Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Penerapan Problem Based Instruction (PBI) dalam Pembelajaran Persamaan Kuadrat

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS ANTARA SISWA YANG BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA

(Difference of Students Achievement Using Double Loop Problem Solving Model and Problem Based Learning Model on The Human Respiration System)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TESIS

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

Ibnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Peserta Didik yang Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INSTAD TERHADAP METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP RESUME

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA. Eka Rosdianwinata

Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Jurnal Siliwangi Vol. 2. No.2. Nov ISSN Seri Pendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII MTs N DI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Yanti Nazmai Ekaputri 1)

Oleh: Ratna Meinar Rahayu

Harri Kurnia, Hernawan. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Christina Khaidir1, Rahmi1

PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS RESULT OF LEARNING PROCESS USE GUIDED INQUIRY MODEL AND FREE INQUIRY ON THE ENVIROMENTAL CHANGES)

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

HAYATI

Nina Anggraeni

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI BLENDED LEARNING PADA MATA KULIAH METODE NUMERIK

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

JURNAL. Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA N 5

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

PENGARUH STRATEGI REACT PADA PEMBELAJARAN RUANG DIMENSI TIGA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Oleh: Gita Ria Violetta*), Anny Sovia, S. Si, M. Pd**), Lucky Heriyanti Jufri, S. Si, M. Pd**).

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 1, Desember 2015

EFEKTIVITAS PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE FIND SOMEONE WHO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH MODEL MEA (Means-End Analysis) DISERTAI STRATEGI PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

System Concepts) ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI ABSTRACT

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Elis Nurhayati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Indonesia E-mail: elis_nurhayati81@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this study was to analyse the achievement of student learning independence through scaffolding application. This study was a quasi-experimental research with involving two classes using purposive sampling. The population in this study was the student of class VIII in one of the public junior high school in Tasikmalaya district involving two classes as the sample. The data collection technique used was non-test. The test instrument according to the indicator the ability while the non-test by questionnaire. The data analyse performance Method of Successive Interval. The research result showed that ability of the student who gets scaffolding learning is higher than the student who gets direct learning, the student learning independence of student who gets scaffolding learning is better than students who get direct learning, and the student learning independence of student who gets scaffolding is in the high category. Keywords : Scaffolding, Student Learning Independence. PENDAHULUAN Berdasarkan visi pendidikan matematika individu yang belajar matematika dituntut memiliki kemandirian belajar yang tinggi, yang kemudian akan menghasilkan kemampuan berpikir matematik yang diharapkan. Karakteristik utama kemandirian belajar yaitu: 1) menganalisis kebutuhan belajar matematika, merumuskan tujuan, dan merancang program belajar; 2) memilih dan menerapkan strategi belajar; 3) memantau dan mengevaluasi diri, apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar, memeriksa hasil (proses dan produk), serta merefleksi untuk memperoleh umpan balik (Sumarmo, 2004: 5). Uraian tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kemandirian belajar sangat diperlukan oleh individu yang belajar matematika. Kemandirian belajar merupakan keharusan dan tuntutan dalam pendidikan saat ini. Menurut ahli psikologi Zimmerman (Hidayat, 2009) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai derajat metakognisi, motivasional dan perilaku individu di dalam proses yang dijalani untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan menurut Pannen dkk (2001) bahwa ciri utama belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada guru, teman, kelas dan lain-lain. Tingkat kemandirian belajar siswa ditentukan berdasarkan seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif dalam perencanaan belajar, proses belajar maupun evaluasi belajar. Semakin besar peran aktifnya dalam berbagai hal kegiatan belajar dapat di indikasikan siswa tersebut memiliki tingkat kemandirian belajarnya yang tinggi. Kemandirian belajar siswa merupakan hal yang turut menentukan pencapaian hasil belajar siswa, hal ini cukup beralasan karena pembelajaran sangat diperlukan kemandirian siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi lebih mampu mengatur waktu dan mengontrol diri dalam berpikir, merencanakan strategi, kemudian melaksanakannya, serta mengevaluasi atau mengadakan refleksi. Kemandirian belajar dimana siswa benar-benar tidak bergantung pada siapapun di kelas sehingga siswa dapat menganalisa, merencanakan, melaksanakan, dan menilai mereka melirik kegiatan secara mandiri. Pembelajaran mandiri mengharuskan siswa memiliki beberapa keterampilan ISSN 2460-8599 jurnal.unsil.ac.id/index.php/jp3m

292 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa dan pengetahuan tertentu seperti mengambil tindakan, keterampilan bertanya, membuat keputusan, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri dan mampu bekerja-sama. Menurut beberapa para ahli psikologi mengemukakan bahwa kemandirian belajar diantaranya Knain dan Turmo (2002) menyatakan kemandirian belajar adalah suatu proses yang dinamik dimana siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada saat mempelajari konteks yang spesifik. Untuk itu siswa perlu memiliki berbagai strategi belajar, pengalaman dalam menerapkan dalam berbagai situasi, dan mampu merefleksi secara efektif. Kemudian Wolters, Patrich dan Karabenick (2003) mengatakan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses konstruktif dan aktif. Siswa menentukan tujuan belajar, dan mencoba memonitor, mengatur dan mengendalikan kognisi, motivasi, dan perilaku dengan dibimbing dan dibatasi oleh tujuan dan karakteristik kontekstual dalam lingkungan. Kemandirian belajar mengacu pada cara spesifik pembelajar dalam mengontrol belajarnya. Tillman dan Weiss (2000) menggambarkan kemandirian belajar bahwa belajar itu sebagian besar dari pengaruh membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan perilaku pembelajar yang diorientasikan ke arah pencapaian tujuan belajar. Ada tiga tahapan utama siklus kemandirian belajar, yaitu: perencanaan belajar seseorang, monitoring kemajuan saat menerapkan rencana, da mengevaluasi hasil dari rencana yang telah selesai diterapkan. Permasalahan yang terjadi dilapangan pada proses pembelajaran matematika kurang melibatkan aktivitas siswa secara optimal. Ketika pembelajaran berlangsung guru sering mendominasi, sehingga siswa kurang aktif membangun pengetahuannya sendiri. Disini guru sebagai sumber utama pengetahuan sehingga siswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan. Pada kondisi seperti itu, kesempatan siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri hampir tidak ada, mengakibatkan siswa kurang memiliki kemampuan menganalisis, dan memecahkan masalah dengan berbagai cara. Dalam penelitiannya Sutiarso (2000) mengemukakan bahwa kenyataan di lapangan justru menunjukkan siswa pasif dalam merespon pembelajaran. Siswa cenderung hanya menerima transfer pengetahuan dari guru, demikian pula guru pada saat kegiatan pembelajaran hanya sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan siswa dalam proses yang aktif dan generatif. Memperhatikan beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa pembelajaran matematika pada umumnya menggunakan pembelajaran langsung. Padahal pembelajaran langsung dipandang sebagai metode yang paling efektif untuk pencapaian hasil belajar matematika tingkat rendah atau pemahaman prosedural, tetapi tidak memadai untuk mendorong pencapaian keterampilan tingkat tinggi (Peterson (Sumarmo et al., 2000: 1). Selain itu, memberikan gambaran bahwa pembelajaran saat ini kurang melatih siswa mandiri dalam belajar. Melihat kurangnya perhatian terhadap pengembangan kemandirian belajar siswa, dipandang perlu untuk memberikan perhatian lebih pada pengembangan kemandirian belajar dalam pembelajaran matematika. Menyadari pentingnya kemandirian belajar siswa, maka harus mengupayakan menerapakan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berlatih mandiri dalam belajarnya. Penerapan pembelajaran yang memungkinkan dapat memberikan kondisi belajar siswa aktif adalah dengan pembelajaran melalui penerapan Scaffolding. Pembelajaran Scaffolding diartikan sebagai suatu teknik pemberian dukungan belajar, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri.

Elis Nurhayati 293 Pembelajaran matematika harus dibangun oleh paradigma konstruktivis sosial untuk proses belajar - mengajar di mana siswa aktif belajar. Perubahan pada pengajaran dibutuhkan peran perubahan guru dari menunjukan dan memberitahu ke bimbingan responsif dalam mengembangkan pemikiran siswa sendiri. Menurut Wood, Bruner, & Ross, (Anghileri : 2006) mengemukakan gagasan Scaffolding digunakan untuk mencerminkan dukungan cara orang dewasa yang disesuaikan sebagai cara belajar anak dan akhirnya ditinggalkan ketika siswa dapat belajar sendiri Scaffolding perlu digunakan sebagai upaya peningkatan proses belajar mengajar, sehingga siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis, sikap positif juga mandiri di dalam belajar. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus, tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian dalam belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk membantu siswa memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar mampu mencapai kemandirian. Pembelajaran Scaffolding dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan dan merefleksi tugas-tugas belajarnya. Beberapa penelitian tentang pembelajaran yang menggunakan Scaffolding yang sudah dilakukan. Hasil penelitian Kusworo dan Hardinto (2009) mengemukakan bahwa penerapan Scaffolding akan mendorong siswa untuk mengasah pemikirannya secara mandiri yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, melatih siswa untuk bekerjasama bertukar pikiran dan berbagi ide sehingga akan diperoleh pengetahuan yang lebih dibandingkan jika belajar sendiri. Memperhatikan uraian di atas, mendorong untuk dilakukan penelitian yang memfokuskan pada penerapan Scaffolding untuk pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik serta kemandirian belajar siswa di Sekolah Menengah pertama. METODE PENELITIAN Penelitian ini melibatkan dua kelompok pembelajaran, sehingga desainnya seperti berikut: A : X O 1 A : O 2 Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari dua kelompok siswa kelas VIII yang berasal dari dua kelas yang dipilih secara purposif. Adapun kelas VIII dipilih karena dianggap telah memenuhi materi prasyarat dari kelas sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemandirian belajar siswa diperoleh melalui pemberian angket kemandirian belajar pada akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil akhir dianalisis denngan pemberian skor menggunakan skor pada skala Likert yang dimodifikasi baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut deskripsi data hasil kemandirian belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

294 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Tabel 1 Statistika Deskriptif Skala Kemandirian Belajar Siswa Kelas Skor Maks Ideal Skor Min Rata-rata Rentang Interval Scaffolding 100 28,89 76,36 71.11 23,70 Langsung 100 28,89 36,08 71,11 23,70 Tabel 1 menunjukkan rata-rata kemandirian untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas Kontrol. Untuk melihat perbedaan kemandirian belajar siswa tersebut dilakukan analisis statistika inferensial melalui uji beda dua rata-rata dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: Kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui scaffolding lebih baik daripada kemandirian siswa yang memperoleh pembelajaran Langsung. Berdasarkan hasil uji mann-whitney diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. sehingga hipotesis penelitian diterima. Ini diperjelas dengan data rata-rata rank kelas eksperimen sebesar 54,50 dan rata-rata rank kelas kontrol sebesar 18,50. Ini berarti rata-rata rank kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa kelompok pembelajaran scaffolding lebih baik daripada dengan kelompok pembelajaran langsung. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Scaffolding termasuk ke kriteria tinggi. Hipotesis kedua diuji dengan uji t satu sampel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji statistika diperoleh nilai Sig. (1-tailed) = 0,0758 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa dengan pembelajaran yang menerapkan Scaffolding termasuk kriteria tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan kemandirian belajar matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran yang menerapkan Scaffolding dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. 2. Kemandirian belajar siswa untuk pembelajaran yang menerapkan Scaffolding termasuk kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: (1) bagi para guru matematika, pembelajaran yang menerapkan Scaffolding dapat menjadi alternatif diantara banyak pilihan pembelajaran matematika yang mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa; (2) Untuk menerapkan pembelajaran yang menerapkan Scaffolding, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana, dan pemanfaatan waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan; (3) Perlu dikembangkan oleh pihak sekolah melalui musyawarah guru mata pelajaran matematika, soal-soal untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, agar siswa terbiasa mengerjakan soal-soal tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa; dan (4) Perlu dilakukan penelitian lanjutan, tetapi pada level sekolah tinggi atau rendah atau terhadap jenjang pendidikan lain seperti sekolah dasar, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi.

Elis Nurhayati 295 DAFTAR RUJUKAN Anghileri, J. (2006). Scaffolding Practices That Enhance Mathematics Learning. Journal of Mathematics Teacher Education 9: 33 52.Springer Hidayat, Edi. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Menggunakan Pendekatam Matematika Realistik. Tesis: Tidak diterbitkan Kusworo, Pramudyo & Hardinto, Prih (2009). Efektivitas Penerapan Pendekatan Scaffolding dalam Ketuntasan Belajar EKonomi Siswa Kelas X Sma Labortorium Universitas Negeri Malang. JPE-Volume 2, Nomor 1 Knain, E & Turmo, A (2002). 8 Self- Regulated Learning. (Online). Tersedia dalam: www.pisa. no/kap8.pdf. (4 Februari 2014). Pannen, P. dkk. (2001). Konstruktivisme dalam pembelajaran. Jakarta PAU-PPAI Universitas Terbuka. Sumarmo, U., et al. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Hibah Bersaing Tahap I, Tahap II, dan Tahap III.: tidak diterbitkan. Sumarmo, U (2004). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah Pada Seminar Tingkat Nasional. FPMIPA UNY. Yogyakarta Tanggal 8 Juli 2004. Sutiarso, S. (2000). Problem Posing, Strategi Efektif Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Makalah pada seminar di Bandung: tidak diterbitkan. Tilman, K.J & Weiss, M (2000). Self-Regulated Learning as Cross-Curriculer Competence (PISA). (Online). Tersedia dalam: www.pisa.no/pdf. (4 Februari 2014).

296 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa