PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO Abdul Muhith *, Sulusul Hasanah ** *Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto **Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto Email: cua_muhith@yahoo.co.id Abstrak Selama proses hospitalisasi anak akan mengalami kecemasan karena sering kali dipersepsikan anak sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Peran perawat sangat berpengaruh pada kecemasan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan kecemasan pada pasien anak prasekolah. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi seluruh orang tua pasien dengan rata-rata perbulan 86 pasien. Menggunakan teknik concecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 61 pasien. Data dikumpulkan dengan kuesioner perilaku caring dan SCAS diuji dengan chi square. Hasil penelitian dari 33 responden menyatakan perawat berperilaku caring terdapat 27 anak usia prasekolah (81,1%) mempunyai kecemasan tinggi dan 6 anak mempunyai kecemasan normal (18,2%). Dan dari 28 responden yang menyatakan perawat berperilaku tidak caring terdapat 12 anak (42,9%) mempunyai kecemasan tinggi dan 16 anak (57,1%) mempunyai kecemasan normal. Hasil uji chi square menunjukkan hasil ρ = 0,002 dan α = 0,05 maka ρ < α sehingga H0 ditolak berarti ada hubungan perilaku caring dengan kecemasan anak usia prasekolah. Fokus utama keperawatan anak adalah memperkecil stressor yang dilakukan dan membuat anak dapat menerima tindakan keperawatan, disini peran dan dukungan psikologis perawat maupun keluarga diperlukan unutk mempercepat proses penyembuhan. Kata kunci : Caring, Kecemasan, anak prasekolah, Hospitalisasi 19
Abstract During the process of hospitalization a child will have an anxiety experience for preschooler, that are perceived often as punishment, so the child will feel shame, guilt or fear. The role of nurses as health workers is very influential on anxiety at children. The purpose of this research was to know the relationship behavior caring nurse with anxiety in preschooler patient. Design the study was a cross sectional. The entire population of elderly patients with average monthly 86 patient. Sampel taken with concecutive sampling as much as 61 respondent. Data collected by questionnaire about caring behavior and SCAS with chi square test. The result of this research show that s from 33 respondents who stated that nurse have a behavior caring show with total score 27 respondent (81,1%) who have high anxiety and 6 child (18,2%) have normal anxiety. from 28 respondent who stated there was nurse that s show not behaving caring show with total score 12 child (42,9%) have high anxiety and 16 child (57.1%) have normal anxiety. The chi square test result show that the value are ρ = 0,002, and α = 0,05, so that ρ < α that means H0 is rejected wich means there is relationship between caring behavior preschool children with anxiety. The major focus of nursing in children is decrease of stressor a performed on child and make a child can received nursing actions, here the role of psychological and support from nurses and family badly need to speed up the healing process in children. Keywords : Caring, Anxiety, Preschool, Hospitalization A. PENDAHULUAN Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerjasama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua (Hidayat,2007). Stress pada anak ini dapat diperlihatkan dengan kecemasan yang muncul pada sikap anak. Kecemasan tidak dapat diartikan secara langsung sebagai suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Kecemasan dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan dan karena itu berlangsung 20
sebentar saja (Ramaiah, 2009). Penyebab stres dan kecemasan pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya perilaku yang ditunjukkan petugas kesehatan (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya), pengalaman hospitalisasi anak, support system atau dukungan keluarga yang mendampingi selama perawatan. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan anak menjadi semakin stres dan hal ini dapat berpengaruh terhadap proses penyembuhan (Nursalam, Susilaningrum & Utami, 2008 dalam Gaghiwu, 2013). Hasil penelitian di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto menunjukkan 25% anak usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas tingkat berat, 50% tingkat sedang dan 20% tingkat ringan (Purwandari, 2011). Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah Kota Probolinggo terhadap 5 responden anak prasekolah dengan tehnik wawancara terhadap orang tua pasien diperoleh 3 responden (60%) orang tua menyatakan perawat jarang memberikan penjelasan lengkap dan terkadang perawat tidak terlalu ramah ketika memberikan tindakan kepada pasien anak, dan 2 responden (40%) menyatakan perawat sudah bersikap ramah dan selalu memberikan penjelasan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika melakukan wawancara pada 5 orang tua tersebut diperoleh 3 orang tua yang menyatakan perilaku perawat masih belum ramah tampak anak mereka sering menangis dan rewel, bahkan ketika didekati keluarga anak masih tampak ketakutan dan rewel. Perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan harus mengembangkan perilaku caring, perawat yang berperilaku caring berarti perawat tersebut mampu mengurangi stres ataupun trauma pasien ketika menjalani hospitalisasi (Mulyaningsih, 2011). Kecemasan yang terjadi pada anak tidak dapat dibiarkan, karena hal ini dapat berdampak buruk pada proses pemulihaan kesehatan anak. Dalam mengatasi kecemasan ini salah satu hal yang dapat dilakukan ialah melalui terapi bermain. Permainan anak akan membuat anak terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Supartini, 2004). Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan perilaku caring perawat dengan kecemasan pada anak prasekolah di Rumah sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah kota Probolinggo. 21
B. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini observasional dengan desain korelasional dan pendekatan crossectional. Variabel penelitian yaitu perilaku caring perawat sebagai variable independen dan kecemasan anak usia prasekolah sebagai variabel dependen. Populasinya adalah seluruh orang tua dengan rata-rata perbulan 86 pasien. Sampel diambil dengan tehnik concecutive sampling sebanyak 61 pasien. Data dikumpulkan dengan kuesioner kecemasan spence children anxiety scale dan kuesioner perilaku caring. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 20 April 31 Agustus 2015. Peneliti melakukan pendekatan pada orang tua pasien satu persatu dengan kemudian peneliti memberikan kuesioner perilaku caring dan kecemasan pada orang tua sambil ditunggui oleh peneliti hingga selesai mengisi kuesioner, Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data dari proses editing, coding, scoring dan tabulating dan diuji chi square. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perilaku caring perawat di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah Kota Probolinggo Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku Caring perawat di Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Muhammadiyah Probolinggo pada tanggal 20 April sampai 31 Agustus 2015 No. Perilaku Caring Perawat Frekuensi (f) Prosentase (%) 1. 2. Caring Tidak Caring 33 28 54,1 45,9 Jumlah 61 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa perilaku caring perawat tergolong perilaku caring sebanyak 33 responden (54,1%). 22
2. Kecemasan anak usia prasekolah di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah Kota Probolinggo Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecemasan di Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Muhammadiyah Probolinggo pada tanggal 20 april sampai 31 Agustus 2015 No. Kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%) 1. 2. Normal Tinggi 22 39 36,1 63,9 Jumlah 61 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah mengalami kecemasan tinggi yaitu sebanyak 39 responden (63,9%). 3. Hubungan perilaku caring dengan kecemasan anak usia prasekolah Tabel 3. Tabulasi silang antara hubungan perilaku caring dengan kecemasan anak usia prasekolah di Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Muhammadiyah Probolinggo pada tanggal 20 April sampai 31 Agustus 2015 No. Perilaku Caring Kecemasan Anak Usia Prasekolah Total Normal Tinggi f % f % f % 1. Caring 6 18,2 27 81,8 33 100 2. Tidak caring 16 57,1 12 42,9 28 100 Jumlah 22 36,1 39 63,9 61 100 23
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang menyatakan perawat berperilaku caring terdapat 27 anak usia prasekolah (81,1%) yang mempunyai kecemasan tinggi dan 6 anak usia prasekolah yang mempunyai kecemasan normal (18,2%). Dan dari 28 responden yang menyatakan perawat berperilaku tidak caring terdapat 12 anak usia prasekolah (42,9%) yang mempunyai kecemasan tinggi dan 16 anak usia prasekolah (57,1%) yang mempunyai kecemasan normal. Hasil uji chi square menunjukkan hasil ρ = 0,002 dan α = 0,05 maka ρ < α sehingga H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada hubungan perilaku caring dengan kecemasan anak usia prasekolah di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah Kota Probolinggo. D. PEMBAHASAN 1. Perilaku caring Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa perilaku caring perawat tergolong perilaku caring sebanyak 33 responden (54,1%). Caring yang dilakukan oleh perawat ditunjukkan dengan 27 orang mengatakan perawat mendekatkan diri, 28 orang mengatakan perawat memahami kebutuhan pasien, 18 orang mengatakan perawat selalu hadir saat dibutuhkan, 29 orang mengatakan perawat sering mendengarkan keluhan, 30 orang perawat sudah memberikan perhatian penuh. Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga (Pery dan Potter, 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden sudah melakukan perilaku caring, hal ini diperlukan karena anak usia prasekolah membutuhkan perlakuan dengan penuh kasih sayang agar anak merasa nyaman didekat perawat dan mudah dalam melakukan tindakan keperawatan. Perawat perlu memperhatikan perilaku caring mulai dari kehadiran dirinya, mendengar keluhan pasien saat tindakan, sampai melakukan interaksi yang baik. Memahami kebutuhan pasien bagi perawat merupakan hal sangat penting terutama pasien tersebut adalah anak-anak yang dalam pemenuhan kebutuhannya memerlukan perhatian khusus. 24
2. Kecemasan Anak Usia Prasekolah Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah mengalami kecemasan tinggi sebanyak 39 responden (63,9%) dari data tersebut 26 anak takut terhadap tindakan yang dilakukan oleh petugas, dan 21 anak mengalami gangguan psikologis saat perawatan di rumah sakit. Perawatan anak prasekolah di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian anak usia prasekolah mengalami kecemasan tinggi, hal ini dipengaruhi berbagai faktor baik dari anak terhadap perlukaan yang dialami seperti pemasangan infus dan pemberian obat, dari lingkungan, dan pendampingan orang tua. Anak usia prasekolah menganggap hospitalisasi merupakan pengalaman baru dan sering membingungkan yang dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan normal. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi psikologis anak dan kejadian yang paling mudah dialami anak adalah kecemasan. Kecemasan anak juga akan terjadi ketika anak menjalani perawatan di rumah sakit sebagai pengalaman yang menakutkan. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sebagai perawat menghadapi kecemasan anak merupakan tantangan yang memerlukan keterampilan keperawatan yang baik agar dalam melakukan tindakan keperawatan dapat berjalan dengan baik dan tidak meninggalkan trauma pada anak. 3. Hubungan antara perilaku caring dan kecemasan anak usia prasekolah Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang menyatakan perawat berperilaku caring terdapat 27 anak (81,8%) mempunyai kecemasan tinggi dan 6 anak mempunyai kecemasan normal (18,2%). Dan dari 28 responden yang menyatakan perawat berperilaku tidak caring terdapat 12 anak (42,9%) mempunyai kecemasan tinggi dan 16 anak (57,1%) mempunyai kecemasan normal. Hasil uji chi square menunjukkan hasil ρ = 0,002 dan α = 0,05 maka ρ < α sehingga H0 ditolak 25
berarti ada hubungan perilaku caring dengan kecemasan anak usia prasekolah di Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Muhammadiyah Probolinggo. Menurut Priyoto (2014), Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap dirumah sakit berbeda-beda pada masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: perkembangan usia, pengalaman anak, sistem pendukung (support system), pola asuh keluarga, mekanisme koping anak. Perawatan di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit juga mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut (Supartini, 2004). Hasil penelitian Oktavia Candra Dewi (2014) Program Studi Ilmu keperawatan Universitas Jember denagn judul Hubungan Perlaku Caring Perawat dengan tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah akibat Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum dr. H Koesnadi Kabupaten Bondowoso menunjukan bahwa mayoritas responden yang mendapatkan perilaku caring perawat, tingkat kecemasan menurun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan ringan sebnyak 54,5% dan sisanya sebanyak 45,5% mengalami tingkat kecemasan sedang. Hal ini ditunjukan sebanyak 13 responden (59,1%) dengan perilaku caring Baik, 10 responden (76,9%) diantaranya mengalami tingkat kecemasan ringan dan 3 responden (23,1%) mengalami tingkat kecemasan sedang. Terdapat hubungan antara kecemasan anak dengan perilaku caring perawat, adanya hubungan ini disebabkan karena perilaku caring yang dilakukan oleh perawat dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak lebih baik sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak. Perilaku caring merupakan kunci dari keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan mendominasi serta menyatukan tindakan-tindakan keperawatan untuk mendapat hubungan saling percaya dengan pasien, seorang perawat harus mempunyai kemampuan berkomunikasi terapeutik yang baik terutama pada anak usia prasekolah yang rasa ingin tahu dan kondisi emosionalnya yang labil. Fokus utama keperawatan pada anak adalah memperkecil stresor yang dilakukan pada anak dan membuat anak 26
dapat menerima tindakan keperawatan, disini peran dan dukungan psikologis dari perawat maupun keluarga sangat diperlukan untuk mempercepat proses peneyembuhan sehingga keluarga merupakan sektor penting dalam melakukan kerjasama dalam melakukan keperawatan pada anak. E. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar (54,1%) responden menyatakan bahwa perawat di Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Muhammadiyah Kota Probolinggo berperilaku caring yang dilakukan perawat berdasarkan kuesioner yaitu perawat mendekatkan diri, memahami kebutuhan pasien, perawat selalu hadir, mendengarkan keluhan pasien, memberikan perhatian penuh dan selalu memberi dukungan penuh terhadap pasien. Diharapkan sebagai masukan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan khususnya berkaitan dengan caring perawat dengan kecemasan anak prasekolah terutama RSAB Muhammadiyah Probolinggo untuk memberikan penyegaran tentang perilaku caring perawat dan meningkatkan pengawasan serta memberikan motivasi kepada perawat agar lebih berperilaku Caring. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang perilaku caring perawat dan kecemasan dan menggunakan instrumen yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Octavia Candra. (2014). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah Akibat Hospitalisasi di Rumah Sakit Umum dr, H Koesnadi Kabupaten Bondowoso. Program Studi Ilmu Keperawatan Univ Jember 2014 Hidayat, A (2007). Pengantar ilmu keperawatan anak jilid 1. jakarta: Salemba Medika. Gaghiwu, Lidia. (2013) Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Stress Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler Di Irna E BLU RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado. Journal Keperawatan Elektronik (e-kp) Vol 1 No. 1. Mulyaningsih. (2011). Hubungan Berpikir Kritis Caring dengan Perilaku Caring Perawat Di RSUD Moewardi Surakarta. Thesis FIK UI 2011. Priyoto. (2014). Konsep manajemen stress. Yogyakarta: Nuha Medika. 27
Purwandari. (2011). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Program Mewarnai. Ramaiah. (2009). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor Supartini, Yupi. (2004). Buku ajar konsep Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Perry Potter. (2009). Fundamental Keperawatan Alih Bahasa. Yasmin Asih. Jakarta: EGC. 28