BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

dokumen-dokumen yang mirip

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

7. KINERJA RANTAI PASOK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

ANALISIS TATANIAGA BERAS

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

. Lampiran 1. Perkembangan volume ekspor buah Volume Ekspor (Ton) 1 Nanas %

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 KARAKTERISTIK RANTAI PASOK BUAH MANGGIS. Petani PKBT IPB

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

BAB III MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

IV. METODE PENELITIAN

PENANGANAN PASCAPANEN

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam menganalisis salurah buah di Jakarta, dibagi menjadi dua bagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa bawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO).

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Usahatani jamur tiram di Provinsi Lampung menguntungkan bagi petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

Penanganan Hasil Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

Transkripsi:

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok dan individu mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Suatu kegiatan usahatani dapat dikatakan berhasil apabila produk tersebut dapat diterima oleh pasar. Oleh sebab itu maka analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis lembaga pemasaran, fungsi pemasaran, saluran pemasaran, margin pemasaran, efisiensi pemasaran, dan struktur pasar. 9.1. Analisis Lembaga Pemasaran dan Fungsi Pemasaran 9.1.1. analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran Pepaya SPO Lembaga pemasaran adalah individu atau kelompok yang melakukan fungsi pemasaran. Setiap proses yang terjadi pada setiap lembaga menggambarkan fungsi dari lembaga tersebut pada proses pemasaran. Adapun lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran pepaya SPO dan fungsi pemasarannya adalah sebagai berikut : 1. Petani Petani merupakan produsen yang memproduksi pepaya. Sebagai produsen pepaya, petani juga mempunyai peran dalam melakukan fungsi pemasaran. Dalam penelitian ini petani hanya melakukan fungsi penjualan, fungsi penjualan dilakukan oleh petani dalam bentuk perpindahan kepemilikan dari petani kepada rantai pemasaran yang berikutnya. Kegiatan pemanenan dilakukan pada hari rabu

68 dan minggu. Petani juga melakukan fungsi informasi pasar, fungsi informasi pasar di sini maksudnya adalah usaha yang dilakukan oleh petani untuk mencari tahu perkembangan harga pasar dari pengusaha mitra, pedagang pengumpul atau dari pihak lain. 2. Pengusaha mitra Pengusaha mitra melakukan semua fungsi pemasaran, seperti yang terlihat pada Tabel 12. Fungsi penjualan tentunya dilakukan oleh pengusaha mitra dalam kaitannya dengan perpindahan kepemilikan kepada pedagang pengecer atau agen. Sedangkan fungsi pembelian adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha mitra untuk memiliki barang tersebut dari produsen/petani, karena pengusaha mitra tidak menghasilkan sendiri komoditi tersebut. Biasanya petani menjual pepaya dengan kondisi yang belum dibersihkan dan terdiri dari berbagai ukuran dan tingkat kematangan, oleh karena itu pengusaha mitra perlu melakukan melakukan fungsi pembersihan dan sortasi. Fungsi sortasi bertujuan untuk memisahkan pepaya berdasarkan ukuran dan tingkat kematangannya sehingga memudahkan pada saat pemasaran. Fungsi pembersihan ini akan mendukung fungsi penyimpanan. Fungsi penyimpanan dilakukan oleh pengusaha mitra untuk mengatasi fluktuasi produksi pepaya. Fungsi penyimpanan ini juga tidak dapat berlangsung terlalu lama karena pepaya mempunyai keterbatasan daya tahan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pengusaha mitra adalah membawa pepaya dari kebun petani ke gudang penyimpan kemudian membawa pepaya tersebut ke pedagang pengeser atau agen. Selain itu pengusaha mitra juga mencari informasi harga yang berlaku di

69 pasar sehingga dengan sendirinya pengusaha mitra juga melakukan fungsi informasi pasar 3. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer disini adalah supermarket, toko buah serta agen. Pedagang pengecer juga melakukan beberapa fungsi sekaligus antara lain fungsi penjualan, pembelian, penyimpanan, pengangkutan, serta informasi pasar. Fungsi penjualan yang dilakukaan oleh pedagang pengecer merupakan kegiatan perpindahan kepemilikan kepada rantai pemasaran terakhir yaitu konsumen. Pedagang pengecer juga tidak menghasilkan sendiri komoditi yang dijualnya, sehingga mereka perlu melakukan fungsi pembelian dari mata rantai pemasaran sebelumnya yaitu pengusaha mitra. Seringkali buah pepaya tidak habis terjual pada satu periode tertentu sehingga pedagang pengecer perlu melakukan fungsi penyimpanan. Fungsi pengangkutan tidak semua dilakukan oleh pedagang pengecer, hanya oleh agen/supplier buah saja. Supermarket dan took buah tidak perlu melakukannya karena fungsi itu sudah dilakukan oleh pengusaha mitra. Fungsi informasi pasar juga dilakukan oleh para pedagang pengecer untuk mengetahui perkembangan harga, lumlah permintaan konsumen, kualitas yang diinginkan dan sebagainya. 9.1.2. Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran Pepaya Non SPO 1. Petani Pada tingkat petani, fungsi pemasaran yang dilakukan adalah fungsi pertukaran yaitu penjualan, dan informasi pasar yaitu mengenai informasi tentang

70 harga pepaya di pasar. Pedagang pengumpul dalam hal ini tengkulak dating langsung ke lokasi penanaman untuk membeli. 2. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul membeli langsung pepaya dari petani dengan mendatangi langsung ke rumah maupun ke kebun petani. Kegiatan fisik seperti pembersihan, sortasi, pengangkutan dan bongkar muat dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pepaya kemudian diantar langsung ke pasar tujuan seperti Pasar Anyar, Pasar Bogor, dan Pasar keramat jati Jakarta ataupun ke toko-toko buah. 3. Pedagang Pengecer Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan berupa pengangkutan. Proses pembayaran dari pedagang pengumpul kepada petani dan dari pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul dilakukan secara tunai. Pembayaran dilakukan langsung pada saat terjadinya pertukaran. Secara ringkas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap pelaku pasar dapat dilihat pada Tabel 22.

71 Tabel 22. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Pelaku Pemasaran No Fungsi Pemasaran Lembaga pemasaran Pepaya SPO Pepaya non SPO 1 2 3 1 2 2 1 Fungsi Pertukaran a. Fungsi Pembelian ν b. Fungsi Penjualan 2 Fungsi Fisik a. Fungsi Pengangkutan b. Fungsi Penyimpanan c. Fungsi Pengemasan 3 Fungsi Fasilitas a. Fungsi Sortasi b. Fungsi Grading c. Fungsi Penanggungan resiko d. Fungsi Informasi Pasar Sumber : Data Primer Ket : 1. petani 2. Pengusaha mitra/pedagang pengumpul 3. Pedagang pengecer 9.2. Analisis Saluran Pemasaran 9.2.1. Analisis Saluran Pemasaran Pepaya SPO Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian, saluran pemasaran pepaya SPO terdiri dari dua saluran. Supermarket & toko buah Pola 1 Petani Pengusaha Mitra Konsumen Agen/supliyer Pola 2 Gambar 3. Saluran Saluran Pemasaran pepaya SPO. Gambar 3 menginformasikan, saluran pemasaran pepaya SPO di desa Pasirgaok. petani pepaya yang telah menerapkan SPO pada umumnya adalah

72 petani yang tergabung dalam kelompok tani yang bermitra dengan pengusaha lokal sehingga petani menjual semua hasil panennya kepada pengusaha mitra. Pada saluran satu petani menjual pepaya kepada pengusaha mitra, kemudian pengusaha mitra menjual kembali pepaya yang diperoleh dari petani kepada pedagang pengecer. Pada saluran ini pedagang pengecer terdiri dari dua jenis pengecer yaitu supermarket dan toko buah. Supermarket dan toko tersebut adalah Hero, Carefour, Jogja, Superindo,Toko buah Bahagia, toko buah Papaho. Pengusaha mitra mengantar langsung pepaya kepada pengecer sesuai dengan jumlah dan ukuran grade yang diminta, kemudian konsumen langsung membeli pepaya dari pengecer tersebut Saluran ke dua petani menjual pepaya kepada pengusaha mitra yang kemudian disalurkan kembali pada supplier buah yang mendistribusikan kembali pepaya ke supermarket ataupun toko toko buah yang berada di Jakarta. 9.2.2. Analisis Saluran Pemasaran Pepaya Non SPO Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, terdapat tiga saluran pemasaran yang terjadi. Saluran pemasaran ini menggambarkan bagaimana alur proses produk sampai ketangan konsumen akhir. Saluran pemasaran yang terjadi terdiri dari tiga saluran. Saluran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

73 Pedagang Pengecer Pola 1 Petani Pedagang Pengumpul Super market & toko buah Pola 2 Pola 3 Konsumen Gambar 4. Saluran Pemasaran Pepaya Non SPO Di Desa pasirgaok. Saluran pemasaran pertama, petani menjual pepaya kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual pepaya yang di beli dari petani kepada pedagang pengecer, pedagang pengecer ini adalah pedagang yang menjual pepaya langsung pada konsumen di pasar tradisional. Pedagang ini adalah pedagang pengecer yang berjualan di pasar Anyar, pasar Bogor dan pasar Keramat jati Jakarta. Saluran pemasaran ke dua petani menjual pepaya kepada pedagang pengumpul, kemudian menjual kembali kepada supermarket atau toko buah yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir. Saluran pemasaran ke tiga petani langsung menjual hasil panennya kepada konsumen. Konsumen tersebut adalah konsumen yang secara khusus datang ke lokasi kebun atau kepada penduduk di sekitar kebun. 9.3. Analisis Marjin Pemasaran. Analisis marjin pemasaran digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran Pepaya. Marjin pemasaran adalah

74 penjumlahan dari seluruh biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran selama proses penyaluran pepaya dari satu pelaku pemasaran ke pelaku lainnya Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Marjin pemasaran juga merupakan imbalan jasa yang diterima oleh lembaga pemasaran yang dilalui dan pada akhirnya didistribusikan oleh pedagang pengecer ke tingkat konsumen akhir. 9.3.1. Analisis Marjin Pemasaran Pepaya SPO Berdasarkan Tabel 23, untuk komoditi pepaya SPO terjadi dua pola saluran pemasaran. farmer s Share yang diperoleh petani pada saluran I adalah sebesar 23,85 persen, sedangkan farmer s Share pada saluran II adalah sebesar 34,44 persen. Marjin yang diperoleh pengusaha mitra pada saluran I adalah sebesar Rp 2.951,00 yaitu setara dengan 45,38 persen, sedangkan untuk pedagang pengecer marjin pemasaran yang diterima adalah sebesar Rp 2000 atau 30,77 persen. Saluran II menunjukkan marjin pemasaran yang diterima oleh pengusaha mitra adalah sebesar Rp 1.950,00 atau sebesar 43,33 persen

75 Tabel 23. Marjin Pemasaran Pepaya SPO Per Kg Saluran I Saluran II Uraian Rp/Kg % Rp/kg % Petani a. Biaya Produksi 551.78 8.49 551.78 12.26 b. Keuntungan 998.22 15.36 998.22 22.18 c. Harga jual/farmer s Share 1550.00 23.85 1550.00 34.44 Pengusaha Mitra a. Harga Beli 1550.00 23.85 1550.00 34.44 b. Biaya pembersihan dan Sortasi 150.00 2.31 150.00 3.33 c. Biaya pemetikan dan bongkar muat 100.00 1.54 100.00 2.22 d. Biaya transportasi 250.00 3.85 100.00 2.22 e. Biaya Retribusi 20.00 0.31 20.00 0.44 f. Biaya Penyimpanan 5.00 0.08 5.00 0.11 g. Biaya Pengemasan dan Pelabelan 150.00 2.31 150.00 3.33 h. Biaya penyusutan 100.00 1.54 100.00 2.22 i. Keuntungan 2175.00 33.46 1325.00 29.44 j. Marjin Pemasaran 2950.00 45.38 1950.00 43.33 k. Harga Jual 4500.00 69.23 3500.00 77.78 Pengecer (Supermarket&Toko Buah) a. Harga Beli 4500.00 69.23 b. Biaya Penyimpanan 10.00 0.15 c. Biaya Penyusutan 50.00 0.77 d. Keuntungan 1940.00 29.85 e. Marjin Pemasaran 2000.00 30.77 f. Harga Jual 6500.00 100.00 Agen a.harga Beli 3500.00 77.78 b. Biaya transportasi 200.00 4.44 c. Biaya Retribusi 20.00 0.44 d. Biaya Penyimpanan 15.00 0.33 e. Biaya penyusutan 120.00 2.67 f. Keuntungan 645.00 14.33 g. Marjin Pemasaran 1000.00 22.22 h. Harga Jual 4500.00 100.00 Total Biaya Pemasaran 835.100 12.85 980.00 21.78 Total Keuntungan 5113.22 78.66 2968.22 65.96 Total Marjin 4950.00 76.15 2950.00 65.56 Efisiensi (π/c) 6.12 3.03 Apabila dilihat per pola pemasarannya maka berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa biaya pemasaran paling besar untuk pola pemasaran I dan II terdapat pada lembaga pemasaran pengusaha mitra, yaitu sebesar Rp 835,10 atau

76 12,85 persen dari harga eceran untuk pola I, dan Rp 980,00 atau 21,78 persen dari harga eceran untuk pola II. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pengusaha mitra) dikarenakan aktivitas fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut lebih banyak dari lembaga pemasaran lain. Sedangkan pada pedagang pengecer, diketahui ternyata biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer pola dan II lebih kecil dari lembaga pemasaran pengusaha mitra. Hal ini terjadi karena pada lembaga pemasaran tersebut tidak melakukan aktivitas fungsi fisik. Apabila pola I dibandingkan dengan pola II maka diketahui, pola I mempunyai nilai total marjin yang lebih besar dari pola II. Tingginya nilai total marjin pada pola I bukan disebabkan oleh banyaknya nlembaga pemasaran yang terlibat tetapi disebabkan oleh adanya perbedaan segmen pasar Pada penelitian ini efisiensi pemasaran diukur berdasarkan rasio perbandingan antara keuntungan dan biaya (π/c). Berdasarkan nilai π/c diketahui bahwa pola pemasaran I memiliki nilai π/c yang lebih tinggi dari nilaiπ/c pada pola II. Adapun nilai π/c tersebut adalah 6.12 untuk pola I dan 3.03 untuk pola II, hal ini berarti bahwa pola pemasaran I lebih efisien dalam mnyalurkan produknya bila dibandingkan pola lain. 9.3.2. Analisis Marjin Pemasaran Pepaya Non SPO Berdasarkan Tabel 24, untuk komoditi pepaya non SPO terjadi tiga pola saluran pemasaran. Apabila dilihat per pola pemasarannya maka berdasarkan tabel 22 diketahui bahwa biaya pemasaran paling besar untuk pola pemasaran I

77 dan II terdapat pada lembaga pemasaran pedangang pengumpul, yaitu sebesar Rp 2152,13 atau 47,83 persen dari harga eceran untuk pola I, dan Rp 2082,13 atau 32,03 persen dari harga eceran untuk pola II, sedangkan pada pola III petani langsung menjual hasil panenya pada konsumen sehingga pada pola ini tidak terdapat pedagang pengumpul ataupun pedagang pengecer. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedangang pengumpul) dikarenakan aktivitas fungsi fisik yang dilakukan oleh lembaga pemasaran tersebut lebih banyak dari lembaga pemasaran lain. Sedangkan pada pedagang pengecer, diketahui ternyata biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengecer pola I dan II lebih kecil dari lembaga pemasaran pedangang pengumpul. Hal ini terjadi karena pada lembaga pemasaran tersebut tidak melakukan aktivitas fungsi fisik. Apabila pola I dibandingkan dengan pola II maka diketahui, pola II mempunyai nilai total marjin yang lebih besar dari pola I. Tingginya nilai total marjin pada pola II bukan disebabkan oleh banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat tetapi disebabkan oleh adanya perbedaan segmen pasar Pada penelitian ini efisiensi pemasaran diukur berdasarkan rasio perbandingan antara keuntungan dan biaya (π/c). Berdasarkan nilai π/c diketahui bahwa pola pemasaran III memiliki nilai π/c yang lebih tinggi dari nilaiπ/c pada pola I dan pola II. Adapun nilai π/c tersebut adalah 3,01 untuk pola I dan 6,22 untuk pola II, dan 31,56 untuk pola III. Untuk, petani saluran tiga merupakan pilihan yang paling menguntungkan karena bagian harga yang diterima petani pada saluran tersebut paling besar, tetapi saluran tiga kurang strategis untuk dipilih karena jumlah penjualan yang terbatas.

78 Jarang sekali ada konsumen yang membeli pepaya secara langsung kepada petani sehingga secara kuantitas saluran tiga memiliki volume jual yang rendah. Maka dari itu pola pemasaran II lebih menguntungkan buat petani. Tabel 24. Marjin Pemasaran Pepaya Non SPO Per Kg Uraian Pola I Pola II Pola III Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Petani a. Biaya Produksi 1372.13 30.49 1372.13 21.11 1372.13 45.74 b. Biaya pemetikan dan pembersihan 50,00 1,67 c. Keuntungan 127.87 2.84 127.87 1.97 1627.87 54.26 d. Harga jual/ farmer s Share 1500.00 33.33 1500.00 23.08 3000.00 100.00 Pedagang Pengumpul a. Harga Beli 1500.00 33.33 1500.00 23.08 b. Biaya pembersihan dan Sortasi 150.00 3.33 150.00 2.31 c. Biaya pemetikan dan bongkar muat 150.00 3.33 150.00 2.31 d. Biaya transportasi 100.00 2.22 250.00 3.85 e. Biaya Retribusi 20.00 0.44 20.00 0.31 f. Biaya Penyimpanan 5.00 0.11 5.00 0.08 g. Biaya Pengemasan 75.00 1.67 75.00 1.15 h. Keuntungan 1500.00 33.33 1850.00 28.46 i. Marjin Pemasaran 2000.00 44.44 2500.00 38.46 j. Harga Jual 3500.00 77.78 4000.00 61.54 Pengecer di Pasar Tradisional a. Harga Beli 3500.00 77.78 b. Biaya Penyimpanan 10.00 0.22 c. Biaya Transportasi 150.00 3.33 d. Biaya Retribusi 20.00 0.44 e. Biaya Penyusutan 100.00 2.22 f. Keuntungan 720.00 16.00 g. Marjin Pemasaran 1000.00 22.22 h. Harga Jual 4500.00 100.00 Pengecer (supermarket&toko Buah) a.harga Beli 4000.00 61.54 b Biaya Penyimpanan 10.00 0.15 c. Biaya penyusutan 50.00 0.77 d. Keuntungan 2440.00 37.54 e. Marjin Pemasaran 2500.00 38.46 f. Harga Jual 6500.00 100.00 Total Biaya 2152.13 47.83 2082.13 32.03 50,00 1,67 Total Keuntungan 2347.87 52.17 4417.87 67.97 1577,87 52,60 Total Marjin 3000.00 66.67 5000.00 76.92 1627.87 54.26 Efisiensi (π/c) 3,01 6,22 31,56

79 9.4. Analisis Struktur Pemasaran Secara sederhana struktur pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Keadaan struktur pasar dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, keadaan produk dan kebebasan keluar masuk pasar, sumber informasi dan penentuan harga baik dilihat dari sisi penjual maupun dari sisi pembeli. 1. Jumlah Lembaga Pasar yang terjadi antara petani pepaya California dengan pedagan pengecer jika dilihat dari sisi penjual menunjukan kecenderungan pasar monopssoni. Harga produk yang terjadi pada umumnya terbentuk di pasar, karena terjadiya kesepakatan antara petani dan pedagang pengumpul dan juga selanjutnya antara pedagang pengumpul dan pedangan. Pembentukan harga ini juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar atau keadaaan yang sedang terjadi. 2. Penentuan Harga Pada dasarnya pepaya California, penentuan harga antara petani dan pedagang pengumpul dilakukan atas kesepakatan bersama, tentu saja disesuaikan dengan kondisi pasar yang sedang terjadi. Biasanya apabila sedang musim panen dan jumlah panen berlimpah harga produk dipasar turun. Petani dalam hal ini tidak bisa menentukan harga yang disesuaikan dengan biaya yang telah dikeluarkannya. Oleh sebab itu ada saatnya petani mendapatkan marjin yang kecil dan keuntungan yang sedikit bahkan dapat mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena petani tidak memiliki kekuatan tawar. 3. Keadaan Produk

80 Pepaya merupakan produk pertanian yang harus dipasarkan dalam bentuk segar. Pada pertanian buah pepaya California, pepaya yang dipanen tidak mengalami perubahan bentuk. Namun untuk menjaga kesegaran buah, penanganan saat panen dan pasca panen dilakukan sangat hati-hati. Luka dan cacat dihindari saat panen. Selain itu sortir dan grading terhadap produk dilakukan untuk memisahkan produk yang bermutu A atau B. Untuk pasar swalayan buah pepaya dikemas dan diberi logo perusahaan. Penanganan pasca panen buah pepaya California, biasanya dilakukan oleh pengusaha mitra atau pedagang pengumpul. Hasil panen yang dibeli dari petani dicuci kemudian dikeringkan dengan cara meletakkan dalam keranjang atau container yang berlubang. Setelah itu langsung dibawa untuk dijual kepada lembaga selanjutnya. 4. Kebebasan Keluar Masuk Pasar Kebebasan keluar masuk pasar dilihat dari tinggi rendahnya modal dibutuhkan dan kerjasama antar lembaga. Pada petani buah pepaya California SPO memiliki hambatan untuk keluar masuk pasar lebih besar dibandingkan dengan pepaya California tanpa menerapkan SPO. Petani pepaya california dengan SPO memerlukan modal yang cukup besar untuk melakukan usaha tani sebab biaya untuk pengolahan, pemeliharaan dan menjaga kesinambungan usaha tani cukup besar. Hambatan untuk keluar masuk pada pedagang pengumpul dan pengecer untuk buah pepaya California dengan SPO dan tanpa SPO cukup besar, sebab selain dibutuhkan modal yang besar lembaga pemasaran ini dituntut untuk memiliki relasi yang luas serta pengalaman.

81 5. Sumber Informasi Petani umumnya mengetahui harga pepaya dari pedangang pengumpul, pedangang pengecer, serta penyuluh pertanian. Pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dapat dijadikan sumber informasi yang baik untuk petani pepaya California dengan menerapkan SPO maupun tanpa SPO, sebab lembaga ini merupakan pihak yang langsung berhubungan dengan pasar setiap hari.