jika dilihat dari jenis ketunanetraan peserta didik,
151 penyebab ketunanetraan peserta didik, budaya dimana peserta didik tinggal dan berdasarkan perbedaan jenis kelamin 3. Setelah program bimbingan selesai dilaksanakan, peneliti tidak bisa menjamin perkembangan konsep diri peserta didik akan tetap seperti pada saat pelaksanaan program, hal ini karena proses perlakuan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik terbentur pada faktor lingkungan yang berperan dominan dalam kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan memberikan perlakuan/program bimbingan secara berkesinambungan sebagai tindak lanjut program bimbingan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.